PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Skenario 2
KISTA RESIDUAL
PROGNOSIS
PERAWATAN
Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari
berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari
internet, buku, maupun dari pakarnya langsung.
Sebagian besar, lesi kista residual tidak terdeteksi secara klinis karena
lesi kista umumnya kecil, tumbuh lambat, tanpa gejala (asimptomatis),
tidak terasa nyeri, dan tidak menimbulkan pembesaran tulang rahang yang
bermakna, sehinga keberadaannya tidak disadari oleh pasien dan umumnya
lesi lebih sering ditemukan secara tidak sengaja pada survei radiografi
dibandingkan secara klinis dalam rongga mulut.
Namun apabila lesi kista ini berkembang cukup besar, biasanya akan
terlihat secara nyata dalam rongga mulut berupa benjolan pada gingiva
dengan permukaan yang licin, warna sama dengan permukaan disekitarnya
atau kebiruan, dan apabila dipalpasi benjolan tersebut akan ikut bergerak
atau dikenal dengan fenomena pingpong
Kista yang besar dapat berekspansi ke tulang, menggeser akar gigi dan
krepitasi pada saat daerah alveolar dipalpasi. Pada kista yang terinfeksi
timbul gejala nyeri yang berat, sensitif terhadap perkusi dan pembengkakan
pada jaringan di atasnya serta limpadenopati. Biasanya pada rahang yang
tidak bergigi atau edentolous.
3) Tahap krepitasi, pada tahap ini sudah terjadi fragmentasi dari tulang
di atasnya akibat desakan kista, sehingga pada palpasi teraba adanya
krepitasi.
4) Tahap fluktuasi, pada tahap ini hanya ada bila kista telah mengerosi
tulang secara sempurna.
a. Pemeriksaan Radiologis
Gambar radiografi dari kista residual adalah radiolusen berbentuk
bulat atau oval dengan batas yang jelas berwarna putih opak dan dalam
ukuran yang bervariasi. Lesi lainnya, seperti granuloma dan neoplasma
juga menampilkan gambaran radiografi periapikal serupa. Oleh karena
itu, radiolusen periapikal yang berbatas jelas tidak dapat secara otomatis
dianggap sebagai kista. Beberapa studi menyebutkan bahwa granuloma
dan kista dapat dibedakan berdasarkan ukuran dalam radiografi,
granuloma umumnya berdiameter < 0,5 cm sementara kista umumnya
berdiameter > 0,5 cm. Namun studi lain telah menunjukkan bahwa tidak
mungkin mengandalkan ukuran radiografi dari radiolusen periapikal
untuk menetapkan diagnosis baik antara granuloma atau kista, kecuali
diameter lesi lebih besar dari 2 cm, maka dapat dipastikan bahwa itu
adalah kista.
b. Pemeriksaan Histologis
Tes khusus yang lain adalah biopsi jarum aspirasi dari lesi yang
dicurigai suatu kista, dapat memberi konfirmasi suatu kista atau suatu
lesi vaskuler. Pemeriksaan makroskopis kista residual yang lengkap
biasanya menunjukkan suatu massa jaringan lunak berbentuk bulat atau
ovoid yang tidak beraturan. Kista residual merupakan suatu kantung
berdinding epitel yang berisi cairan, jaringan nekrotik, kristal kolestrin
dan hampir selalu dijumpai adanya pus. Pada umumnya kista radikular
memiliki diameter sekitar 0,5 sampai 1.5 cm dengan ketebalan dinding
yang bervariasi.
Lapisannya dapat halus ataupun kasar dan didalamnya mengandung
cairan yang tampak berkilau karena terdapat kandungan kolesterol, atau
materi yang agak kental. Gambaran mikroskopis kista residual terdiri
atas kapsul dinding kista serta cairan dalam rongga kista. Dinding kista
dilapisi oleh epitel gepeng berlapis tak berkeratin yang menunjukkan
adanya penonjolan ke luar,spongiosis, dan hyperplasia.
Epitel gepeng berlapis umumnya relatif tebal, sering dijumpai
akantosis, ulserasi, sedangkan keratinisasi jarang dijumpai. Lapisan
epitel tersebut merupakan hasil proliferasi sisa sel epitel Malassez.
Ketebalan lapisannya bervariasi, yaitu antara 1 sampai 50 lapisan sel
dan pada kebanyakan kasus memiliki ketebalan anatara 6 sampai 20
lapisan sel.
Kadang-kadang lapisan sel basal tidak lengkap atau mungkin juga
tidak ada sama sekali. Proliferasi aktif sisa epitel Malassez dapat
membentuk lapisan epitel yang tak beraturan, hiperplastik, tampak
seperti jala, cincin ataupun berbentuk arcade dan tampak adanya sel
radang akut. Pada keadaan tertentu sel-sel epitel gepeng berlapis tidak
berkeratin ini akan mengalami metaplasia sehingga dapat berbentuk sel-
sel mukus dan sel epitel kolumnar bersilia.
Keberadaan kedua sel ini sedikit berbeda, sel mukus atau sel goblet
ditemukan pada kista radikular rahang atas dan bawah, sedangkan sel-
sel bersilia ditemukan pada kista radikular rahang atas. Selain kedua sel
tersebut, terkadang juga ditemukan adanya badan hialin Rhuston dengan
gambaran eosinofilik. Besarnya sekitar 0,1 mm dan bentuknya dapat
beraneka ragam, misalnya seperti jepitan, lurus, berlekuk-lekuk, ataupun
memanjang
1. Enukleasi
2. Marsupiliasi
Pada kista Residual yang berukuran besar dapat dilakukan perawatan
marsupiliasi. Perawatan marsupiliasi adalah membuat suatu surgical
window pada dinding kista, membuang isi kista, dan mempertahankan
kontinuitas antara kista dan rongga mulut, sinus maksilaris, dan rongga
nasal. Jika kerusakan tulang sudah luas dan tipis karena kista, insisi bisa
diperluas ke tulang melalui rongga kista. Kemudian osseus window
dihilangkan secara hati-hati dengan bur dan rongeurs. Selanjutnya kista
dikeluarkan dan dilakukan pemeriksaan visual pada lapisan residual dari
kista. Setelah memastikan lapisan residual pada kista maka lakukan irigasi
pada kista untuk menghilangkan residual fragmen atau debris.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan skenario diagnosis pada kasus adalah Kista Residual. Kista
Residual adalah kista odontogen yang timbul karena pada pengambilan gigi
penyebab tidak ikut terambil. biasanya pasien tidak merasakan gejala
(asimptomatik) tetapi mungkin terjadi ekpansi pada rahang atau nyeri jika
ada infeksi sekunder. lesi lebih sering ditemukan secara tidak sengaja pada
survei radiografi dibandingkan secara klinis dalam rongga mulut..
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha A. Pola distribusi kasus kista odontogen pada instalasi gigi dan
mulut rumah sakit kota surabaya periode 2010-2012.Perpustakaan
Unair:Surabaya;2013