Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata; Neuralgia berasal dari bahasa
Yunani; yaitu awalan "neuro-"yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-
algia" yang berarti nyeri. Yang mana definisi nyeri menurut Association for the
Study of Pain (IASP) has gained widespread acceptance (Merskey et al., 1979)
adalah "Suatu pengalaman emosional atau sensorik yang dihubungkan dengan
jejas jaringan yang benar-benar atau kemungkinan terjadi”.(9)
Umumnya nyeri terbahagi kepada dua tipe, yaitu nyeri nociceptive dan nyeri
non-nociceptive. Nyeri nociceptive adalah nyeri yang berhubungan dengan
jaringan yang rusak, akibat daripada aktivasi atau sensitasi pada receptor
nociceptor di perifer. Nyeri nociceptive terbahagi lagi kepada nyeri somatic
dan nyeri viscera, yang mana mampu dibedakan melalui kualiti suatu nyeri dan
manifestasinya.
Nyeri non-nociceptive pula dibagikan juga kepada nyeri neuropatic dan
nyeri idiopathic. Nyeri neuropathic adalah primer akibat rusaknya struktur
pada neural samada pada system saraf perifer atau sistem saraf pusat. Nyeri
idiopathic atau nyeri psychogenic adalah lebih luas penggunaannya dalam
mendiagnoasa suatu nyeri.
Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri
berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang
nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini
menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic
doulourex atau sindrom.
Neuralgia pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan
menusuk pada rahang dan wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi,
yang biasanya terjadi dalam beberapa detik. Dan nyerinya selalunya unilateral
dan mengikuti distribusi sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah
maksila (V.2) atau mandibula (V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat

1
mengeliminasi diagnosa alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis atau
abnormalitas neurologis yang lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia
trigeminal idiopatik. dan mungkin menandakan nyeri sekunder yang dirasakan
akibat lesi struktural.

1.2. RUMUSAN MASALAHTUJUAN

1. Apa diagnosis pada skenario tersebut?


2. Apa etiologi pada neuralgia trigerminal?
3. Apa saja Anatomi dari nervus V?
4. Bagaimana dari gejala klinis pada neurolgia trigerminal ?
5. Bagaimana Pemeriksaan dari neurolgia trigerminal?
6. Apa saja diagnosis banding pada neurolgia trigerminal ?
7. Apa prognosis pada neurolgia trigerminal ?
8. Bagaimana perawatan pada neurolgia trigerminal ?

1.3. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis pada neuralgia trigeminal


2. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi pada neuralgia trigerminal
3. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi nervus V
4. Mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis dari neurolgia
trigerminal
5. Mampu memahami dan menjelaskan Pemeriksaan pada neurolgia
trigerminal
6. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding pada neurolgia
trigerminal
7. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis pada neurolgia trigerminal
8. Mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada neurolgia trigerminal

2
BAB II

PEMBAHASAN

Skenario 4

Triger Zone

Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke RSGM dengan keluhan sakit yang
tajam pada wajah sebelah kanan. Dari anamnesis sakitmuncul tiba-tiba selama
beberapa detik apabila terkena rangsangan seperti tiupan angin atau air pada
beberapa titik tertentu pada wajah. Serangan dapat terjadi beberapa kali sehari dan
sangat mengganggu aktifitas. Pemeriksaan ekstra oral dengan palpasi menunjukan
penyebaran rasa sakit di daerah aliran nervus V. Pemeriksaan intra oral
menunjukkan normal.

2.1 Step 1 (Klarifikasi Istilah)


1. Nervus V
Merupakan saraf terbesar kranialis yang memiliki 3 ramus yaitu ramus
opthalmicus, ramus maxila, dan ramus mandibula.

2.2. Step 2 (Menetapkan Masalah)


1. Apakah diagnosis sesuai dari skenario?
2. Kenapa pasien tersebut hanya merasakan sakit hanya pada wajah sebelah
kanan saja ?
3. Apa prognosis dari penyakit yang sesuai dari skenario?
4. Perawatan apa saja untuk kasus yang sesuai dari skenario?
5. Apa diagnosis banding pada kasus yang sesuai dari skenario?
6. Apakah perlu melakukan pemeriksaan penunjang ?
7. Apakah penyebab dari kasus yang sesuai dari skenario tersebut?
8. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menegakan diagnosis pada
kasus yang sesuai dari skenario?
9. Apakah faktor usia dan jenis kelamin mempengaruhi pada kasus ini ?

3
10. Mengapa jika ada rangsangan pasien baru merasakan sakit yang tajam
pada wajahnya?
2.3. Step 3 (Curahan Pendapat )
1. Apakah diagnosis sesuai dari kasus skenario?
Diagnosis dari kasus skenario adalah Neurolgia Trigerminal Idiopatik
karena pada skenario dikatakan bahwa pasientersebut merasakan sakit
yang tajam, hanya sakit pada area wajah sebelah kanan, muncul sakit
tiba-tiba selama beberapa detik. Dari gejala-gejala yang dirasakan oleh
pasien adalah Neurolgia Trigerminal Idiopatik.
2. Kenapa pasien tersebut hanya merasakan sakit hanya pada wajah sebelah
kanan saja ?
Karena yang terjadi kerusakan mielin adalah sebelah kanan.
3. Apa prognosis dari penyakit yang sesuai dari skenario?
Prognosis dari kasus ini baik jika pasien mengikutin prosedur dari dokter
dan bisa buruk jika pasien tersebut tidak kooperatif dalam penyakitnya.
4. Perawatan apa saja untuk kasus yang sesuai dari skenario?
Perawatan yang dapat dilakukan pada penyakit ini terbagi atas dua yaitu
terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi bisa
diberikan obat Carbamazepin, Oxcarbazepin, dan baclopen.Sedangkan
terapi non farmakologi bisa melakukan pembedahan dekonpresi
microvaskular.
5. Apa diagnosis banding pada kasus yang sesuai dari skenario?
Diagnosis Banding dari Neurolgia Trigerminal ini adalah Sinusitis,
spenopalatine neurolgia, glossopharyngeal neurolgia.
6. Apakah perlu melakukan pemeriksaan penunjang ?
Perlu, untuk mengetahui etiologi dari kasus tersebut dan mengetahui
apakah kasus termasuk ke neurolgia yang idiopatik atau simptomatik.
7. Apakah penyebab dari kasus yang sesuai dari skenario tersebut?

4
Penyebab dari neurolgia trigerminal ini adalah pembuluh darah berjalan
bersamaan dengan nervus trigerminal menekan jalan keluar cabang-
cabang nervus trigerminus pada batang otak, penekanan yang paling
sering terjadi pada ganglion gasseter,pembuluh darah yang berdekatan
oleh ganglion gasseter akan menyebabkan rasa nyeri ketik pembuluh
darah berdenyut dan bersentuhan dengan ganglion. Komresi oleh
pembuluh darah ini lama kelamaan menyebabkan mielin dari nervus
tersebut rusak.
8. Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menegakan diagnosis pada
kasus yang sesuai dari skenario?
Pemeriksaan yang diperlukan bisa pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, pemeriksaan penunjangnya bisa MRI dan CT scan.
9. Apakah faktor usia dan jenis kelamin mempengaruhi pada kasus ini ?
Faktor

2.4 Step 4 (Analisis Masalah)

Nervus V (cranialis ke- v)

Anatomi Nervus ke- v

Neurolgia Trigerminal

etiologi Gejala klinis Pemeriksaan Diognosis Banding

Prognosis

Perawatan

5
2.5 Step V (Learning Objectif)

1. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis pada neuralgia trigeminal


2. Mampu memahami dan menjelaskan etiologi pada neuralgia trigerminal
3. Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi nervus V
4. Mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis dari neurolgia trigerminal
5. Mampu memahami danmenjelaskan Pemeriksaan pada neurolgia
trigerminal
6. Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding pada neurolgia
trigerminal
7. Mampu memahami dan menjelaskan prognosis pada neurolgia trigerminal
8. Mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada neurolgia trigerminal

2.6 Step VI (Belajar Mandiri)

Dalam step ini kami melakukan belajar mandiri, yaitu dengan mencari
berbagai literature yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran baik dari
internet, buku, maupun dari pakarnya langsung.

2.7 Step VII (Hasil Belajar Mandiri Dan Membahas Tujuan Pembelajaran)
2.7.1 Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis pada neuralgia
trigeminal
Neuralgia trigeminal didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan
neurologis terhadap nervus trigeminus. Pada saat ini belum ada tes yang
dapat diandalkan dalam mendiagnosa neuralgia trigeminal. Diagnosa
neuralgia trigeminal dibuat berdasarkan anamnesa pasien secara teliti dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Pada anamnesa yang perlu diperhatikan
adalah lokalisasi nyeri , kapan dimulainya nyeri , menentukan interval
bebas nyeri, menentukan lamanya , respons terhadap pengobatan,
menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit herpes atau tidak,
dsb.

6
Nyeri setidaknya bercirikan 4 sifat berikut:
1. .Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus,
tersering pada cabang mandibularis atau maksilaris.
2. Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam ,
superficial, serasa menikam atau membakar.
3. Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral
4. Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari
seperti makan, mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah
atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau
kontralateral.
5. Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali
Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi
serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar serangan tampak
normal. Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai sensasi pada
ketiga cabang nervus trigeminus bilateral.Membuka mulut dan deviasi dagu
untuk menilai fungsi otot masseter (otot pengunyah) dan fungsi otot
pterygoideus.Pada neuralgia trigeminal biasa didapatkan sensibilitas yang
terganggu pada daerah wajah
2.7.2 Mampu memahami dan menjelaskan etiologi pada neuralgia
trigerminal
Etiologi sampai sekarang juga masih belum jelas, tetapi ada
beberapa penyebab yang berhubungan dengan gigi. Seperti diketahui
N. V merupakan satu-satunya serabut saraf yang kemungkinan selalu
dihadapkan dengan keadaan sepsis sepanjang hidup. Keadaan sepsis
tersebut dapat berupa karies gigi, abses, sinusitis, pencabutan gigi oleh
berbagai sebab, infeksi periodontal, yang kesemuanya diperkirakan
dapat menjadi penyebab Neuralgia trigeminal.
Menurut klasifikasi IHS ( International Headache Society )
membedakan Neeuralgia Trigeminal klasik dan Neuralgia Trigeminal
simptomatik. Termasuk Neuralgia Trigeminal klasik adalah semua
kasus yang etiologinya belum diketahui ( idiopatik ) Sedangkan

7
Neuralgia Trigeminal simptomatik dapat akibat tumor, multipel
sklerosis atau kelainan di basis kranii.
Neuralgia trigeminal dapat disebabkan karena pembuluh darah yang
berjalan bersama nervus trigeminus menekan jalan keluar cabang
cabang nervus trigeminus pada batang otak, misalnya foramen ovale
dan rotundum. Penekanan yang paling sering terdapat pada ganglion
gasseri, yaitu ganglion yang mempercabangkan 3 ramus nervus
trigeminus. Pembuluh darah yang berdekatan dengan ganglion gasseri
tersebut akan menyebabkan rasa nyeri ketika pembuluh darah tersebut
berdenyut dan bersentuhan dengan ganglion. Kompresi oleh pembuluh
darah ini lama kelamaan akan menyebabkan mielin dari nervus
tersebut robek/ rusak. Seperti yang diketahui, mielin membungkus
serabut saraf dan membantu menghantarkan impuls dengan cepat.
Sehingga pada mielin yang rusak, selain penghantaran impuls tidak
bagus, akan terjadi rasa nyeri sebagai akibat dari kerusakan jaringan
mielinnya.
2.7.3 Mampu memahami dan menjelaskan Anatomi nervus V
Nervus Trigeminus adalah nervus cranialis kelima. Nervus ini
terbagi menjadi 2 cabang. Cabang besar memerankan fungsi sensoris
pada wajah, sedangkan cabang yang lebih kecil memerankan fungsi
motorik mengunyah. Fungsi motorik diperankan oleh m.
pterogoidesus lateralis untuk membuka rahang bawah. Fungsi sensorik
dibagi menjadi 3 ramus, yaitu ramus opthalmica, ramus maxilla, dan
ramus mandibula.

Ramus opthalmica mengurus sensibiltas wajah pada area dahi, mata,


hidung, kening, selaput otak, dan sinus paranasal. Ramus maxilaris
mengurus sensibiltas wajah pada area bibir atas, palatum dan mukosa
hidung. Ramus mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi
bawah, pipi, mukosa pipi, dan telinga eksternal. Cabang V1 keluar
melalui fissura orbitalis superior bersama nervus III, IV, VI. Cabang

8
V2 keluar melalui foramen rotundum. Cabang V3 keluar melalui
foramen ovale. Ganglion Nervus trigeminus adalah Ganglion Gasseri
2.7.4 Mampu memahami dan menjelaskan gejala klinis dari neurolgia
trigerminal
Trigeminal neuralgia memberikan gejala dan tanda sebagai berikut :
1.Rasa nyeri berupa nyeri neuropatik, yaitu nyeri berat paroksimal,
tajam, seperti menikam, tertembak, tersengat listrik, terkena petir, atau
terbakar yang berlangsung singkat beberapa detik sampai beberapa
menit tetapi kurang dari dua menit, tiba-tiba dan berulang. Diantara
serangan biasanya ada interval bebas nyeri, atau hanya ada rasa tumpul
ringan.
2. Lokasi nyeri umumnya terbatas di daerah dermatom nervus
trigeminus
dan yang karakteristik nyeri unilateral. Tersering nyeri di daerah
distribusi nervus mandibularis (V2) 19,1% dan nervus maksilaris (V3)
14,1% atau kombinasi keduanya 35,9% sehingga paling sering rasa
nyeri pada setengah wajah bawah. Jarang sekali hanya terbatas pada
nervus optalmikus (V3) 3,3%. Sebagian pasien nyeri terasa diseluruh
cabang nervus trigeminus (15,5%) atau kombinasi nervus maksilaris
dan optalmikus (11,5%). Jarang ditemukan kombinasi nyeri pada
daerah distribusi nervus optalmikus dan mandibularis (0,6%). Nyeri
bilateral 3,4%, nyeri jarang terasa pada kedua sisi bersamaan,
umumnya diantara kedua sisi tersebut dipisahkan beberapa tahun.
Kasus bilateral biasanya berhubungan dengan sklerosis multiple atau
familial.
3. Trigeminal neuralgia dapat dicetuskan oleh stimulus non-noksius
seperti perabaan ringan, getaran, atau stimulus mengunyah. Akibatnya
pasien akan mengalami kesulitan atau timbul saat gosok gigi, makan,
menelan, berbicara, bercukur wajah, tersentuh wajah, membasuh muka
bahkan terhembus angin dingin. Biasanya daerah yang dapat
mencetuskan nyeri (triger area) di wajah bagian 5 depan, sesisi dengan

9
nyeri pada daerah percabangan nervus trigeminus yang sama. Bila
riger area di daerah kulit kepala, pasien takut untuk berkeramas atau
bersisir.
4. Nyeri pada trigeminal neuralgia dapat mengalami remisi dalam satu
tahun atau lebih. Pada periode aktif neuralgia, karakteristik terjadi
peningkatan frekuensi dan beratnya serangan nyeri secara progresif
sesuai dengan berjalannya waktu.
5. Sekitar 18% penderita dengan trigeminal neuralgia, pada awalnya
nyeri atipikal yang makin lama menjadi tipikal, disebut preneuralgia
trigeminal. Nyeri terasa tumpul, terus-menerus pada salah satu rahang
yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stimulus
termal dapat menimbulkan nyeri berdenyut sehingga sering dianggap
sebagai nyeri dental. Pemberian terapi anti konvulsan dapat meredakan
nyeri preneuralgia trigeminal sehingga cara ini dapat dipakai untuk
membedakan kedua nyeri tersebut.
6. Pada pemeriksaan fisik dan neurologik biasanya normal atau tidak
ditemukan defisit neurologik yang berarti. Hilangnya sensibilitas yang
bermakna pada nervus trigeminal mengarah pada pencarian proses
patologik yang mendasarinya, seperti tumor atau infeksi yang dapat
merusak syaraf. Pada tumor selain nyerinya atipikal dan hilangnya
sensibilitas, disertai pula gangguan pada syaraf kranial lainnya.
2.7.5 Mampu memahami danmenjelaskan Pemeriksaan pada neurolgia
trigerminal.
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi
serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar serangan
tampak normal. Reflek kornea dan test sensibilitas untuk menilai
sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral. Membuka
mulut dan deviasi dagu untuk menilai fungsi otot masseter (otot
pengunyahan) dan fungsi otot pterygoideus. Pada trigeminal

10
neuralgia biasa didapatkan sensibilitas yang terganggu pada daerah
wajah.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti CT scan kepala
atau MRI kepala. CT scan kepala dari fossa posterior bermanfaat
untuk mendeteksi tumor yang tidak terlalu kecil dan aneurisma.
MRI sangat bermanfaat karena dengan alat ini dapat dilihat
hubungan antara saraf dan pembuluh darah juga dapat mendeteksi
tumor yang masih kecil, MRI juga diindikasikan pada penderita
dengan nyeri yang tidak khas distribusinya atau waktunya maupun
yang tidak mempan pengobatan. Indikasi lain misalnya pada
penderita yang onsetnya masih muda, terutama bila jarang-jarang
ada saat-saat remisi dan terdapat gangguan sensibilitas yang
onjektif. Selain itu harus diingat, bahwa trigeminal neuralgia yang
klasik dengan hanya sedikit atau tanpa tanda-tanda abnormal
ternyata bisa merupakan gejala-gejala dari tumor fossa posterior
(Siddiqui, 2013).
2.7.6 Mampu memahami dan menjelaskan diagnosis banding pada neurolgia
trigerminal
Neuralgia Trigeminal dapat didiagnosa banding dengan gangguan
gangguan disekitar wajah baik itu berasal dari gigi, sendi
temporomandibular, mata, leher, dan pipi. terkadang nyeri pada
trigeminal neuralgia dapat bergabung dengan nyeri yang berasal dari
saraf yang lain sehingga mempersulit diagnosis.
1. Nerve : Trigeminal neuralgia, postherpetic neuralgia,
trigeminal neuropathic pain, glossopharyngeal neuralgia,
sphenopalatine neuralgia, geniculate neuralgia (Ramsay
Hunt syndrome), multiple sclerosis, cerebellopontine angle
tumor
2. Teeth and jaw : Dentinal, pulpal, or periodontal pain;
temporomandibular joint disorders

11
3. Sinuses and aerodigestive tract : Sinusitis, head and neck
cancer, inflammatory lesions
4. Eyes : Optic neuritis, iritis, glaucoma
5. Blood vessels : Giant cell arteritis, migraine, cluster
headache, T olosaHunt syndrome
6. Psychological: Psychogenic, atypical facial pain
2.7.7 Mampu memahami dan menjelaskan prognosis pada neurolgia
trigerminal
Terapi farmakologi memberikan hasil yang bervariasi pada masing
masing individu. Dekompresi mikrovaskular umumnya memberikan
hasil yang baik dan jarang relaps.
2.7.8 Mampu memahami dan menjelaskan perawatan pada neurolgia
trigerminal
1. Terapi Farmakologik
Terapi farmakologik lebih digunakan sebagai perawatan
pertama pada trigeminal neuralgia klasik (idiopatik). The
American Academy of Neurology and The European
Federation of Neurological Societies merekomendasikan untuk
pemakaian karbamazepin sebagai pilihan terapi obat yang
pertama kali. Selama bertahun-tahun karbamazepin telah
digunakan sebagai gold standard dalam mengobati trigeminal
neuralgia. Terapi obat yang masuk kedalam kategori second
line therapy merupakan obat yang digunakan pada pasien yang
tidak memiliki respon terhadap carbamazepine maupun
oxcarbazepine. Sebagai contoh, Baclofen yang merupakan
obat golongan muscle relaxant, sering digunakan sebagai
second line therapy pada pasien trigeminal neuralgia.
2. Terapi Non Farmakologi
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga
pasien yang tidak bereaksi atau timbul efek samping yang tidak
diinginkan maka diperlukan terapi pembedahan.

12
Tindakan operatif yang dapat dilakukan adalah prosedur
ganglion gasseri, dan dekompresi mikrovaskuler. Dekompresi
Mikrovaskular dilakukan dengan memberi pemisah (dapat
menggunakan tampon atau pad) antara pembuluh darah dan
nervus yang bersentuhan. Prosedur ini harus dilakukan
kraniotomi suboksipital pada fossa posterior (di belakang
telinga). Prosedur ini kelebihannya adalah biasanya fungsi
sensorik hampir dapat kembali sempurna tanpa meninggalkan
rasa kram atau tebal pada wajah.
Adapula tindakan operatif lainnya yang dikenal dengan
sensory rhizotomy. Prinsip operasi ini adalah memutuskan
hubungan impuls antara nervus trigeminus dengan otak.
Tekniknya dilakukan dengan memotong ganglion gasseri
secara permanen. Namun teknik ini akan meneybabkan muka
mati rasa secara total, jadi teknik ini hanya dilakukan apabila
segala teknik operasi dan segala terapi farmakologik tidak
berhasil dilakukan.
Teknik operasi lain yang dapat dilakukan contohnya adalah
gangliolisis. Gangliolisis dilakukan dengan menggunakan
cairan gliserol yang dimasukkan melaui foramen Ovale untuk
menuju ke ganglion gasseri. Gliserol yang dimasukkan, akan
merusak serabut serabut saraf baik yang bermielin maupun
tidak. Teknik ini ditujukan untuk menghancurkan nervus yang
menghantarkan nyeri.
Teknik operasi yang dapat pula dilakukan adalah
radiofrequency rhyzotomy. teknik ini mirip dengan
menggunakan gliserol, hanya bedanya yang menghancurkan
serabut saraf pada teknik ini adalah radiasi panas yang
dimasukkan pada area ganglion gasseri. Tujuannya sama yaitu
menghancurkan serabut atau ganglion yang menghasilkan
nyeri.

13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diagnosis pada kasus diskenario ini adalah Trigeminal neuralgia.
Trigeminal neuralgia merupakan nyeri yang hebat disebabkan oleh injury atau
kerusakan syaraf. Tumor, vascular malformasi, sakit gigi, sinusitis mungkin jadi

14
penyebab trigeminal neuralgia, tapi sebagian besar etiologinya tidak diketahui.
Trigeminal neuralgia kelainan yang gampang diketahui dengan karakteristik
unilateral, nyeri berat paroksismal, singkat, seperti listrik didaerah region
trigeminal. Neurolgia Trigerminal diklasifikasi menjadi dua yaitu idiopatik dan
simptomatik.Terapi untuk Neurolgia Trigeminal ini bisa dilakukan dengan cara
farmakologi dan non farmakologi.

DAFTAR PUSTAKA

Nurmiko, T.J, et al. Trigeminal Neuralgia-Patophysiology, diagnosis, and current


treatment. British Journal of Anaesthesia. United Kingdom : 2011
Joffroy, A, et al. Trigeminal neuralgia Pathophysiology and treatment. Dept. of
Neurosurgery, Erasmus Hospital, University of Brussels (ULB). Belgium : 2001

15
Siddiqui, Meraj N, et al. Pain Management : Trigeminal Neuralgia. Hospital
Physician : 2003
Sunaryo, Utoyo. Neuralgia Trigeminal. PDGI Probolinggo. Indonesia : 2010
Lumbantobing, S. M, et al. Neurologi Klinik – Pemeriksaan Fisik dan Mental. 2012
; 51-53

16

Anda mungkin juga menyukai