BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Forensik yang dimaksud dengan identifikasi ilmu kedokteran gigi dan
kedokteran forensik adalah sebuah aplikasi dari sisi disiplin ilmu kedokteran
dan kedokteran gigi yang terkait dalam suatu penyidikan dalam memperoleh
data data postmortem, berguna untuk menentukan otentitas dan identitas
korban maupun pelaku demi kepentingan hukum dalam suatu proses peradilan
dan menegakkan kebenaran (Lukman, 2006).
Inti dari proses identifikasi adalah mengenali seseorang dari komponen
yang ada pada orang tersebut misalnya karakteristik alami atau ciri yang relatif
stabil seperti pola gigi,pola iris, sidik jari dan lain-lain. Karakteristik gigi pada
seseorang dapat digunakan sebagai dasar identifikasi karena sangat
bervariasinya struktur gigi pada manusia (Abiyanto dkk,2011)
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tahap tahap pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi, struktur serta variasi morfologisnya dan teknik
pemeriksaan odontologi pada gigi geligi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan forensik odontologi?
2. Bagaimana struktur serta variasi morfologi gigi geligi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tahap- tahap forensik odontologi.
2. Mengetahui struktur serta variasi morfologi gigi
1.4 Hipotesa
Adanya peranan gigi geligi untuk mengetahui identifikasi seseorang dalam
proses forensik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Definisi Forensik Odontologi
Odons = Gigi
Logis = Ilmu pengetahuan
Forensik = berhubungan dgn pengadilan
Odontologi adalah cabang ilmu biologi kedokteran yang melakukan
identifikasi bangun /struktur gigi. Sistem identifikasi gigi ini jika
digunakan untuk identifikasi mayat lebih akurat dibanding sidik jari
apabila digunakan untuk mengungkap kasus dengan korban mengalami
kerusakan
tubuh
yang
parah
(korban
kebakaran,
tengkorak,
korban
mutilasi).O d o n t o l o g i u n t u k k e p e n t i n g a n i d e n t i f i k a s i m a y a t
d i s e b u t o d o n t o l o g y f o r e n s i c . Odontologi forensik adalah salah
satu metode penentuan identitas individu yang telahdikenal sejak era
Sebelum
Masehi.
Odontologi
forensic
dapat
mengidentifikasi
mayats e c a r a a k u r a t .
postmortem) dengan data gig yang pernah dibuat sebelumnya dari orang yang
diperkirakan(data antemortem) (julianti dkk, 2008).
Data antemortem merupakan syarat utama yang harus ada apabila
identifikasi dengan cara membandingkan akan diterapkan. Data antemortem
tersebut berupa (julianti dkk, 2008).
1. Dental record, yaitu keterangan tertulis berupa odontogram atau
catatan keadaan gigi pada waktu pemeriksaan,pengobatan dan
perawatan gigi.
2. Foto rontgen gigi
3. Cetakan gigi
4. Prothesis gigi atau alat orthodonsi
5. Foto close up muka atau profil daerah mulut dan gigi
6. Keterangan dari orang-orang terdekat di bawah sumpah
Untuk data gigi postmortem yang perlu dicatat pada pemeriksaan antaara
lain (julianti dkk, 2008).
1. Gigi yang ada dan tidak ada,bekas gigi yang tidak ada apakah
masih baru atau sudah lama.
2. Gigi yang ditambal,jenis dan klasifikasi bahan tambal
3. Anomali bentuk dan posisi
4. Karies atau kerusakan yang ada
5. Jenis dan bahan restorasi
6. Atrisi dataran kunyah gigi yang merupakan proses fisiologis untuk
fungsi mengunyah. Derajat atrisi ini sebanding dengan umur
7. Gigi molar ketiga sudah tumbuh atau belum
8. Ciri-ciri populasi ras dan geografi (Julianti dkk, 2008)
2.2 Alasan mengapa gigi menjadi salah satu acuaan dalam forensik
Gigi merupakan sarana identifikasi
Dimana sebagai salah satu sarana identifikasi tentunya memiliki keuntungan dan
kerugian:
1. Keuntungan
Stabilitas (Derajat Kekuatan)
Gigi merupakan jaringan keras yang resistensi atau tahan terhadap trauma
Dental record
data
gigi
atau
memanjang)
Ras Mongoloid ( gigi incicivusnya berbentuk sekop)
Ras Negroid (gigi premolar 2 bawah mempunyai 3 cups, dan
Schour dan Massler membuat table tentang gambaran pertumbuhan gigi mulai
dari lahir sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak digunakan dalam ilmu
kedokteran gigi klinis khususnya ordontis untuk merencanakan atau mengevaluasi
perawatan gigi.
Tabel ini biasa digunakan untuk mempelajari gigi geligi dimana yang sudah
seharusnya tanggal atau seharusnya sudah tumbuh pada umur tertentu. Untuk
penentuan umur penggunaannyajustru melihat gigi ayng sudah ada didalam mulut
dan menentukan umurnya dengan bantuan table Schour dan Massler.
2.
Pada prinsipnya sama dengan sChour dan Massler, hanya pada table Gustaffson
untuk setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang lebih lengakap, mulai dari
pembentukan, mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut sampai pada penutupan
foramen apicalis, sejak dalam kandungan hingga umur 16 tahun.
3. Metode Gustaffson
Penentuan umur berdasarkan table Gustaffson Koch pada umumnya
bermanfaat selama gigi masih dalam masa pertumbuhan. Untuk memperkirakan
umur seseorang setelah masa itu digunakan 6 metode dari Gustaffson.
a.atrisi
Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami keausan yang sesuai
dengan bertambahnya usia.
b. Sekunder dentin
Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang pulpa akan dibentuk sekunder
dentin untuk melindungi gigi, sehingga semakin bertambah usia maka sekunder
dentin akan semakin tebal.
c. Ginggiva attachment
Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak antara perlekatan gusi dan
gigi.
d. Pembentukan foramen apikalis
Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen apikalis.
e. Transfarasi akar gigi
Semakin tua usia seseorang maka akar giginya semakin bening, hal ini
dipengaruhi oleh mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.
f. Sekunder sement
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia. Dengan bertambahnya usia
ketebalan sement pada ujung akar gigi juga semakin bertambah.
1.
Garis-garis incremental Von Ebner dan Neonatal, dapat dilihat pada gigi yang
telah disiapkan dalam bentuk sediaan asahan dengan ketebalan 30-40 mikron.
Pada gigi susu dan Molar 1 (yaitu gigi-gigi yang ada pada waktu kelahiran), akan
ditemukan neonatal line berupa garis demarkasi yang memisahkan bagian dalam
email (yang terbentuk sebelum kelahiran) dengan bagian luar enamel (yang
terbentuk setelah lahir). Selanjutnya juga akan ditemukan garis-garis incremental
Von Ebner yang merupakan transisi antara periode pertumbuhan cepat dan
pertumbuhan lambat yang berselang-seling.
Jarak rata-rata antara garis ini adalah 4 mikron yang merupakan kecepatan
deposisi dentin dalam 24 jam. Apabila pembentukan gigi belum selesai,
perhitungan garis Von Ebner dari neonatal line dapat membantu penentuan umur.
4. Metode Asam Aspartat
Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk menentukan usia berdasarkan
pada terdapatnya bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen protein
terbanyak pada tubuh manusia berbentuk L-amino Acid, D-amino acid yang
ditemukan pada tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid dipercaya
mempunyai proses metabolisme yang lambat dan tiap bagiannya mempunyai laju
pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai ratio dekomposisi yang lebih
lambat juga. Asam aspartat mempunyai kemampuan penghapusan paling tinggi
dari semua asam amino.
Pada 1976 Helfman dan Bada menggunakan informasi ini untuk mempelajari
perkiraan umur dengan membandingkan rasio D-Laspartat acid dengan 20 subyek
dengan hasil bagus (r = 0,979) rasio yang tinggi pada D/L rasio banyak ditemukan
pada usia muda dan menurun akibat pertambahan usia dan perubahan lingkungan.
Pada tahun 1990 Ritz et al. melaporkan adanya asam aspartat pada dentin untuk
menentukan usia pada orang yang telah meninggal, berdasarkan hal tersebut
metode ini dapat menyediakan informasi yang lebih akurat tentang penentuan usia
dibandingkan dengan parameter yang lain.
Untuk penentuan usia digunakan persamaan linier sebagai berikut :
t : actual age
Gigi yang digunakan dalam kasus ini adalah gigi seri tengah bagian bawah dan
premolar pertama. Mereka menemukan perkiraan umur yang lebih baik dari fraksi
total asam amino dengan membagi menjadi fraksi kolagen yang tidak larut dan
fraksi peptide. Dibandingkan dengan total asam amino, fraksi kolagen yang tidak
larut dan fraksi peptide yang terlarut, mempunyai konsentrasi glutamine dan asam
aspartat yang lebih tinggi.
Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic Dentistry, CNC Press Boca Raton,
New York.
2.4 Peran Forensik odontologi.
Odontologi Forensik penting terutama untuk mengidentifikasi peperangan dengan
korban meninggal yang banyak. Identifikasi dilakukan oleh DVI (Disaster Victim
Identification), yaitu tim yang dibentuk untuk menentukan identitas seseorang
yang identitasnya tidak diketahui, yang terdiri dari dari polisi, dokter forensik,
dokter umum. Norstromme dan Strom menyatakan bahwa setelah penggalian
jenazah atas korban peperangan, sebanyak 96 % tentara Norwegia dapat
diidentifikasi hanya dengan pemeriksaan gigi.Pada kasus ini identifikasi dengan metode
lainnya sulit dilakukan karena para tentara tersebut telah dijarah semua pakaian dan harta
bendanya oleh musuhnya sebelum dieksekusi. Di AS meskipun sejak tahun 1946 Kongres
Kedokteran Forensik dalam bidang Odontologi Forensik se AS di Havana telah menyadari
pentingnya odontologi forensik untuk identifikasi, penggunaan odontologi forensik secara luas
pada korban perang baru dilakukan setelah perang Korea. Pada korban perang tersebut
disadari betapa besarnya peranan odontologi forensik untuk identifikasi korban
yang kondisinya sudah hancur. Selain itu, dapat digunakan untuk mengidentifikasi
seseorang yang masih hidup. Apabila telah teridentifikasi, maka:
Si A dapat diserahkan kepada keluarganya dan dapat dikuburkan dengan baik
(aspek budaya).
Terjadinya perubahan status pada setiap anggota keluarganya (istri/suami serta
anak-anaknya)dengan dampak hukum dan sosialnya (aspek sosial dan hukum).
Warisan dapat dibagikan kepada ahli warisnya (aspek hukum).
Asuransi, jika ada, dapat diklaim oleh ahli warisnya (aspek hukum dan
ekonomi).
Ahli warisnya mendapatkan hak atas pensiun (aspek ekonomi).
10
Pada kasus kriminal, identifikasi korban dapat dijadikan sebagai titik awal
untuk pengungkapan kasus (aspek hukum). (Julianti dkk, 2004)
2. 5 Benih Gigi
Perkembangan setiap gigi individu dimulai dengan pembentukkan suatu
benih gigi. Benih gigi berasal dari 2 jaringan embrio yaitu bagian yang
berkembang dari lamina gigi yang berasal dari ektodermal dan bagian lain yang
berasal dari mesenkim yang terletak dibawah ektodermal (Harshanur, 1991).
Benih gigi dibentuk dari 3 organ pembentuk (Harshanur, 1991):
a. Organ enamel; yang berkembang seperti tombol, tumbuh diatas lamina
gigi (berasal dari ektodermal), dan berasal dari epitel, dimana lapisan
dalamnya akan membentuk enamel.
Kuntum dari sel epithelial (organ enamel) dibentuk sebagaihasil dari
pembiakan sel-sel. Perkembangan selanjutnya, menghasilkan bentuk
kuntum (bud), bentuk topi (cap), dan be8rbentuk lonceng (bell) dari organ
enamel.
b. Dental papilla (organ dentin); yang berkembang dari dasar jaringan
mesenhim (jaringan pengikat permulaan) yang berasal dari mesenhim dan
akan membentuk dentin dan tinggal disekitar ruang sentral dari dentin
sebagai pulpa.
c. Kantung gigi (organ periodontal); yang juga berkembang dari dasar
mesenhim, yang berasal dari mesenhim dan akan membentuk struktur
penyanggah gigi, sementum, tulang alveolar dan selaput periodontal.
11
12
13
Kegagalam Erupsi
Kegagalan erupsi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh
sesuatu sebab sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna
mencapai oklusi yang normal di dalam deretan susunan gigi geligi
(Purba, 2004).
14
Pada kondisi kelainan perkembangan benih gigi ini, benih gigi yang
sudah terbentuk tidak mengalami perkembangan dengan sempurna
sehingga gigi gagal dalam bererupsi.
2)
Letak benih yang abnormal seperti letak benih yang terlalu miring ke
arah lingual, bukal dapat menyebabkan gigi tersebut mengalami
kesulitan dalam pergerakan erupsi sehingga gigi gagal bererupsi.
b)
15
e. Resobsi
Yaitu penghapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi dari osteoclast
(Harshanur, 1991).
2. 7 Anatomi & Morfologi Perkembangan Gigi
Morfologi perkembangan adalah studi tentang tahap-tahap
perkembangan jaringan atau organ serta perubahan struktur yang terjadi
selama peristiwa perkembangan organ berlangsung. Morfologi perkembangan
16
gigi membahas tentang kejadian gigi mulai sejak tahap uterinal hingga akhir
masa fungsionalnya (Grossman, 1995).
Kejadian gigi dimulai sekitar minggu keenam kehidupan uterin, pada
waktu permulaan perkembangan gigi. Perkembangan gigi dimulai jika
epitelium skuamus mulut yang berlapis-lapis, yang meliputi suatu pola
berbentuk sepatu kuda sebagai permulaan dari bakal prosesus maksiler dan
mandibular, mulai menebal untuk membentuk lamina gigi. Lapisan basal
kuboidal lamina gigi mulai berlipat ganda dan menebal dalam lima daerah
khusus pada masing-masing kuadran rahang, menandai letak gigi-gigi sulung
mendatang. Epitelium skuamus mulut yang berlapis-lapis menutupi suatu
jaringan penghubung embrionik yang disebut ektomesenkim karena asal
mulanya dari sel krista saraf. Oleh suatu interaksi komplek dengan epitelium,
ektomesenkim ini memulai dan mengontrol perkembangan struktur gigi.
Ektomesenkim dibawah daerah epitelial yang menebal yang menandai gigigigi sulung mendatang berkembang biak dan mulai membentuk jaringan
kapiler untuk mendukung aktivitas bahan gizi/nutrien dari komplek
ektomesenkim-epitelium. Daerah padat ektomesenkim ini adalah papila gigi
mendatang dan sesudah itu pulpa (Grossman, 1995).
Daerah epitelial yang menebal melanjutkan berlipat ganda dan
berpindah tempat ke dalam ektomesenkim dan membentuk suatu pembesaran
kuncup (bud), yaitu organ email. Keadaan ini dianggap perkembangan tingkat
kuncup (Grossman, 1995).
Organ email melanjutkan berproliferasi (berlipatganda) ke dalam
ektomesenkim dengan suatu pembagian sel berirama yang tidak rata yang
menghasilkan suatu permukaan yang cembung dan cekung, ciri khas
perkembangan tingkat tudung (cap stage). Permukaan cembung terdiri dari sel
epitelial kuboid dan disebut epitelium email luar. Permukaan cekung, disebut
epitelium email dalam, terdiri dari sel epitelial memanjang dengan nuklei
berpolarisasi yang kemudian mengalami histodeferensiasi menjadi ameloblas.
Suatu alas membran yang jelas memisahkan epitelium email dalam dan luar
dari ektomesenkim. Pada daerah epitelium email dalam, suatu daerah bebassel atau aselular juga memisahkan organ email dari ektomesenkim. Daerah
aselular ini berisi matriks ekstraselular, dimana predentin mendatang akan
ditempatkan. Diantara epitelium email dalam dan luar, sel-sel mulai terpisah
oleh deposisi cairan lendir interselular kaya glikogen yang membentuk cabang
rangkaian retikular yang disebut retikulum stelat (Grossman, 1995).
Ektomesenkim, yang sebagian tertutup oleh epitelium email dalam,
melanjutkan kepadatan selularnya. Sel-selnya besar dan bulat atau polihedral
dengan sitoplasma pucat dan nuklei besar. Struktur ini adalah papila gigi, yang
mengalami histo-diferensiasi menjadi pulpa gigi (Grossman, 1995).
17
18
2.7.2 Amelogenesis
Seiring dengan dentinogenesis, sel epitelium email dalam berhenti
membelah. Sel-sel ini adalah sel-sel epitelial yang memanjang yang disebut
preameloblas. Preameloblas berkembang menjadi sel epitelial kolumnar
panjang dengan nuklei berpolarisasi ke arah stratum intermedium, yaitu
ameloblas. Sementara ameloblas berkembang, dasar membran epitelium email
dalam diresorpsi dan dentin ditumpuk untuk mengikuti kontur yang dibentuk
oleh dasar membran. Prosesus ini membentuk pertemuan dentin-email
mendatang. Ameloblas mulai mensekresi matrik email terhadap, dan
mengikuti kontur, dentin yang telah ditumpuk. Penumpukan matrik email
menyebabkan ameloblas berpindah ke pinggir dan membentuk projeksi
19
20
21
22
23
24
Lapisan Predentin
Dentinogenesis meliputi produksi, deposisi, dan kalsifikasi matriks.
Matriks ini adalah lapisan prcdentin yang ditumpuk di sekeliling prosesus
odontoblastik dan ditemukan di antara dentin yang menbapur dan daerah
odontoblastik. Lapisan predentin ini, terurai oleh odontoblas, adalah suatu
kompleks karbohidrat protein yang terdiri dari proteoglikan, fosfoprotein
protein plasma, glikoprotein, dan fibril kolagen. Garam kalsium dan fosforus
ditumpuk ke dalam matriks ini untuk memproduksi struktur yang
bermineralisasi yang dikenal sebagai dentin. Pola kalsifikasi di sekeliling
prosesus odontoblastik membentuk tubuh dentin, dan dentin di antara tubuh
ini disebut dentin intertubular (Grossman, 1995).
Prosesus Odontoblastik
25
26
27
rata 1,5 m tiap hari. Kecepatan, kualitas dan kuantitas dentin reparatif yang
ditumpuk tergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas dan
hiasanya dihasilkan oleh odontoblas "pengganti" (Grossman, 1995).
Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode
waktu yang panjang, seperti abrasi, dentin reparatif memgkin ditumpuk pada
suatu kecepatan lebih lambat. Jaringan ini ditandai oleh tubuh yang agak tidak
teratur. Sebaliknya, suatu lesi karir, yang agresif atau suatu rangsangan
mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif drngan tubuh yang
lebih sedikit dan lebih tidak teratur. Bila oduntoblas terkena injuri yang tidak
dapat diperbaiki, odontoblas yang hancur akan meninggalkan tubuh kosong,
yang disebut dead tracts, yang memungkinkan bakteri dan produk yang
membahayakan masuk ke dalam pulpa. Dentin reparatif ditumpuk pada
dinding pulpa suatu deud tracts kecuali kalau pulpa terlalu atrofik. Karena
dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuh, meskipun kurang hermineral,
akan merintangi, masuknya produk yang membahayakan ke dalanj pulpa. Bila
karier berkembang dan bila lebih banyak odontoblas terkena injuri yang tidak
dapat diperbaiki, lapisan dentin reparatif menjadi lehih atubular dan dapat
mempunyai inklusi (inclusion) sel, yaitu odontoblas yang terjchak. Inklusi
selular tidak umum pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel
mesenkim daerah kaya-sel herkembang menjadi odontoblas untuk mengganti
yang mengalami nekrosis. Odontoblas yang tidak dapat terbentuk ini dapat
menghasilkan dentin yang teratur atau suatu dentin arnorfus, pengapurannya
jelek dan permeabel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder dan dentin
reparatif disebut garis kalsiotraumatik(Grossman, 1995)
b. Daerah Bebas-Sel
Daerah bebas-sel atau daerah Weil, adalah daerah pulpa yang relatif
aselular terletak sebelah sentral dari daerah odontoblas. Daerah ini, meskipun
disebut bebas-sel, berisi beberapa fibroblas, sel mesenkimal dan makrofag.
Fibroblas terlihat dalam produksi dan pemeliharaan serabut retikular yang
ditemukan pada daerah ini. Jika odontoblas dihancurkan oleh rangsangan
noksius, sel mesenkimal dan fibroblas berkembang menjadi odontoblas baru.
Makrofag dijumpai untuk fagositosis debris (Grossman, 1995).
Unsur pokok daerah ini adalah pleksus kapiler, pleksus saraf
Rasehkow dan substansi dasar. Pleksus kapiler terlibat dalam nutrisi
odontoblas dan sel-sel daerah dan hanya mencolok pada waktu periode
dentinogenesis dan intlamasi. Pleksus saraf Rasehkow yang tidak bermielin
terlibat dalam sensori neural pulpa dan hanya dapat dilihat bila diwarnai
dengan warna perak khusus. Suhstansi dasar terlihat dalain pertukaran
metabolik sel-sel dan membatasi penyebaran infeksi karena konsistensinya,
28
Daerah Weil lebih mencolok pada pulpa mahkota, tetapi selama periode
dentinogenesis dapat absen (Grossman, 1995).
Fibroblas
Fibroblas adalah sel predominan pulpa. Dapat herasal dari sel
mesenkimal pulpa yang tidak berkembang atau dari bagian fibroblas yang ada.
Fibroblas berbentuk stelat, dengan nuklei ovoid dan prosesus sitoplasmik. Bila
bertambah tua, menjadi lebih bulat, dengan nuklei bulat dan prosesus
sitoplasmik pendek. Perubahan bentuk disebabkan oleh pengurangan aktivitas
sel karena bertambah tua (Grossman, 1995).
Fungsi fibroblas adalah pembuatan substansi dasar dan serabut
kolagen, yang merupakan matriks pulpa. Fibroblas juga terlibat dalam
degradasi kolagen dan deposisi jaringan yang mengapur. Dapat membuat
dentikel dan dapat berkembang untuk menggantikan odontoblas mati, dengan
kesanggupan untuk membentuk dentin reparatif. Meskipun fibroblas dijwnpai
pada daerah bebassel dan kaya-sel pulpa, tetapi terpusat pada daerah kaya sel,
terutama pada bagian koronal (Grossman, 1995).
Di dalam pulpa terdapat dua macam serabut: serabut elastik ditemukan
pada dinding arteriola dan serabut kolagenus ditemukan.pada badan pulpa.
Serabut kolagenus dikeluarkan oleh fibroblas, untuk membentuk jaringan
retikular untuk menopang badan pulpa, dan oleh odontoblas sebagai bagian
matriks dentin (Grossman, 1995).
29
30
Daerah sentral atau pulpa yang sebenarnya berisi pembuluh darah dan
saraf yang tertanam di dalam matriks pulpa bersama-sama dengan fibroblas.
Dari lokasi sentralnya, pembuluh darah dan saraf mengirim cabang-cabang ke
periferi pulpa (Grossman, 1995).
Ikat/bundel neurovaskular memasuki pulpa melalui foramina apikal.
Terdiri dari satu atau dua arteriola dengan serabut saraf simpatetiknya dan
saraf sensorinya yang bermielin dan tidak bermielin memasuki pulpa, dan dua
atau tiga venula dan pembuluh limfatik meninggalkan pulpa. Pada beberapa
gigi, foramina aksesori mungkin digunakan sebagai pintu masuk dan keluar
hanya untuk pembuluh darah (Grossman, 1995).
Sirkulasi
Sirkulasi aferen pulpa terdiri dari arteriola ka dalam foramen apikal.
Bila pembuluh-pembuluh itu melewati pusat pulpa, akan bercabang menjadi
arteriola terminal, metartiola, prekapiler dan akhirnya kapiler. Kapiler berakhir
pada daerah miskin sel dan membentuk suatu pleksus kaya subodontoblastik.
Pleksus ini mungkin mengirim lup kapiler yang lewat antara odontoblas
(Grossman, 1995).
Sirkulasi
eferen terdiri dari venula pasca kapiler dan venula
penampungan (colleting venules) yang kemudian menjadi dua atau tiga venula
yang keluar melalui foramina apical dan mengalir ke dalam pembuluh pada
ligament periodontal.Pembuluh limfatik mengikuti pola yang sama ini
(Grossman, 1995).
Fungsi pembuluh darah adalah untuk mengangkut bahan
gizi,cairan,dan oksigen ke jaringan untuk mengambil pembuangan metabolik
dari jaringan dengan mempertahankan suatu aliran darah yang memadani
melalui kapiler.perubahan metabolic ini terjadi pada bed (suatu struktur
pendukung atau jaringan) kapiler. Pertukaran bahan gizi/nutrient dan
mbuangan metabolic ini diselesaikan oleh serangkaian mekanisme. Saraf
simpatelik yang mengiringi pembuluh darah arterial mampu mengerutkan otot
halus pada lapisan tengah arteriola, serabut otot halus yang melingkari bagian
dinding metarteriola, dan sfinker otot prekapiler. Kontraksi otot dan relaksasi
otot halus mengatur ukuran lumen pembuluh dan dengan demikian
mengontrol bagian darah ke jaringan. Pengurangan diameter pembuluh, atau
vasodilasi, menjelaskan keulungan bed kapiler (capillary bed) selama periode
aktivitas metabolik tinggi seperti misalnya seluruh bed kapiler selama periode
inaktivitas metabolik. Vasokonstriksi dan vasolidasi aktivitas metabolik.
Vasokontriksi dan vasolidasi dapat ditengahi oleh medulla adrenal,
mengerutkan otot halus pembuluh darah. Acetylcholine yang dilepaskan oleh
saraf simpatetik melebarkan pembuluh darah (Grossman, 1995).
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
terbentuk daerah berlubang lubang pada tulang yang disebut Lakuna Howship
(Grossman, 1995).
Sementoblas sebagai yang dibicarakan sebelumnya terletak di garis
pinggir ligamen peridontal berhadapan dengan sementum. Sementoblas
dengan prosesus sitoplasmik,terlihat kuboidal bila pada suatu lapisan tunggal,
atau skuamus bila pada lapisan multipel.Fungsinya adalah menimbun suatu
matrik terdiri dari fibril kolagen dan substansi dasar yang disebut
sementoid.Sementoid ditemukan diantara sementum yang mengapur dan
lapisan sementoblas yang menebal pada masa aktifitas.Serabut ligamen
periodontal ditemukan diantara sementoblas
dan terjebak di dalam
sementoid.Bila sementoid mengapur,serabut ligamen periodontal terkait di
dalam semenntum yang baru terbentuk dan disebut serabut sharpey, sama
seperti terkaitnya serabut periodontal dalam tulang.Sementoid mungkin
melindungi sementum terhadap erosi (Grossman, 1995).
Sementoklas,atau sel yang meresorpsi sementum ,tidak ditemukan
pada ligamen peiodontal normal.karena umumnya sementum tdak mengubah
bentuk dan hanya ditemukan pada pasien dengan kondisi patologik tertentu
(Grossman, 1995).
Sel-sel lain yang terdapat pada ligamen periodontal normal adalah
sisa-sisa sel epitelial Malasses,sel-sel mesenkimal tidak berkembang, sel mast
dan makrofag.Sisa-sisa sel epitelial Malasses adalah sisa selubung akar
epitelial Hertwig. Sel-sel ini berlokasi pada sisi sementum ligamen
periodontal. Fungsinya tidak diketahui teteapi dapt berkembang biak untuk
membentuk kista pada stimulinoksius (Grossman, 1995).
Sel Massenkimal yang tidak berkembang biasanya adalah sel stelat
dengan nuklei besar yang terlek dekat dengan pembuluh darah. Sel ini
mungkin berkembang menjadi fibroblas, odontoblas atau sementoblas
(Grossman, 1995).
Sel-sel mast, ditemukan dekat pembuluh darah adalah sel-sel besar,
bulat/oval dengan nuklei bulat yang terletak di tengah. Sitoplasmanya
mempunyai banyak granula merah yang dapat mengaburkan nuklei. Granula
ini mengandung heparin, koagulan darah dan histamin yang dapat
menuingkatkan permeabilitas kapiler. Histamin, yang dilepaskan melalui
degranelasi sel mast yang disebabkan oleh reaksi inflamasi akut, mengerutkan
sel endotelial pada dinding pembuluh yang menghasilkan ruang interselulair
dan permeabilitas vskular (Grossman, 1995).
Makrofag juga dijumpai di dekat pembuluh darah. Dalam bentuknya,
makrofag menyerupai fibroblast, tetapi dengan prosesus yang lebih pendek
dan kecil dan nuclei yang berwarna agak gelap. Fungsinya adalah
41
42
Kalsifikasi
Sementikel dapat ditemukan di dalam ligament periondontal.
Kalsifikasi ini terikat pada sementum, tertanam didalamnya, atau bebas dalam
ligament periodontal dekat dengan batas sementum. Sel epithelial mungkin
membentuk nidus untuk kalsifikasi ini (Grossman, 1995).
Penyakit pulpa bermanifestasi pada ligament periodontal. Reaksi
inflamasi berkisar dari abses sampai granuloma dan kista, dan dapat merusak
dan mengganti ligament periodontal (Grossman, 1995).
c. Prosesus Alveolar
Prosesus alveolar dibagi menjadi tulang alveolar yang sebenarnya dan
tulang alveolar pendukung (Grossman, 1995).
Tulang Alveolar Sebenarnya
Tulang alveolar yang sebenarnya adalah tulang yang membatasi
alveolus atau soket tulang yang berisi akar gigi. Tulang alveolar sebenarnya
adalah bagian dari jaringan periradikular. Pembentukannya dimulai oleh
osifikasi intra-membran pada tingkat awal pembentukan akar. Osteoblas pada
tepi ligament periodontal menumpuk suatu matriks organic yang disebut
osteoid, yang terdiri dari fibril kolagen dan substansi dasar yang terdiri dari
fibril kolagen dan substansid dasar yang terdiri dari glikoprotein, fosfoprotein,
lipid dan proteoglikan. Pada waktu ostetoblas menumpuk matriks, beberapa
terjebak di dalamnya ; sel-sel ini disebut osteosit. Matriks mengapur karena
deposisi kristal hidroksiapatit yang terutama terdiri dari kalsium dan fosfat
(Grossman, 1995).
Osteosit dalam tulang yang mengapur terletak dalam ruang oval yang
disebut lakuna, yang saling berhubungan dengan melalui kanalikuli. Sistem
kanal ini membawa nutrient ke dalam osteoid dan membuang hasil
metaboliknya yang tidak berguna. Tulang yang ditimbun bagian demi bagian
selama aktivitas osteoblastik membentuk lembaran-lembaran tulang yang
disebut lamella. Masa istirahat dibatasi oleh garis-garis gelap yang disebut
garis-garis istirahat, yang berjalan sejajar dengan permukaan tulang. Osteosit
di dalam lakunya disebarkan secara rata pada seluruh permukaan lamela.
Lamela, garis-garis istirahat, lakuna dengan osteositnya, dan kanalikuli
memberikan tulang sifat histologiknya (Grossman, 1995).
43
44
Saluran Akar
45
Foramen apikal
Pada gigi muda yang belum tmbuh sempurna foramen apikal
berbentuk corong,dengan bagian yang lebar memanjang kearah luar.mulut
jorong berisi jaringan periodontal yang kemudian di ganti dengan dentin dan
sementum.setelah akar berkembang,foramen apikal menjadi lebih
sempit.permukaan bagian dalam apeks akar sebaris dengan sementum yang
bahkan dapat agak memanjang(sekitar 1mm)kearah dalam saluran
akar.karenanya,pertemuan dentin-sementum tidak perlu terjadi pada ujung
ekstrem akar,tetapi dapat terjadi di dalam saluran utama.maka dari itu tidak
perlu membersikan,membentuk atau mengisi saluranan akar pada apeks
anatomiknya,tetapi pada pertemuan dentin-sementum,yang biasanya terletak
di dalam saluran dekat apeks.karena lokasi pertemuan dentin-email berbeda
46
pada saluran akar pengisihan sampai ketinggian ini lebih sering di kerjakan
secara kebetulan dari pada sungguh-sungguh (Grossman, 1995).
Foramel apikal tidak selalu bagian saluran akar yang paling
sempit.penyempitan dapat terjadi sebelum exterminasi/plosok-plosok agar
tercapai,penyempitan apikal sejau 0,5-1,0mm dri apeks akar (Grossman,
1995).
Foramel apikal tidak selalu terletak pada pusat apeks akar.mungkin
terdapat pada permukaan mesial,distal,labial,atau lingual akar,biasanya agak
di luar pusat(gmb.10-4).studi anatomik menunjukksn bahwa foramen apikal
yang terdapat tepat pada apeks anatomik hanya di jumpai 17-46 persen kasus
dan rata-rata lokasinya adalah sejauh 0,4-0,7mm,dari apeks anatomik.pada
sedikit kasus,foramen apikal di temukan sejauh 2-3mm dari apeks anatomik
setudi ini telah membawa rekomendasi bahwa obturasi saluran akar harus
berakir kira-kira 0,5mm dari apeks anatomik akar sebagai yang terlihat pada
radiograf (Grossman, 1995).
Pengatahuan tantang umur ketika terjadinya kalsifikasi apeks akar
adalah penting untuk praktek endodontik,terutama bila ada hubungannya
dengan terlibatnya pulpa atau gigi tanpa pulpa pada anak-anak dan
remaja.sebagai ketentuan umum suatu apeks akar terbentuk sempurna sekitar
2 sampai 3 tahun setelah erupsi gigi (Grossman, 1995).
47
48
Pada gigi susu tidak ada gigi premolar atau gigi yang menyerupai
premolar.
Akar-akar dan korona molar susu mesio-distal dan sepertiga servikal lebih
sempit
Perbedaan formula dan jumlahnya: Gigi susu: i 2/2 c 1/1 m 2/2 = 10.
Jumlah= 20
GIGI PERMANEN
Cervico-incisal >
49
Perbedaan formula dan jumlahnya. Gigi tetap: I 2/2 C 1/1 P 2/2 M 3/3.
Jumlah= 32 (Itjingningsih,1991)
2.9 Nomenklatur
Nomenklatur adalah cara menulis gigi geligi. Ada beberapa cara nomenklatur
yaitu:
1. Cara Universal
50
4. Cara Amerika
5. Cara Applegate
6. Cara Haderup
51
8. Cara FDI/WHO
52
9. C
Dengan menggunakan tanda-tanda:
S : Superior/atas
I : Inferior/bawah
d : dexter/kanan
s : sinister/kiri
Gigi tetap (pakai huruf besar)
Contoh: P2 atas kanan = P2 Sd
I1 bawah kiri = I1 Is
Gigi sulung (pakai huruf kecil)
Contoh: c bawah kanan = c Id
m2 atas kiri = m2 Ss (itjingsih, 1991)
53
b. Supernumerary
Kelainan kelebihan jumlah gigi
Supernumerary disebabkan karena berlanjutnya pembentukan benih gigi atau
karena proliferasi sel yang berlebihan ( gigi berlebih cenderung menurun dalam
satu keluarga)
Bentuk umumnya merupakan duplikat dari gigi disebelahnya. Bila terletak di
regio insisivus dan caninus disebut Mesiodent, dan bila terletak di regio molar
disebut distomolar atau paramolar.
Geminasi adalah gigi dengan satu akar tetapi memiliki dua mahkota
(terlihat seperti gigi kembar) disebut juga gemination teeth atau conate teeth.
Penyebabnya invaginasi bakal gigi, faktor lokal, sistemik, atau genetik.
Evaginasi Gigi adalah gigi dgn cusp berlebih dan berbentuk tidak normal,
Segmented Root adalah akar gigi yang terpisah, biasanya karena trauma.
Dwarfed Root, akar gigi yang lebih pendek dari ukuran normal.
setelah gigi erupsi, biasanya karena trauma, infeksi periapikal dan gangguan
54
metabolisme.
Enamel Pearl, email berbentuk bulat seperti mutiara terletak didaerah
pembentukan email baik pada gigi susu maupun gigi permanent. Email dapat
terbentuk sedikit atau tidak sama sekali, sehingga mahkota gigi terlihat kuning
kecoklatan dan permukaannya kasar.
Fluorosis adalah gangguan email karena kelebihan fluor, email tampak
tengah mahkota gigi, sebagian akibat adanya trauma pada pematangan matriks
gigi.
Dentinogenesis Imperfecta, gigi tidak memiliki dentin, secara klinis warna
55
2. Malformasi I2
a. . Gambaran klinis
Mahkota kecil : Peg shaped
Lekukan pada palatal :Dens in dens
Mudah terserang karies
b. Terapi : ekso (dicabut), ditambal
3. Dilaserasi
Pembengkokan pada mahkota/akar
Trauma selama pembentukan gigi
a. Terapi :
Ekso (dicabut)
Bedah & Orto (PSMKG, 2010)