Produk Rekayasa
Genetika
Tanaman baru hasil rekayasa genetik dikenal sebagai tanaman transgenik. Khusus pada
pangan, produk pangan hasil rekayasa genetik lebih dikenal sebagai makanan transgenik.
Hingga saat ini, jenis hayati yang umumnya digunakan dalam rekayasa genetik adalah
mikroorganisme dan tumbuhan.
Secara umum beberapa kekhawatiran para pihak terhadap produk pangan hasil rekayasa genetik adalah terkait
dengan :
1. Kemungkinan terjadinya perubahan genetik yang tak terduga dan berbahaya bagi kesehatan,
2. Terjadinya penghanyutan genetik akibat persilangan alami tanaman transgenik dengan tanaman non
transgenik,
3. Tanaman tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, tetapi sangat peka terhadap hama atau penyakit
lainnya,
4. Timbulnya efek alergi atau menghasilkan zat beracun,
5. Resistensi antibiotik,
6. Instabilitas gen yang disisipkan,
7. Munculnya gulma resisten terhadap herbisida, dan
8. Pemborosan hara dan air sehingga menurunkan daya dukung lingkungan dengan cepat
Secara obyektif yang membedakan pangan transgenik dengan pangan alami secara kasat mata sangat sulit
dilakukan. Kecuali jika pangan transgenik tersebut memiliki ciri khas. Oleh karena itu, pemasangan label pada
kemasan merupakan satu-satunya cara mengenali produk pangan transgenik.
Contoh
Semangka tanpa biji, Jagung Manis, Golden Rice, dan beberapa varietas Kedelai yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe.
Sebagai contoh kasus, banyak makanan GMO menggunakan mikroorganisme sebagai donor potensial
menimbulkan alergi yang tidak diketahui atau belum teruji. Gen dari sumber-sumber non-makanan dan
kombinasi gen baru bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang yang mengkonsumsinya atau
memperburuk yang sudah ada. Nordlee et al. (1996) melaporkan bahwa kacang Brazil sebagai salah
satu produk GMO ditarik dari peredaran karena menyebabkan alergi pada konsumen yang diduga
disebabkan oleh modifikasi gen tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang menyuluruh untuk
memastikan PRG yang masuk dan didistribusikan aman dalam berbagai aspek.
Klarifikasi BPOM tentang Isu Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik
1. Sejak tahun 1996, pangan PRG telah tersedia di pasaran internasional antara lain : jagung, kedelai,
canoladan kentang. Pangan PRG tersebut telah melalui kajian keamanan pangan sebelum diedarkan, dan
hinggasaat ini, belum ditemukan adanya pengaruh merugikan terhadap kesehatan manusia ( WHO ). (
http://www.who.int/foodsafety/areas_work/food-technology/faq-genetically-modified-food/en/)
2. Beberapa negara yang sudah mengatur peredaran pangan PRG antar lain Amerika Serikat, Uni Eropa,Cina,
Afrika, Australia, Filipina. Berdasarkan database Biosafety Clearing House (https://bch.cbd.int/)terdapat 117
jagung PRG, 33 kedelai PRG, dan 99 kentang PRG yang sudah dinyatakan aman pangan.Sedangkan
berdasarkan database Center for Evironmental Risk Assesment ( http://cera-gmo.com), saatini telah ada sektar
184 jenis PRG yang sudah dinyatakan aman pangan.
3. Pengkajian keamanan pangan PRG dilakukan oleh lembaga non struktural yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden yaitu Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik ( KKH PRG)
yang terdiriatas unsur pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat. Hasil pengkajian beruparekomendasi
keamanan pangan PRG yang disampaikan kepada Kepala Badan POM sebagai acuan untukmenerbitkan Surat
Keputusan Izin Peredaran Pangan PRG yang sekaligus merupakan sertifikat keamananpangan PRG.
4. Berdasarkan pengkajian keamanan pangan PRG, sampai tahun 2016 telah diterbitkan sertifikat keamanan
pangan PRG untuk 21 pangan produk rekayasa genetik (tebu, jagung, kentang, kedelai) yang dapat diakses
melalui website http://indonesiabch.or.id.
Thank You