Anda di halaman 1dari 10

Keamanan Pangan

Produk Rekayasa
Genetika

Reinhard Priono Sitomorang (1606114883)


Nicolas Fitra (1806111547)
Dea Aulia Putri (1806111649)
Elfira (1806124668)
Zoya Gerina Bielsa (1806125093)
Rekayasa Genetik Pangan adalah suatu proses yang melibatkan pemindahan gen (pembawa
sifat) dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang berbeda atau sama untuk mendapatkan
jenis baru yang mampu menghasilkan produk Pangan yang lebih unggul.
Pangan Produk Rekayasa Genetik adalah Pangan yang diproduksi atau yang menggunakan
bahan baku, Bahan Tambahan Pangan, dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses
rekayasa genetik.

Tanaman baru hasil rekayasa genetik dikenal sebagai tanaman transgenik. Khusus pada
pangan, produk pangan hasil rekayasa genetik lebih dikenal sebagai makanan transgenik.
Hingga saat ini, jenis hayati yang umumnya digunakan dalam rekayasa genetik adalah
mikroorganisme dan tumbuhan.
Secara umum beberapa kekhawatiran para pihak terhadap produk pangan hasil rekayasa genetik adalah terkait
dengan :
1. Kemungkinan terjadinya perubahan genetik yang tak terduga dan berbahaya bagi kesehatan,
2. Terjadinya penghanyutan genetik akibat persilangan alami tanaman transgenik dengan tanaman non
transgenik,
3. Tanaman tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, tetapi sangat peka terhadap hama atau penyakit
lainnya,
4. Timbulnya efek alergi atau menghasilkan zat beracun,
5. Resistensi antibiotik,
6. Instabilitas gen yang disisipkan,
7. Munculnya gulma resisten terhadap herbisida, dan
8. Pemborosan hara dan air sehingga menurunkan daya dukung lingkungan dengan cepat

Secara obyektif yang membedakan pangan transgenik dengan pangan alami secara kasat mata sangat sulit
dilakukan. Kecuali jika pangan transgenik tersebut memiliki ciri khas. Oleh karena itu, pemasangan label pada
kemasan merupakan satu-satunya cara mengenali produk pangan transgenik.
Contoh
 Semangka tanpa biji, Jagung Manis, Golden Rice, dan beberapa varietas Kedelai yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe.

 Peraturan mengenai Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik di Indonesia tertulis


pada Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2019. Pemasukan PRG
(dari luar negeri) >permohonan kepada Menteri yang berwenang atau Kepala LPND yang
berwenang >Menteri atau ketua KKH (Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik)
>menugaskan TTKH (Tim Teknis Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik) untuk
melakukan pengkajian dokumen teknis.
 Jenis PRG meliputi : hewan PRG, ikan PRG, tanaman PRG dan jasad renik PRG.
Dalam PP No. 21/2005 dinyatakan bahwa PRG baik yang berasal dari dalam negeri
maupun dari luar negeri yang akan dikaji atau diuji untuk dilepas dan/atau diedarkan
di Indonesia harus disertai informasi dasar sebagai petunjuk bahwa produk tersebut
memenuhi persyaratan keamanan lingkungan, keamanan pangan, dan/atau
keamanan pakan.
 Rekayasa genetika pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang digunakan untuk
memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan
dalam satu sel atau makhluk hidup (organisme), bahkan dari satu makhluk hidup ke
mahluk hidup lain yang berbeda jenisnya.

 Makhluk hidup yang materi genetiknya telah dimanipulasi secara artifisial di


laboratorium melalui rekayasa genetika disebut dengan makhluk hidup transgenic
atau rekayasa genetika makhluk hidup (Genetically Modified Organism / GMO) yang
memiliki sifat unggul dibandingkan dengan makhluk hidup asalnya.
Pelepasan GMO ke lingkungan telah menjadi kontroversial di seluruh dunia. Kontroversi tersebut terkait dengan
kemungkinan resiko terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti: kesehatan, lingkungan, agama,
budaya, etika, psikologi, dan lain-lain. Suatu teknologi dapat memberi manfaat yang besar bagi kesejahteraan
masyarakat, akan tetapi tidaklah mutlak tanpa resiko, begitu juga dengan rekayasa genetika.

Beberapa contoh dampak positif rekayasa genetika sebagai berikut:


• Meningkatnya derajat kesehatan manusia dengan diproduksinya berbagai hormon manusia seperti insulin dan
hormon pertumbuhan;
• Tersedianya bahan makanan yang lebih melimpah;
• Tersedianya sumber energi terbaharui; dan
• Proses industri yang lebih murah;
Isu bahaya Pangan Rekayasa Genetik
Salah seorang ahli dalam bidang rekayasa genetik, Jeffrey M. Smith dalam Seeds of Deception and
Genetic Roulette menyebutkan setidaknya ada 65 resiko kesehatan serius akibat mengkonsumsi
produk GMO. Bahkan, menurut Smith antara tahun 1994-2001 penyakit yang berhubungan dengan
makanan mengalami peningkatan dua kali lipat bersamaan dengan produk GMO membanjiri pasar.

Sebagai contoh kasus, banyak makanan GMO menggunakan mikroorganisme sebagai donor potensial
menimbulkan alergi yang tidak diketahui atau belum teruji. Gen dari sumber-sumber non-makanan dan
kombinasi gen baru bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang yang mengkonsumsinya atau
memperburuk yang sudah ada. Nordlee et al. (1996) melaporkan bahwa kacang Brazil sebagai salah
satu produk GMO ditarik dari peredaran karena menyebabkan alergi pada konsumen yang diduga
disebabkan oleh modifikasi gen tertentu. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang menyuluruh untuk
memastikan PRG yang masuk dan didistribusikan aman dalam berbagai aspek.
Klarifikasi BPOM tentang Isu Keamanan Pangan Produk Rekayasa Genetik

1. Sejak tahun 1996, pangan PRG telah tersedia di pasaran internasional antara lain : jagung, kedelai,
canoladan kentang. Pangan PRG tersebut telah melalui kajian keamanan pangan sebelum diedarkan, dan
hinggasaat ini, belum ditemukan adanya pengaruh merugikan terhadap kesehatan manusia ( WHO ). (
http://www.who.int/foodsafety/areas_work/food-technology/faq-genetically-modified-food/en/)

2. Beberapa negara yang sudah mengatur peredaran pangan PRG antar lain Amerika Serikat, Uni Eropa,Cina,
Afrika, Australia, Filipina. Berdasarkan database Biosafety Clearing House (https://bch.cbd.int/)terdapat 117
jagung PRG, 33 kedelai PRG, dan 99 kentang PRG yang sudah dinyatakan aman pangan.Sedangkan
berdasarkan database Center for Evironmental Risk Assesment ( http://cera-gmo.com), saatini telah ada sektar
184 jenis PRG yang sudah dinyatakan aman pangan.

3. Pengkajian keamanan pangan PRG dilakukan oleh lembaga non struktural yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden yaitu Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik ( KKH PRG)
yang terdiriatas unsur pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat. Hasil pengkajian beruparekomendasi
keamanan pangan PRG yang disampaikan kepada Kepala Badan POM sebagai acuan untukmenerbitkan Surat
Keputusan Izin Peredaran Pangan PRG yang sekaligus merupakan sertifikat keamananpangan PRG.

4. Berdasarkan pengkajian keamanan pangan PRG, sampai tahun 2016 telah diterbitkan sertifikat keamanan
pangan PRG untuk 21 pangan produk rekayasa genetik (tebu, jagung, kentang, kedelai) yang dapat diakses
melalui website http://indonesiabch.or.id.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai