Anda di halaman 1dari 38

PERATURAN

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.03.1.23.03.12.1564 TAHUN 2012
TENTANG
PENGAWASAN PELABELAN PANGAN PRODUK
REKAYASA GENETIK
Menimbang:
a. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari pangan produk
rekayasa genetik yang tidak memenuhi persyaratan,
keamanan, mutu dan gizi;

b. bahwa masyarakat perlu diberikan informasi yang benar dan


tidak menyesatkan mengenai pangan Produk Rekayasa
Genetik melalui keterangan yang dicantumkan dalam label;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang
Pengawasan Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik.
KETENTUAN UMUM
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yang dipergunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
2. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses
dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan
tambahan.
3. Produk Rekayasa Genetik atau organisme hasil modifikasi yang
selanjutnya disingkat PRG adalah organisme hidup, bagian-
bagiannya dan/atau hasil olahannya yang mempunyai
susunan genetik baru dari hasil penerapan bioteknologi
modern.
KETENTUAN UMUM

4. Pangan PRG adalah pangan yang diproduksi atau


menggunakan bahan baku, bahan tambahan pangan,
dan/atau bahan lain yang dihasilkan dari proses rekayasa
genetik.
5. Label Pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk
lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
6. Kepala Badan adalah Kepala Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengawasan obat dan makanan.
RUANG LINGKUP
(1) Peraturan ini berlaku untuk Pangan PRG yang diproduksi
di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah
Indonesia.
(2) Pangan PRG dapat berupa Pangan Olahan, bahan baku dan
bahan tambahan pangan.
Pangan PRG yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan
ke dalam wilayah Indonesia untuk diedarkan wajib memiliki
keputusan izin peredaran Pangan PRG yang diterbitkan oleh
Kepala Badan.
Selain keputusan izin peredaran Pangan PRG, Pangan PRG harus
memiliki surat persetujuan pendaftaran sesuai peraturan
perundang-undangan.
PELABELAN
(1) Pangan PRG wajib mencantumkan Label Pangan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain wajib mencantumkan Label Pangan, Pangan PRG yang
telah dinyatakan aman berdasarkan keputusan izin peredaran
Pangan PRG dan diedarkan dalam keadaan terkemas, pada
label wajib dicantumkan keterangan berupa tulisan “PANGAN
PRODUK REKAYASA GENETIK”.
(1) Pangan PRG yang diperdagangkan dalam bentuk curah atau
dalam keadaan tidak dikemas harus diberi informasi yang
jelas bahwa pangan tersebut merupakan Pangan PRG.
(2) Informasi ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah
terlihat dan harus berada dalam wadah atau berdekatan
dengan wadah tempat penjualan pangan tersebut.
PELABELAN

(1) Tulisan “PANGAN PRODUK REKAYASA GENETIK” dicantumkan


jika pangan mengandung paling sedikit 5 (lima) persen
Pangan PRG, berdasarkan persentase kandungan Asam
Deoksiribonukleat (Deoxyribo Nucleic Acid/DNA) PRG
terhadap kandungan Asam Deoksiribonukleat non PRG.
(2) Dalam hal pangan mengandung lebih dari 1 (satu) Pangan
PRG, persentase kandungan dilakukan terhadap masing-
masing Pangan PRG.
PELABELAN
(1) Pangan yang menggunakan 1 (satu) Pangan PRG sebagai
bahan tunggal, tulisan dicantumkan setelah penulisan nama
jenis pangan pada bagian utama label.
(2) Dalam hal pangan menggunakan Pangan PRG, tulisan,
dicantumkan setelah penulisan nama bahan pangan yang
bersangkutan pada bagian daftar bahan yang digunakan.
(3) Ukuran huruf untuk tulisan harus sama dengan ukuran huruf
nama jenis pangan atau nama bahan pangan.
Dikecualikan dari ketentuan untuk pangan yang telah mengalami
proses pemurnian lebih lanjut sehingga tidak teridentifikasi
mengandung protein PRG termasuk namun tidak terbatas
pada minyak, lemak, gula, dan pati.
TINDAKAN ADMINISTRATIF
Pelanggaran terhadap ketentuan Peraturan ini dapat dikenai
tindakan administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau
perintah menarik dari peredaran;
c. pemusnahan Pangan PRG, jika terbukti membahayakan
kesehatan dan jiwa manusia;
d. penghentian pemasukan dan/atau produksi untuk
sementara waktu;
e. pencabutan keputusan izin peredaran Pangan PRG
dan/atau surat persetujuan pendaftaran.
KETENTUAN PENUTUP

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar


setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Maret 2012 KEPALA BADAN
PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Pelabelan Pangan Produk Rekayasa Genetik
Pangan produk rekayasa genetik (PRG)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
produsen pangan:
Inovasi pangan produk rekayasa genetik (PRG)
PRG bahan baku, bahan tambahan pangan,
dan/atau bahan lain yang dihasilkan.

• Rekayasa genetik/transgenik dilakukan dengan cara


pemindahan gen (Asam Deoksiribonukleat (Deoxyribo
Nucleic Acid/DNA) dari satu makhluk hidup ke mahluk
hidup lainnya.
Pangan produk rekayasa genetik (PRG)

Tujuan Penerapan bioteknologi modern:


- untuk menghasilkan hewan/tanaman dengan
varietas unggul yang memiliki berbagai kelebihan
- produktivitas yang tinggi,
- tahan hama, dan dapat tumbuh pada lingkungan
ekstrim.
Dapat mengatasi krisis pangan dunia.
Hasil rekayasa genetik sebagian besar berasal dari
tanaman.
Membuat klon bakteri yang mengandung DNA
rekombinan

• Rekayasa genetik/transgenik /Genetically Modified


Organism (GMO) diartikan sebagai teknik untuk
menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru
yang diinginkan atau kombinasi gen-gen baru atau
dapat dikatakan sebagai manipulasi gen organisme
untuk mendapatkan galur baru dengan cara
menyisipkan bagian gen ke tubuh organisme
tertentu.
MEKANISME REKAYASA GENETIKA

1. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan.


2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.
3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.
5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan.
6. Produk DNA rekombinan, diintegrasikan kedalam sel tanaman , hasil
transformasi dibiakan dalam kultur, ditanam tanaman transgenik
Pangan produk rekayasa genetik (PRG)
Produk pangan hasil rekayasa genetik
- semakin beragam dan menarik,untuk dikonsumsi.
- menuai kekhawatiran karena mungkin dapat beresiko
terhadap kesehatan; reaksi alergi (alergenisitas), transfer
gen dan outcrossing.
PRG harus melalui pengujian terkait alergenisitas yang
mungkin timbul akibat transfer gen pada saat proses
budidaya melalui bioteknologi modern.
Protokol untuk pengujian telah disiapkan dan dievaluasi oleh
FAO dan WHO.
walaupun belum ditemukan adanya efek alergi dalam
pangan PRG yang beredar di pasar internasional.
Tanggung jawab pemerintah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, Pasal 109 : “Setiap orang dan/atau
badan hukum yang memproduksi, mengolah, serta
mendistribusikan makanan dan minuman yang
diperlakukan sebagai makanan dan minuman hasil
teknologi rekayasa genetik harus menjamin agar aman bagi
manusia, hewan yang dimakan manusia, dan lingkungan”.
Pemerintah mewajibkan pemeriksaan keamanan pangan PRG
sebelum diedarkan (pre-market food safety assessment).
Pengkajian keamanan dilakukan oleh Komisi Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG).
Pencantuman Keterangan Pangan PRG

Peraturan Kepala Badan POM Nomor


HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan
Pelabelan Pangan Produk Rekaya Genetik.
Tujuan: untuk mempermudah publik dalam memperoleh
informasi suatu produk, sehingga konsumen teredukasi
untuk semakin selektif memilih suatu produk yang aman
dan berkualitas.
Pada Label Pangan produk rekayasa genetik harus
mencantumkan tulisan .“Pangan Produk Rekayasa
Genetik”
Persyaratan pelabelan pangan PRG
1. Pangan PRG yang diperdagangkan dalam bentuk curah atau
dalam keadaan tidak dikemas harus diberi informasi yang jelas
bahwa pangan tersebut merupakan pangan PRG. Informasi
tersebut ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah
terlihat dan harus berada dalam wadah atau berdekatan
dengan wadah tempat penjualan pangan tersebut.

Pangan Produk Rekayasa Genetik


Persyaratan pelabelan pangan PRG
2. Pangan PRG yang telah memenuhi persyaratan dan diedarkan
dalam kemasan wajib mencantumkan keterangan tertulis berupa
“Pangan Produk Rekayasa Genetik”.
Contoh jenis pangan:
Baby Corn Segar (Kategori Pangan
04.2.1.1)
Contoh produk : Baby Corn Segar
(dalam kaleng)
Komposisi : Baby corn
Hasil Analisis : Baby corn = Jagung PRG
100%
Baby Corn Segar
Pangan Produk
Rekayasa Genetik
Persyaratan pelabelan pangan PRG

Contoh jenis pangan :


Tepung Kedelai, Tepung Terigu,
Tepung Jagung
(Kategori Pangan 06.2.1)
Nama Dagang
Contoh produk : Tepung kedelai
Tepung Kedelai
Komposisi : Tepung kedelai
Pangan Produk
Rekayasa Genetik
Hasil Analisis : Tepung kedelai =
kedelai PRG 100%
Persyaratan pelabelan pangan PRG
• 3. Tulisan “Pangan Produk Rekayasa Genetik” dicantumkan
jika pangan mengandung paling sedikit 5 (lima) persen pangan
PRG, berdasarkan presentase kandungan Asam
Deoksiribonukleat (Deoxyribo Nucleic Acid/DNA) PRG
terhadap kandungan DNA non PRG.
a. Bagian Daftar Bahan
1) Pangan Segar
Contoh jenis pangan :
Buah segar kupas/potong (Kategori Pangan 04.1.1.3)
Contoh Produk : Buah potong (terkemas)
Komposisi : Apel potong, papaya potong, jambu biji potong
Hasil Analisis : Apel = Apel PRG 30% Pepaya = Pepaya PRG 30%
Persyaratan pelabelan pangan PRG
1) Pangan Segar Contoh Produk : Buah potong (dalam
kemasan kaleng)
Komposisi : Apel potong, papaya potong,
jambu biji potong

Hasil Analisis : Apel = Apel PRG 30%


Pepaya = Pepaya PRG 30%

Komposisi:
Apel Pangan Produk Rekayasa
Genetik, Pepaya Pangan Produk
Rekayasa Genetik, Jambu.
Persyaratan pelabelan pangan PRG
2) Pangan Olahan
Contoh jenis pangan :
Kecap Manis (Kategori Pangan
12.9.2.3), Sari Kedelai (Kategori
Pangan 06.8.1), Biskuit (Kategori
Pangan 07.1.3)

Contoh produk 1 : Kecap Manis

Hasil Analisis : Sari Kedelai = PRG


10%
Komposisi :
Gula merah, sari kedelai Pangan
Produk Rekayasa Genetik, air,
garam, BTP
Persyaratan pelabelan pangan PRG
Contoh produk 2 : Biskuit
Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula,
margarine dan BTP

Hasil Analisis : Tepung jagung = jagung PRG 4%, tepung kedelai =


kedelai PRG 4%

Komposisi : Tepung terigu,


tepung jagung, tepung kedelai,
gula, margari, dan BTP
Persyaratan pelabelan pangan PRG
Contoh produk 3 : Biskuit
Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula,
margarine dan BTP
Hasil Analisis : Tepung jagung = jagung PRG 4%, tepung kedelai =
kedelai PRG 6%

Komposisi : Tepung terigu, tepung


jagung, tepung kedelai Pangan
Produk Rekayasa Genetik, gula,
margarine dan BTP
Persyaratan pelabelan pangan PRG
Contoh produk 4 : Biskuit
Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung, tepung kedelai, gula,
margarine dan BTP
Hasil Analisis : Tepung jagung = jagung PRG 8%, tepung kedelai =
kedelai PRG 6%

Komposisi : Tepung terigu, tepung jagung


Pangan Produk rekayasa Genetik, tepung
kedelai Pangan Produk Rekayasa Genetik,
gula, margarine dan BTP
Persyaratan pelabelan pangan PRG

6. Ukuran huruf untuk tulisan “Pangan Produk Rekayasa Genetik”


harus sama dengan ukuran huruf nama jenis pangan atau
nama bahan pangan.

7. Pangan yang telah mengalami proses pemurnian lebih lanjut


sehingga tidak teridentifikasi mengandung protein PRG
seperti minyak, lemak, gula, dan pati, tidak wajib diberi
keterangan PRG.
Persyaratan pelabelan pangan PRG
Adapun prinsip pencantuman keterangan pangan PRG pada label
yakni persentase pangan PRG dalam produk pangan
dibuktikan dengan hasil analisis masing-masing pangan PRG
yang menunjukkan:

DNA Pangan PRG X 100%


DNA Seluruh Pangan Non PRG
Atau

“Perbandingan jumlah DNA PRG terhadap


jumlah keseluruhan DNA pangan non PRG
sejenis”.
Persyaratan pelabelan pangan PRG

• Jika persentase kandungan DNA PRG terhadap


kandungan DNA Non PRG di bawah 5 (lima)
persen, tidak wajib mencantumkan
keterangan pangan PRG. Berikut ketentuan
pencantuman keterangan tentang “PANGAN
PRODUK REKAYASA GENETIK”:

WAJIB : Jika % DNA PRG ≥ 5%


TIDAK WAJIB : Jika % DNA PRG < 5%
Daftar Pustaka
1. Panduan Pencantuman Keterangan “Pangan Produk Rekayasa Genetik” Pada
Label Pangan, Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Deputi Bidang
Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM, 2012.
2. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian Keamanannya di
Indonesia, Info POM, Volume XI, No.1, Maret-April 2010.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan.
4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.03.12.1563 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengkajian
Keamanan Pangan Produk Rekaya Genetik.
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.03.12.1564 Tahun 2012 tentang Pengawasan Pelabelan Pangan
Produk Rekaya Genetik.
6. Publikasi WHO (2003) : “20 Questions On Genetically Modified (GM) Foods
http://www.who.int/foodsafety/publications/biotech/20questions/en/

Anda mungkin juga menyukai