Anda di halaman 1dari 30

NAMA : DIANTIKA PUTRI

NPM : 18334749
FARMAKOTERAPI

a. SOAP pasien hamil


Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh langsung dari klien melalui anamnese yang
berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Data subjektif selain diperoleh
dari hasil bertanya langsung dari pasien, juga dapat diperoleh dari suami atau keluarga
a. Biodata
Untuk mengetahui data pasien, bidan menanyakan pada ibu. Biodata yang
menyangkut identitas pasien yang terdiri atas :
Identitas ibu :
Nama
Untuk mengetahui agar tidak terjadi kekeliruan dan tidak tertukar dengan data ibu
yang lain.
Umur
Untuk mengetahui apakah usia dalam masa produktif 20 – 35 tahun atau tidak
produktif dan untuk mengetahui ibu dalam resiko tinggi atau tidak.
Agama
Untuk mengetahui kepercayaan yang dianut supaya dalam memberikan asuhan tidak
bertentangan dengan kepercayaan yang dianut.
Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pendidikan, sehingga mempermudah penyampai asuhan
dan mempermudah komunikasi pada pasien.
Pekerjaan
Untuk mengetahui taraf sosial ekonomi pada pasien, pendapatan dan pekerjaan umum
termasuk pekerjaan yang memberatkan dan yang dapat menyebabkan gangguan pada
ibu hamil serta tidak.
Suku atau ras
Untuk mengetahui adat dan budaya setempat, karena setiap daerah mempunyai
kebiasaan yang berbeda sehingga bidan dapat memberi asuhan sesuai dengan
kebiasaan daerahnya.
Alamat
Untuk mengetahui dimana pasien tinggal dan untuk data pada setiap daerah.
Nama suami

b. Riwayat pasien
1. Alasan datang
Alasan utama mengapa pasien datang ke pelayanan kesehatan, misalnya ada keluhan
atau hanya ingin memeriksakan kehamilannya.
2. Anamnesa
Keluhan utama
Keluhan utama untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan serta mengetahui diagnosa pasien dan tindakan selanjutnya yang harus
dilakukan bidan apabila ditemukan keadaan yang menyimpang dari pasien.
c. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
apakah pasien mengalami gangguan pada alat reproduksinya atau tidak.
Beberapa data yang dapat ditanyakan dalam riwayat menstruasi antara lain :
Menarche
Merupakan usia pertama kali ibu mengalami menstruasi. Usianya bisa 10-16 tahun,
tetapi rata-rata 12,5 tahun .
Lama
Merupakan lamanya darah menstruasi keluar .Biasanya antara 3-5 hari ,ada yang 1-5
hari diikuti darah sedikt-sedikit,dan ada yang sampai 7-8 hari .Pada setiap wanita
lama haidnya itu tetap .
Siklus
Merupakan jarak antara menstruasi yang lalu dengan yang sekarang . Panjang siklus
haid yang atau di anggap siklus haid yang klasik adalah 28 hari .Tetapi ada pula yang
25-32 hari .Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur,
biasanya siklus tidak berovulasi .
Volume
Merupakan banyak sedikitnya darah yang dikeluarkan pada saat menstruasi .Dalam
data ini bisa ditanyakan dalam beberapa pertanyaan seperti ; berapa kali ganti
pembalut dalam sehari .Data ini ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien
mengalami gangguan pada menstruasinya.
Keluhan
Hal ini ditanyakan untuk mengetahui apakah ada kelainan pada saat menstruasi.
Keluhan tersebut seperti :
Disminore, merupakan suatu gejala nyeri pada saat keluarnya darah haid.
Premenstrual tension ( tegangan pra haid)
Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai 1 minggu sampai beberapa hari
sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-
kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
Mastalgia merupakan rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.
HPHT
Data ini ditanyakan untuk mengetahui umur kehamilan, perkiraan lahir serta apakah
kehamilan termasuk dalam aterm, posterm atau postmatur .
d. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat ini ditanyakan karena untuk mengenai :
1. Berat badan sebelum hamil bahwanya untuk mengetahui berapa kenaikan berat
badan selama hamil.
2. Berapa kali ibu melakukan pemeriksaan ANC.
3. Berapa kali gerakan janin yang di rasakan ibu Gerakan janin. Pemeriksaan
gerakan janin, bisa dilakukan dengan cara dilihat, dirasakan atau diraba. Gerakan
janin mulai dirasakan ibu hamil primigravida pada usia kehamilan 18 minggu dan usia
kehamilan 16 minggu pada multigravida. Pada usia kehamilan 20 minggu, gerakan
janin diraba oleh pemeriksa. Gerakan janin minimal 10 kali dalam 12 jam.
4. Apakah ibu mengalami tanda bahaya dan penyulit,untuk mengetahui keluhan
yang dirasakan ibu.
5. Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi atau obat selain dari bidan
6. Untuk mengetahui apakah ibu sudah dan berapa kali di imunisasi TT
7. Untuk mengetahui kekhawatiran – kekhawatiran khusus yang dirasakan ibu.
8. Untuk mengetahui hari perkiraan lahir, sehingga ibu dapat mempersiapkan
persalinan.
Riwayat ini ditanyakan untuk mengetahui kehamilan, persalinan dan nifas ibu yang
lalu, apakah pada saat itu mengalami gangguan ataupun komplikasi–komplikasi
lainnya. Sehingga dapat membuat suatu perencanaan untuk kehamilan sekarang agar
tidak terjadi gangguan atau komplikasi yang pernah di alami .
# a Kehamilan sekarang
Penyuluhan yang sudah didapatkan: belum mendapat penyuluhan dari petugas
kesehatan.
f. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Riwayat ini ditanyakan untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu yang lalu, data ini
didapat dari riwayat kesehatan ibu. Penyakit - penyakit yang ditanyakan dalam
riwayat kesehatan yang lalu :
Penyakit menurun
Penyakit jantung, hipertensi, Diabetes Melitus
Penyakit menular
Penyakit TBC, Hepatitis, Penyakit Menular Seksual(PMS), HIV/AIDS
2. Riwayat kesehatan sekarang
Data yang didapat dari riwayat kesehatan ibu, untuk mengetahui kondisi kesehatan
ibu sekarang apakah ibu mengalami penyakit antara lain:
Penyakit menurun
Penyakit jantung, hipertensi, Diabetes Melitus
Penyakit menular
Penyakit TBC, Hepatitis, Penyakit Menular Seksual(PMS), HIV/AIDS
g. Riwayat kesehatan keluarga
untuk mengetahui apakah dari keluarga ibu atau suami ada yang menderita penyakit-
penyakit menular, menurun dan penyakit menular seksual serta gemeli (keturunan
kembar)
h. Riwayat Sosial Ekonomi
1. Riwayat pernikahan
Untuk memberikan gambaran kepada bidan mengenai suasana rumah tangga pasien
yang dapat mempengaruhi psikis pada ibu hamil.
Usia menikah
Untuk mengetahui apakah pasien siap membina rumah tangga dan siap untuk
mempunyai anak.
Status pernikahan
Untuk mendapatkan adanya pengakuan dari pihak ayah apabila bayi lahir nanti
Lama pernikahan
Untuk mengetahui lamanya pasien membina rumah tangga
Frekuensi menikah
Untuk mengetahui kesehatan reproduksi pasien apabila pasien lebih dari 1x menikah
dan waspada akan PMS.
2. Dukungan
Untuk mengetahui apakah keluarga sudah menyiapkan dana untuk proses
persalinan
Untuk mengetahui apakah keluarga memberikan dukungan penuh dan merasa
senang dengan kehamilan ibu
Untuk mengetahui siapa mengambil keputusan pertama dan kedua pada
keluarga
3. Riwayat KB
Riwayat ini ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah menjadi akseptor KB
jenis tertentu .Sehingga kita tahu apakah kehamilan ini diinginkan atau tidak. apabila
ibu pernah menjadi akseptor KB tanyakan jenis KB apa yang digunakan,misalnya KB
suntik,implan,spiral,dll. Berapa lama ibu menjadi akseptor KB, keluhan apa yang
muncul pada saat menjkadi akseptor KB misalnya badan menjadi gemuk,haid menjadi
tidak teratur,dll. Kemudian tanyakan pada ibu rencana ibu apabila KB tersebut tidak
sesuai.

i. Pola kehidupan Sehari-hari


1. Nutrisi
Untuk mengetahui apakah ibu sudah tercukupi asuhan gizinya dan agar memudahkan
bidan untuk mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya.
Sebelum hamil
untuk mengethui berapa banyak dan menu apa sajakah yang dikonsumsi oleh ibu
sebelum hamil.
Selama hamil
Untuk mengetahui perbedaan berapa banyak dan menu apa saja yang dikonsumsi oleh
ibu selama hamil

2. istirahat
Untuk mengetahui kebiasaan istirahat dan hambatan apa saJa yang mungkin muncul
pada pasien.
Sebelum hamil
Untuk mengetahui berapa lama pola tidur ibu sebelum hamil .
Selama hamil
Untuk mengetahui berapa lama pola tidur ibu selama masa kehamilan

3. Aktifitas
Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh ibu
Sebelum hamil
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh ibu sebelum hamil, kegiatan
tersebut dsendiri atau dibantyu orang lain.
Selama hamil
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang dilakukan oleh ibu selama hamil, kegiatan
tersebut dsendiri atau dibantyu orang lain.

4. Hubungan seksual
Untuk mengetahui frekuensi dan keluhan dalam hubungan seksual.
Sebelum hamil
Untuk mengetahui frekuensi hubungan seksual ibu sebelum hamil.
Selama hamil
Untuk mengetahui frekuensi hubungan seksual ibu selama hamil dan agar bidan dapat
memberikan pendidikan kesehatan jika ibu ada keluhan dalam berhubungan seksual
selama hamil.

5. Personal hygine
Untuk mengetahui kebersihan ibu dalam kehidupan sehari-harinya.
Sebelum hamil
Untuk megetahui kebersihan pasien sebelum hamil, misalnya sebelum hamil ibu
kearamas berapa kali seminggu, mandi berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali
sehari, serta berapa kali ganti celana dalam sehari.
Selama hamil
Untuk mengetahui kebersihan pasien selama hamil. selama hamil ibu kearamas
berapa kali seminggu, mandi berapa kali sehari, gosok gigi berapa kali sehari, serta
berapa kali ganti celana dalam sehari.
Pola hidup sehari-hari (sebelum dan sesudah hamil)
pola nutrisi dan cairan
sebelum hamil:
makan dengan menu gizi seimbang sehari tiga kali.
Minum air putih sehari 8 gelas
Minum kuah sayur, air kacang hijau.
Selama hamil:
Saat hamil muda nafsu makan tidak ada
Ngidam makan makanan yang masam-masam
Sekarang nafsu makan bisa dengan menu gizi seimbang 3-4 kali/hari
Minum air putih sehari 8 gelas
Minum kuah sayur, air kacang hijau,susu

j. Rencana persalinan
Untuk megetahui rencana ibu dan keluarga dimana tempat persalinannya dan siapa
yang membantu dalam proses persalinannya nanti.

2 Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil
observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang
lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala
klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
a. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum seperti :
1) KU, yaitu berupa keadaan pasien secara keseluruhan
2) Kesadaran, yaitu untuk menciptakan gambaran tentang kesadaran pasien (
melakukan pengkajian derajat kesadaran dari composmentis sampai koma.
3) TTV, yaitu untuk mengetahui keadaan tanda – tanda vital dari pasien apakah
normal atau tidak.tanda – tanda vital tersebut berupa :
Tekanan darah: dengan mengukur tekanan darah diharapkan supaya dapat
mengetahui apakah pasien tersebut mengalami hipertensiyang ditandai dengan
tekanan darah > 140/90 mmHg dan hipotensi < 90/60 mmHg dan tekanan darah
normal 120/80 mmHg.
Nadi: untuk mengetahui frekuensi nadi pasien yang normalnya 80 – 100 x/mnt.
Respiration rate: untuk mengetahui frekuensi nafas pasien yang normalnya 16 –
24x/ mnt
Suhu: untuk mengetahui suhu tubuh pasien apakah terjadi infeksi atau tidak.
Suhu normal 36,5 – 37,5 oC
4) Berat Badan, yaitu berupa penimbangan berat badan ibu apakah berat badan ibu
masih dalam kenaikan normal atau mengalami penurunan selama hamil.
5) Tinggi badan, yaitu dalam pengukuran tinggi badan dilakukan karena untuk
mengetahui apakah ibu tergolong dalam ibu hamil dengan resiko atau tidak. Dimana
tinggi badan minimal normalnya 145 cm.
6) Lila, yaitu pengukuran lengan atas yang dilakukan untuk mengetahui bagaimana
status gizi ibu apakah sudah cukup atau kurang. Lila normal yaitu 23,5 cm, apabila
kurang dari 23,5 cm dapat dikatakan ibu tersebut mengalami KEK (Kekurangan
Energi Kronik)

b. Pemeriksaan Fisik
Dalam pengkajian ini dilakukan pemeriksaan secara inspeksi, perkusi alkustasi dan
palpasi yang dilakukan secara berurutan
1. Inspeksi
Muka
Untuk melihat keadaan muka ibu apakah terlihat pucat atau tidak,oedem atau
tidak,dan ada cloasma gravidarum atau tidak
Mata
Untuk mengetahui keadaan ibu apakah konjungtiva atau tidak dan skera kuning atau
tidak.pemeriksak’an ini jiga bisa untuk menentukan apakah ibu mengalami anemia
atau tidak
Leher
Untuk mengetahui keadaan leher ibu apakah ada pembesaran kelenjar teroid dan
kelenjar parotis atau tidak.
Payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara ibu membesar atau tidak, areola menghitam atau
tidak, puting menonjol atau tidak, terdapat massa atau tidak.
Aksila
Untuk mengetahui ada tidak nya pembesaran kelenjar limfe
Abdomen
Ada tidaknya strae gravidarum
Ekstrimitas
Untuk mengetahui adakah oedem atau tidak yang bisa menandakan bahwa mengalami
pre eklamsi.
2. Palpasi
Leopold I : untuk mengetahuin TFU dan bagian apa yang teraba pada bagian
fundus.
Leupold II : untuk mengetahui batas kanan kiri perut ibu,dan bagian apa yang
teraba padasebelah kanna dan kiri ibu.
Leupold III :untuk mngetahui bagian terbawah perut ibu,dan apakah sudah
masuk kepintu atas panggul atau belum.
Leupold IV:untuk mengethui seberapa bagian kepala janin yang sudah masuk
kedalam panggul.
TFU MC.DONALD:untuk mengetahui tinggi fundus uteri yang di ukur dengan
matline.
TBJ:untuk mengetahui tafsiran berat janin apakah sudah sesuai dengan umur
kehamilan nya.

3. Auskustasi
DJJ
Untuk meengetahui ada nya denyut jangtung janin dan berapa jumlah nya.serta
frekuensi nya.selain itu DJJ juga bisa untuk mengetahui apakah janin mengalami
gawat janin atau tidak.
Punctum maksimum
Untuk mengetahui letak terkeras denyut jantung janin.
4. Perkusi
Reflek patela untuk mengetahui apakah ada reflek patela pada ibu.selain itu
pemeriksaan ini pun untuk mendeteksi dini adanya komplikasi kehamilan,tetapi
pemeriksaan ini dilakukan apabila ada indikasi tertentu.

Selain pemeriksaan diatas juga bias melakukan pemeriksaan penunjang yang lain
seperti dibawah ini :
1. Pemeriksaan panggul
Indikasi pemeriksaan ukuran panggul adalah pada ibu-ibu hamil yang diduga panggul
sempit, yaitu: pada primigravida kepala belum masuk panggul pada 4 minggu
terakhir, pada multipara dengan riwayat obstetri jelek, pada ibu hamil dengan
kelainan letak pada 4 minggu terakhir dan pada ibu hamil dengan kiposis, skoliosis,
kaki pincang atau cebol.
2. Pemeriksaan laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada ibu hamil, adalah
pemeriksaan sampel urin pada ibu hamil antara lain untuk keperluan pemeriksaan tes
kehamilan (PPTest), warna urin, bau, kejernihan, protein urin dan glukose urin.
Pemeriksaan darah ibu hamil, antara lain bertujuan untuk memriksa hemoglobin,
golongan darah, hematokrit darah, faktor resus,rubella, VDRL/RPR dan HIV.
Pemeriksaan HIV harus dilakuan dengan persetujuan ibu hamil.
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : Hb 11 g%
2. Darah : golongan darah A
3. Urine : Albumin urine negatif ,reduksi negatif, Hbs Ag negatif

3. ASESSMENT
Untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan kerangka
masalah pasien,selain itu juga untuk menentukan perencanaan yang akan dilakukan
kepada pasien.
4. PENATALAKSANAAN
Untuk merencanakan asuhan yang menyeluruh yang berdasarkan diagnosa atau
assesment masalah yang timbul pada saat pemeriksaan dan semua perencanaan yang
dibuat harus bedasarkan pertimbangan yang tepat meliputi perkembangan teori yang
terbaru serta di validasikan dengan asuhan mengenai apa yang di inginkan dan tidak
di inginkan pasien.

b. SOAP pasien menyusui


DATA SUBJEKTIF
A. Identitas / Biodata
B. Status Kesehatan
2. Alasan kunjungan
3. Keluhan-keluhan
4. Riwayat obstetri yang lalu
a. Riwayat haid / menstruasi
b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
5. Persalinan sekarang
b. Bayi
6. Pola sehari-harI
7. Imunisasi
8. Riwayat KB
9. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita
10. Riwayat penyakit keluarga
12. Riwayat sosial

II. DATA OBJEKTIF


A. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan darah
b. Respirasi
c. Nadi
d. Suhu

1. Kepala
Rambut
Muka
Mata
Telinga
Hidung
Mulut dan gigi
2. Leher
3. Dada dan payudara
Dada
a. Bentuk
b. Bunyi jantung
c. Bunyi paru-paru
Payudara
a. Bentuk
b. Keadaan
c. Puting susu
d. Benjolan
e. Pengeluaran
f. Rasa nyeri
4. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
5. Punggung dan pinggang
6. Ekstremitas
7. Genitalia
8. Anus

B. Data Penunjang
Laboratorium

III. ASSESMENT
Diagnosa
a. Tanda-tanda vital
b. TFU 2 jari bawah pusat
c. Kontraksi uterus baik
d. Perdarahan normal

IV. PLANNING
1. Memberitahukan hasil emeriksaan kepada ibu
2. Memeriksa TFU dan memastikan kembali uterus berkontraksi dengan baik.
3. Memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong dan mendeteksi adanya
perdarahan primer dan mengajarkan ibu teknik massase, yaitu meletakan tangan
diatas perut ibu kemudian memutarnya secara sirkuler.
4. Mengajarkan ibu melakukan ambulasi dini, yaitu dengan cara bangun dari
tempat tidur dan belajar ke kamar mandi sendiri atau dengan bantuan keluarga,
bila ingin BAK atau BAB.
5. Melakukan konseling tentang tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu:
a. Uterus teraba lembek / tidak berkontraksi
b. Perdarahan pervaginaam > 500 cc
c. Sakit kepala berat
d. Rasa sakit/panas waktu BAK
e. Penglihaatan kabur
f. Pengeluaran cairan pervaginam berbau busuk
g. Demam tinggi dimana suhu tubuh ibu >380C
6. Melakukan konseling tentang perawatan luka jahitan pada perineum, yaitu
menganjurkan ibu untuk memebersihkannya menggunakan sabun dan air dingin
jangan air hangat, kemudian mengeringkannnya dengan handuk bersih. Selain itu,
menganjurkan ibu untuk mengganti pembalutnya minimal 3x/hari atau jika sudah
tidak merasa nyaman.
7. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan, karena
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, dapat memberikan perlindungan
terhadap infeksi, dan merupakan nutrisi yang baik pada bayi untuk tumbuh
kembangnya dan menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin.
8. Memberikan penkes tentang nutrisi dan hidrasi yaitu mendukung ibu untuk
terus makan teratur 3x/hari dan mengkonsumsi makanan bergizi seperti lauk pauk,
buah dan sayuran, serta memperbanyak minum yaitu 9-10 gelas / hari agar
pencernaan ibu dan produksi ASI lancar.
9. Mengenjurkan ibu untuk istiraahat daan tidur yang cukup, yaitu tidur siang 2
jam dan tidur malam 8 jam, serta menjelaskan kepada ibu tentang mungkin
terganggunya pola tidur karena adanya bayi, jadi ibu bisa ikut tidur apabila bayi
sedang tidur agar stamina dan kesehatan ibu terjaga.
10. Mengajakrkan ibu cara menyusui yang baik dan benar,yaitu perut ibu dan perut
bayi menempel berhadapan, posisi ibu duduk dengan punggung rendah pada kursi
ataau berbaring santai, masukan puting ke mulut bayi sehingga atas dan bawah
terbuka daan bayi menghisap, menyendawakan bayi setelah menyusu, untuk
mengeluarkan udara lambung.
11. Melakukan konseling perawatan bayi sehari-hari terutama cara mencegah bayi
hipotermi yaitu dengan tetap menjaga kehangatan bayi diantaranya dengan
menempatkan bayi di tempat yang hangat, segera mengganti kain bayi yang basah
dengan yang kering dan bersih, serta selalu memakaikan topi pada bayi. Selain itu,
mengajarkan ibu mengenai perawatan tali pusat yaitu jangan membungkus putung tali
pusat atau perut bayi atau mengoleskan caairan atu bahan apapun ke putung tali pusat,
melipat popok di bawah tali pusat, dan jika putung taali pusat kotor, bersihkan hati-
hati dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan dengan menggunakan handuk
bersih.
12. Mengajarkan ibu cara merawat payudara (Breast Care), yaitu sebelum
menyusui, ibu terlebih dahulu memebersihkan payudaranya dengan menggunakan
baby oil, lalu melakukan pijatan lembut secara memutar ke arah puting susu,
kemudian memompresnya sengan air hangat selama 3 menit, air dingin 2 menit, daan
aair hangat lagi 3 menit, lalu bersihkan dan keringkan.
13. Mengajurkan ibu untuk ber KB pasca salin seperti pil, suntik, IUD, implan atau
jika ibu sudah tidak mengiginkan punya anak lagi, ibu bisa melakukan MOW.
14. Menganjurkan ibu meminum vitamin A. Minum vitamin A 1 tablet segera
setelah melahirkan dan kapsul kedua dimuinum setelah 24 jam vitamin A yang
pertama.

c. SOAP pasien bayi dan anak


Data Subyektif
Data subyektif diperoleh dengan cara anamnesa pada ibu dari anak (auto anamnesa)
ataupun keluarganya.
1. Biodata
1) Biodata Anak
Nama Anak : untuk mengetahui identitas anak sehingga dapat mencegah
kekeliruan bila ada nama anak yang sama.
tanggal Lahir : untuk mengetahui tanggal lahir anak supaya dapat menghitung
umur anak.
Umur : Untuk mengetahui umur anak sehingga dapat mengetahui
perkembangn dan pertumbuhan anak sesuai usianya
Jenis Kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin sehingga dapat mencegah
kekeliruan bila ada nama yang sama.
2) Biodata orang tua
a. Nama : untuk mengetahui nama orang tua anak supaya
dapat menghindari tertukarnya identitas nama pasien orang tua dari anak.
b. Agama : untuk mengetahui agama apa yang di anut sehingga dapat
memudahkan memberi nasehat dalam perawatan
c. Suku/bangsa : untuk mengetahiu suku bangsa orang tua anak sehingga
dapat memudahkan bidan dalam menyesuaikan adat orang tua dan anak tersebut yang
berkaitan dengan perawatan anak.
d. Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan orang tua, sehingga
dapat menyesuaikan pemberian asuhan.
e. Pekerjaan : untuk mengetahui taraf sosial ekonomi orang tua anak
tersebut, sehingga dapat menyesuaikan pemberian gizi seimbang dan pemberian
asuhan.
f. Alamat : untuk mengetahui dimana orang tua dan anak menetap
sehingga bisa diketahui seberapa jauh pengaruh lingkungan terhadap orang tua dalam
pertumbuhan dan perawatan anak.

2. Alasan Datang
Merupakan alasan dari orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
anaknya.

3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa yang sedang dikeluhkan terhadap anak dan untuk mengetahui
apakah anak mengalami permasalahan kesehatan yang mengganggu dalam tumbuh
kembang anak.

4. Riwayat Kesehatan yang lalu, sekarang dan keluarga


Untuk mengetahui riwayat kesehatan yang lalu, sekarang dan keluarga yang
hubunganya dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Riwayat kehamilan
Untuk mengetahui apakah pada saat hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan atau
tidak, karena apabila ibu mengalami komplikasi pada saat hamil akan mempengaruhi
tumbuh kembang anak.

6. Riwayat persalinan
Menguraikan tentang riwayat persalinan ibu, terdiri atas :
jenis persalinan apakah ibu mendapatkan penanganan persalinan khusus
seperti SC, Vacum dan Forcep.,
penolong, apakah ibu ditolong oleh bidan dukun, dan dokter.
tempat persalinan, apakah ibu bersalin di rumah, BPS atau di Rumah sakit
komplikasi, Apakah ibu mengalami komplikasi dalam proses persalinan
BB, untuk mengetahui BB bayi saat lahir
PB, untuk mengetahui PB bayi saat lahir,
LK Untuk mengetahui LK bayi saat lahir,
kelainan, untuk mengetahui apakah bayi mengalami kelainan saat lahit seperti
kelainan kongenetal.
sehingga dapat mengetahui riwayat kelahiran anak yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan saat ini.

7. Riwayat imunisasi
Untuk mengetahui imunisasi yang pernah didapati anak, sehingga dapat mengetahui
resiko penyakit yang mungkin terkena pada anak yang dapat mempengaruhi
kekebalan tubuh anak dan tumbuh kembang anak.

8. Pola kehidupan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Makan
Frekuensi : untuk mengetahui frekuensi makan anak sehingga dapat mengetahui
apakah kebutuhan gizi anak terpenuhi atau tidak. Jika kebutuhan nutrisi anak
terpenuhi maka berat badan anak Bertambah sesuai dengan bertambahnya usia
Porsi: untuk mengetahui berapa banyak porsi yanng diberikan kepada anak,
sehingga dapat dijadikan sebagai gambaran asupan makanan apakah sesuai dengan
yang dibutuhkan.
Jenis : untuk mengetahui jenis makanan apa yang diberikan macam asupan yang
dimakan tiap harinya apakah sudah memenuhi asupan gizi seimbang.
Jumlah : Untuk mengetahui berapa banyak anak makan dalam sehari, sehingga
dapat mengetahui apakah nutrisi yang dibutuhkan anak sudah terpenuhi atau belum.
Minum
Frekuensi : untuk mengetahui berapa kali anak minum dalam sehari, sehingga
dapat mengetahui jumlah cairan yang dikonsumsi anak mempengaruhi pola eliminasi
yang berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak.
jenis : untuk mengetahui jenis minuman yang diminum anak apakah memenuhi
syarat gizi yang dibutuhkan oleh anak.
b. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : Untuk mengetahui berapa banyak anak BAB dalam sehari,
sehingga dapat menggetahui apakah anak ada komplikasi atau tidak, apabila BAB
lebih dari 4X dapat dikarenakan Diare.
Jenis : Untuk mengetahui bagaimana jenis dan konsistensinya untuk
mengetahui apakah anak ada komplikasi atau tidak, apabila konsistensi cair dapat
dikarenakan Diare.

BAK
Frekuensi : Untuk mengetahui berapa banyak anak BAK dalam sehari, sehingga
dapat menggetahui apakah anak ada komplikasi atau tidak, apabila BAK kurang dari
4X dapat dikarenakan anak kekurangan cairan.
Jenis : Untuk mengetahui bagaimana jenis dan Warnanya untuk mengetahui
apakah anak ada komplikasi atau tidak, apabila warna keruh atau kecoklatan dapat
dikarenakan Anak mengalami hepatitis.
1. Pola Istirahat
Siang
untuk mengetahui berapa lama anak tidur siang hari normalnya 2 jam,
sehingga dapat mengetahui anak cukup dalam tidur atau tidak karena masa
pertumbuhan anak-anak terjadi pada saat tidur.
Malam
untuk mengetahui berapa lama anak tidur malam hari normalnya 8 jam.
sehingga dapat mengetahui anak cukup dalam tidur atau tidak karena masa
pertumbuhan anak-anak terjadi pada saat tidur.
2. Personal Hygiene
Mandi : Untuk mengetahui berapa kali anak mandi dalam sehari
karena untuk mengetahui kebersihan anak tersebut
Gosok gigi : Untuk mengetahui berapa kali anak Gosok gigi dalam sehari
karena untuk menilai kebersihan gigi
Keramas : Untuk mengetahui berapa kali anak Keramas dalam sehari
karena untuk menilai kebersihan rambut
Ganti baju : Untuk mengetahui berapa kali anak Ganti baju dalam sehari
karena untuk menilai tingkat kebersihan dan perawatan ibu terhadap anaknya

9. Riwayat Pertumbuhan
Menguraikan tentang riwayat pertumbuhan anak, dengan tujuan untuk mengetahui
pertumbuhan terdiri dari pertumbuhan Berat badan, tinggi badan.

10. Riwayat perkembangan


Menguraikan tentang riwayat perkembangan anak, apakah anak mengalami gangguan
tumbuh kembang atau tidak yang diperoleh dari data anamnesa yang terdiri dari
perkembangan baik dari segi bahasa, motorik halus, dan motorik kasar.

C. Data Obyektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum,yaitu tinggi badan,berat badan,nadi,
suhu,pernafasan,dan melalui pemeriksaan fisik.
1) Pemeriksaan Umum
Pengukuran tinggi badan
pengukuran tinggi badan dilakukan tiap kali kunjungan pemeriksaan anak,untuk
mengetahui pertambahan tinggi anak.
Berat badan
ditimbang tiap kali kunjungan pemeriksaan anak, untuk mengetahui perkembangan
pertambahan berat badan anak,menilai keadaan gizi baik yang akut maupun kronis,
tumbuh kembang dan kesehatan. (dr. Soetjiningsih, 1995:38)

Nadi
Untuk mengetahui kerja jantung anak, normalnya 120-160 x/menit. Jika kurang dari
120-160 x/menit atau lebih dari itu maka anak mengalami gangguan kardiovaskuler
Suhu
Suhu tubuh yang normal adalah 36,5- 37,5 C, jika suhu tubuh lebih dari 37,5 C perlu
diwaspadai adanya infeksi.
Pernapasan
Untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan. Normalnya 30-60 x/menit, jika
pernapasan lebih dari 30 x/menit dengan disertai batuk perlu diwaspadai adanya
gangguan sistem pernapasan, atau tidak disertai batuk perlu diwaspadai adanya
pneumonia. (MTBS,2002:45)

2). PemeriksaanFisik
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kepada anak dimulai dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
Kepala
pemeriksaan dilakukan untuk menilai warna rambut hitam maka asupan gizi anak
terpenuhi dan apabila warna rambut anak berwarna merah maka kebutuhan gizi anak
kurang terpenuhi dan bisa juga dinilai dengan apakah rambut rontok atau tidak dengan
melihat bentuk kepala anak,untuk mengetahui apakah di kepala anak ada benjolan
atau tidak.

Muka
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat muka anak.
Apabila muka anak terlihat Pucat bisa dikarenakan anak mengalami anemia.
Mata
Memeriksa apakah konjungtiva pucat atau atau merah muda, ini untuk mengetahui
keadaan anak apakah anemia atau tidak. melihat bagian sclera untuk memeriksa
apakah bagian sclera kuning atau tidak, ini untuk mengetahui keadaan anak apakah
anak megalami ikterik atau tidak.
Hidung
Untuk memeriksa Kondisi hidung, Pemeriksaan meliputi kebersihan karena untuk
menilai fungsi pernafasan seperti apabila adanya retraksi dinding dada dapat terjadi
sesak nafas.
Telinga
Untuk pemeriksaan telinga Apakah bersih, tidak ada serumen,ini untuk menilai
kebersihan dan fungsi sistem pendengaran jika adanya serumen dapat juga
mempengaruhi kepekaan pendengaran.
Mulut
Untuk mengetahui kondisi mulut apakah bersih atau tidak. Pada anak biasanya akan
tumbuhan gigi pertama kali pada usia 7 bulan. Menilai ada atau tidak nya caries gigi
untuk mengetahui adanya defisiensi kalsium
Leher
Untuk menilai keadaan leher, apakah terlihat ada pembesaran kelenjar paratiroid atau
tidak, apabila terjadi pembengkakan dapat mengarah adanya defisiensi yodium.
Dada
Untuk peemeriksaan Dada yaitu memeriksa dengan melihat apakah dada simetris dan
dengan memeriksa pada pernapasan,apakah normal,dan ada atau tidaknya retraksi
dinding dada yang merupakan tanda pneumonia.

Perut
Untuk pemeriksaan perut yaitu dengan memeriksa apakah perut pengalami
pembesaran hepar, atau tidak yang ditandai dengan buncitnya perut karena defisiensi
gizi.
Genetalia
Untuk pemeriksaan Genetalia, Pada laki-laki apakah testis sudah turun atau belum,
Pada perempuan apakah labia mayor sudah terbentuk, dan menilai apakah
kebersihanya terjaga atau terdapat tidakkah kelainan kelamin ganda (hermaprodit).
Anus
Untuk pemeriksaan Anus, yaitu memeriksa bagian anus anak, untuk menilai apakah
terdapat hemoroid atau tidak.
Ekstremitas
Untuk pemeriksaan Ekstremitas anak, yaitu memeriksa bagaimana gerak anak, apakah
jari-jari lengkap atau tidak, apakah ada kelainan atau cacat, dan menilai apakah kuku
pucat atau tidak yang mempengaruhi anemia, dan apakah oedem atau tidak..

3). Data perkembangan


Untuk menilai perkembangan pada anak. Fakta terdokumentasikan mengenai
perkembangan anak sesuai dengan usia anak, terdiri dari : (dr. Soetjiningsih,
SPAK.1995:29)
a. Personal sosial
b. aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
c. Motorik halus
aspek yang berhubungan dengan kemampuan mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tapi perlu
koordinasi cepat.
d. Bahasa
kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara sopan.
e. Motorik kasar
aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

D. Assesment
Untuk Menentukan diagnosa yaitu dengan menggunakan analisa data yaitu
kemampuan menguraikan, mengaitkan dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep,teori,dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan
masalah kesehatan (Effendi N, 1995:24)
Yaitu : a. Siapa nama anak
b. Apa jenis kelaminnya
c. Berapa umur anak
d. Penilaian pertumbuhan atau status gizi
e. Penilaian perkembangan
E. Planning
Untuk melakukan tindakan yang direncanakn sesuai dengan assesment
1. Membangun hubungan baik dengan pasien
Rasional : dapat terjalin hubungan yang baik antara petugas dengan anak atau ibu.
2. Menganjurkan ibu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya
dan apabila ditemui salah satu yang menyimpang dari perkembangan seperti berat
badan dibawah garis merah atau anak nafsu makan kurang,sering muntah,
panas/kejang untuk segera memeriksa ke tenaga kesehatan.
Rasional : untuk mengetahui keadaan anak serta pertumbuhan dan perkembangan
anak.
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan yang biasa dimakan oleh keluarga
3 kali sehari yang terdiri dari nasi,lauk pauk,sayur dan buah,dan juga berikan
makanan bergizi sebagai selingan 2x sehari,seperti :
- Bubur kacang hijau
- Biskuit
- Nagasari
rasional : untuk mengetahui asupan makanan yang dikonsumsi anak
4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anak dengan cara memandikan
2x sehari, keramas minimal 3x seminggu serta mengganti baju anak jika kotor.
Rasional : untuk menjaga kebersihan anak.
5. Menentukan jadwal kunjungan berikutnya yaitu penimbangan pada posyandu
tiap bulan walaupun imunisasi anak sudah lengkap.
6. Rasional : untuk memantau tumbuh kembang anak.

d. SOAP pasien geriatrik


DATA SUBYEKTIF
Data biografi
Nama
Tempat &tanggal lahiR
Pendidikan terakhir
Agama
Status
TB / BB
Ciri-ciri tubuh
Alamat
Orang yang dekat dihubungi
Riwayat keluarga
a. Genogram
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini
Alamat pekerjan
Jarak dari rumah
Alat transportasi
Pekerjaan sebelumnya
Berapa jarak dari rumah

Riwayat Lingkungan Hidup


Tipe tempat tinggal
Jumlah kamar
Kondisi tempat tinggal
Jumlah orang yang tinggal di kamar
Derajat privasi
Tetangga terdekat
Riwayat rekreasi
Hobby/minat
Keanggotaan organisasi
Liburan perjalanan

Sistem pendukung

Status Kesehatan

KELUHAN UTAMA

Pola persepsi pemeliharaan kesehatan


Alergi
Penyakit yang

Pola aktifitas Hidup sehari hari


1. Makan /Minum
2. Mandi
3. Berpakaian
4. Ke WC
5. Transfering/Pindah
6. Ambulasi

Indeks Katz
Nutrisi
Eliminasi
Aktifitas
Istirahat & tidur
Personal Hygeine
Sexual
Rekreasi

Psikologis :
a) Persepsi klien
b) Konsep diri
c) Emosi
d) Adaptasi
e) Mekanisme pertahanan diri

Tinjauan Sistem
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
GCS
Tanda vital
1) Sistem kardiovaskuler
2) Sistem pernafasan
3) Sistem integumen : kulit keriput, warna sawo matang tidak ditemukan
kelainan.
4) Sistem muskuloskeletal
5) Sistem endokrin
6) Sistem gastrointestinal
7) Sistem persyarapan
8) Sistem pengecapan
9) Sistem penciuman

DATA OBYEKTIF
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum,yaitu tinggi badan,berat badan,nadi,
suhu,pernafasan,dan melalui pemeriksaan fisik.
1) Pemeriksaan Umum
Pengukuran tinggi badan
Berat badan
Nadi
Suhu
Pernapasan

2). PemeriksaanFisik
Kepala

Muka

Mata

Hidung
Untuk memeriksa Kondisi hidung, Pemeriksaan meliputi kebersihan karena untuk
menilai fungsi pernafasan seperti apabila adanya retraksi dinding dada dapat terjadi
sesak nafas.
Telinga
Untuk pemeriksaan telinga Apakah bersih, tidak ada serumen,ini untuk menilai
kebersihan dan fungsi sistem pendengaran jika adanya serumen dapat juga
mempengaruhi kepekaan pendengaran.
Mulut

Leher
Untuk menilai keadaan leher, apakah terlihat ada pembesaran kelenjar paratiroid atau
tidak, apabila terjadi pembengkakan dapat mengarah adanya defisiensi yodium.
Dada
Untuk peemeriksaan Dada yaitu memeriksa dengan melihat apakah dada simetris dan
dengan memeriksa pada pernapasan,apakah normal,dan ada atau tidaknya retraksi
dinding dada yang merupakan tanda pneumonia.

Perut
Untuk pemeriksaan perut yaitu dengan memeriksa apakah perut pengalami
pembesaran hepar, atau tidak yang ditandai dengan buncitnya perut karena defisiensi
gizi.

Perubahan nutrisi

ASSESMENT
Untuk Menentukan diagnosa yaitu dengan menggunakan analisa data yaitu
kemampuan menguraikan, mengaitkan dan menghubungkan data tersebut dengan
konsep,teori,dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan
masalah kesehatan
1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun, penurunan masukan oral
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, destruksi
sendi.

PLANNING
1. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun yang ditandai dengan setiap makan tidak habis 1 porsi
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan selama 1 minggu kebutuhan nutrisi klien
terpenuhi secara adekuat
Kriteria : - nafsu makan klien meningkat
- porsi yang disediakan habis
- klien makan 3 kali dengan kalori yang cukup
- Dalam waktu 1 minggu ada peningkatan BB
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh
R/ sebagai indikator dalam memberikan HE tentang Nutrisi
b. Beri penjelasan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat bagi tubuh terutama
pada lansia
R/ Pengetahuan yang benar tentang nutrisi dapat memotivasi gairah makan klien.
c. Anjurkan klien makan sedikit sedikit tapi sering
R/ meningkatkan asupan makanan sekaligus mencegah rasa mual / muntah
d. Anjurkan klien membiasakan makan pagi
R/ pola yang baik meningkatkan asupan makanan disamping menghindari
kekosongan lambung
e. Ajarkan jenis-jenis makanan yang harus dikonsumsi oleh usila dan pentingnya
tinggi serat bagi tubuh
R/ dengan mengetahui makanan yang dikonsumsi serta pentingnya serat akan
memperbaiki pencernaan usus / proses asorbsi
f. Ciptakan lingkungan tempat makan yang bersih dan nyaman
R/ lingkungan yang bersih dan nyaman akan meningkatkan selera makan.
g. Dampingi klien saat makan
R/ Mendeteksi sekaligus mengevaluasi perkembangan selera makan klien
h. Pantau berat badan klien setiap 1 minggu sekali
R/ dengan pemantauan BB diketahui peningkatan atau penurunan BB
i. Kerjasama dengan petugas panti untuk menberikan menu klien lansia yang
adekuat
R/ Sebagai upaya perbaikan menu agar meningkatkan nafsu makan
j. Membiarkan klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu istirahat
ataupun tidur
k. Menganjurkan klien mandi air hangat, sediakan waslap untuk kompres sendi
l. Memberikan masase lembut
2. TATALAKSANA

A. Tatalaksana Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui


PENGKAJIAN / PENILAIAN PERESEPAN (PEDOMAN TELAAH ULANG
REGIMEN OBAT (DRUG REGIMEN REVIEW) )
Tujuan : Memastikan bahwa rejimen obat diberikan sesuai dengan indikasi kliniknya,
mencegah atau meminimalkan efek yang merugikan akibat penggunaan obat dan
mengevaluasi kepatuhan pasien dalam mengikuti rejimen pengobatan. Kriteria ibu
hamil/menyusui yang mendapat prioritas untuk dilakukan telaah ulang rejimen obat :
- Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih dalam sehari
- Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat yang berisiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang serius
- Menderita tiga penyakit atau lebih
- Mengalami gangguan kognitif, atau tinggal sendiri
- Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan
- Akan pulang dari perawatan di rumah sakit
- Berobat pada banyak dokter
- Mengalami efek samping yang serius, alergi

Tatalaksana telaah ulang rejimen obat :


a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang
prinsip-prinsip farmakoterapi ibu hamil dan menyusui dan ketrampilan yang
memadai
b. Melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat ibu hamil / menyusui:
- Meminta ibu hamil/menyusui untuk memperlihatkan semua obat yang
sedang digunakannya
- Menanyakan mengenai semua obat yang sedang digunakan ibu
hamil/menyusui, meliputi: obat resep, obat bebas, obat tradisional/jamu, obat
suplemen
- Aspek-aspek yang ditanyakan meliputi: nama obat, frekuensi, cara
penggunaan dan alasan penggunaan
- Melakukan cek silang antara informasi yang diberikan ibu hamil/menyusui
dengan data yang ada di catatan medis, catatan pemberian obat dan hasil
pemeriksaan terhadap obat yang diperlihatkan
- Memisahkan obat-obat yang seharusnya tidak digunakan lagi oleh ibu hamil /
menyusui
- Menanyakan mengenai efek yang dirasakan oleh ibu hamil / menyusui, baik
efek terapi maupun efek samping
- Mencatat semua informasi di atas pada formulir pengambilan riwayat
penggunaan obat ibu hamil/ menyusui

c. Meneliti obat-obat yang baru diresepkan dokter


d. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
e. Melakukan tindakan yang sesuai untuk masalah yang teridentifikasi
Pedoman Pemantauan Penggunaan Obat
Tujuan :
Mengoptimalkan efek terapi obat dan mencegah atau meminimalkan efek merugikan
akibat penggunaan obat.
Tatalaksana pemantauan penggunaan obat :
a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang
patofisiologi, terutama pada ibu hamil dan menyusui, prinsipprinsip
farmakoterapi, cara menafsirkan hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan
diagnostik yang berkaitan dengan penggunaan obat, dan ketrampilan
berkomunikasi yang memadai.
b. Mengumpulkan data ibu hamil/menyusui, yang meliputi :
- Deskripsi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, nama ruang
rawat/poliklinik, nomor registrasi)
- Riwayat penyakit terdahulu
- Riwayat penggunaan obat (termasuk riwayat alergi, penggunaan obat non
resep)
- Data hasil pemeriksaan fisik, uji laboratorium dan diagnostik
- Masalah medis yang diderita
- Data obat-obat yang sedang digunakan
c. Berdasarkan data/informasi pada (b), selanjutnya mengidentifikasi adanya
masalah-masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat
d. Memberikan masukan/saran kepada tenaga kesehatan lain mengenai
penyelesaian masalah yang teridentifikasi.
e. Mendokumentasikan kegiatan pemantauan penggunaan obat pada formulir
yang dibuat khusus.

Obat Yang Digunakan Pada Masa Kehamilan


• Pertimbangkan perawatan pada masa kehamilan
• Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang diperolah ibu
diharapkan lebih besar dibandingkan risiko pada janin
• Sedapat mungkin segala jenis obat dihindari pemakaiannya selama trimester
pertama kehamilan
• Apabila diperlukan, lebih baik obat-obatan yang telah dipakai secara luas pada
kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan daripada obat baru atau obat
yang belum pernah dicoba secara klinis
• Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka waktu sesingkat
mungkin
• Hindari polifarmasi
• Pertimbangkan perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada
beberapa obat (misalnya fenitoin, litium)

Obat Yang Digunakan Pada Wanita Menyusui


• Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan
memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada
ibu maupun bayinya.
• Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak
membahayakan
• Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih
besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal
dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi penimbunan obat
• Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah
kadar obat terkecil yang sampai pada bayi
• Hindari atau hentikan sementara menyusu
• Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara
cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
• Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

B. Tatalaksana Pelayanan Farmasi pada Geriatri

Tujuan: Pasien mendapatkan obat yang sesuai dengan


indikasi klinik, efektif, aman dan mudah untuk dipatuhi
rejimennya.

Dokter yang menangani pasien geriatri lazimnya tidak bekerja sendiri karena
kompleksitas masalah medik dan non medik yang ada. Beberapa dokter dan tenaga
kesehatan lain akan bekerja bersama dan sebaiknya di dalam sebuah tim terpadu yang
bekerja dengan prinsip interdisiplin dan bukan sekadar multidisiplin apalagi
paradisiplin. Kelebihan sistem interdisiplin ini antara lain adalah memungkinkannya
pemantauan terus menerus jumlah dan jenis obat yang diberikan sehingga berbagai
pihak akan secara otomatis mempunyai kecenderungan saling mengingatkan.
Pencapaian tujuan bersama sangat memungkinkan terjalinnya kerja sama yang baik
demi kepentingan pasien. Saling keterlibatan yang intens dari masing-masing
disiplin akan memperbesar peluang rejimen pengobatan yang lebih efisien
sehingga pada gilirannya akan mampu menekan polifarmasi. Setiap dokter yang
terlibat senantiasa dituntut untuk mengevaluasi pengobatannya secara rutin; obat yang
sudah tidak diprioritaskan akan diganti dengan obat lain yang lebih utama atau dapat
dihilangkan dari daftar obat manakala masalah lain menjadi lebih tinggi skala
prioritasnya. Dengan demikian maka efektivitas dan keamanan pengobatan bagi setiap
pasien akan lebih terjamin .

Beberapa langkah praktis berikut ini mungkin dapat lebih memudahkan bagi setiap
dokter dan tenaga kesehatan lain yang terlibat:
- Mencatat semua obat yang dipakai saat ini (resep dan non- resep, termasuk jamu)
- Mengenali nama generik dan golongan obat
- Mengenali indikasi klinik untuk setiap obat
- Mengetahui profil efek samping setiap obat
- Mengenali faktor risiko sesuatu efek yang tak terduga (misalnya interaksi)
- Menyederhanakan rejimen pengobatan
- Menghentikan pemberian obat tanpa manfaat penyembuhan
- Menghentikan pemberian obat tanpa indikasi klinik
- Mengganti dengan obat yang lebih aman, bila perlu
- Tidak menangani efek tak terduga suatu obat dengan obat lagi
- Menggunakan obat tunggal bila cara pemberiannya tidak sering
- Membiasakan untuk melakukan evaluasi daftar obat secara berkala

Setiap dokter (internis, psikiater atau anggota tim lain) harus mampu menekan
arogansi disiplin masing-masing dan bersedia menghentikan obat yang
diresepkannya apabila obatnya sudah bukan lagi merupakan prioritas untuk diberikan
Pedoman Telaah Ulang Rejimen Obat

Tujuan:

Memastikan bahwa rejimen obat diberikan sesuai dengan indikasi kliniknya,


mencegah atau meminimalkan efek yang merugikan akibat penggunaan obat dan
mengevaluasi kepatuhan pasien dalam mengikuti rejimen pengobatan.

Kriteria pasien yang mendapat prioritas untuk dilakukan telaah ulang rejimen obat:

a. Mendapat 5 macam obat atau lebih, atau 12 dosis atau lebih dalam sehari
b. Mendapat obat dengan rejimen yang kompleks, dan atau obat yang berisiko tinggi
untuk mengalami efek samping yang serius
c. Menderita tiga penyakit atau lebih
d. Mengalami gangguan kognitif, atau tinggal sendiri
e. Tidak patuh dalam mengikuti rejimen pengobatan
f. Akan pulang dari perawatan di rumah sakit
g. Berobat pada banyak dokter
Mengalami efek samping yang serius, alergi

Tatalaksana telaah ulang rejimen obat:


a. Apoteker yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang
prinsip-prinsip farmakoterapi geriatri dan ketrampilan yang memadai.
b. Melakukan pengambilan riwayat penggunaan obat pasien:
c. Meneliti obat-obat yang baru diresepkan dokter.
d. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat (lihat lampiran
daftar masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat)
e. Melakukan tindakan yang sesuai untuk masalah yang teridentifikasi:
Contoh: menghubungi dokter dan meminta penjelasan mengenai pemberian obat
yang indikasinya tidak jelas.

Pedoman Penyiapan Dan Pemberian Obat

Tujuan:

Pasien mendapatkan obat yang tepat dengan mutu baik, dosis yang tepat, pada waktu yang
tepat dan untuk durasi yang tepat.

Tatalaksana penyiapan dan pemberian obat:

a. Menerima resep/instruksi pengobatan


b. Meneliti kelengkapan dan kebenaran resep/instruksi pengobatan dari aspek
administratif, farmasetik dan klinik.
Yang termasuk aspek administratif antara lain: tempat dan tanggal
resep/instruksi pengobatan dibuat, nama dan alamat/nomor telepon dokter yang
dapat dihubungi, nama pasien, umur, nomor registrasi, nama ruang rawat /
poliklinik, alamat / nomor telepon pasien yang dapat dihubungi. Persyaratan
administratif lain disesuaikan dengan ketentuan institusi yang bersangkutan.
Yang termasuk aspek farmasetik: nama obat (nama generik / nama dagang), bentuk
sediaan, jumlah obat yang harus disiapkan, cara pembuatan (jika diperlukan
peracikan).
c. Jika ditemukan ada masalah yang berkaitan dengan peresepan, menghubungi dokter
pembuat resep/instruksi pengobatan.
d. Jika ditemukan masalah dalam hal kelengkapan administratif, menghubungi pihak
yang terkait (perawat, petugas administrasi).
e. Menjaga agar stok obat-obatan selalu tersedia saat dibutuhkan, terutama untuk
kelangsungan penggunaan obat kronik pasien, sebagai contoh: obat antihipertensi.
f. Menyiapkan/meracik obat sesuai resep/instruksi pengobatan

g. Memberi penandaan pada obat yang telah disiapkan

h. Menyusun obat sedemikian rupa sehingga memudahkan pasien/keluarga untuk


mengingat waktu makan obat dan memudahkan pasien mengambil obat dengan
tepat. Contoh: meletakkan obat pada kotak/kantong obat yang sudah ditandai waktu
minumnya.
i. Menyerahkan obat kepada perawat, pasien atau keluarga sesuai dengan sistem
distribusi obat yang berlaku.
j. Memberikan informasi yang jelas kepada penerima obat mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan obat yang akan digunakan oleh pasien, antara lain: nama
obat, kegunaan obat, aturan pakai, cara penyimpanan, apa yang harus dilakukan jika
terlupa minum atau menggunakan obat, meminta pasien untuk melaporkan jika ada
keluhan yang dirasakan selama penggunaan obat. (Untuk lebih rinci lihat Pedoman
Pemberian Informasi dan Edukasi)
k. Mendokumentasikan temuan masalah dan penyelesaiannya pada formulir yang
dibuat khusus.

C. Tatalaksana Pelayanan Kefarmasian untuk Pasien Pediatri

Pasien pediatri sesuai dengan kondisi penyakitnya dapat diberikan pelayanan sebagai
berikut :
a. Pelayanan Rawat Jalan untuk pencegahan penyakit, pencegahan keracunan
dan imunisasi serta penanganan penyakit ringan atau penyakit yang berat yang
sudah dalam fase pemeliharaan atau penyakit kronis.
b. Pelayanan Rawat Darurat untuk penanganan pasien dengan kondisi emergensi
yang memerlukan penanganan cepat dan mengancam jiwa.
c. Pelayanan Rawat Inap untuk penanganan pasien dengan kondisi penyakit atau
gangguan yang memerlukan perawatan, pengobatan dan pemantauan yang
khusus. Pada kondisi pasien yang memerlukan perlakuan dengan pemantauan
terus menerus dan menggunakan peralatan khusus diberikan pelayanan rawat
intensif. Untuk pelayanan rawat intensif pada neonatus dilaksanakan di
Neonatic Intensive Care Unit (NICU) sedangkan untuk pediatri, dilaksanakan
di Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Apabila pasien sudah mulai stabil,
dapat dipindahkan ke pelayanan rawat inap biasa dan bila memungkinkan
melalui pelayanan rawat inap antara (intermediate/ high care) untuk
penyesuaian.

Peran apoteker termasuk dalam pelayanan kefarmasian pasien pediatri adalah


mendeteksi, mencegah dan menyelesaikan masalah-masalah terkait obat. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan pemahaman dan aktivitas sebagai berikut :

a. Masalah Terkait Obat


Masalah terkait obat adalah keadaan atau kejadian yang melibatkan terapi obat
yang secara aktual atau potensial dapat mempengaruhi hasil terapi yang
diharapkan. Masalah terkait obat meliputi ketidaktepatan rute, dosis, timbulnya
reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) termasuk interaksi obat dan masalah
kepatuhan serta pemilihan obat.
a. Rute Pemakaian Obat
Bayi dan anak lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk tidur sehingga
waktu pemberian obat harus dijadualkan ulang selama mereka terjaga. Oleh karena
itu, pembagian dosis yang sederhana misalnya satu atau dua kali sehari akan
memudahkan pada pemakaian anak-anak. Rute oral merupakan cara pemberian
yang paling sesuai untuk anak-anak, terutama sediaan cair yang sangat cocok
untuk balita. Cara pemberian yang tepat tentu mengutamakan keamanan dan
efektifitas terapi obat. Bentuk sediaan padat dapat menjadi pilihan bagi anak di
atas 5 tahun yang sudah bisa menelan tablet. Tablet kunyah atau tablet yang
terdispersi bisa digunakan untuk anak yang lebih kecil. Apoteker harus mampu
memberi arahan pada orang tua anak bahwa sebaiknya tidak menambahkan suatu
obat dalam susu atau makanan cair karena ada kemungkinan terjadi interaksi obat
dengan makanan.

Rute rektal merupakan alternatif terhadap rute oral yang berguna bagi pasien yang
tidak dapat meminum obat karena mual atau karena pingsan. Pemberian melalui
rektal juga bermanfaat untuk pasien yang memerlukan absorpsi secara cepat,
misalnya pada penggunaan diazepam untuk mengontrol kekejangan (seizure).

Rute inhalasi, Bayi yang berusia kurang dari 2 tahun paling sesuai untuk
menggunakan nebulizer. Alat ini memungkinkan pemberian dosis yang besar
dalam waktu singkat, walaupun beberapa obat perlu diencerkan sebelum
diberikan. Penggunaan alat “spacer” memungkinkan anak yang berusia lebih dari
2 tahun untuk menggunakan terapi inhaler tanpa kesulitan pengkoordinasikan.

Rute intravena pada kondisi yang serius. Kecepatan penyuntikan obat dan tempat
penyuntikan bervariasi luas pada pasien pediatri. Konsentrasi serum efektif
diharapkan cepat tercapai setelah pemberian obat infus. Pemantauan obat
sebaiknya dilaksanakan secara rutin untuk mengantisipasi konsentrasi serum yang
kurang akurat atau bahkan berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

b. Permintaan Dosis
Permintaan dosis umumnya berdasarkan pada berat badan neonatus, bayi dan
anak-anak; misalnya miligram per kg berat badan untuk diberikan pada satu atau
lebih dosis pemberian dalam sehari. Obat seperti antineoplastik dapat diberikan
berdasarkan luas permukaan tubuh; misalnya miligram per meter persegi untuk
diberikan pada satu atau lebih dosis pemberian dalam sehari. Pada kasus yang lain;
jumlah total berat badan atau luas permukaan tubuh setiap individu atau dosis
harian pada pasien pediatri khususnya pada pasien remaja, harus tidak melebihi
dosis yang diindikasikan untuk pasien dewasa.

c. Interaksi Obat
Penelitian tentang interaksi obat pada pasien pediatri masih sangat sedikit.
Perhatian khusus harus diberikan untuk pasien yang beranjak dewasa yang
mungkin mengkonsumsi obat yang diresepkan dokter atau obat non resep lain.

d. Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki


Pasien pediatri sering mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki yang sama
dengan pasien dewasa, namun reaksi obat yang tidak dikehendaik pada pasien
pediatri lebih sulit untuk dikenali karena intensitasnya yang lebih besar atau lebih
tinggi.

b. Dispensing Sediaan Khusus


Sistem unit dosis untuk pediatri harus memenuhi kebutuhan tujuan umum dari
pemberian sediaan melalui sistem ini; yaitu mengurangi kesalahan dan
menyediakan obat dalam bentuk siap pakai dalam pelayanan pasien pediatri.
Kemasan multi dosis dan stok obat sebaiknya dihindari. Penyiapan sediaan segar
harus memfasilitasi sediaan dan kemasan obat sesuai dengan prinsip dispensing.

Pemberian obat pada pasien pediatri seringkali memerlukan sediaan parenteral


yang membutuhkan penanganan secara khusus. Pasien yang menerima beberapa
macam obat suntik secara intra vena akan lebih efisien bila diberikan dalam satu
jalur pemberian dengan catatan setiap pergantian pemberian obat, dilakukan
pembilasan (flushing). Untuk pencampuran obat-obat parenteral (IV admixture)
apoteker harus mengetahui karekteristik fisikokimia obat dan pelarut masing-
masing obat yang dicampur agar tidak terjadi interaksi karena ketidaktercampuran
sifat fisikokimia obat.

Demikian pula apoteker perlu mencermati kemungkinan terjadinya


ketidakcampuran secara farmakologis. Pasien pediatri yang mendapatkan obat
parenteral dengan stabilitas rendah dan memerlukan dosis yang kecil perlu
perhatian khusus dari apoteker dan pilihan tindakan yang dapat dilakukan adalah
:
1. Pemilihan/penyediaan bentuk sediaan iv dengan ukuran kemasan yang sesuai
dan tersedia
2. Pengemasan ulang sesuai dosis (repacking)
3. Penggunaan bersama (sharing use)

Apabila ketiga alternatif tindakan tersebut tidak bisa dilakukan maka sisa obat
tidak bisa digunakan kembali.
Obat yang disediakan melalui pencampuran intra vena seharusnya memperhatikan
i.v push, minibag, dosis intramuskular dan subkutan, injeksi volume besar, obat
neoplastik, cairan nutrisi parenteral, produk oftalmik, larutan dialisis peritonial dan
cairan irigasi. Pengetahuan tentang kebutuhan cairan untuk pediatri, batas-
batasnya, teknik pemakaian obat dan peralatannya dan volume injeksi
intramuskular yang dibutuhkan adalah sangat penting. Perlu diperhatikan saat
membuat cairan untuk memaksimalkan konsentrasi produk obat (termasuk
keamanannya) untuk pasien yang sensitif terhadap cairan, termasuk untuk
meminimalkan larutan hipoosmolar yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah atau pada neonatus mungkin menyebabkan pendarahan.
Pengetahuan tentang produk yang mengandung benzil alkohol dan risiko
penggunaannya pada neonatus adalah penting dalam pelayanan pencampuran
sediaan intra vena pada pediatri.

Label harus mencantumkan nama obat, konsentrasinya, rute pemakaian, waktu


atau tanggal kadaluarsa, petunjuk pemakaian, penyimpanan dan nomor lot/batch.

Obat-obat kanker memerlukan penanganan yang lebih ketat karena selain harus
memperhatikan faktor stabilitas sediaan juga adanya faktor potensial
menimbulkan toksisitas bagi pelaksana . Untuk penanganan obat kanker
(handling cytotoxic) diperlukan fasilitas dan peralatan khusus.
Pasien pediatri yang memerlukan nutrisi parenteral dan tidak tersedia dalam
bentuk sediaan jadi maka apoteker harus melakukan dispensing nutrisi parenteral
berdasarkan permintaan dokter. Sebelum melakukan penyiapan, apoteker harus
menentukan status nutrisi pasien dan kebutuhan cairan perhari. Apoteker harus
memahami dan mampu menghitung kebutuhan nutrisi sesuai dengan usia, jenis
kelamin, jenis penyakit, gangguan cairan dan keseimbangan elektrolit. Apoteker
dapat mengintepretasikan permintaan dokter kedalam pemilihan komposisi bahan-
bahan nutrisi parenteral yang akan disiapkan.
 Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama adanya gangguan metabolisme dan
katabolisme. Energi yang utama diambil dari karbohidrat dalam hal ini
glukosa. Dosis glukosa ditingkatkan secara bertahap untuk memungkinkan
insulin endogen disekresi dan mengurangi risiko hyperglikemia dan
glikosuria. Kebutuhan energi sangat tergantung dari faktor aktifitas.
 Kebutuhan asam amino pasien pediatri berbeda dengan dewasa. Histidine,
cystine, cystein dan alanine adalah asam amino essensial yang harus ada
dalam nutrisi parenteral untuk bayi.
 Penambahan lemak pada nutrisi parenteral harus hati-hati. Lemak dibutuhkan
untuk transportasi vitamin yang larut dalam lemak dan hormon.
 Pada bayi baru lahir nutrisi parenteral paling lambat dimulai pada hari ketiga
dan dapat diberikan secara intravena perifer maupun sentral.
 Komponen nutrisi parenteral yang lain adalah vitamin dan mineral.
Kompatibiltas obat intravena dengan nutrisi parenteral dan efek samping
pemberiannya perlu dimonitoring secara ketat .

Selain dispensing sediaan khusus sering kali dibutuhkan pembuatan sediaan yang
tidak tersedia di pasaran dalam bentuk sediaan obat jadi, misalnya ekstrak alergen,
triple dye, zink sulfat syrup, cairan untuk malnutrisi (resomal).

Pelayanan kefarmasian untuk pasien rawat jalan harus memperhatikan kebutuhan


obat untuk pasien pediatri. Hal ini mencakup kebutuhan untuk bentuk sediaan
khusus (seperti cairan dan tablet kunyah), tambahan alat bantu dan konseling yang
detail pada pemakaian obat. Pertimbangan harus mencakup rasa dan kebutuhan
kemasan khusus untuk pemakaian di rumah atau sekolah. Jika memungkinkan,
anak-anak dijelaskan tentang obat-obat yang mereka gunakan. Pada pelayanan
kefarmasian untuk pasien rawat jalan, apoteker ditempatkan pada posisi yang
penting dalam pencegahan penyakit termasuk pencegahan keracunan dan
imunisasi.

3.3 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Pada pemantauan terapi obat dilakukan penilaian terhadap proses dan hasil terapi
serta dicermati munculnya respon obat yang tidak dikehendaki. Apoteker harus
mampu menganalisis masalah yang ada dan memberikan rekomendasi
penyelesaian masalah agar sasaran terapi yang optimal tercapai. Semua kegiatan
tersebut harus didokumentasikan dengan baik. Pada pasien pediatri pemantauan
terapi obat harus memperhatikan tahapan perkembangan usia yang dikaitkan
dengan efektivitas dan keamanan pasien.

3.4 Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)


Pemantauan kadar obat dilakukan untuk menjamin keamanan dan menghindari
efek toksisitas obat. Untuk sediaan oral dan injeksi, harus dipastikan bahwa obat
telah digunakan dengan baik sebelum sampel darah diambil untuk pengukuran
konsentrasi obat.

3.5. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)


Evaluasi penggunaan obat harus dilakukan pada:
o Obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukan pemantauan secara khusus,
karena obat tersebut dapat menyebabkan kesalahan pengobatan dan dapat
menimbulkan reaksi efek obat yang tidak dikehendaki. seperti digoksin, fenitoin,
theofilin, fenobarbital, karbamazepin dan gentamisin.
o Obat yang harganya sangat mahal. Banyak obat mahal tidak dikemas sesuai untuk
pasien pediatri, misalnya faktor VIII, albumin, imunoglobulin.
o Obat yang dapat menimbulkan resistensi, misalnya antimikroba.
o Obat yang dapat menimbulkan efek yang tidak dikehendaki dan berpotensi
menimbulkan kefatalan, misalnya obat turunan sulfa yang dapat menimbulkan
Steven Johnson Syndrome, golongan kortikosteroid dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai