Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

 Profil Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Puskesmas Kecamatan Johar Baru merupakan satu kesatuan unit kerja yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara prima dan paripurna kepada seluruh lapisan
masyarakat serta tersedianya sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya dan
didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup memadai. Puskesmas Kecamatan Johar Baru
berusaha untuk menjadi pilihan utama dalam mengatasi masalah kesehatan khususnya di
wilayah Kecamatan Johar Baru dan umumnya Jakarta Pusat.
Puskesmas sebagai Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
mempunyai tugas pokok dan fungsi melaksanakan pelayanan, pembinaan, dan
pengendalian ,pengembangan upaya kesehatan, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan di
wilayah kerjanya. Puskesmas Kecamatan Johar Baru mempunyai tugas memberikan
pembinaan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya penduduk Kecamatan
Johar baru serta seluruh lapisan masyarakat pada umumnya.
Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang terletak di Kecamatan Johar Baru adalah salah
satu kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat, terdiri dari lima puskemas kelurahan
yaitu Puskesmas Kelurahan Johar Baru II, Puskesmas Kelurahan Johar Baru III, Puskesmas
Kelurahan Tanah Tinggi, Puskesmas Kelurahan Galur dan Puskesmas Kelurahan Kampung
Rawa.

PEMBAHASAN
Mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL di Puskesmas Kecamatan Johar Baru
selama sepuluh hari kerja. Kegiatan PKL dilaksanakan mulai pukul 07.30 s.d. 16.00 WIB
di puskesmas kecamatan. Sedangkan untuk mahasiswa PKL yang melakukan pelayanan di
puskesmas kelurahan dimulai pukul 07.30 s.d 12.00 WIB, selanjutnya seluruh mahasiswa
melakukan pelayanan di puskesmas kecamatan sampai pukul 16.00 WIB atau ditugaskan
ke gudang di rumah bersalin puskesmas Kecamatan Johar Baru. Khusus untuk pelayanan
PTRM kegiatan PKL dimulai pukul 09.00 s.d. 12.15 WIB dan untuk puskesmas keliling
dimulai pukul 09.00 s.d. 11.30 WIB.
 Kegiatan Farmasi Puskesmas Kecamatan Johar Baru
1. Kamar Obat (Apotek)
Kamar obat merupakan tempat melakukan kegiatan kefarmasian berupa
pelayanan obat, baik kepada pasien, dokter maupun balai pengobatan lain yang terdapatdi
puskesmas. Menurut Permenkes No. 35 tahun 2014, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Menurut definisi
tersebut dapat diketahui bahwa apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan
dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat, selain itu juga sebagai salah satu tempat pengabdian dan praktek profesi
apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian.
Kamar obat berada di bawah tanggung jawab seorang apoteker. Sumber daya
manusia yang ada di kamar obat puskesmas kecamatan Johar Baru terdiri atas Sembilan
orang, yaitu satu orang apoteker dan 4 orang asisten apoteker pagi dan 4 orang asisten
apoteker pelayanan 24 jam, sedangkan untuk di puskesmas kelurahan hanya terdiri dari
satu orang asisten apoteker yang mencakup seluruh kegiatan di apotek selama pelayanan
berlangsung.
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan nonteknis
yang harus dikerjakan mulai dari menerima resep dokter dari pasien sampai penyerahan
obat kepada pasien. Pelayanan obat meliputi penerimaan resep, peracikan, penyerahan
dan pemberian informasi yang dibutuhkan pasien mengenai obat.
2. Gudang Obat
Gudang farmasi adalah tempat penerimaan, pendistribusian dan pemeliharaan
barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya yang
tujuannya digunakan untuk melaksanakan program kesehatan. Selama kegiatan PKL
kami diberitahukan mengenai sistem yang diterapkan di gudang:
a. Penyusunan obat
Penyusunan obat–obat sediaan tablet dan kapsul disusun secara alfabetis,
sedangkan untuk obat–obat sediaan bedak tabur, salep, tetes mata dan telinga, krim,
sirup, pencuci luka, suppositaria atau vaginal, dan injeksi vitamin bagi ibu hamil
disusun pada satu lemari kaca dimana obat–obat dan alkes untuk ibu hamil disusun
pada satu lemari. Pada pintu kaca di tempel daftar obat yang ada untuk memudahkan
dalam pencarian dan obat disusun dari expired date-nya yang tercepat hingga
terlama. Sedangkan untuk alkes yang lain disusun pada lemari yang berbeda–beda.
b. Penyimpanan obat
Penyimpanan obat pada gudang lebih mengutamakan sistem FEFO (First
Expired First Out) dibandingkan dengan FIFO (First Input First Out). Obat-obat
disimpan pada suhu ruangan 15–25˚ C . Dimana suhu ruangan selalu dipantau dan
dicatat pada form pemantauan suhu ruangan. Kemudian untuk obat–obat yang
memerlukan penyimpanan pada suhu dibawah suhu kamar 15-300C maka obat akan
disimpan pada lemari es. Sedangkan untuk obat psikotropik disimpan pada lemari
khusus yang terpisah dari obat–obat yang lain. Di lemari itu juga disimpan resep
harian yang mengandung obat–obat psikotropik.
c. Monitoring kadaluarsa obat
Kegiatan monitoring ED dilakukan oleh petugas farmasi setiap bulan sekali,
dimana obat akan digolongkan dalam 3 golongan, yaitu bendera merah untuk ED-nya
dibawah 1 tahun, bendera kuning untuk ED-nya di atas 1 tahun dan bendera hijau
untuk obat yang ED-nya di atas 2 tahun. Bendera–bendera tersebut di tempel di
bagian depan obat sehingga memudahkan petugas dalam melakukan monitoring.
Semua hasil monitoring tersebut ditulis pada buku monitoring obat untuk
memudahkan petugas dalam mengetahui kadaluarsa obat–obat yang disimpan dan
mengetahui obat–obat mana yang akan mendekati waktu kadaluarsa obat.
d. Penerimaan dan Pendistribusian Obat
Penerimaan obat dilakukan dari PBF obat ke gudang kecil dari gudang
didistribusikan ke apotek dan unit-unit lainnya. Penerimaan obat dari PBF ke gudang
dimulai dari obat diterima oleh tim Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan (PPHP)
kemudian dicek kembali antara obat yang diterima dengan daftar pemesanan dan
mutu obat yang diterima lalu dikirim ke gudang dan di gudang petugas menuliskan
stok awal di kartu stok dan buku rekap obat. Sedangkan untuk pendistribusian obat
dari gudang ke apotek di unit lainnya dan dibuatkan Berita Acara Serah Terima
(BAST) obatnya diawali dengan penerima daftar permintaan persediaan obat lalu
petugas akan menyiapkan obat-obat yang dibutuhkan lalu ditulis di kartu stok obat
masing-masing kemudian ditulis pada buku rekap alkes sehingga kita tahu jumlah
pengeluaran dan sisa stok di gudang, lalu obat baru siap didistribusikan ke apotek di
unit lainnya. Untuk alkes pendistribusiannya langsung diberikan pada poli-poli yang
membutuhkan, ditulis pada buku rekap obat sedangkan untuk injeksi vitamin ibu
hamil hanya bisa diberikan jika disertai resep dokter atau bidan.
e. Perencanaan dan pengadaan obat di gudang
Pengadaan di puskesmas kecamatan dilakukan hanya satu tahun sekali
dari PEMDA melalui tender, sehingga petugas farmasi gudang harus pintar dalam
mengelola persediaan obat jika sewaktu-waktu terjadi endemik besar. Perencanaan
obat dilakukan berdasarkan pemakaian obat tahun lalu dan permintaan dari
puskesmas kelurahan yang disesuaikan dengan anggaran yang diberikan, kemudian
disusun daftar obatnya lalu diberikan kepada tim perencanaan puskesmas kecamatan
yang kemudian diproses dan diajukan kepada kepala puskesmas lalu dilakukan
pengadaan obat dari program dengan melalui e-catalog obat. Untuk puskesmas
kecamatan tersebut apabila sewaktu-waktu mengalami kehabisan persediaan obat
maka akan dilakukan pertukaran obat atau bon obat kepada puskesmas puskesmas
kecamatan lain, dengan menuliskan surat permintaan kepada kepala puskesmas yang
dituju. Jika kepala puskesmas yang bersangkutan menyetujui maka permintaan obat
akan diberikan oleh puskesmas yang diminta.

3. Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM)


Program Terapi Rumatan Metadon di Indonesia adalah bagian dari upaya nasional
untuk pengendalian dan pencegahan infeksi penyakit berbahaya, seperti HIV/AIDS,
hepatitis, yang dikenal sebagai strategi pengurangan dampak buruk atau Harm
Reduction.Klinik Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan
Johar Baru dibuka sejak tahun 2011. Program Terapi Rumatan Methadon di Puskesmas
Johar Baru saat ini hanya mampu menyediakan methadon cair yang dilaksanakan setiap
hari. Pasien ketergantungan obat yang dilayani di klinik PTRM ini sekitar 68 orang. Di
klinik ini, pasien melakukan terapi rumatan metadon dan konsultasi dengan dokter terkait
dosis penggunaan metadon cair. Penggunaan dosis metadon cair untuk pasien awal 15-40
mg selama 7 hari pertama. Pada 7 hari selanjutnya penggunaan dosis metadon cair boleh
diatas 40 mg, namun peningkatan dosis methadon cair selama seminggu tidak boleh lebih
dari 30 mg. Prosedur pelayanan pasien PTRM memiliki prosedur sebagai berikut :
1. Pasien datang dengan menyebutkan nama, nomor status pasien dan dosis.
Pengambilan obat memiliki dua macam cara yaitu minum langsung (m+) atau
THD (Take Home Dose) untuk pasien yang bekerja.
2. Tenaga farmasi mengambil file status pasien kemudian secara bersamaan
mencatat waktu kedatangan pasien.
3. Pasien menandatangani kolom yang tertera di file status pasien setelah menerima
metadon.
4. Petugas farmasi menyiapkan metadon sesuai dengan dosis pasien yang telah
ditentukan oleh dokter.
Kegiatan mahasiswa saat melakukan PKL di tempat ini antara lain memasukkan
data ke dalam status pasien (tanggal datang, dosis yang digunakan, waktu minum),
menyiapkan metadon cair sesuai dosis pasien dengan mencampurkannya dengan sirup
untuk mengurangi rasa pahit dari metadone dan memastikan pasien minum metadon cair
sampai habis di tempat, tidak boleh dibawa pulang kecuali THD-Take Home Dose yang
dikemas dalam botol biasanya sebanyak 2 botol untuk 2 hari.

4. Puskesmas Keliling
Puskesmas keliling diadakan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan
Jumat, dan pada hari selasa di minggu kedua diadakan pula Posbindu Lansia (Pos
Pembinaan Terpadu Lansia) di Puskesmas Keliling Lokasi yang dituju yaitu Rumah
Susun Tanah Tinggi. Kurang lebih dari pukul 09.00-11.30 WIB. Petugas yang ikut serta
dalam puskesmas keliling terdiri dari satu orang petugas farmasi, satu orang dokter,
perawat dan petugas administrasi. Alur pelayanannya dimulai dari. Pasien datang ke
lokasi, kemudian pasien menyerahkan kartu jaminan kesehatan kepetugas administrasi,
setelah mengurus administrasi pasien melakukan pemeriksaan ke dokter dan dokter
menulis resep untuk pasien tersebut. Kemudian resep diserahkan ke petugas farmasi
untuk disiapkan. Setelah obat disiapkan petugas farmasi menyerahkan obat untuk pasien
tersebut beserta dengan pemberian informasi obat.

KESIMPULAN
Setelah melaksanakan kegiatan PKL selama 10 hari kerja, mahasiswa dapat menyimpulkan
beberapa hal, antara lain:
1. Alur pelayanan resep di apotek puskesmas kecamatan maupun kelurahan sudah sesuai SOP.
Namun, kegiatan double checking di puskesmas kecamatan dilakukan oleh petugas yang
menyerahkan obat.
2. Petugas farmasi belum dilengkapi dengan APD (Alat Pelindung Diri) yang cukup memadai
dalam melakukan kegiatan kefarmasian.
3. Waktu pelayanan kesehatan di puskesmas kelurahan dilakukan pada hari Senin sampai Jumat
sampai pukul 12.00, pada hari sabtu pelayanan kesehatan dilaksanakan secara piket.
4. Waktu pelayanan kesehatan di puskesmas kecamatan dilakukan pada hari Senin sampai
kamis pukul 16.00 WIB dan Jumat pukul 16.30. Pada hari Sabtu dan Minggu pelayanan
kesehatan dilaksanakan di UGD puskesmas kecamatan.
5. Sarana dan prasarana di apotek kecamatan sudah hampir memadai, namun di puskesmas
kelurahan belum memadai.
6. Peracikan di puskesmas kecamatan maupun kelurahan dirasakan belum memenuhi kaidah
meracik yang benar karena banyaknya resep yang datang tidak sebanding dengan tenaga
kefarmasian dan waktu yang ada.
7. Pelayanan PIO dirasakan sudah maksimal meskipun ada beberapa pasien yang tidak ingin
diberikan informasi obat karena sudah terbiasa menerima obat tersebut.
8. Lemari penyimpanan psikotropik sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
9. Sistem distribusi obat baik di apotek kecamatan maupun kelurahan menggunakan sistem
FEFO. Pemantauan stok dan expired date belum dilakukan secara berkala oleh petugas
farmasi sehingga masih ditemukan beberapa obat yang sudah kadaluwarsa.

Anda mungkin juga menyukai