genetik.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk
Rekayasa Genetik : Sesuai dengan ketentuan Pasal 36 Bab Ketentuan Penutup pada PP No. 21 Tahun 2005,
maka peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keamanan lingkungan, keamanan pangan dan/atau
keamanan pakan PRG yang telah ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diatur lebih
lanjut oleh PP No. 21 Tahun 2005. Dalam pelaksanaannya, PP No. 21 Tahun 2005 dilandasi dengan pendekatan
kehati-hatian dalam rangka mewujudkan keamanan lingkungan, keamanan pangan, dan/atau pakan dengan
mempertimbangkan kaidah agama, etika, sosial budaya, dan estetika serta pelestarian.
Pengaturan keamanan hayati pada PP No. 21 Tahun 2005 lebih lengkap dibandingkan dengan
Keputusan Bersama Empat Menteri Tahun 1999, karena sudah mengatur ketentuan tentang
penelitian dan pengembangan, pemasukan PRG dari luar negeri, batas waktu proses pengkajian,
dan notifikasi publik.
Keamanan pangan produk
rekayasa genetika
Menurut UU No 18 tahun 2012 tentang
• Pakan adalah bahan baku, bahan tambahan, dan bahan imbuhan
Pangan, bahwa keamanan pangan
atau campurannya yang berasal dari sumber hayati, mineral dan
adalah kondisi dan upaya yang
air, baik diolah maupun tidak diolah yang digunakan sebagai diperlukan untuk mencegah pangan dari
• Kloning
Dalam bioteknologi, pengklonaan merujuk pada
berbagai usaha-usaha yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan salinan
berkas DNA atau gen, sel, atau organisme.
Kloning embrio merupakan usaha untuk
menghasilkan individu baru dengan sifat secara
genetic sama dengan kedua induknya tanpa
melalui perkawinan secara alamiah.
CONTOH BIOTEKNOLOGI MODERN DAN
HUKUM YANG MELINDUNGI
Menurut (Affandi, 2011) dalam buku panduan etika dan profesi obstetri dan
ginekologi di Indonesia, pada pasal 14 yang berhubungan dengan legalitas cloning:
Pasal 14
Kloning untuk kepentingan komersial dan reproduksi dilarang.
Kloning pada domba yang dilaporkan pada tahun 1997 adalah bahwa reproduksi
mamalia aseksual dimungkinkan dengan potensi juga pada manusia. Kloning pada
manusia dengan membelah mudigah juga dimungkinkan. Dipermasalahkan 3 hal
dalam kloning yang menyangkut etik dan dampak sosialnya, yaitu:
1. Transfer sel kloning atau mudigah pada manusia;
2. Transfer sel kloning untuk menghasilkan jaringan/biakan sel manusia;
3. Transfer sel kloning atau membelah mudigah untuk menghasilkan manusia
kloning.
CONTOH BIOTEKNOLOGI MODERN DAN
HUKUM YANG MELINDUNGI