Anda di halaman 1dari 69

BAB I (BIOTEKNOLOGI PANGAN)

PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG
Terdapat jutaan organisme di bumi
dengan bentuk dan struktur yang
beranekaragam. Organisme
yang dikira tidak memiliki manfaat
ternyata memiliki potensi yang cukup
besar bagi manusia. Oleh
sebab itu manusia dengan kecerdasan
berpikirnya mencoba untuk
mengembangkan dan
menggunakannya seluruh organisme di
bumi demi kesejahteraan kehidupan
umat manusia.
Pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang
menggunakan makhluk hidup atau
organisme untuk
menghasilkan produk dan jasa guna
kepentingan manusia disebut
bioteknologi Hampir semua orang
pasti pernah melakukan bioteknologi
dalam kehidupan sehari-hari, walaupun
mereka kurang
mengerti apa itu bioteknologi dan istilah
bioteknologi terdengar asing bagi
mereka. Namun, apabila
mereka diberitahu bahwa pembuatan
tempe, tape dan kecap merupakan
beberapa contoh
bioteknologi , barulah mereka mulai
sedikit mengerti apa yang dimaksud
dengan bioteknologi . Pada
mulanya bioteknologi memang
didominasi untuk memproduksi
makanan. Seiring perkembangan
zaman, para ahli terus meneliti beberapa
organisme agar dapat memperoleh suatu
produk yang
bermanfaat. Dan akhirnya pun mereka
berhasil menemukan produk-produk
bioteknologi baru dari
pemanfaatan organisme.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah perkembangan
bioteknologi mulai dari bioteknologi
konvensional hingga menuju
bioteknologi modern ?
2. Apakah perbedaan antara bioteknologi
konvensional dengan bioteknologi
modern ?
3. Bagaimanakah dampak positif maupun
negatif dari bioteknologi yang terus
berkembang ini ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perkembangan
bioteknologi mulai dari bioteknologi
konvensional hingga
bioteknologi modern .
2. Untuk mengetahui perbedaan antara
bioteknologi konvensional dengan
bioteknologi modern .
3. Untuk mengetahui dampak positif
maupun negatif dari bioteknologi yang
terus berkembang
BAB II PEMBAHASAN
A . PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI
Beberapa ilmuwan mencoba memberikan
definisi bioteknologi , diantaranya :
a . Sylvia A . Mender
Menurut Mender, bioteknologi
merupakan istilah yang digunakan untuk
menunjukkan penggunaan
sistem biologi yang bertujuan
menghasilkan suatu produk yang sesuai
denagn keinginan manusia.
Sejak awal peradaban, terutama era
Mendel, manusia banyak melakukan
persilangan, baik
persilangan antar tumbuhan maupun
persilangan antar hewan untuk
menghasilkan sifat unggul yang
diinginkan.
b. Ricky Lewis
Ricky Lewis menyebut bioteknologi
dengan istilah rekayasa genetika
( genethic engineering ).
Penggunaan istilah rekayasa genetika ini
didasarkan atas manipulasi deoxyribbo-
nucleic-acid (DNA)
suatu makhluk hidup. Di dalam
bioteknologi dilakukan rekayasa
organisme atau komponen
organisme untuk menghasilkan barang
dan jasa yang penting dan
menguntungkan bagi kehidupan
manusia.
B. PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
Sekitar 8000 tahun yang lalu, bangsa
Mesir kuno menggunakan sejenis
mikroba Yeast saccharomyces
atau ragi untuk pembuatan roti. Dalam
adonan roti, gelembung gas yang
dihasilkan dalam proses
fermentasi, membuat roti jadi empuk
sehingga enak dimakan. Ini adalah
penggunaan mikroba atau
mikroorganisme pada tingkat sel untuk
tujuan pangan. Sehingga ilmu tua
bioteknologi (konvensional)
adalah penggunaan jasad renik atau
makhluk hidup secara umum pada
tingkat sel atau disebut
seluler Bioteknologi modern lahir pada
tahun 1970-an dengan munculnya
teknologi DNA
rekombinan. Ilmuwan dari Universitas
Kalifornia di San Fransisco (UCSF)
bernama Herbert Boyer
berhasil mengembangkan teknologi
canggih untuk dapat memotong rantai
DNA lalu
menyambungnya lagi. Tetapi karena
materi DNA berukuran sangat kecil, hal
ini tidak dapat dibuktikan
dengan melihat langsung karena
jumlahnya juga sangat sedikit. Seorang
ilmuwan lain dari Universitas
Stanford bernama Stanley Cohen
menemukan cara bagaimana
memasukkan materi DNA berbentuk
lingkaran atau plasmid ke dalam sel.
Walau tinggal berjarak hanya 60 km saja,
keduanya tidak pernah
bisa bertemu sehingga dapat
menyatukan teknologi yang dimilikinya
itu. Sampai akhirnya pada tahun
1972, keduanya bertemu di sebuah
pertemuan ilmiah, ribuan kilometer dari
tempat mereka tinggal
dan bekerja di Kalifornia, yaitu di Hawaii.
DNA yang sudah disambung lagi dengan
teknologi Boyer
dapat diperbanyak dengan memasukkan
ke dalam sel bakteri dengan teknologi
Cohen . Karena
bakteri berkembang biak sangat cepat,
DNA yang telah dimasukkan pun jadi
banyak dalam waktu
singkat, sehingga dapat dicek
keberadaannya dengan mudah. Inilah inti
dari teknologi DNA
rekombinan. DNA adalah salah satu
molekul biologi penyusun sel.
Penggunaan molekul biologi itu,
bahkan sampai kepada kemampuan
memanipulasi atau merekayasa adalah
revolusi teknologi yang
menyebabkan lahirnya bioteknologi
modern . Jadi, ada perubahaan dalam
bioteknologi tua menjadi
bioteknologi modern yaitu perubahan
penggunaan materi hayati dari tingkat sel
atau seluler ke
tingkat molekul atau molekule.Hingga
sampai saat ini, perkembangan
bioteknologi terus mengalami
perkembangan yang sangat pesat hingga
ditemukan teknologi rekayasa genetika,
kultur jaringan
bahkan teknologi kloning yang menjadi
kontroversi hingga saat ini. Berbagai
bioteknologi ini masih
dimungkinkan akan terus berkembang
untuk memperoleh produk baru yang
menguntungkan bagi
kehidupan manusia.
C. PERBEDAAN BIOTEKNOLOGI
KONVENSIONAL DENGAN
BIOTEKNOLOGI MODERN
Bioteknologi dapat dibedakan menjadi
dua, yakni bioteknologi konvensional dan
bioteknologi
modern . Berikut ini akan dijelaskan
beberapa perbedaan antara bioteknologi
konvensional dan
bioteknologi modern
1.Bioteknologi Konvensional
Dalam bioteknologi konvensional,
biasanya hanya memanfaatkan
mikroorganisme seperti bakteri
dan jamur dalam memproduksi alkohol,
asam asetat, gula, atau bahan makanan
lainnya seperti
kecap, tahu, dan tempe.
Adapun ciri-ciri bioteknologi
konvensional adalah sebagai berikut :
a.Dilakukan tanpa dilandasi prinsip-
prinsip ilmiah
b.Dilakukan hanya berdasarkan pada
pengalaman yang diwariskan masyarakat
secara turun-temurun
c.Pada umumnya, belum dapat
diproduksi secara massal karena
produknya hanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga saja
Penerapan bioteknologi tradisional
mencakup beberapa aspek kehidupan,
salah satunya yaitu pada
bidang pengolahan pangan. Bahan
pangan yang mengalami proses
bioteknologi akan menjadi bahan
pangan yang lebih berkualitas, lebih
tahan lama, lebih segar, dan
meningkatkan nilai tambah bahan
pangan, yang tentu saja berpeluang
besar untuk meningkatkan nilai jual
bahan pangan tersebut.
Di bawah ini akan disebutkan beberapa
contoh makanan yang merupakan hasil
produksi dari
bioteknologi tradisional konvensional.
2. Bioteknologi Modern
Kita sudah mengetahui bahwa
bioteknologi terbagi menjadi
bioteknologi konvensional dan
bioteknologi modern . Dan pada saat ini,
bioteknolog modern semakin
berkembang dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip ilmiah.
Prinsip-prinsip itu meliputi pemahaman
tentang proses,
peralatan yang digunakan, pemrosesan
hasil dengan mesin, pengepakan, dan
pemasaran. Dalam
meningkatkan nilai tambah suatu bahan,
bioteknologi modern memanfaatkan
mikroorganisme.
Mikroorganisme itu misalnya sebagai
penghasil obat ( penicillium ), sebagai
pupuk pada tanaman
(rhizobium ), sebagai bahan makanan
yaitu ganggang biru ( spirulina ) dan
lainnya. Bioteknologi
modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.Menggunakan makhluk hidup untuk
menghasilkan suatu produk. Penggunaan
makhluk hidup ini
karena :
1.Makhluk hidup dapat dikembangkan
secara aseksual sehingga jika dipelihara
secara terus- menerus
memiliki sifat yang tetap.
2.Mahkluk hidup dapat diperoleh dengan
mudah.
3.Sifat makhluk hidup dapat diubah-ubah
sesuai kebutuhan misalnya melalui
persilangan. 4.makhluk
hidup senantiasa berkembang biak,
sehingga merupakan sumber daya alam
yang dapat dipulihkan.
b.Menggunakan prinsip-prinsip ilmiah
dalam menghasilkan suatu produk.
Prinsip-prinsip itu sebagai
berikut :
1. Pemahaman tentang proses.
2. Peralatan yang digunakan.
3. Pemrosesan hasil dengan mesin. 4.
Pengepakan.
5. Pemasaran.
c. Merupakan hasil pengkajian dari
berbagai ilmu.
d. Dapat diproduksi dalam jumlah
banyak.
Pemanfaatan bioteknologi modern
dilakukan dalam berbagai bidang
misalnya dalam bidang
perkebunan dan pertanian, bidang
kesehatan, bidang peternakan, dan
lainnya.
D. MANFAAT BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi sangatlah menjanjikan
dalam bidang kedokteran, pengelolaan
lingkungan, produksi
makanan, dan pertanian.
1.Kesehatan Khususnya dalam Bidang
Kedokteran
Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang
ini yaitu adanya vitamain dan asam amino
melalui bantuan
mikroorganisme. Pada umumnya
manusia mendapat vitamin sari makanan
yang dikonsumsi, kini
mereka dapat memperolehnya dengan
bantuan mikroorganisme. Melalui teknik
kultur dan
pemeliharaan mikroorganisme tertentu,
kemudian mengekstraknya, maka
diperoleh beberapa jenis
vitamin dan asam amino.
Di dunia kedokteran banyak obat-obatan
yang tercipta dari produk hasil
bioteknologi . Kini obat-
obatan tersebut tersedia untuk
mengobati penyakit. Misalnya insulin,
sekarang sudah tersedia untuk
mengobati diabetes dan hormon
pertumbuhan yang dipakai untuk
mengobati gangguan
pertumbuhan serta mempercepat
penyembuhan luka.
Diantara kegunaan bioteknologi bidang
farmasi adalah penggunaan teknologi
DNA rekombinan
untuk memodifikasi bakteri Eschericia
coli untuk menghasilkan insulin manusia
yang dilakukan di
Gennetech tahun 1978.
Bioteknologi memberikan metode baru
untuk membuat vaksin bagi pencegahan
penyakit seperti
Hepatitis B dan untuk membantu
mendeteksi dan mendiagnosis penyakit
karena virus serta kelainan
bawaan.
2. Pengelolaan Lingkungan
Pada saat ini, bioteknologi membuka
peluang baru dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan.
Misalnya, bakteri yang direkayasa secara
genetik bisa digunakan untuk mengubah
sampah organik
menjadi produk yang berguna atau untuk
membersihkan tumpahan minyak.
3. Produksi Makanan
Bioteknologi juga berperan dalam
produksi makanan. Di mana bioteknologi
memainkan perang
penting dengan menyediakan bahan
makanan, vitamin, dan enzim untuk
mengolah makanan yang
lebih banyak dan lebih berkualitas.
1.Penerapan bioteknologi tradisional
mencakup beberapa aspek kehidupan,
salah satunya yaitu pada
bidang pengolahan pangan.
•Tempe
Tempe merupakan salah satu jenis
makanan tradisional Indonesia yang
terbuat dari kedelai, yang
dalam proses pembuatannya
mendapatkan bantuan dari jamur
Rhizopus . Seperti makanan produk
kedelai lainnya, tempe mempunyai
kandungan gizi yang tinggi.
2.Kecap
Kecap merupakan bumbu makanan yang
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Kecap
yang mempunyai warna cokelat
kehitaman, berbau khas, dengan rasa
asin atau pun manis, serta
dapat menyedapkan makanan. Dalam
pembuatan kecap, mendapatkan bantuan
dari jamur
Aspergillus dan Rhizopus .
3.Tahu
Tahu merupakan salah satu makanan
olahan yang juga berbahan baku kacang
kedelai. Tahu dapat
dikatakan sebagai produk teknologi
karena dalam proses pembuatannya juga
melibatkan aktivitas
organisme, seperti halnya dalam proses
pembuatan tempe dan kecap seperti di
atas. Dalam proses
pembuatannya, tahu mendapatkan
bantuan dari bakteri penghasil asam.
4.Pertanian
Sekarang di era globalisasi ini, para
ilmuwan mampu meningkatkan kualitas
buah dan sayuran,
memperpanjang waktu simpan makanan
agar dapat disimpan lebih lama. Di masa
mendatang, para
ahli bioteknologi diharapkan mampu
menghasilkan tanaman yang tahan
terhadap kondisi iklim yang
buruk. Seperti kondisi iklim yang kering,
panas ataupun dingin, sehingga petani
dapat memanfaatkan
tanah tersebut.Pemanfaatan bioteknologi
modern dalam bidang perkebunan dan
pertanian.
Pemanfaatan bioteknologi modern dalam
bidang perkebunan dan pertanian
bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dalam
masyarakat seperti meningkatkan
produksi, memperbaiki
kualitas dan lainnya. Salah satu
pemanfaatan bioteknologi modern dalam
bidang ini yaitu kultur
jaringan.
Kultur jaringan yaitu membudidayakan
suatu jaringan tanaman menjadi tanaman
baru yang memiliki
sifat seperti induknya. Jaringan tanaman
yang diambil yaitu pada jaringan yang
masih muda agar
mudah tumbuh, seperti pada jaringan
meristem, misalnya pada daun muda,
ujung akar, ujung
batang, dan lainnya.Penggunaan kultur
jaringan mempunyai keuntungan yaitu
bibit tanaman yang
didapatkan memiliki sifat yang sama
dengan induknya, bibit tanaman dapat
diproduksi dalam jumlah
banyak dalam waktu singkat, lahan yang
digunakan tidak terlalu luas, dan lainnya.
5.Peternakan
Pemanfaatan dalam bidang ini misalnya
pemberian vaksin dan hormon
pertumbuhan pada ternak.
Penggunaan hormon pertumbuhan pada
hewan ternak dapat meningkatkan
produksi daging, susu,
ataupun telur. Hormon pertumbuhan itu
dapat dibuat dengan cara mengklon
pengatur
pertumbuhan, kemudian menyisipkannya
ke dalam mikroorganisme, sehingga
mikroorganisme
tersebut menghasilkan hormon tersebut.
BAB II(BIOTEKNOLOGI PERTANIAN)
PEMBAHASAN
2.Pengertian Bioteknologi Pertanian
Bioteknologi pertanian adalah
pengembangan teknologi di bidang
pertanian yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia yang
semakin lama semakin meningkat, di era
moderen ini
kebutuhan pangan semakin meningkat
sehingga manusia dituntut untuk
melakukan inovasi di dalam
berbudidaya tumbuhan agar mendapat
hasil yang melimpah,kualitas yang
bagus, bibit yang sehat
dan baik dan produktifitas tanaman yang
relatif cepat untuk di panen.Dalam
konteks pertanian, ada
beberapa ciri yang membedakan apakah
usaha pertanian tersebut menerapkan
konsep-kosep
bioteknologi modern atau
tidak.Pertama,bioteknologi modern
menerapkan konsep dan pendekatan
molekular untuk melakukan
perubahan atau perbaikan terhadap
sistem dan budidaya pertanian. Misalnya,
pemuliaan
tanaman dapat dilakukan dengan cara
konvesional seperti yang sudah
dilakukan oleh manusia
sejak ratusan tahun yang silam. Cara-
cara pemuliaan tanaman konvesional
dicirikan oleh
teknik yang dilakukan pada aras individu
tanaman tanpa usaha mengubah sifat
genetik tanaman
secara terarah pada bahan genetiknya.
Pemulian tanaman secara konvesional
dapat dilakukan antara
lain dengan melakukan persilangan
melalui : 1)penyatuan serbuk sari
dengan putik antara tanaman yang
berbeda dengan berbagai cara atau
2) penggabungan antara bagian-bagian
tanaman yang berbeda, misalnya
sambung pucuk. Selain itu
mutagenesis secara acak, misalnya
secara fisik dengan menggunakan
radiasi, atau secara
kimia menggunakan senyawa yang
bersifat mutagenik atau menimbulkan
pengaruh berupa
pelipatgandaan jumlah kromosom.
Dengan teknik semacam ini, hasil
pemuliaan tanaman tersebut
tidak akan dapat diperhitungkan
sebelumnya, karena mungkinsifat yang
muncul pada
anaknya tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Hal ini disebabkan oleh ciri
dasar teknik pemuliaan
konvesional yang perubahan bahan
genetik pada tanamannya tidak dilakukan
secara
terarah.Berbeda halnya dengan
pendekatan bioteknologi modern dalam
pemuliaan tanaman yang
melibatkan usaha untuk mengubah
komposisi bahan genetik tanaman secara
terarah. Pengubahan
sifat genetik dapat dilakukan dengan
menyisipkan gen dari tanaman lain, atau
bahkan dari jasad
hidup bukan tanaman , ke dalam sel
tanaman yang akan diubah sifatnya
dengan cara demikian maka
sifat genetik dan fisiolog baru yang
muncul pada anaknya dapat
diperhitungkan sehingga sesuai
dengan yang diharapkan.Dalam metode
pemuliaan tanaman secara konvesional,
kendala utama yag
dihadapi adalah masalah inkompatibilitas
(ketidak sesuaian) genetik antara
tanaman yang
disilangkan. Suatu tanaman hanya dapat
disilangkan dengan tanaman lain yang
secara relatif
mempunyai hubungan kekerabatan yang
dekat, misalnya suatu galur padi dengan
galur padi lain.
Memang terdapat beberapa contoh
keberhasilan persilangan antara dua
macam tanaman berbeda
spesies, namun hal semacanm ini tidak
selalu dapat dilakukan pada tanaman-
tanaman yang lain.
Dengan pendekatan bioteknologi
modern, masalah inkompatibilitas seperti
ini dapat diatasi
sehingga dapat dihasilkan galur tanaman
baru dengan sifat-sifat genetik dan
fisiologi baru yang tidak
mungkin diperoleh dengan metode
pemuliaan konvesional.Kekurangan
metode konvesional dalam
pemuliaan tanaman adalah waktu yang
diperlukan relatif cukup lama untuk
dapat menghasilkan
galur tanaman yang baru dengan sifat-
sifat seperti yang dikehendaki.
Penerapan bioteknologi
modern dalam pemuliaan tanaman ,
dengan teknik DNA rekombinan, dapat
memperpendek jangka
waktu untuk galur tanaman
baru.Penerapan bioteknologi modern
dalam bidang pertanian tidak
hanya terbatas pada pemuliaan tanaman,
melainkan juga mencakup aspek
perbaikan sistem budaya.
Dalam proses pertumbuhannya, tanaman
di pengaruhi oleh berbagai macam faktor
biotik maupun
abiotik. Salah satu faktor biotik yang
dapat mempengaruhi budidaya tanaman
adalah keberadaan
kelompok jasad mikroba. Mikroba yang
ada di alam dapat bersifat sebagai
patogen (penyebab
penyakit) maupun sebagai jasad simbion
atau asosiatif yang dapat meningkatkan
kesuburan
tanaman. Jasad patogen dapat di
kendalikan dengan menggunakan
perlakuan kimia, misalnya
fungisida atau dengan menggunakan
mikrobia lain yang bersifat sebagai
antagonis bagi patogen.
Dengan bioteknologi modern, dapat
dikembangkan tanaman-tanaman
transgenik yang tahan
terhadap patogen tertentu. Pendekatan
bioteknologi modern semacam ini dapat
mengurangi
potensi kerugian akibat penyakit
tanaman, sekaligus mengurangi
pencemaran lingkungan akibat
penggunaan bahn kimia untuk
mengendalikan patogen.
Faktor biotik lain yang dapat
mempengaruhi keberhasilan usaha
pertanian adalah hama dan
tumbuhan . dengan sistem konvesional ,
hama tumbuhan dapat diatasi dengan
peptisida kimi buatan
atau peptisida alami. Penggunaan
peptisida kimia buatan menyebabkan
pencemaran lingkungan .
untuk mengatasi hal ini, terdapat
peptisida alami yang dapat digunakan
sebagai pilihan , yaitu
menggunakan senyawa kimia toksin yang
dihasilkan oleh suatu mikrobia atau
bahkan tumbuhn
tertentu untuk mengendalikan hama.
Dalam beberapa hal, bahkan sel-sel
mikrobia tertentu
digunakan secara langsung sebagai
peptisida hayati, misalnya penggunaan
Bacillus thuringiensis.
Dengan demikian, bioteknologi pertanian
lebih merupakan teknik atau metode
perekayasaan yang diintroduksikan
kedalam praktek
2.Aplikasi Bioteknologi Bidang Pertanian
1. Hidroponik Water culture system
2. Hidroponik Drip system
3.Hidroponik Aeroponic system
4.Hidroponik Wick system
5 Hidroponik NFT (nutrient film
technique)
6. Sistem Hidroponik Ebb and Flow
pertanian.
•Manfaat bioteknologi dalam bidang
pertanian
Dalam bidang pertanian bioteknologi
dapat di aplikasikan. Sekarang ini para
ilmuan berhasil
meningkatkan tampilan buah dan sayur,
memperpanjang waktu makanan untuk di
simpan,
meningkatkan kandungan nutrisi
tanaman dan membuat tanaman tahan
terhadap penyakit dan
hama.Pada masa yang akan datang, para
ahli pertanian mengharapkan
bioteknologi mampu
menghasilkan tanaman yang tahan lama
terhadap segala kondisi iklim, seperti
iklim kering, iklim
panas, atau dingin. Oleh karena itu,
bioteknologi menjadikan petani mampu
memanfaatkan tanah
yang sebelumnya jarang diusahakan.
Dengan mmanfaatkan bioteknologi ini
dapat menghasilkan
tanaman yang identik dalam waktu
singkat. Selain itu modifikasi tanaman
hias membuka jalan untuk
menghasilkan warna-warna yang tidak
biasa sehingga mampu meningkatkan
nilai varietas dan nilai
ekonominya.
Dampak Bioteknologi di bidang pertanian
a. Dampak Negatif
Timbulnya dampak yang merugikan
terhadap keanekaragaman hayati
disebabkan oleh potensi
terjadinya aliran gen ketanaman
sekarabat atau kerabat dekat. inang
produk bahan pertanian dan
kimia yang menggunakan
bioteknologi.Dampak lain yang dapat
ditimbulkan oleh bioteknologi adalah
persaingan internasional dalam
perdagangan dan pemasaran produk
bioteknologi. Persaingan
tersebut dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi negara berkembang
karena belum memiliki
teknologi yang maju, Kesenjangan
teknologi yang sangat jauh tersebut
disebabkan karena
bioteknologi modern sangat mahal
sehingga sulit dikembangkan oleh negara
berkembang.
Ketidakadilan, misalnya, sangat terasa
dalam produk pertanian transgenik yang
sangat merugikan
bagi agraris berkembang. Hak paten
yang dimiliki produsen organisme
transgenik juga semakin
menambah dominasi negara maju
b. Dampak Positif
Keanekaragaman hayati merupakan
modal utama sumber gen untuk
keperluan rekayasa genetik
dalam perkembangan dan perkembangan
industri bioteknologi. Baik donor maupun
penerima
(resipien) gen dapat terdiri atas virus,
bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan,
juga manusia.
Pemilihan donor / resipien gen
bergantung pada jenis produk yang
dikehendaki dan nilai ekonomis
suatu produk yang dapat dikembangkan
menjadi komoditis bisnis. Oleh karena
itu, kegiatan
bioteknologi dengan menggunakan
rekayasa genetik menjadi tidak terbatas
dan membutuhkan suatu
kajian sains baru yang mendasar dan
sistematik yang berhubungan dengan
kepentingan dan
kebutuhan manusia. Kegiatan tersebut
disebut sebagai bioprespecting.
Perdebatan tentang positif untuk
mengatasi dampak negatif yang dapat
ditimbulkan bioteknologi,
antara lain pada tahun 1992 telah
disepakati konvensi keanekaragaman
Hayati, ( Convetion on
Biological Diversity )yang mengikat
secara hukum bagi negara-negara yang
ikut mendatanginnya .
Sebagai tindak lanjut penadatanganan
kovensi tersebut, Indonesia telah
meratifikasi Undang-Undang
No. 5 Tahun 1994. perlu anda ketahui,
Negara Amerika Serikat tidak ikut
menadatangani konvensi
tersebut. Di sepakati Pula Cartegena
Protocol on Biosafety ( Protokol
Cartegena tentang pengamanan
hayati ). Protokol tersebut menyinggung
tentang prosedur transpor produk
bioteknologi antara
negara untuk mencegah bahaya yang
timbul akibat dampak negatif terhadap
keanekaragaman
hayati. Ekosistem, dan kesehatan
manusia.
BAB III (BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN)
A.PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI
PETERNAKAN
bioteknologi peternakan adalah
melakukan kegiatan usaha ternak dengan
memanfaatkan ilmu
bioteknologi agar meningkatkan
keuntungan dan meningkatkan mutu
peternakan.
B.TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN
Inseminasi Buatan (IB) adalah proses
pemasukan semen (mani) ke dalam
saluran reproduksi
(kelamin) betina dengan menggunakan
alat buatan manusia. Tujuan penerapan
teknologi IB adalah
untuk introduksi/ penyebaran pejantan
unggul di suatu daerah yang tidak
memungkinkan untuk
kawin alam serta pelestarian plasma
nutfah ternak jantan yang diinginkan.
Prosedur inseminasi
buatan tersebut meliputi :
- Penampungan Semen
Penampungan semen dapat dilakukan
dengan cara menggunakan vagina
buatan, elektroejakulator,
dan massage (pengurutan).
Penampungan semen yang umum dan
rutin dilakukan dalam kegiatan IB
adalah menggunakan vagina buatan.
Vagina buatan adalah selongsong karet
yang keras dan kuat
kemudian dilapisi dengan karet yang
lembut dan diberi pelicin (vaselin), salah
satu ujungnya
dilengkapi dengan tabung untuk
menampung semen.
-Evaluasi Semen
Sesudah penampungan semen, dilakukan
evaluasi semen berupa penilaian keadaan
umum (volume,
warna, dan konsistensi), motilitas
(gerakan massa dan gerakan individual),
konsentrasi dan penilaian
morfologik (kelainan primer dan
sekunder).
Pengenceran Semen.Pengenceran
semen dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan seperti
buffer isotonik yang berisi karbohidrat
sebagai sumber energi, protein
pelindung, antibiotik, dan
semen yang akan dibekukan ditambah
dengan crioprotectan (glycerol atau
dimethylsulphoxide).
Semen sapi dapat diencerkan 10 – 75
kali, semen domba 5 – 10 kali, dan semen
kambing 10 – 25 kali,
tetapi semen babi dan kuda hanya 2 – 4
kali saja. Satu kali inseminasi diperlukan
10 – 15 juta
spermatozoa motil pada sapi, 200 juta
pada domba dan kambing, 500 juta pada
babi, dan 1.500 juta
pada kuda.
-Penyimpanan/ Pembekuan Semen
Semen yang telah diencerkan yang tidak
dapat langsung digunakan, dapat
disimpan atau dibekukan.
Semen dimasukkan ke dalam straw
plastik volume 0,5 cc atau 0,25 cc (mini
straw) kemudian
dibekukandalamnitrogencairpadasuhu –
196oCdidalamkontainer.
Thawing/ Pencairan Semen
Semen yang telah dibekukan dapat
dicairkan kembali (thawing) pada
temperature tertentu,kemudian
langsung diinseminasikan ke dalam
cervix atau corpus uteri. Semen yang
sudah dicairkan tidak boleh
dikembalikan lagi/ dibekukan tetapi harus
segera dideposisikan pada saluran
reproduksi
betina.Pelaksanaan Inseminasi Buatan
Pelaksanaan inseminasi buatan meliputi :
deteksi berahi,
waktu optimum untuk inseminasi, tempat
deposisi semen, dan metode inseminasi
buatan
• Deteksi berahi, dapat dilakukan oleh
peternak dengan melakukan pengawasan
secara intensif
kepada ternak. Sinkronisasi berahi dapat
dilakukan untuk mendapatkan kelahiran
anak dalam waktu
yang bersamaan, terutama untuk
memperhitungkan musim saat kelahiran
anak.

Waktuoptimumuntukinseminasi,perludik
etahuiagardiperolehangkakonsepsiyangti
nggi.
• Tempat deposisi semen, yang paling
baik untuk memperoleh angka konsepsi
paling tinggi dilakukan
pada posisi 4 yaitu pada pangkal corpus
uteri di belakang cervix.

CarapelaksanaanIB,adaduametodeyaitu
metoderektovaginaldanmetodespekulum
.Metode
rektovaginal digunakan pada ternak
besar sedang metode spekulum pada
ternak kecil (domba dan
kambing).
B. TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO
Transfer Embrio (TE) merupakan
generasi kedua teknologi reproduksi
setelah inseminasi
buatan (IB). Teknologi IB hanya dapat
menyebarkan bibit unggul ternak jantan,
sedang pada
teknologi TE dapat menyebarkan bibit
unggul ternak jantan dan betina.
Walaupun demikian,
keuntungan utama yang dapat diperoleh
adalah meningkatkan kemampuan
reproduksi ternak betina
unggul. Aplikasi TE memerlukan waktu
dan biaya yang relatif lebih singkat dan
murah dalam
pembentukan mutu genetika yang
dikehendaki, sehingga teknologi ini
dapat mempercepat
perbaikan mutu ternak dalam rangka
meningkatkan produktivitas ternak.
o Metodologi Transfer Embrio
Pelaksanaan transfer embrio merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang terdiri
dari : seleksi donor
dan resipien, penyerentakan berahi
donor dan resipien, superovulasi donor,
inseminasi buatan,
panen embrio, penilaian dan
penyimpanan embrio, dan transfer
embrio ke resipien.
o Seleksi Donor dan Resipien
Ada dua kriteria yang digunakan untuk
seleksi donor pada program TE, yaitu :
(1) mempunyai nilai
genetik yang baik (meneruskan sifat-
sifat yang diinginkan), (2) mempunyai
sifat yang dapat
memproduksi embrio yang dapat
ditransfer kemampuan reproduksinya,
nilai jual anak yang tinggi,
dan kondisi kesehatan yang baik.
o Penyerentakan Berahi Donor dan
Resipien
Keberhasilan TE sangat tergantung pada
sinkronisasi berahi sapi donor dan
resipien. Penyerentakan
berahi umumnya menggunakan
Prostaglandin F2 (PGF2).
o Superovulasi Donor
Sapi adalah ternak uniparous (ternak
yang hanya menghasilkan satu keturunan
dalam satu masa
kebuntingan), sehingga biasanya hanya
sebuah sel telur terovulasi setiap siklus
berahi. Superovulasi
(menghasilkan banyak sel telur yang
diovulasikan) pada donor dapat
dilakukan dengan pemberian
obat penyubur yakni hormone
gonadotropin berupa PMSG atau FSH.
Standar obat yang sering
digunakan untuk superovulasi adalah
Pregnant Mare ’ s Serum Gonadotropin
(PMSG). Penyuntikan
dengan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) menghasilkan CL dan daya hidup
embrio yang lebih baik
daripada perlakuan PMSG.
o Inseminasi Buatan
Donor yang telah dirangsang dengan
superovulasi, dikawinkan umumnya
dengan cara inseminasi
buatan (IB) dengan memakai semen
pejantan unggul. Dosis semen
ditingkatkan agar jumlah sel telur
yang dibuahi lebih banyak. Umumnya IB
dilakukan dua kali dengan tenggang
waktu 12 jam.
o Panen/ Koleksi Embrio
Panen embrio dapat dilakukan dengan
dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan. Pemanenan
embrio melalui pembedahan dilakukan
pada ternak ternak kecil seperti kambing
dan domba,
sedangkan untuk ternak besar seperti
sapi, kerbau dan kuda kedua cara
tersebut dapat dipakai.
➢ Cara memanen embrio tanpa
pembedahan dilakukan dengan membilas
uterus dengan cairan
phosphate buffer saline (PBS) steril yang
dimasukkan dengan menggunakan
kateter Foley yang
dilengkapi dengan balon penyumbat
melalui cervix (transcervical). Infusi
cairan ini dilakukan dengan
gerak gravitasi, dan bila uterus telah
penuh, infus dihentikan dan cairan
pembilas dikumpul melalui
kateter yang sama ke dalam gelas
penampung. Pembilasan dilakukan
beberapa kali pada kedua
tanduk uterus (uterine horn).Dengan
mendiamkan cairan pembilas maka,
embrio akan
mengendap, dan dengan mengurangi
volume cairan embrio dapat diambil
dengan pipet
Pasteur.Transfer Embrio Ke Resipien
Transfer embrio dapat dilakukan dengan
pembedahan dan tanpa
pembedahan. Metode pembedahan
cenderung lebih tinggi dan lebih
konsisten tingkat
kebuntingannya, tetapi lebih
membutuhkan tenaga yang terampil.
Cara tanpa pembedahan sekarang
banyak dipakai, karena lebih cepat dan
sederhana, sedangkan angka
kebuntingan yang dicapai sudah
sama dengan tanpa pembedahan.
C. TEKNOLOGI PROSESSING SEMEN
(PEMISAHAN SPERMATOZOA X DAN Y)
Seiring dimulai dengan pengkondisian
saluran reproduksi ternak betina agar
lingkungan itu menjadi
lebih baik bagi spermatozoa X daripada
spermatozoa Y atau sebaliknya.
Selanjutnya pemisahan
spermatozoa X dan spermatozoa Y
sebelum dilakukan IB atau IVF (In Vitro
Fertilization).
❖ PembentukanJenisKelamin
Keberadaan spermatozoa dalam proses
pembentukan jenis kelamin pada
kebanyakan makhluk hidup
khususnya mamalia, mempunyai arti
penting, karena spermatozoa
menentukan jenis kelamin seekor
ternak. Proses ini melibatkan
penggabungan antara kromosom seks
yang dibawa oleh spermatozoa
dan kromosom seks yang dibawa oleh
ovum (sel telur). Berdasarkan kromosom
seks yang dibawanya,
spermatozoa pada mamalia dapat
dibedakan atas spermatozoa pembawa
kromosom X /Jantan
(spermatozoa X) dan spermatozoa
pembawa kromosom Y / betina
(spermatozoa Y).
❖ PemisahanSpermatozoa
Beberapa metode pemisahan
spermatozoa dapat dilakukan adalah
menggunakan kolom albumin,
kecepatan sedimentasi, sentrifugasi
dengan gradient densitas percoll,
motilitas dan pemisahan
elektroforesis, isoelectric focusing,
teknik manipulasi hormonal, H-Y antigen,
flow sorting, dan
metode penyaringan menggunakan
kolom Sephadex. Metode yang dianggap
paling valid diantara
beberapa metode tersebut adalah
metode kolom albumin dan metode
penyaringan menggunakan
kolom Shepadex .
D. FERTILISASI IN VITRO
Penelitian akhir-akhir ini
dikonsentrasikan terhadap satu paket
baru. Sel telur belum matang
(oosit) diambil dari ternak hidup atau
ovarium berasal dari ternak betina yang
baru dipotong. Oosit
tersebut kemudian dimatangkan dan
dibuahi di laboratorium, dan dikultur
sampai pada tahap
tertentu dan selanjutnya ditransfer ke
ternak resipien atau dibekukan untuk
ditansfer kemudian.
Proses ini dikenal sebagai pematangan in
vitro atau fertilisasi buatan atau dikenal
sebagai IVM / IVF
(In Vitro Maturation/ In Vitro
Fertilization). Proses pengambilan oosit
pada mulanya dikonsentrasi
pada penggunaan ovarium dari rumah
potong hewan. Sekarang proses ini
diganti dengan suatu
metode menghisap oosit belum matang
(ovum pick up) dari ovarium betina
hidup.
E. TEKNOLOGI CRIOPRESERVASI GAMET
(SPERMATOZOA DAN OVA)
Criopreservasi adalah suatu
penyimpanan gamet dalam waktu lama
yang dilakukan dalam bentuk
beku pada suhu -196 oC (dalam nitrogen
cair) dalam media dengan penambahan
crioprotectan. Pada
saat tersebut sel dalam keadaan
“ ditidurkan ” , sehingga metabolisme sel
terhenti, tetapi masih
mempunyai kemampuan hidup setelah
sel tersebut “dibangunkan” kembali
dengan mencairkan dan mengkultur pada
kondisi tertentu secara optimum.
Prinsip terpenting dari criopreservasi
adalah pengeluaran sebagian besar air
intraselluler dari sel-sel
sebelum membeku. Cryoprotectan
digunakan untuk menghindari
terbentuknya kristal-kristal es
besar yang dapat merusak sel dan
mencegah keluarnya air terlalu banyak
yang sehingga dapat
merusak sel (sel-sel retak karena
kekeringan). Crioprotectan intraselluler
seperti gliserol,
dimethylsulfoxide (DMSO), etilen glikol,
dan 1,2 propanadiol, sedangkan
crioprotectan ekstraselluler
yaitu polivinil pirolidon (PVP), gula
dengan molekul besar sukrosa dan
raffinosa, protein dan
lipoprotein, kuning telur, serum darah
dan susu.
F. PEMBENTUKAN TERNAK TRANSGENIK
Transfer materi genetik dengan teknologi
rekombinan DNA merupakan suatu
metode
penemuan baru untuk menghasilkan
ternak transgenik. Ternak transgenic
memperlihatkan
bermacam-macam fenotipe baru melalui
ekspresi molekul DNA eksogen. Ternak
transgenik
dihasilkan dengan injeksimikro gen ke
dalam pronukleus sesaat setelah
fertilisasi dan sebelum terjadi
pembelahan pertama zigot, selanjutnya
ditanam di dalam rahim induk pengganti.
Transfer gen (transgenik) artinya
penyatuan stabil dari suatu gen dari
spesies lain atau bangsa ternak
lain dalam satu spesies, sehingga gen itu
berfungsi pada ternak penerima dan
diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Ternak
transgenic adalah seekor ternak DNA
keturunannya telah
ditingkatkan melalui penambahan atau
penggantian DNA dari sumber lain
melalui rekombinan DNA.
G. CLONING
Pada Embrio Awal Manipulasi mikro
embrio (micromanipulation) merupakan
cloning dalam
pembentukan kembar identik pada saat
ini tidak hanya terbatas pada hewan
laboratorium, tetapi
juga telah berhasil pada ternak pelihara.
Kembar buatan identik telah berhasil
dilakukan dengan
pembelahan embrio (splitting embrio).
Pembelahan embrio ini dilakukan dengan
menggunakan
suatu pisau pembelah mikroskopis untuk
menembus zona pelucida (selaput
pelidung embrio).
Embrio yang berumur 7 hari dibelah
menjadi dua bagian yang terdiri atas
kira-kira 64 sel. Separuh
dari hasil belahan itu kemudian
dibungkus kembali dengan pembungkus
alam yang terpisah (suatu
zona pelucida dari embrio yang kurang
baik atau yang tidak dibuahi).
Pembungkus yang kuat namun lentur
(zona pelucida) yang menyelimuti bola
sel, memungkinkan
penempatan embrio di dalam uterus
induk lain untuk dititipkan selama jangka
waktu bunting.
H. PEMBENTUKAN TERNAK CHIMERA
Ternak chimera dibentuk dengan cara
meramu blastomer berbagai jenis ternak.
Sel-sel dari
beberapa embrio dapat digabungkan
dalam suatu zona pelucida untuk
menghasilkan seekor hewan
yang merupakan kombinasi dari
beberapa hewan yang telah digabung.
Misalnya anak sapi chimera
dihasilkan dengan menggabungkan
blastomer dari Bos taurus (sapi Eropah)
dan Bos indicus (sapi India), kemudian
dialihkan ke resipien
untuk dikandung sampai lahir. Demikian
pula antara domba dan
kambing, dengan prosedur yang sama
telah dilahirkan turunan berbadan domba
berwajah kambing.
Komposisi tubuh maupun fenotipe ternak
chimera ditentukan oleh jumlah
blastomer dari masing-
masing jenis yang telah diramu.
I. Dampak Positif dan Negatif
Bioteknologi Peternakan
Dampak Positifnya yakni :
- Dapat dihasilkannya Hewan Transgenik
seperti: domba transgenic yang dapat
menghasilkan susu
untuk menolong penderita hemophilia
karena mengandung protein pembeku
darah.
- Dihasilkannya Hormon BGH (Bovine
Growth Hormone) atau hormone pemacu
pertumbuhan hewan
ternak. Penyuntikan hormone BGH pada
sapi perah ternyata dapat meningkatkan
produksi susu
selain meningkatkan produksi daging.
Dampak Negatifnya yakni :
- Susu sapi yang disuntik hormon BGH
(bovine growth hormone) atau hormon
pertumbuhan sapi,
disinyalir mengandung bahan kimia baru
yang punya potensi berbahaya bagi
kesehatan manusia.
- Potensi pergeseran gen hewan
sehingga gen menjadi lemah dan mudah
terserang penyakit.
Bab 4 (BIOTEKNOLOGI KESEHATAN)
A.pengertian bioteknologi kesehatan
Bioteknologi kesehatan merupakan
pemanfaatan teknologi untuk
merekayasa makhluk hidup yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
manusia.
B. Bioteknologi Dalam Bidang Kesehatan
Bioteknologi memiliki manfaat yang
cukup besar di bidang kesehatan antara
lain dengan
ditemukannya antibiotic dan
vaksin.Antibiotik penisilin yang
dihasilkan oleh jamur Penicillium
notatum telah ditemukan oleh Alexander
Fleming pada tahun 1929. Adapun pada
tahun 1939 oleh
Rene Dubois mengisolasi dua antibiotic
gramisidin dan tirosidin modern yang
pertama dan tergolong
luas penggunaannya. Penisilin dihasilkan
selama pertumbuhan dan metabolism
cendawan tertentu,
yaitu Penicillium notatum danPenicillium
Chrysogenum. Senyawa antibiotic yang
dihasilkan jamur ini
sangat efektif terhadap bekteri gram
positif, khususnya pneumokokus dan
beberapa stafilokokus.
Beberapa bakteri gram
negative,spiroketa yang
merupakanpenyebab sifilis.Setelah
antibiotic penisilin
ditemukan, banyak penyakit yang
disebabkan oleh infeksi kuman yang
dapat disembuhkan.Namun,
beberapa jenis bakteri lain menghasilkan
enzim yang dapat menghambat kerja
penisilin sehingga
tahan terhadap penisilin.Akibatnya,
beberapa penyakit yang disebabkan oleh
bakteri tersebut tidak
dapat sembuh. Kerena itu, para ahli
berusaha menemukan obat lain
pembasmi bakteri yang kebal
terhadap penisilin. Jenis antibiotic lain
yang dihasilkan oleh jamur/cendawan,
antara lain:
sefalosporin dan
streptomisin.Sefalosporin merupakan
sekelompok antibiotic yang dihasilkan
oleh
suatu spesies cendawan laut,
Cephalosporium Acremonium. Antibiotik
ini aktif tehadap banyak
bakteri gram positif dan negative serta
tidak dapat dirusak oleh penisilinase.
Yaitu enzim yang
terdapat dalam bakteri yang mampu
merusak penisilin. Streptomisin
dihasilkan oleh Streptomyces
Griseus, yaitu bakteri tanah yang
diisolasikan oleh Walksman dan teman-
temannya. Antibiotikini
efektif terhadap banyak bakteri gram
positif dan gram negative yang pathogen
dan Mycobacterium
Tuberculosis. Oleh karena itu,
Streptomisin menjadi antibiotic untama
untuk penderita TBC seebagai
komoterapI. Akan tetapi, beberapa
bakteri dapat dengan cepat menjadi
resistan dan meningkat
toksisitasnya jika penggunaan antibiotic
berlangsung dalam waktu lama.
Meskipun demikian,
streptomisin tetap dianggap sebagai
obat utama dalam penggobatan
tuberculosis.Sebelum rekayasa
genetika dikembangkan untuk
memerangi diabetes dilakukan ekstraksi
insulin dari pankreas babi
atau lembu. Hal ini akan memakan
banyak sekali
biaya dan insulin yang dihasilkan dapat
mengakibatkan hipersensitivitas maupun
resistensi. Setelah
teknik rekayasa genetika dikembangkan,
maka sekarang telah dapat dibuat insulin
manusia oleh
bakteri. Ini dilakukan dengan jalan
menyematkan gen pengkode
pembentukan insulin manusia pada
bakteri.Bioteknologi di bidang kesehatan
dewasa ini difokuskan untuk penemuan
obat-obatan dalam
hal-hal seperti tersebut di bawah ini:
1. Memerangi penyakit jantung dan
saluran darah, kanker dan kencing manis.
2. Mendapatkan antibiotika yang lebih
baik dan lebih murah untuk melawan
penyebaran
mikroorganisme menular yang resisten.
3. Menemukan vaksin untuk melawan
virus (hepatitis, influenza, rabies) dan
penyakit malaria serta
penyakit tidur.
4. Dapat melakukan uji diagnosis yang
cepat dan tepat untuk membantu dokter
dalam menentukan
diagnosis berbagai penyakit.
5. Penyempurnaan metode
pencangkokan organ yang sesuai agar
tidak terjadi proses penolakan.
6. Penyempurnaan teknik perbaikan
kimia tubuh untuk menyembuhkan
penyakit keturunan,
misalnya hemofilia.
C. Penerapan Bioteknologi Dalam Bidang
Kesehatan
1. Pembuatan Hormon Insulin
Pembuatan hormon insulin dilakukan
dengan rekayasa genetika. Melalui
rakayasa genetika, manusia
berhasil menyisipi bakteri Escherichia
coli dengan gen pembentuk insulin pada
manusia. Gen
penghasil insulin manusia tersebut dapat
mengarahkan sel E.coli untuk
menghasilkan insulin. Dengan
demikian bakteri ini mampu membentuk
insulin yang mirip dengan insulin
manusia. Insulin yang
diperoleh dapat digunakan untuk
mengobati penderita diabetes. Insulin
yang dibentuk bakteri ini
terbukti lebih baik daripada insulin
hewani dan tidak menimbulkan dampak
negatif pada tubuh
manusia.
Untuk membuat insulin, mula-mula
membuat rancangan urutan ADN yang
mengode asam amino
insulin yang telah diketahui. Kemudian
diikuti dengan sintesis kimiawi gen rantai
A dan gen rantai B
insulin, tetapi pembuatannya dilakukan
secara terpisah. Masing-masing
mengandung kodon
metionin pada ujung 5’ (yang tentunya
menjadi ujung amino protein yang
ditranslasikan) dan
menghentikan urutan pada ujung 3’.
Masing-masing gen disisipkan ke dalam
gen β-galaktosidase
plasmid. Kemudian dimasukkan ke dalam
E. coli. E. Coli dibiakkan dalam medium
yang mengandung
galaktosa sebagai sumber C dan sumber
energi dan bukan glukosa. Sebab itu
bakteri akan
mensintesis β -galaktosidase.
Bersamaan dengan ini disintesis pula
rantai A dan rantai B insulin, yang
dilekatkan oleh sisa metionin. Setelah
pelarutan bakteri, maka perlakuan
dengan sianogen bromida
akan memecah protein pada metionin.
Dengan demikian rantai insulin akan
terpisah dari β-
galaktosidase. Rantai-rantai dimurnikan
dan digabungkan, maka terjadilah insulin
asli manusia.
2. Antibodi Monoklonal
Antibodi merupakan protein yang
dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh
yang berfungsi melawan
dan melindungi tubuh dari infeksi
bakteri. Melalui rekayasa genetika,
manusia dapat membentuk
antibodi monoklonal. Antibodi
monoklonal yaitu antibodi yang diperoleh
dari penggabungan sel
penghasil antibodi dengan sel yang
terkena penyakit. Pada teknologi antibodi
monoklonal digunakan
sel-sel tumor dan sel-sel limpa manusia.
Sel-sel tumor dapat memperbanyak diri
tanpa henti,
sedangkan sel limpa sebagai antigen
yang menghasilkan antibodi. Hasil
penggabungan kedua
sel tersebut dinamakan sel hibridoma.
Sel hibridoma dapat memproduksi
antibodi secara kontinyu.
Antibodi yang dihasilkan dapat
digunakan untuk mengobati penyakit
kanker atau tumor. Antibodi ini
akan menyerang sel-sel kanker tanpa
merusak sel-sel yang sehat.
3. Interferon
Interferon merupakan sel-sel tubuh yang
mampu menghasilkan senyawa kimia.
Senyawa kimia
tersebut dapat membunuh virus.
Interferon berguna untuk melawan
infeksi dan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Produksi
interferon dilakukan melalui rekayasa
genetika.
4. Pembuatan Vaksin
Pembuatan vaksin dilakukan melalui
rekayasa genetika. Vaksin dibuat dengan
mengisolasi gen yang
mengkode antigen dari mikrobia yang
bersangkutan. Gen tersebut disisipkan
pada plasmid yang
sama tetapi telah dilemahkan. Mikrobia
yang telah disisipi gen tersebut akan
membentuk antigen
murni. Jika antigen ini disuntikkan pada
tubuh manusia, sistem kekebalan tubuh
akan membentuk
antibodi yang berfungsi melawan antigen
yang masuk ke dalam tubuh.
5. Antibiotik
Antibiotik merupakan zat kimia yang
dihasilkan oleh mikroorganisme terutama
bakteri dan jamur
yang dapat menghambat pertumbuhan
atau membunuh bakteri atau
mikroorganisme yang lain.
Dengan demikian, antibiotik digunakan
untuk melawan infeksi bakteri atau
jamur. Selain itu, ada juga
vaksin yang dibuat dengan menerapkan
bioteknologi konvensional. Pembuatan
vaksin jenis ini tidak
melalui rekayasa genetika. Vaksin ini
berasal dari mikroorganisme yang telah
dilemahkan. Vaksin
dimasukkan ke dalam tubuh manusia
dengan suntikan atau oral. Dengan
demikian, sistem kekebalan
tubuh manusia aktif melawan
mikroorganisme tersebut.
D. Keamanan Bioteknologi Dalam Bidang
Kesehatan
Beberapa hal yang dapat menimbulkan
rasa aman tersebut antara lain adalah
digunakannya
prosedur standar labotarium (Good
Laboratary practice), terdapat regulasi
untuk penggunaan
mikroorganisme tertentu maupun
standar produk yang dihasilkan terutama
yang diperuntukkan
untuk pangan dan kesehatan manisia.
Standar keamanan dan regulasi tersebut
sudah ada dan
diterapkan dengan ketat pada beberapa
negara.
Keamanan dari suatu produk
bioteknologi sangat berkaitan dengan
kualitas dari produk yang
dihasilkan. Masing-masing produk
bioteknologi baik itu dibidang farmasi,
pertanian, pangan dan
kimia mempunyai kekurangan dan
berbahaya bila peraturan penggunaan
yang tidak baik. Misalnya
produk bioteknologi dibidang pangan
yang menggunakan teknik bantuan
mikroba dalam membantu
proses pembuatan produk, seperti
yoghurt, sosis, wine dan lain sebagainya.
Proses pembuatan
produk memerlukan terapan sanitasi dan
pemilihan mikroba yang baik sesuai
kebutuhan, karena
dengan tidak adanya penerapan sistem
tersebut tidak akan menghasilkan suatu
produk yang baik
untuk dikonsumsi melainkan membawa
penyakit terhadap manusia.
Setiap produk yang menggunakan
bantuan mikroba atau stater dalam
proses pembuatannya, perlu
diperhatikan tingkat keasaman atau pH
produk. Setiap mikroorganisme memiliki
tingkat pH, water
activity (Aw) dan suhu untuk tetap hidup
serta nutrisi. Mikroba patogen
merupakan musuh terbesar
dari suatu produk pangan, mikroba ini
dapat mengakibatkan produk membusuk
dan membawa
penyakit serta membuat ketahanan
(shelf live) produk menurun. Untuk
mengatasi terjadinya
kontaminan mikroba patogen perlu
dilakukan tahap penyimpanan yang baik,
baik itu suhu dan kadar
Aw produk.
Sistem ketahanan produk pangan sangat
tergantung jenis kemasan (packing) yang
digunakan. Fungsi
dari kemasan adalah menjaga produk
tetap bersih dan melindungi dari terjadi
kontaminan, sehingga
produk bisa tahan lebih lama. Setiap
produk berbeda bahan baku yang dipakai
untuk kemasan, baik
kemasan plastik, gelas dan kaleng
(logam). Untuk menjaga keamanan suatu
produk, diberi label yang
berfungsi sebagai informasi kepada
konsumen. Didalam label terdapat
beberapa unsur yaitu:
1. Nama produk 2. Label halal
3. Komposisi
4. Bar code
5. Kadarluarsa
6. Dinas kesehatan dan BPOM
7. SNI produk
Peraturan pemerintah tentang kelayakan
suatu produk dipasarkan dapat menjamin
keamanan dan
ketahanan produk. Banyak produk
bioteknologi yang memasuki pasaran
menggantikan produk
sebelumnya, seperti pada produk obat,
diagnosa dan pertanian. Perubahan yang
sangat besar
memungkinkan akan terjadi pada bidang
diagnosa, suatu saat akan banyak
penyakit yang dapat
didiagnosa dini menggunakan kit
diagnosa dan dapat dilakukan
sendiri.Cukup banyak riset yang bisa
membawa dampak kurang
menguntungkan bagi manusia. Apakah
riset dilakukan terhadap
mikroorganisme lain, apalagi yang
berkaitan dengan manusia. Untk menjaga
kemungkinan penyalah
gunaan riset ini, perlu adanya suatu
regulasi dan etika menyangkut penelitian
bioteknologi yang
dikenal sebagai bioetika. Bioetika
merupakan studi interdisiplineer tentang
masalah yang ditimbilkan
oleh penelitian biologi dan kedokeran
baik pada skala mikro maupun makro
serta dampaknya pada
masyarakat luas dan sistem tata nilainya
saat ini dan masa datang.oleh karena itu
bioetika sangat
perlu diterapkan dan penerapannya
memerlukan kajian yang tuntas dari
segala disiplin ilmu.
E. Dampak Bioteknologi Dalam Bidang
Kesehatan 1. Dampak Positif
a. Sebagai cikal bakal pengembangan
medis modern. b. Membantu kemajuan
teknologi pengobatan.
c. Terciptanya produk hormon yang
murah dan terjangkau.
d. Terciptanya sistem kekebalan yang
melindungi tubuh dari infeksi bakteri dan
menyembuhkan
tumor/kanker.
2. Dampak Negatif
a. Menyebabkan alergi.
b. Dapat menyerang sistem imunitas
manusia.
c. Dapat mengakibatkan kekebalan
terhadap obat antibiotik.
d. Keracunan.
e. Munculnya penyakit baru dan
kerentanan terhadap penyakit tertentu.
Bab 5 (BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN)
A. Pengertian bioteknologi lingkungan
Bioteknologi lingkungan merupakan
salahsatu pemanfaatan bioteknologi
yang penggunaannya
banyak melibatkan mikroorganisme
untuk meningkatkan kualitas lingkungan
hidup manusia dan
alam sekitarnya. Peningkatan kualitas
lingkungan tersebut meliputi
pencegahan terhadap masuknya
berbagai polutan agar lingkungan tidak
terpolusi; membersihkan lingkungan
yang terkontaminasi
oleh polutan; dan memberdayakan
sumber daya alam yang masih memiliki
nilai tambah untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Essensi kajian bioteknologi
lingkungan sesungguhnya
untuk meningkatkan kesejahteraan taraf
kehidupan manusia melalui
pemberdayaan lingkungan
melalui mekanisme tertentu.
Bioteknologi lingkungan dalam biologi
merupakan kajian yang menjanjikan
mengenai analisis
dampak lingkungan (AMDAL) untuk
kesejahteraan dalam meningkatkan
penjagaan lingkungan hidup
dalam kehidupan modern yang lebih baik
lagi di masa industrialisasi. Salahsatu
perlakuan teknologi
dalam bioteknologi lingkungan dilakukan
melalui mikrobiologi yang sudah
dikembangkan pada abad
20, seperti mengaktivasi berbagai
kotoran (hewan dan manusia) dan
pencernaan anaerobik hewan,
kotoran-kotoran lain yang berserakan di
lingkungan tempat tinggal kita.
Pada waktu yang sama, hadirnya
teknologi baru secara konstan ditujukan
untuk memecahkan
masalah-masalah yang sedang trend
sekarang ini , terutama masalah
lingkungan hidup, seperti
detoksifikasi zat-zat kimia yang
berbahaya yang sudah banyak menyatu
ke dalam berbagai tumbuhan
dan hewan peliharaan kita.
Beberapa perangkat alat penting yang
sering digunakan untuk melihat
karakteristik dan proses
pengontrolan pollutan dalam teknologi
lingkungan juga telah dikembangkan
secara bertahap sesuai
dengan biaya yang tersedia. Contoh:
mengukur biomassa secara tradisional,
seperti zat padat yang
mudah menguap, yang tidak memiliki
relevansi berkurang atau hilang,
meskipun perangkat ini
digunakan khusus untuk biologi
molekuler guna mengeksplor persebaran
komunitas mikrobial.
Pengelolan Limbah Mengunakan
Mikroorganisme
atau bioremediasi
Bioremediasi berasal dari kata bio dan
remediasi atau “remediate” yang artinya
menyelesaikan
masalah. Secara umum bioremediasi
dimaksudkan sebagai penggunaan
mikroba untuk
menyelesaikan masalah-masalah
lingkungan atau untuk menghilangkan
senyawa yang tidak
diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah
atau air permukaan sehingga lingkungan
tersebut kembali
bersih dan alamiah.
Mikroba yang hidup di tanah dan di air
tanah dapat “memakan” bahan kimia
berbahaya tertentu,
terutama organik, misalnya berbagai
jenis minyak bumi. Mikroba mengubah
bahan kimia ini menjadi
air dan gas yang tidak berbahaya
misalnya CO2. Bakteri yang secara
spesifik menggunakan karbon
dari hidrokarbon minyak bumi sebagai
sumber makanannya disebut sebagai
bakteri petrofilik.
Bakteri inilah yang memegang peranan
penting dalam bioremediasi lingkungan
yang tercemar limbah minyak bumi.
Bagaimana bioremediasi dilakukan?
Faktor utama agar mikroba
dapat membersihkan bahan kimia
berbahaya dari lingkungan, yaitu adanya
mikroba yang sesuai dan
tersedia kondisi lingkungan yang ideal
tempat tumbuh mikroba seperti suhu,
pH, nutrient dan jumlah
oksigen.
Aplikasi bioremediasi di Indonesia
mengacu pada Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup
Nomor 128 Tahun 2003 (KepMen LH no.
128/2003) mengatur tentang tatacara
dan persyaratan
teknis pengolahan limbah dan tanah
terkontaminasi oleh minyak bumi secara
biologis. Disini
dicantumkan bahwa bioremediasi
dilakukan dengan menggunakan mikroba
lokal. Pada umumnya, di
daerah yang tercemar jumlah mikroba
yang ada tidak mencukupi untuk
terjadinya bioproses secara
alamiah. Dalam teknologi bioremediasi
dikenal dua cara menstimulasi
pertumbuhan mikroba, yaitu
dengan biostimulai dan bioaugmentasi.
Biostimulasi ádalah memperbanyak dan
mempercepat pertumbuhan mikroba
yang sudah ada di
dalam tanah tercemar dengan cara
memberikan lingkungan pertumbuhan
yang diperlukan, yaitu
penambahan nutrient (misalnya sumber
Nitrogen dan Phospor) dan oksigen. Jika
jumlah mikroba
yang ada sangat sedikit, maka harus
ditambahkan mikroba untuk mencapai
jumlah mikroba rata-rata
10^3 cfu/gram* tanah sehingga
bioproses dapat dimulai. Mikroba yang
ditambahkan adalah mikroba
yang sebelumnya diisolasi dari lahan
tercemar kemudian setelah melalui
proses penyesuaian di
laboratorium diperbanyak dan
kembalikan ke tempat asalnya untuk
memulai bioproses.
Penambahan mikroba dengan cara ini
disebut sebagai bioaugmentasi.
b. Aplikasi Teknik Bioremediasi
Kondisilingkunganyangmemadaiakanme
mbantumikrobatumbuh,berkembangdan
“memakan”
polutan tersebut (atau memanfaatkan
Carbon dari polutans sebagai sumber
energi untuk
pertumbuhan). Sebaliknya jika kondisi
yang dibutuhkan tidak terpenuhi,
mikroba akan tumbuh
dengan lambat atau mati. Secara umum
kondisi yang diperlukan ini tidak dapat
ditemukan di area
yang tercemar. Dengan demikian,
perencanaan teknis (engineering design)
yang benar memegang
peranan penting untuk mendapatkan
proses bioremediasi yang efektif. Dalam
aplikasi teknik
bioremediasi dikenal dua teknik yang
sangat umum diterapkan yaitu biopile
dan landfarming.
1) Pada teknik biopile
Pada teknik biopile, tanah tercemar
ditimbun diatas lapisan kedap air dan
suplai udara yang
diperlukan oleh mikroba dilakukan
dengan memasang perpipaan untuk
aerasi (pemberian udara)
dibawah tumpukan tanah tercemar.
Pompa udara dipasang diujung perpipaan
sehingga semua
bagian tanah yang mengandung mikroba
dan polutan berkontak dengan udara.
Dengan teknik ini,
ketinggian tanah timbunan adalah 1
sampai 1,5 meter.
2) Teknik landfarming
Teknik landfarming dilakukan dengan
menghamparkan tanah tercemar diatas
lapisan kedap air.
Ketebalan hamparan tanah 30 – 50 cm
memungkinkan kontak mikroba dengan
udara. Untuk
menjamin bahwa semua bagian dari
tanah yang diolah terkontak dengan
udara maka secara berkala
hamparan tanah tersebut di balikkan.
Nama landfarming digunakan karena
proses pembalikan tanah
yang dilakukan sama dengan pembalikan
tanah pada saat persiapan lahan untuk
pertanian.
Apakah bioremediasi aman untuk
digunakanBioremediasi sangat aman
untuk digunakan karena
menggunakan mikroba yang secara
alamiah sudah ada dilingkungan (tanah).
Mikroba ini adalah
mikroba yang tidak berbahaya bagi
lingkungan atau masyarakat.
Bioremediasi juga dikatakan aman
karena tidak menggunakan/
menambahkan bahan kimia dalam
prosesnya. Nutrien yang digunakan
untuk membantu pertumbuhan mikroba
adalah pupuk yang digunakan dalam
kegiatan pertanian
dan perkebunan. Karena bioremediasi
mengubah bahan kimia berbahaya
menjadi air (H2O) dan gas
tidak berbahaya (CO2), maka senyawa
berbahaya dihilangkan seluruhnya.
Teknologi bioremediasi banyak
digunakan pada pencemaran di tanah
karena beberapa keuntungan
menggunakan proses alamiah /
bioproses. Tanah atau air tanah yang
tercemar dapat dipulihkan
ditempat tanpa harus mengganggu
aktifitas setempat karena tidak dilakukan
proses pengangkatan
polutan. Teknik ini disebut sebagai
pengolahan in-situ. Teknik bioremediasi
yang diterapkan di
Indonesia adalah teknik ex-situ yaitu
proses pengolahan dilakukan ditempat
yang direncanakan dan
tanah tercemar / polutan diangkat ke
tempat pengolahan.
Waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pengolahan tergantung
pada faktor jenis dan jumlah
senyawa polutan yang akan diolah,
ukuran dan kedalaman area yang
tercemar, jenis tanah dan
kondisi setempat dan teknik yang
digunakan. Jenis minyak mentah ringan
(light crude sesuai nomor
API ) yang diolah dengan teknik biopile
bioaugmetnasi dan konsentrasi
pengolahan sesuai dengan
yang ditetapkan oleh Kepmen LH
128/2003 yaitu max 15% memerlukan
waktu 4 – 6 bulan.
Sedangkan minyak mentah berat (heavy
crude) akan memerlukan waktu dari 1
tahun atau lebih.
Kondisi ini bervariasi dari satu area
tercemar dengan area lainnya, sehingga
waktu yang diperlukan
dalam rentang 4 bulan sampai 1 tahun.
Kondisi akhir (end point) untuk
menyatakan bahwa proses
bioremediasi berhasil dan selesai adalah
konsentrasi total hidrokarbon minyak
bumi (TPH) 1%.
Kepmen LH 128/2003 untuk saat ini baru
menggunakan parameter TPH saja
karena kegiatan yang
menerapkan teknologi bioremediasi
masih terbatas pada industri migas.
Biaya yang diperlukan untuk melakukan
bioremediasi berada pada rentang US
$25 – 75 per ton tanah
olahan, tergantung pada kondisi
pencemaran. Harga ini masih lebih murah
dibandingkan dengan
menggunakan teknik pengolahan lainnya
misalnya insinerasi yang bisa mencapai 4
sampai 10 kali
lipatnya. Bioremediasi sebagai teknologi
yang dapat digunakan untuk
membersihkan berbagai jenis
polutan bukan berarti tanpa
keterbatasan. Bioremediasi tidak dapat
diaplikasikan untuk semua jenis
polutan, misalnya untuk pencemaran
dengan konsentrasi polutan yang sangat
tinggi sehingga toksik
untuk mikroba atau untuk pencemar jenis
logam berat misal kadmium dan Pb.
Dimasa yang akan datang, penerapan
teknologi bioremediasi di Indonesia akan
berkembang tidak
hanya terbatas pada pemulihan lahan
tercemar minyak bumi di industri migas,
tetapi juga
pencemaran di industri otomotif, SPBU
dan industri lainnya seperti pertanian.
Dengan demikian,
polutan targetnya bukan hidrokarbon
minyak bumi saja tetapi juga senyawa
inorganik lainnya seperti
pestisida. Pendekatan molekular
misalnya identifikasi mikroba dengan
16sRNA atau 18sRNA untuk
mengetahui keberlimpaphan mikroba
dalam proses bioremediasi dapat
dilakukan untuk
meningkatkan kinerja bioproses.
Teknologi molekular ini sudah tersedia
dan dibandingkan dengan
teknik identifikasi konvesional yang saat
ini umum digunakan di Indonesia
memberikan waktu
pemeriksaan lebih cepat. Namun
demikian, penggunaan teknik molekular
ini masih mahal
dan belum perlu sebagai prioritas.
B. PERAN BAKTERI TERHADAP
PEMBUSUKAN SAMPAH
Pada hakekatnya sampah organik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pupuk organik yang
bernilai ekonomis. Proses pembuatan
pupuk organik secara konservatif
membutuhkan waktu 8 – 12
minggu, sedang apabila menggunakan
sistem baru (penambahan inokulan)
hanya memerlukan
waktu 4 sampai 8 minggu dan hasilnya
lebih baik. Perbedaan dari kedua proses
pembuatan pupuk
organik tersebut ternyata terletak pada
metode dan adanya bahan inokulan
(EM-4, kotoran hewan,
dan cacing). Cara ini biasanya
memerlukanwaktu relatif lebih singkat
sehingga lebih efisien.
Pembuatan pupuk organik (kompos)
dengan cara baru, telah diuji cobakan
pada tanaman
hortikultura, dan hasilnya lebih baik
dibanding dengan menggunakan pupuk
organik hasil
pemrosesan secara konservatif (Asngad,
2005)
sampah menjadi pupuk organik
memberikan banyak keuntungan,
misalnya dapat memberdayakan
ekonomi masyarakat,sebagai alternatif
pengadaan lapangan kerja, bahannya
melimpah dan mudah
diperoleh, serta peluang pasarnya sangat
baik. Dengan adanya cara yang baru,
yaitu pemberian
inokulan ( EM-4, Kotoran ayam dan
cacing) pada pengolahan pembuatan
pupuk organik dapat
mempercepat dan meningkatkan kualitas
pupuk organik. Dengan adanya beberapa
keuntungan
tersebut maka dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif pemecahan masalah
lingkungan, juga
dapatdigunakan sebagai bahan penyubur
tanah. Pupuk organik sendiri bukanlah
pupuk utama tetapi
apabila diberikan pada tanah dapat
memperbaiki tekstur tanah, karena
pupuk organik dapat
meningkatkan aktivitas biologis dalam
tanah, yang menyebabkan cacing tanah
dapat hidup subur
dan menyebabkan tanah lebih gembur
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik. Struktur tanah
dapat diperbaiki dengan meningkatnya
porositas tanah, sehingga tanah menjadi
gembur. Perbedaan
teknik tersebut berkaitan dengan adanya
faktor-faktor yang mempengaruhi proses
penguraian
(dekomposisi) bahan – bahan sampah,
yaitu pengaturan aerasi, suhu,
kelembaban, jenis jasad
pengurai (dekompucer), jenis
sampahnya, kondisi sampah (utuh atau
dipotong terlebih dahulu dan
ukuran potongan) serta adanya bahan –
bahan tambahan seperti abu dan kapur.
Untuk jenis jasad
pengurai dan metode pembuatan pupuk
organik perlu dikaji lebih lanjut,
mengingat kedua hal
tersebut cukup relevan dengan kualitas
pupuk organik, yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada
peranan pupuk organik (Asngad, 2005)
Sampah organik dan limbah organik
dapat memberi manfaat kepada manusia
setelah terlebih dahulu
dirobah menjadi pupuk organik oleh
peranan bakteri menguntungkan bagi
manusia. Bakteri saprofit
berperanan menguraikan tumbuhan atau
hewan yang mati, sisa-sisa atau kotoran
organisme. Bakteri
sahabat manusia (probiotik) tersebut
menguraikan protein, karbohidrat dan
senyawa organik lainnya.
Penguraian dalam kondisi tanpa oksigen
(anaerobik), material organik akan
menjadi gas amoniak,
hidrogen sulfida (H2S), methana (CH4)
dan senyawa lain yang lebih sederhana.
Sementara dalam
kondisi cukup oksigen (aerobik),
penguraian akan menghasilkan H2O dan
CO2, serta senyawa lain
dalam bentuk nutrisi. Oleh karenanya,
keberadaan bakteri jenis saprofit ini,
sangat berperan dalam
mineralisasi di alam dan, dengan cara ini,
bakteri membersihkan dunia dari sampah
dan limbah
organik. Tanpa kehadiran si jasad renik
ini, niscaya bumi kita akan penuh oleh
sampah organik dan
limbah organik, yakni segala material
yang berasal dari jasad mati,
berdampingan dengan jasad
hidup.
Bakteri, agar dapat dikelola
pemanfaatannya, dapat diisolat
kemudian dibiakan di laboratorium serta
kemudian disimpan dalam media, dengan
ditambahkan nutrisi secukupnya,
tergantung masa dorman
yang diinginkan. Makin banyak sediaan
nutrisinya, masa hidup bakteri dalam
media ini akan lebih
lama dibanding jika nutrisi terbatas.
Salah satunya yang kini ada di pasaran
adalah konsorsium aneka
jenis bakteri, ragi dan fungi dalam
aktivator Green Phoskko (GP-1), yang
diketahui dan telah
dirasakan bermanfaat membantu
manusia dalam peranannya sebagai
pengurai (dekomposer)
sampah dan segala material organik.
Konsorsium mikroba probiotik (sahabat
manusia) ini disajikan
dalam bentuk tepung ( powder), dikemas
dalam pack per 250 gram, sehingga bisa
dimobilisasi atau
dibawa dengan mudah. Berisi bakteri
aktinomycetes- spesies aktinomyces
naeslundii, Lactobacillus
spesies delbrueckii, Bacillus Brevis,
Saccharomyces Cerevisiae, Cellulolytic
Bacillus Sp, ragi, dan jamur
dengan populasi 10 pangkat 7 per gram
Cfu. Konsorsium bakteri, dalam aktivator
bagi pembuatan
pupuk organik ini, tergolong mesofilik
hingga termofilik, artinya hidup optimal
pd suhu 30 sd 55 serta
60 sd 80 derajat Celcius.
Mikroba pengurai, atau dekomposer ini
berfungsi melapukan atau
mendekomposisi sampah organik
dan bahan organik (limbah kota,
pertanian, peternakan, tinja, urine, sisa
makanan, dan material
organik lainnya). Pada kondisi
kelembaban, suhu, porositas dan aerasi
yang sesuai dengan
kebutuhannya, bakteri ini akan bekerja
terus menerus tanpa henti, atau akan
mendekomposisi
material organik dengan cepat. Misal,
pada penggunaan dalam penguraian
bahan organik
(pengomposan) didalam komposter atau
skala alat rotary kiln, 5 hari bisa
menyelesaikan tugasnya
mengurai aneka bahan organik tersebut.
Cepatnya proses pengkomposan sebagai
bentuk penguraian kembali bahan
organik menjadi material
bersifat tanah, akan meningkatkan daya
tarik dalam pembuatan kompos. Bakteri,
yang bekerja tanpa
henti, akan menghilangkan kesempatan
bakteri lawannya atau merugikan
(patogen) memproduksi
amoniak, methan dan H2S -yang
kemudian dipersepsikan masyarakat
sebagai bau busuk sampah.
Dengan bakteri bekerja terus menerus,
akan menekan pertumbuhan mikroba
patogen, atau berbeda
dengan apa yang terjadi pada kondisi
tanpa oksigen (anaerobik). Dengan
saling melengkapi peranan
(simbiosis) antara teknologi mikrobiologi
dan alat mesin rotary kiln, akan
menurunkan biaya
pengomposan karena efisiensi dari aspek
waktu, tenaga kerja dan luas lahan bagi
keperluan
penumpukan sampah. Resistensi
(penolakan) tetangga akan suatu
pembuatan kompos berbahan
sampah dan limbah organik di sekitar
pemukiman pun tidak terjadi lagi, karena
memang tidak
berbau.
Bekerjanya bakteri tanpa henti ini akan
berlangsung, ketika lingkungan mikro
dikelola oleh fungsi
rotary kiln dalam hal menjamin
kecukupan oksigen (aerasi), menjaga
kestabilan PH, menjaga
temperatur, dan kelembaban. Namun
persisnya kebutuhan lingkungan mikro,
berbeda bagi tiap jenis
bakteri satu dengan bakteri lainnya.
Untuk itu, pada teknologi Biophoskko,
dibuatlah desain
komposter dan rotary kiln, sedemikian
rupa, hasil perhitungan yang cermat
berdasar kebutuhan
aneka jenis bakteri khusus sebagaimana
terdapat dalam Green Phoskko (GP-1)
tersebut. Karenanya,
dalam kepentingan mengolah sampah
dan membuat kompos secara sempurna
( cepat, higienis, tidak
berbau, tidak menghidupkan hewan kecil
dan serangga, serta bermutu baik yakni
CN ratio< 20,
gembur tanpa harus dihancurkan oleh
mesin) diperlukan kesesuaian
( compatible) antara
alat ( media komposter) dan jenis
bakterinya sebagai satu kesatuan. Tanpa
itu, membuat pupuk
organik (kompos) akan beresiko
menimbulkan gas methan dan H2S
sebagai polutan ( bau, cairan
lindi, binatang) dan akan dipersepsikan
rumit, lama, merugikan, menjijikan dan
berbau. Itulah
pangkal masalah banyaknya instalasi
pengolahan sampah maupun produksi
pupuk organik di
perkotaan mendapat penolakan warga
sekitar.
C. PRODUK-PRODUK BIO SUPER ACTIVE
(BSA)
– BSA POC
– BSA DECOMPOSER
– BSA PENETRALISIR LIMBAH – BSA
PUPUK HAYATI
BSA POC
Sudah dikenal secara luas oleh
konsumen khususnya para petani
tanaman pangan maupun para
pehobis, hasilnya tidak diragukan lagi,
bisa dilihat posting yang lalu ” Pupuk
Organik Cair Bio
SuperActive “
BSA DECOMPOSER
Dibuat dengan menggunakan teknik
pencampuran bakteri yang
menguntungkan diantaranya
mikroba selulolitik, fotosintetik,
pemantap agregat tanah, lignolitik ,
pengurai , anti pathogen dll.
Hasilnya tentu saja dapat digunakan
untuk mempercepat proses decomposisi
limbah organik,
meningkatkan tersedianya nutrisi
tanaman dan mampu menekan aktivitas
mikro organisme yang
merugikan (pathogen).
MANFAAT dan KEUNGGULAN

Memperbaikisifatfisik,kimia,danbiologita
nah.
• Sebagai katalisator dalam proses
fermentasi bahan organik dalam tanah.

Melapukkanbahanorganiksertamemperce
patprosespembuatankompos.

Meningkatkanaktivitasmikrobatanahyang
menguntungkantanaman.

Menetralisirkadarracuntanahakibatdarip
enggunaanpupukkimiadanpestisida

Menguraikanbahanorganikmenjadisenya
wadasarharayangsiapdiseraptanaman.
• MenetralisirkadarpHtanah.

Menekandanmenghilangkanmikroorganis
meyangmerugikan(pathogen).

Sebagaimediastarterdalamprosesfermen
tasipembuatanpestisidanabati BSA
PENETRALISIR LIMBAH
Di buat dengan menggunakan bakteri
(mikroba) : selulolitik,
proteolitik, pengurai, ragi , anti pathogen
dll.
MANFAAT & KEUNGGULAN
Dengan cepat menetralisir bau tidak
sedap pada limbah buangan organik
padat/ cair (limbah ternak,
pabrik, hotel, rumah sakit, sampah kota,
rumah makan, sampah rumah tangga,
dll)

Mempercepatpenguraiandanmenurunkan
kapasitastinjadalamseptiktanksehinggati
dakcepat penuh.
• DigunakanuntukperawatanWC/
Wastafelagartidakmampetdanberbau.

Mampumenurunkandanmenekankadarpol
usidankadarracundalamprosespenguraia
nbahan
lignolitik,
organik.
• Menetralisir air dari zat yang merugikan
di tambak/kolam, sehingga dapat
menyehatkan dan
menekan tingkat kematian ikan/ udang.

Amandigunakankarenatidakberacundanr
amahlingkungan.
BSA PUPUK HAYATI
Dibuat dengan menggunakan mikroba
penambat N, pelarut K, Penghasil
hormon, anti pathogen,
pelarut P, pemantap agregat tanah,
bakteri pengurai dll.
MANFAAT Dan KEUNGGULAN
• Mengandung mikro organisme
penambat N, pelarut P dan K, vitamin dan
asam amino yang
bermanfaat untuk merangsang
pertumbuhan tanaman.

Melindungiakardarimikroorganismepatho
gensertameningkatkandayatahantanama
nterhadap
serangan hama dan penyakit.
• Berfungsi sebagai pengurai bahan
organik sehingga dapat memperbaiki
struktur tanah dan
tersedianya unsur hara bagi tanaman.

Mempercepatprosespenyerapanunsurhar
asehinggameningkatkanproduktivitastan
aman. •
DigunakansebagaiinokulasibakteriRhizob
iumsppadatanamankedelaiataukacang2a
n.

Bersinergipositifdenganlingkungandantid
akmembunuhmusuhalami.

Dapatdiaplikasikankesemuajenistanaman
.
Bab 6 (BIOTEKNOLOGI FORENSIK)
A.Pengertian bioteknologi forensik
DNA fingerprint adalah teknik untuk
mengidentifikasi seseorang berdasarkan
pada profil DNA nya.
DNA fingerprint yang merupakan
gambaran pola potongan DNA dari setiap
individu karena setiap
individu mempunyai DNA fingerprint
yang berbeda, maka dalam kasus
forensik info ini bisa
digunakan sebagai bukti kuat kejahatan
di sidang pengadilan
DNA fingerprint adalah salah satu teknik
biologi molekuler penanda genetik yang
dipakai untuk
pengujian terhadap materi profil DNA,
yaitu sehimpunan data yang
menggambarkan susunan DNA
yang dianggap khas untuk individu yang
menjadi sampelnya.
DNA Fingerprint yang pertama kali
diadopsi pada 1985 oleh Alec Jeffreys
dari Oxford University.
Penemuan Jeffrey ini dapat memberikan
metode baru yang dapat mengungkap
karakteristik dari
masing-masing orang, dengan penanda
gennya karena dalam setiap tubuh
manusia, binatang, serta
tanaman, dan mikroorganisme, terdapat
sebuah struktur DNA yang unik.
Penggunaan DNA untuk pembuktian
kasus kriminal pertama kali dilakukan
pada tahun 1987, dalam
sebuah kasus pemerkosaan di Inggris.Di
Indonesia, istilah DNA fingerprint mulai
mencuat sebagai
cara identifikasi forensik setelah terjadi
rentetan peristiwa peledakan bom di
tanah air,
seperti kasus bom Bali, bom JW Marriot,
peledakan bom di depan Kedubes
Australia dan lain-lain.
Beberap Jenis Teknik Analisa Hasil
Pemeriksaan DNA Fingerprint
DNA fingerprint atau yang dikenal
dengan sidik jari DNA adalah salah satu
metode yang digunakan
untuk mengidentifikasi kekhasan pola
DNA setiap individu khususnya dalam
bidang forensik. DNA
fingerprint setiap individu berbeda-beda
sehingga dapat digunakan sebagai bukti
forensik pada kasus
kejahatan. Tes DNA fingerprint ini bisa
digunakan DNA yang terdapat pada inti
sel atau DNA
mitokondria.
Analisis menggunakan DNA inti telah
lebih dulu digunakan dalam bidang
forensik dan berkembang
pesat. Analisis menggunakan DNA inti
memiliki akurasi yang tinggi karena
dirujuk pada DNA inti
kedua orangtua (diploid). Kelemahan
metode ini adalah bila salah satu atau
kedua orangtua tidak
ada. Penggunaan DNA inti saudara
seayah-ibu, anak, paman, dan bibi atau
kakek dan nenek kandung
memerlukan koreksi berdasarkan
segregasi Mendel. Sedangkan generasi
ketiga atau saudara sepupu
tidak dapat digunakan
Analisis menggunakan DNA mitokondria
memiliki kelebihan utama yaitu
penggunaan mtDNA adalah
jumlah molekulnya yang mencapai ribuan
dalam satu sel sehingga memungkinkan
dilakukan analisis
dari sampel yang sangat sedikit,
misalnya cairan tubuh, akar atau batang
rambut bahkan tulang dan
fosil tulang. Selain itu, bentuknya yang
relatif lebih stabil dan resisten terhadap
degradasi. Ketiadaan
mitokondria ayah pada keturunannya
mempermudah analisis penurunan
mtDNA. Karakteristik ini
memungkinkan mtDNA sebagai alat
untuk mengetahui hubungan maternal
antar individu,
mempelajari antropologi, serta biologi
evolusi berbagai makhluk hidup.
Kelemahan penggunaan
mtDNA adalah kemungkinan menemukan
kesamaan antar individu yang relatif
tinggi, terutama
individu yang terkait hubungan keluarga
segaris ibu.
Adapun jenis-jenis analisa DNA yang
dapat dilakukan pada tes DNA fingerprint
adalah sebagai
berikut:
Restriction Fragment Length
Polymorphism (RFLP)
Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua
mutasi yang menghilangkan
ataumenciptakan sekuen
rekognisi baru bagi enzim restriksi.
Penyisipan (inersi),penghilangan
(delesi), maupun subtitusi
nukleotida yang terjadi pada
daerahrekognisi suatu enzim restriksi
menyebabkan tidak lagi
dikenalinya situspemotongan enzim
restriksi dan terjadinya perbedaan pola
pemotogan DNA.
Teknik pertama yang digunakan analisa
DNA dalam bidang forensik adalah RFLP.
Polimorfisme yang
dinamakan Restriction Fragment Leght
Polymorphism (RFLP) adalah suatu
polimorfisme DNA yang
terjadi akibat variasi panjang fragmen
DNAsetelah dipotong dengan enzim
retriksi tertentu menjadi
fragmen Variable Number Of Tandem
Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan
dengan memanfaatkan
suatu enzim restriksi yang mampu
mengenal urutan basa tertentu dan
memotong DNA (biasanya 4-6
urutan basa).
Enzim restriksi ini dihasilkan oleh bakteri
dan dinamakan menurut spesies
bakteriyang
menghasilkannya. Enzim yang berbeda
memiliki recognition sequence yang
berbeda sehingga
panjang segmen tersebut bervariasi pada
tiap orang, hal ini disebabkankarena titik
potong enzim
yang berbeda dan panjang segmen
antara titik potong juga berbeda.
Analisa yang dihasilkan adalah variasi
pada panjang fragmen DNA yang
telahditentukan. Setelah
selesai, pola RFLP tampak seperti kode
batang (bar code) Saat membandingkan
hasil analisa dua
sampel, pola batang pada autoradiograf
dibandingkan untuk menentukan apakah
kedua sampel
tersebut berasal dari sumber yang sama.
Proses pada teknik RFLP diawali dengan
proses pemotongan
denganmenggunakan enzim restriksi
tertentu menjadi segmen-segmen yang
berbeda. Kemudiandengan
menggunakan gel yang dialiri
arus listrik, potongan DNA diurutkan
berdasarkan panjangnya. Proses ini
dinamakan electroforensis
dan prinsip pada proses in adalah
potongan DNA yang lebih pendek
bergerak lebih cepat daripada
yang lebih panjang.
Kemudian dengan menggunakan
fragmen pendek DNA (DNA probe) yang
mengandung petanda
radioaktif maka akan dideteksi DNA yang
berasal dari lokasi pada genome yang
memiliki ciri yang
jelas dan sangat polimorfik. Pada proses
ini DNA probe akan berikatan dengan
potongan DNA rantai
tunggal dan membentuk DNA rantai
ganda pada bahan nilon. DNA probe yang
tidak berikatan akan
dicuci. Membran nilon yang berisi
potongan DNA yang telah ditandai
dengan DNA probe selanjutnya
ditransfer pada selembar film X-ray.
Pada proses ini akan tampak hasil berupa
kode batang yang
disebut autorad. Pola inilah yang
dibandingkan untuk mengetahui apakah
kedua sampel bersal dari
sumber yang sama.
b. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode PCR adalah suatu metode untuk
memperbanyak DNA template tertentu
dengan enzim
polymerase DNA. Reaksi teknik
inididesain seperti meniru penggandaan
atau replikasi DNA yang
terjadi dalam makhluk hidup, hanya pada
segmen tertentu dengan bantuan enzim
DNA polymerase
sebanyak 20hingga 40 siklus (umumnya
30 siklus), dengan tingkat akurasi yang
tinggi. Proses yang
terjadi pada teknik ini serupa dengan
cara DNA memperbanyak jumlahnya
dalam sel. Ada tiga tahap
yang dilakukan di laboratorium yaitu:
1. Denaturation
Denaturation yaitu dengan memanaskan
segmen atau urutan DNArantai ganda
pada suhu 96o,
sehingga DNA rantai ganda akan
memisah menjadi rantai tunggal.
2. Annealing atau Hybridization
Pada proses ini setiap rantai tunggal
tersebut dipersiapkan dengan cara
mengikatkannya dengan DNA
primer.Tahap ini dilakukan dengan
menurunkan suhu hingga ke kisaran
40-60 o C selama 20-40detik.
3. Extension atau Elongasi
Pada tahap ini, DNA polymerase
ditambahkan dan dilakukan peningkatan
suhu ke kisaran suhu kerja
optimum enzim DNA polymerase, yaitu
suhu 70-72oC. Kemudian, DNA
polymerase akan
memasangkan dNTP yang sesuai dengan
pasangannya, dilanjutkan dengan proses
replikasi. Enzim
akan memperpanjang rantai baru ini
hingga ke ujung dan lamanya waktu
ekstensi bergantung pada
panjang daerah yang akan diamplifikasi.
c. Short Tandem Repeats
STRs (Short Tandem Repeat)adalah
suatu istilah genetik yang digunakan
untuk menggambarkan
urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa)
yang diulang. Genome setiap manusia
mengandung ratusan
STRs.Metode ini paling banyak
dikembangkan karena metode ini cepat,
otomatis dan
memilikikekuatan diskriminasi yang
tinggi. Dengan metode STRs dapat
memeriksa sampel DNAyang
rusak atau dibawah standar karena
ukuran fragmen DNA yang diperbanyak
olehPCR hanya berkisar
antara 200 500 pasangan basa.
Selain itu pada metode ini dapat
dilakukan pemeriksaan pada setiap lokus
yangmemiliki tingkat
polimorfisme sedang dengan memeriksa
banyak lokus dalam waktu bersamaan.
Teknik yang
digunakan adalah multiplexing yaitu
dengan memeriksa banyak lokus dan
berbeda pada satu tabung.
Dengan cara ini dapat menghemat waktu
danmenghemat sampel. Analisis pada
teknik ini didasarkan
pada perbedaan urutan basa STRs dan
perbedaan panjang atau pengulangan
basa STRs.
3. Analisa Hasil Tes DNA Fingerprint
Analisis DNA untuk tes paternitas
meliputi beberapa tahap yaitu tahap
pengambilan spesimen, tahap
proses laboratorium, tahap perhitungan
statistik dan pengambilan kesimpulan.
Untuk metode tes
DNA di Indonesia, masih memanfaatkan
metode elektroforesis DNA. Intrepretasi
hasilnya adalah
dengan cara menganalisa pola DNA
menggunakan marka STR (short tandem
repeats). STR adalah
lokus DNA yang tersusun atas
pengulangan 2-6 basa. Dalam genom
manusia dapat ditemukan
pengulangan basa yang bervariasi jumlah
dan jenisnya. Dengan menganalisa STR
ini, maka DNA
tersebut dapat diprofilkan dan
dibandingkan dengan sampel DNA
terduga lainnya.
Ketika sampel DNA yang telah
dimurnikan dimasukkan ke dalam mesin
PCR sebagai tahapan
amplifikasi, maka hasil akhirnya berupa
copy urutan DNA lengkap dari DNA
sampel. Selanjutnya copy
urutan DNA ini akan dikarakterisasi
dengan elektroforesis untuk melihat pola
pitanya. Karena urutan
DNA setiap orang berbeda, maka jumlah
dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis)
setiap individu
akan berbeda juga. Pola pita inilah yang
disebut DNA sidik jari(DNA finger print)
yang akan dianalisa
pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA
berada dalamt ahapan typing, proses ini
dimaksudkan
untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR
akan membaca data-data DNA dan
menampilkannya dalam
bentuk angka-angka dan gambar-
gambar identifikasi DNA. Penetapan hasil
tes DNA ini dilakukan
mencocokkan tipe DNA korban dengan
tipe DNA pihak tercurigai atau dengan
tipe DNA yang telah
tersedia dalam data base.Jika dari
pembacaan, diperoleh tingkat
homolog melebihi ambang yang
ditetapkan (misal 90%),maka dapat
dipastikan korban adalah
kerabat pihak tercurigai.
Adapun beberapa tahap analisa DNA
fingerprint adalah sebagai berikut:
a. Isolasi DNA
Sistematika ini dimulai dari proses
pengambilan sampel. Setelah sampel
didapat dari bagian tubuh
tertentu, DNA fingerprint dimulai dengan
isolasi DNA, kemudian sampel DNA
diamplifikasi dengan
menggunakan PCR. Bahan kimia yang
digunakan untuk isolasi adalah
Phenolchloroform dan
Chilex.Phenolchloroform digunakan
untuk isolasi darah yang berbentuk
cairan, sedangkan chilex
digunakan untuk isolasi barang bukti
berupa rambut.
b. Memotong, mengukur dan mensortir
Enzim yang khusus disebut enzim
restriksi digunakan untuk memotong
bagian-bagian tertentu.
Misalnya enzim Eco Ri, yang ditemukan
dalam bakteri akan memotong DNA yang
mempunyai sequen
GAATT. Potongan DNA disortir menurut
ukuran dengan teknik penyaringan
disebut elektrophoresis.
Potongan DNA dilewatkan gel yang
dibuat dari agarose Teknik ini untuk
memisahkan pita-pita
menurut berat molekulnya.
c. Transfer DNA ke membran nilon
Distribusi potongan DNA ditransfer pada
sehelai nylon dengan menempatkan
membran nylon diatas
gel dan direndam selama 1 malam.
d. Probing
Dengan menambahkan radioaktif atau
pewarna probe pada sehelai membran
nylon menghasilkan
DNA fingerprint, Setiap probe seperti
batang pendek (pita) hanya 1 atau 2
tempat yang khas pada
helaian membran nylon tersebut.
4. Contoh Teknik Sampel dan Isolasi DNA
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, sampel untuk analisis DNA
dapat diperolehdari berbagai
jaringan, seperti bagian tulang, darah,
sperma, dan sebagainya. Setiap jenis
sampel yang berbeda
mempunyai teknik penyiapan sampel
yang berbeda dan teknik isolasi DNA
yang berbeda pula.
Beberapa teknik pengambilan sampel
dan isolasi sebagai berikut:
a. Tulang
Pertama, hancurkan tulang sampai
berupa bubukan halus dan mesin bor
dengankecepatan tertentu
sehingga diperoleh bubukan tulang
berukuran 100 µm. Dekalsifikasi 1gr
bubuk tulang dengan 10 ml
EDTA 0,5 M (pH 7,5), selanjutnya
divorteks, diinkubasi pada suhu 56oC
dalam alat ultrasonik
selama 2 jam. Proses tersebut dipantau
dengan menambahkan larutan amonium
oksalat pH 3.0
jenuh dan proses dihentikan
setelahlarutan jernih. Kedua, DNA
diisolasi dari tulang yang
didekalsifikasi menggunakan 4 metode,
yaitu metode Maxim (Silika/guanidium
tiosianat), peranti
DNAZol, pirant Ready AMP, dan ekstraksi
menggunakan garam dapur NaCl. ketiga,
dilakukan
visualisasi DNA pada gel agarosa
konvensional menggunakanmetode
pengecatan perak dan
perancangan primer menggunakan
perangkat lunak.
b. Jaringan
Sejumlah kecil contoh jaringan (=1.0-mm
persegi) dimasukkan ke dalam tabung
Eppendorf yang
berisi 500 larutan 5% chelex (berat/ vol
dlm H20) dan dihancurkandengan ujung
pipet. Sampel ini
kemudian diputar (divortex) selama 1
menit, dan diinkubasikan pada suhu 56C
selama 15 menit.
Vortex kembali selama 1 menit, dan
panaskan pada suhu 95C selama 10
menit. Sekali lagi dilakukan
pemusingan (vortex) selama1 menit, dan
disentrifus pada kecepatan 12,000g
selama 3 menit.
Supernatan yangdiperoleh (sekitar15 µl)
siap digunakan untuk PCR.
c. Darah dan Bercak darah (pada
pakaian, karpet, tempat tidur, dan
perban)
Darah yang diambil adalah darah vena.
Darah diambil minimal 2 ml
denganmenggunakan
antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga
agar DNA tidak terjadi degradasikarena
DNAse akan
dinonaktifkan. Tahapan isolasi DNA
menggunakan darah adalah pemisahan
sel darah putih dengan
darh yang memiliki komponen-komponen
lengkap,tahap purifikasi bertujuan untuk
membersihkan
sel darah putih dari zat-zat lainnya,
tahap selanjutnya dalah presipitasi
dilakukan dengan cara
meneteskan larutan presipitasi protein
dan kemudian divortex yang bertujuan
untuk
menghomogenkan larutan. Langkah
akhirnya adalah pemberian tris-EDTA
yang bertujuan untuk
melarutkan kembali DNA untuk
dipreservasi.
d. Sperma dan bercak sperma
Salah satu cara pengambilan langsung
sperma adalah dengan secara fisik
memisahkan sel-sel sperma
pelaku dari sel-sel epitel korban. Sel-sel
sperma dapatdikumpulkan dalam
partikel-partikel magnetik
atau butiran-butiran yang dapat
dilapisidengan antibodi khusus untuk
protein sperma. Butiran-
butiran tersebut kemudiandibersihkan
untuk menyingkirkan sel-sel epitel
korban. Akhirnya, sperma
yang telahdimurnikan tersebut
dimasukan ke dalam reaksi PCR untuk
menghasilkan profil DNA
pelaku. Cara ini sangat tergantung dari
keutuhan sel sperma, yang sulit
didapatkan pada kasus
dengan bukti kekerasan seksual yang
sudah lama. Adapun prosedur penarikan
sperma adalah:
1) Memasukkan sampel ke dalam tabung
ekstraksi dan menambahkan 500 µl
Buffer Stain Ekstraksi
dan 5 µl Proteinase K (20 ug/ul). Campur
hingga homogen daninkubasi selama 2
jam pada suhu 37oC
2) Sentrifus selama 5 menit pada
kecepatan 16000 rpmc.
3) Membagi sampel menjadi 3 fraksi : F1,
F2, F3. F3 adalah Cairan yang
tumpahditempatkan pada
tabung ekstraksi baru, untuk selanjutnya
diproses sesuaikebijaksanaan analis, F1 :
Pisahkan cairan
supernatan pada tabung mikrosentrifus,
F2: Pelet sel sperma dibiarkan pada
tabung ekstraksi awal
4) Fraksi F2 : Menambahkan 500 µl
Buffer Stain Ekstraksi dan 5 µl Proteinase
K (20 ug/ul).Campur
hingga homogen dan inkubasi selama 30
menit pada suhu 37oC. Sentrifus selama
5 menit pada
kecepatan 16000 rpm. Memurnikan
pellet sel sperma dengan 1ml TNE,
sentrifus pada
kecepatanmaksimum selama 10 menit.
Pisahan dan buang buffer TNE. Setelah
dimurnikan,1 µl pellet
dapat dianmbil untuk KPIC.
5) Campur hingga homogen dan inkubasi
selama 2 jam pada suhu 37oC
6) Meletakkan sampel F3 pada tabung
ekstraksi dan sentrifus selama 5 menit
padakecepatan 16000
rpm
7) Ektraksi organic : menambahkan 500
µl phenol / kloroform / isoamyl alcohol
padacairan. Kocok
selama 1 menit hingga diperoleh emulsi
keruh. Sentrifus selama 2menit pada
kecepatan maksimum
8) Menempatkan cairan jernih dari
ekstraksi organic ke dalam tabung
Microcon 100.Sentrifus, lalu
keringkan
9) Menambahkaan 50 100 µl TE lagi
untuk membersihkan komponen residu
ektraksidari DNA.
Sentrifus hingga kering
10)
MenambahkanTEsecukupnya,saring,laluc
ampurhinggahomogen
5. Metode Pemeriksaan DNA Fingerprint
Pada Berbagai Kasus
DNA Fangerprint pada umumnya memiliki
dua tujuan yaitu tujuan pribadi seperti,
penentuan
perwalian anak atau penentuan orang tua
dari anak (Tes Paternitas), urusan
imigrasi dan
kewarganegaraan, solusi kasus bayi
tertukar, dan untuk mengidentifikasi
korban kecelakaan. Tujuan
hukum seperti, untuk pembuktian
terhadap kasus-kasus ktiminal
(pemerkosaan atau pembunuhan).
a. Penentuan perwalian anak atau
penentuan orang tua dari anak (Tes
Paternitas)
Tes paternitas adalah pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui apakah
seorang pria adalah
ayah biologis dari seorang anak. Metode
tes paternitas terbagi atas metode
analisis DNA dan metode
konvensional. Tes paternitas dengan
menggunakan analisis DNA merupakan
analisis informasi
genetik yang sangat spesifik dalam
membedakan ciri setiap individu,
sehingga dapat memastikan
(hampir 100%) bahwa sesorang adalah
ayah biologis si anak atau bukan.
b. Urusan Imigrasi dan Kewarganegaraan
Orang Indonesia yang menikah dengan
warga Negara asing dan berniat
memboyong anak mereka
pindah ke luar negeri harus
memperlengkapi diri dengan hasil tes
DNA yang membuktikan bahwa
benar anak tersebut merupakan anak
biologis mereka. Tujuannya untuk
menghindari praktik
perdagangan anak atau masuknya anak
dengan cara ilegal.
c. Solusi kasus bayi tertukar
Kasus bayi tertukar kebanyakan
disebabkan kelalaian atau kecerobohan
para penyedia jasa
kesehatan. Misalnya, bayi yang baru lahir
di rumah bersalin/rumah sakit tidak
langsung diberi
penanda identitas, bisa juga penanda ini
mudah lepas, tintanya mudah terhapus
dan lain-lain.
Kecurigaan orangtua dibuktikan dengan
tes DNA untuk memastikan identitas bayi
yang sebenarnya.
d. Peristiwa Bom Bali
Peristiwa pengeboman di bali yang
menewaskan banyak orang dari berbagai
negara dengan keadaan
korban yang tidak bisa dikenali lagi
menjadikan DNA Fingerprint sebagai
salah satu cara yang tepat
untuk mengidentifikasi para korban.
Identifikasi dapat dilakukan dengan tes
DNA yang membutuhkan
sampel seperti rambut, darah, daging,
tulang, mukosa rongga mulut dan kuku,
yang kemudian akan
di cocokkan dengan anggota keluarga
korban. Dengan syarat inti sel pada
sampel yang digunakan
masih dalam keadaan baik (tidak rusak).
e. Pembunuhan
Penggunaan teknik sidik jari dalam
menyelesaikan kasus kriminal yang
menyangkut pembunuhan
dan pemerkosaan seorang gadis sekolah
dilakukan oleh sir Alex Jefferies dan
rekan kerjanya yaitu Dr.
Peter Gill dan Dr. Dave warret di Inggris.
Mereka melakukan penyelidikan dengan
memeriksa bukti
berupa noda yang sudah mengering.
Yang terpenting yang dilakukan oleh Dr.
Gill adalah
mengembangkan penyelidikan dengan
metode memeriksa sebaran sperma di
sekitar sel vagina.
Deterjen bisa menghilangkan sel vagina
tapi tidak untuk sel sperma. Tanpa
pengembangan ini sangat
sulit untuk menggunakan DNA sebagai
bukti dalam menangani kasus-kasus
pemerkosaan.
Jefri dan rekan kerjanya membandingkan
bukti DNA yang dikumpulkan dalam
kasus yang mereka
tangani dengan contoh air mani dari
pembunuhan yang mirip yang terjadi
sebelumnya. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kedua kejahatan itu
dilakukan oleh orang yang sama. Dari
sini, polisi memiliki
satu tersangka utama. Tetapi ketika bukti
DNA yang ada dibandingkan dengan
darah tersangka
ternyata sangat jelas perbedaanya.
Kedua DNA tersebut sama sekali tidak
cocok. Penyelidikan
kemudian dilanjutkan, polisi
mengumpulkan bukti-bukti DNA
sebanyak 5500 buah dari berbagai
populasi dengan cara tes darah
sederhana, dari sini kemudian diambil 10
% untuk penyelidikan lebih
lanjut. Setelah perdebatan yang cukup
rumit tentang hasil analisis, penyelidikan
akhirnya dihentikan
karena tidak ada profil yang cocok
dengan si pembunuh.
Setelah beberapa lama muncullah titik
terang, seorang pria berkata bahwa ia
dapat memberikan
sampel atas nama temannya, pria itu
kemudian diperiksa, ternyata
serangkaian tes bisa dimengerti
dan DNAnyapun dianalisis. Hasilnya
ternyata pola dari DNA pria itu cocok
dengan DNA dalam semen
tersangka. Pria tersebut akhirmya
mengaku telah melakukan dua kejahatan
dan akhirnya harus
mendekam dalam penjara untuk
mempertanggungjawabkan
perbuatannya itu.Kasus ini digunakan
sebagai salah satu dasar penting tentang
keterbatasan penggunaan DNA sebagai
barang bukti. Dari
kasus tersebut terlihat bahwa apabila
tidak ada sampel yang sudah terlebih
dahulu diketahui untuk
dibuat perbandingan, sangat sulit untuk
menentukan identitas orang yang dicari.
Contohnya, apabila
sampel darah dari korban dan tersangka
sudah diketahui, pengelidik sangat
mungkin untuk
menentukan tersangka tunggal lewat
identifikasi darah DNA yang ditemukan di
pakaian tersangka.
Pemerkosaan
Pembuktian dengan menggunakan DNA
pertama kali digunakan di Amerika
Serikat dan bisa
memberikan penjelasan ilmiah terhadap
ribuan kasus kriminal. Pentingnya
penggunaan bukti DNA
lebih berguna ketika digunakan untuk
menunjukkan kesalahan pernyataan saksi
mata. Pernyataan
saksi yang mungkin terlihat sebagai bukti
standar pada umumnya dapat keliru.
Pada tahun 1988
Victor Lopez, dituduh melakukan
penyerangan seksual terhadap tiga orang
wanita. Ketiga wanita itu
melapor kepada polisi bahwa mereka
diserang oleh lelaki berkulit hitam. Pada
kenyataannya Victor
Lopez tidak berkulit hitam, kejadian ini
diangkat sebagai kasus yang tidak jelas.
Darah Victor dianalisis
dan dibandingkan dengan sperma yang
tertinggal di tempat kejadian, ternyata
DNA itu cocok.
Akhirnya Lopez dinyatakan bersalah atas
kasus tersebut.
Kesimpulan
Bioteknologi konvensional menggnuakan
fermentasi dan prinsip sederhana dalam
memanfaatkan
makhluk hidup. Sedangkan bioteknologi
modern memakai rekayasa genetika dan
fusi sel, di mana ini
merupakan penerapan yang lebih baru.
Perbaikan genetikanya tidak terarah.
Perbaikan genetikanya
sangat terarah

Anda mungkin juga menyukai