Anda di halaman 1dari 5

Tugas/UAS : MK Ekonomi Sumber Daya Pertanian (Alam dan

Lingkungan)
Dosen : Kustiawati Ningsih, S.P.,M.P
Nama Mahasiswa : Supriyanto (NPM 2021030200027)
Judul Jurnal : Konservasi lahan pertanian berbasis kearifan lokal di Desa
Serang Kabupaten Purbalingga
Penulis : Mahal Nungki Enggar Triastoningtias
Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Ringkasan :

Perambahan hutan yang semakin meluas menjadi perhatian khusus


Pemerintah Kabupaten Purbalingga dan Pemerintah Desa Serang. Hal ini ditandai
dengan berlakunya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031. Kajian dan analisis
terkait dengan perubahan penggunaan kawasan hutan menjadi peruntukan lain.
Perambahan kawasan hutan tidak menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat
sekitar. Hingga saat ini, Desa Serang masuk dalam kategori zona merah (zona
miskin) di Kabupaten Purbalingga. Perambahan hutan memicu peningkatan aliran
permukaan yang berperan dalam kerusakan lingkungan. Dampak perambahan hutan
menjadi lahan pertanian dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan
mempengaruhi sistem kehidupan masyarakat setempat.
Kegiatan konservasi lahan berbasis kearifan lokal di Desa Serang salah
satunya dilakukan dengan pengembangan serangan Lembah Serang Asri (D'LAS)
berbasis kearifan lokal masyarakat. Pengembangan Lembah Serang Asri (D'LAS)
dapat membantu mengatasi permasalahan ekonomi masyarakat, membuka lapangan
pekerjaan, melestarikan budaya turun temurun, dan meminimalisir kerusakan
lingkungan. Sedangkan modernisasi dan kemajuan teknologi menyebabkan
sebagian masyarakat beralih menggunakan alat pertanian modern untuk mengelola
lahan pertanian karena dianggap lebih praktis dan menghemat waktu. Mengenai
penerapan kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lahan tidak intensif seperti
dulu, sehingga mendorong peneliti untuk mengkaji terkait konservasi lahan
pertanian berbasis kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lahan di Desa
Serang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik konservasi berbasis
kearifan lokal yang dilakukan masyarakat dalam mengelola lahan pertanian di Desa
Serang Kabupaten Purbalingga. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2020
di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Desa Serang
memiliki 2.878.390 ha, terdiri dari tegalan (ladang kering) 1.245,04 ha, pemukiman
174,55 ha, hutan 1.630,52 ha, tanah peruntukan 2,80 ha. Secara geografis Desa
Serang terletak pada ketinggian 1.650 mdpl dengan suhu terendah mencapai 16C
dan suhu tertinggi hingga 28C dengan topografi landai dan memiliki tanah yang
subur karena berada di lereng gunung berapi. Secara administratif Desa Serang
berbatasan dengan sebelah barat Desa Kutabawa, sebelah timur Desa Tlahab Lor,
sebelah selatan Desa Sangkanayu, dan sebelah utara Gunung Slamet. Metode
penelitian menggunakan data primer dan sekunder. Untuk mengkaji konservasi
berbasis kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lahan di Desa Serang,
diperlukan beberapa data pendukung yang diperoleh dari hasil wawancara
responden. Penentuan jumlah sampel menggunakan perhitungan rumus Slovin
dengan margin of error yang digunakan 10% sehingga diperoleh 100 responden
yang dilakukan secara acak terhadap masyarakat yang berprofesi sebagai petani di
Desa Serang. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif
kuantitatif terhadap data yang telah terkumpul. Analisis deskriptif kuantitatif
digunakan untuk mengidentifikasi penerapan konservasi berbasis kearifan lokal
masyarakat dalam mengelola lahan di Desa Serang. Penentuan kategori petani
konservatif dan tidak konservatif menggunakan nilai rata-rata hasil survei di
lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa kearifan lokal yang tetap
dilestarikan oleh masyarakat Desa Serang untuk kelestarian lingkungan hingga
generasi mendatang. Berdasarkan hasil penelitian dari 100 petani yang dijadikan
sampel dalam penelitian diperoleh data. Antara lain, 63% petani masih berpedoman
pada pranoto mongso dalam melakukan kegiatan pertaniannya. Pranoto mongso
merupakan kearifan lokal yang diturunkan secara turun temurun untuk menentukan
waktu yang tepat dalam melakukan usaha tani. Meskipun cuaca sekarang relatif
sulit untuk diramalkan dan digunakan sebagai pedoman, para petani masih mencoba
menggunakan pranoto mongso sebagai pedoman usaha tani. Sebanyak 96%
masyarakat menerapkan pertanian pegunungan dan sumber air (festival Tuk
Sikopyah). Apalagi didukung dengan kondisi topografi Desa Serang yang berbukit-
bukit, sebaiknya pola tanam dibuat dengan gunung untuk meminimalisir erosi dan
longsor.
Petani Desa Serang juga sebagian masih menerapkan sistem “Bero”, yaitu
61% petani menerapkan sistem “Bero” dalam siklus tanamnya. Hal ini bertujuan
untuk mengembalikan kesuburan tanah sebelum dilakukan penanaman kembali.
Selanjutnya, 99% petani menggunakan alat pertanian tradisional dalam mengolah
tanah mereka. Hal ini dikarenakan lebih murah dari segi biaya dan mudah karena
topografi yang berbukit, sehingga sulit untuk menggunakan alat pertanian
modern seperti traktor. Untuk meningkatkan pendapatan petani desa serang, juga
menerapkan pola pertanian pertanian (agroforestry), dari hasil analisis diketahui
79% petani menggunakan pola tanam agroforestri dengan mencampur tanaman
semusim dengan kayu keras. Hal ini bertujuan untuk mengurangi erosi dan
meningkatkan kesuburan tanah dari aspek ekologi. Sebaliknya, dari aspek ekonomi
sistem pertanian agroforestri, masyarakat dapat meningkatkan pendapatan
pertanian untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Faktor yang menjadi peluang pengelolaan lahan berbasis kearifan lokal di
Desa Serang antara lain: (1) perhatian pemerintah kabupaten dan pusat terhadap
konservasi lahan pertanian berbasis kearifan lokal masyarakat; (2) adanya regulasi
pendukung terkait kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan hidup; (3)
diversifikasi dan perluasan lahan; (4) pelibatan kelompok tani dalam pengelolaan
lahan pertanian; (5) permintaan pasar meningkat; dan (6) menutup saluran
pemasaran. Selanjutnya untuk faktor-faktor yang menjadi ancaman dalam
pengelolaan lahan pertanian berbasis kearifan lokal masyarakat antara lain (1)
meningkatnya kebutuhan petani; (2) meningkatnya permintaan sayur dan buah dari
pedagang pengukus sehingga mendorong petani untuk lebih gencar mengolah
lahan; (3) hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian; (4) rendahnya
tingkat pendidikan masyarakat; (5) perambahan hutan menjadi lahan pertanian di
lahan miring; (6) biaya pertanian yang tinggi; dan (7) permainan harga oleh
kolektor.

Hasil Review :
Perambahan kawasan hutan menjadi kawasan pertanian di Indonesia setiap
tahun terus meningkat. Hal tersebut dapat menimbulkan banyak masalah apabila
pengelolaannya tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi. Penyebab
perambahan hutan yang tinggi adalah motivasi petani untuk memiliki lahan di
kawasan lindung. Perambahan hutan yang semakin meluas di Desa Serang telah
menjadi perhatian khusus Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Selain menyebabkan
kerusakan lingkungan, nyatanya perambahan hutan tidak menjamin peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Hingga saat ini, Desa Serang masuk dalam
kategori zona merah (zona miskin) di Kabupaten Purbalingga. Perambahan hutan
memicu peningkatan aliran permukaan yang berperan dalam kerusakan lingkungan.
Dampak perambahan hutan menjadi lahan pertanian dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan dan mempengaruhi sistem kehidupan masyarakat setempat. Pemerintah
Kabupaten Purbalingga telah melakukan upaya konservasi melalui kebijakan
pemerintah daerah dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun 2011-2031.
Selain itu bersama dengan pemerintah desa Serang juga melakukan kegiatan
konservasi lahan berbasis kearifan lokal.
Kegiatan konservasi lahan berbasis kearifan lokal di Desa Serang salah
satunya dilakukan dengan pengembangan serangan Lembah Serang Asri (D'LAS)
berbasis kearifan lokal masyarakat. Pengembangan Lembah Serang Asri (D'LAS)
dapat membantu mengatasi permasalahan ekonomi masyarakat, membuka lapangan
pekerjaan, melestarikan budaya turun temurun, dan meminimalisir kerusakan
lingkungan. Sedangkan modernisasi dan kemajuan teknologi menyebabkan
sebagian masyarakat beralih menggunakan alat pertanian modern untuk mengelola
lahan pertanian karena dianggap lebih praktis dan menghemat waktu. Pertanian di
Desa Serang dapat dikembangkan karena memiliki sumberdaya lahan yang luas dan
permintaan pasar yang signifikan. Namun perlu pengelolaan pertanian yang
strategis dan berkelanjutan (ekonomi dan lingkungan). Strategi - strategi konservasi
lahan pertanian yang tepat diterapkan dalam pengelolaan lahan pertanian di Desa
Serang antara lain :
1. Melestarikan kearifan lokal yang dimiliki masyarakat dan diterapkan dalam
kegiatan pengelolaan lahan pertanian. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat
Desa Serang merupakan kekuatan internal dan harus dilestarikan. Pemerintah
dan seluruh komponen masyarakat didorong untuk turut serta melestarikan
kearifan lokal yang dimiliki dan diterapkan dalam konservasi dan pengelolaan
lahan pertanian. Hal ini diyakini mampu memberikan dampak positif bagi
kelestarian lingkungan dan produk pertanian. Kearifan lokal yang masih
banyak dilaksanakan di desa Serang diantaranya adalah Pronoto Mongso,
Nyabuk Gunung, Festival Tuk Sikopyah, Membersihkan Lahan Pertanian (Bero),
Menggunakan Alat Pertanian Tradisional serta Wanatani (Agroforestri). Kegiatan
konservasi melalui kearifan lokal ini perlu dipromosikan oleh pemerintah kabupaten
Purbalingga melalui dinas pariwisata sehingga bisa menjadi kegiatan wisata budaya
daerah yang menarik minat wisatawan serta meningkatkan pariwisata daerah.
2. Memanfaatkan bantuan desa, kabupaten, dan pemerintah pusat untuk
pengelolaan dan peningkatan produksi pertanian. Masyarakat Desa Serang
memiliki mata terhadap keberlanjutan sebagai petani baik petani hortikultura
maupun kebun campuran. Potensi pasar hasil pertanian yang cukup besar
didukung oleh sumberdaya lahan yang melimpah, namun belum dikembangkan
secara optimal. Untuk itu diperlukan pendampingan dari pemerintah desa,
pemerintah kabupaten hingga pusat dalam pengelolaan dan peningkatan
produksi pertanian. Selanjutnya, diperlukan juga kebijakan untuk menstabilkan
harga komoditas pertanian agar petani tidak dirugikan karena harga yang tidak
stabil.
3. Meningkatkan distribusi pasar dan memanfaatkan akses transportasi.
Peningkatan distribusi pasar diperlukan untuk meningkatkan pendapatan petani.
Penambahan distribusi pasar merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
agen penjualan hasil produksi pertanian di daerah lain. Dengan meningkatkan
distribusi pasar, permintaan konsumen akan terpenuhi. Pemerintah Desa Serang
memiliki Gapoktan Serang Sukses Makmur namun belum dikembangkan secara
optimal. Selama ini petani sangat bergantung pada kapal uap sehingga tidak
mendapatkan keuntungan yang optimal karena harga beli yang relatif rendah.
Dengan meningkatkan distribusi pasar maka pemasaran produk pertanian akan
semakin meluas apalagi jika dikemas dengan kemasan yang menarik. Dalam hal
ini, partisipasi seluruh komponen diperlukan untuk menciptakan kesejahteraan
ekonomi dan sosial, keberlanjutan budaya. Peran pemerintah sangat besar
dalam hal distribusi pasar dan akses transportasi. Penciptaan pasar dan
promosi juga bisa dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Purbalingga.
4. Meningkatkan lahan budidaya dengan lahan yang tersedia untuk peningkatan
produksi pertanian. Lahan budidaya pertanian di Desa Serang masih relatif luas,
apalagi didukung oleh permintaan pasar akan produksi pertanian yang tinggi
sehingga perlu adanya penambahan lahan budidaya. Penambahan lahan
budidaya tetap memperhatikan aspek konservasi dan kelestarian lingkungan
yang berkelanjutan. Maraknya perambahan hutan juga disebabkan tidak adanya
sinkronisasi program antara sektor kehutanan dengan pengembangan tanaman
pangan dan hortikultura yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat di
sekitar hutan lindung. Sumber daya hutan dan lahan, sebagai sumber daya alam
yang penting bagi kehidupan, perlu dikelola dengan baik agar bermanfaat
bagi masyarakat dengan tetap menjaga kelangsungan fungsi dan
kemampuannya. Oleh sebab itu peran serta pemerintah daerah terutama dalam
hal sinkronisasi program antar berbagai bidang perlu dilakukan bersama agar
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan produksi pertanian tidak merusak
areal hutan.
5. Menjaga kualitas produk dan menciptakan kepuasan pelanggan. Petani yang
menghasilkan produk dengan kualitas unggul akan menjadi daya tarik bagi
konsumen. Kepuasan konsumen yang tinggi akan terus mendorong konsumsi
sehingga secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan petani. Disini
peran berbagai komponen diperlukan. Pemerintah melalui program dinas bisa
melakukan pendampingan dalam hal budidaya sehingga menjamin produk yang
dihasilkan tetap berkualitas. Kebutuhan saprodi dalam hal menjaga kualitas
seperti alat – alat pertanian mulai pra tanam hingga pengolahan hasil juga perlu
mendapatkan kemudahan melalui program pemerintah. Begitu pula dengan
ketersediaan pupuk dan pestisida dalam pengendalian hama penyakit tanaman
juga diperhatikan agar dapat meningkatkan produksi namun ramah lingkungan.
Kegiatan konservasi lahan dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan
melalui kearifan lokal perlu diseimbangkan dengan peningkatan produksi pertanian.
Kegiatan konservasi yang cenderung membatasi eksploitasi lahan ataupun dalam
menjaga kelestarian ekosistem tidak memnghambat peningkatan hasil produksi
pertanian yang ada. Peran pemerintah daerah dalam peningkatan produksi pertanian
melalui pengembangan sumber daya manusia pertanian, penggunaan alsintan dan
saprodi yang modern serta ramah lingkungan, promosi pasar dan kemudahan akses,
sarana transportasi pasar sangat menunjang peningkatan produksi tanpa menyebabkan
masyarakat untuk melakukan perambahan hutan. Peran pemerintah dalam hal membuat
dan menerapkan kebijakan perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan juga perlu
dilakukan agar kawasan yang penting tetap terlindungi. Pelibatan masyarakat dan semua
komponen dalam hal konservasi lahan perlu dilakukan agar semua pihak merasa
bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan. Kegiatan promosi pariwisata
dengan mengangkat kearifan lokal sebagai budaya daerah juga perlu dilakukan secara
konsisten sehingga masyarakat mencintai budaya nya sendiri dan berupaya untuk
melestarikannya.

Anda mungkin juga menyukai