ABSTRAK: Tujuan penulisan artikel ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Etika
Lingkungan pada Program Pasca Sarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Universitas Bengkulu, selain itu penulisan artikel ini juga untuk menggambarkan nilai-nilai
kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Aur Gading dalam menjaga dan melestarikan
hutan bukit larangan. Mata kuliah etika lingkungan diampu oleh Prof. Dr. Badeni, MA. dan
Dr. Suharyanto, S.Pt., M.Si. Hutan bukit larangan berada di Desa Aur Gading, Kecamatan
Kerkap, Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Masyarakat di kawasan hutan bukit
larangan Desa Aur Gading masih menerapkan nilai-nilai kearifan lokal yang secara turun-
temurun masih dipertahankan. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Desa Aur Gading dapat
dilihat dari adanya aturan tentang larangan memasuki kawasan hutan bukit larangan tanpa
seizin dari tokoh adat, larangan melakukan perbuatan dan ucapan yang tidak baik, aktivitas
ekonomi serta keseimbangan alam. Penerapan nilai-nilai kearifan lokal oleh masyarakat Desa
Aur Gading berdampak positif pada kelestarian lingkungan sosial dan lingkungan alam,
sehingga terbentuklah keseimbangan meskipun secara tata hukum Negara Kabupaten
Bengkulu Utara tidak memiliki hutan adat. Kawasan hutan yang terjaga memberikan dampak
pada kualitas air sungai yang jernih, tanah yang subur dan kualitas udara yang baik.
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah pulau terluas di dunia dengan jumlah
pulaunya mencapai lebih dari 17.000 (Habibi, 2017). Jumlah pulau yang banyak
menjadikan Indonesia dikenal dengan negara multikultural karena memiliki keragaman
suku, budaya, bahasa, etnis, agama, dan adat istiadat (Dora, 2020). Indonesia berada
pada peringkat kedua di dunia setelah Brazil atas kekayaan biodiversiti yang dimiliki
(Setiawan dkk, 2021), Indonesia juga memiliki hutan hujan tropis terluas di dunia setelah
Brazil (Istiwati, 2016).
Hutan adalah kawasan yang memiliki nilai potensial ekonomi, sosial budaya dan
religiusitas bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan (Setiawan dkk, 2021).
Hutan memiliki nilai mistis bagi masyarakat awam, dimana mereka masih memandang
hutan sebagai tempat yang dihuni oleh makhluk-makhluk yang mengerikan (Arif, 2001).
Hutan memiliki kedudukan sebagai penyeimbang lingkungan global sehingga perlu
dijaga kelestariannya, selain itu pengelolaan sumberdaya hutan yang melibatkan
masyarakat adalah suatu upaya mengintegrasikan masyarakat ke dalam sistem
pelestarian hutan, untuk menguatkan ekonomi, kelembagaan dan sosial masyarakat
(Seprianto dkk, 2017). Kawasan hutan yang dilestarikan dapat memberikan tempat
tinggal yang luas untuk makhluk hidup dan oksigen yang dihasilkan dari hutan juga akan
semakin banyak (Fortune, 2020) oleh sebab itu sangat penting bagi manusia untuk dapat
terus melestarikan kawasan hutan. Ekosistem hutan yang terawat akan menjaga
keanekaragaman hayati dan non hayati (Setiawan dkk, 2021).
Salah satu bentuk pelestarian hutan di Provinsi Bengkulu yaitu hutan bukit larangan
yang berada di Desa Aur Gading. Masyarakat Desa Aur Gading memiliki keunikan
tersendiri dalam menjaga dan melestarikan hutan, dimana mereka masih
mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sosial. Kearifan lokal
dituangkan dalam aturan adat untuk melestarikan hutan seperti adanya kawasan hutan
larangan, tidak diperbolehkan berbuat dan berucap yang tidak baik serta pola hidup yang
sederhana masih dipertahankan masyarakat Desa Aur Gading, sehingga terbentuklah
kehidupan yang harmonis terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosial
(Seprianto dkk, 2017)
Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah etika
lingkungan di Program Pasca Sarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu. Selain itu penulisan artikel ini bertujuan untuk
menggambarkan nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Desa Aur Gading.
B. PEMBAHASAN
2.1 Letak Geografis Hutan Bukit Larangan
Hutan bukit larangan berada di Desa Aur Gading Kecamatan Kerkap Kabupaten
Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu. Secara geografis Desa Aur Gading berbatasan
langsung dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dengan koordinat 3⁰ 28' 34.2000" LS dan
102⁰ 25' 00.4000" BT. Selain itu Desa Aur Gading juga berbatasan dengan Kabupaten
Rejang Lebong yang berada di koordinat 3⁰ 29' 09.7529" LS dan 102⁰ 24' 07.7467" BT
(PERMENDAGRI, 2013). Desa Aur Gading berjarak 54,4 km dari Universitas Bengkulu
dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam menggunakan mobil (Lihat Gambar 1).
D. DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Yogyakarta: Kanisius.
Habibi, M. (2017). Analisis politik identitas di Indonesia. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Mulawarman, Samarinda.
Liesdayanti, S., Yuningsih, E. T., Haryanto, A. D., & Gentana, D. (2019). Alterasi
Hidrotermal Di Lapangan Panas Bumi X, Lampung. Geoscience Journal, 3(3), 199-
204.
Losu, M. M., Kapugu, H., & Supardjo, S. (2017). Bukit Inspirasi Convention Center Di
Tomohon. Arsitektur Metabolisme (Doctoral dissertation, Sam Ratulangi University).
Setiawan, E., Sukesi, K., Hidayat, K., & Yuliati, Y. (2021). Peran Masyarakat Sekitar
Desa Penyangga Dalam Konservasi Taman Nasional Alas Purwo Berbasis Kearifan
Lokal. Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi, 10(1), 19-43.