Anda di halaman 1dari 17

Tugas Pencemaran Lingkungan

Oeh:

Nama : Sugeng Widiantoro


Dosen: Dr. Agus Martono

Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam


Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
2022
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pencemaran lingkungan semakin marak seiring dengan meningkatnya


populasi manusia, industri, transportasi dan kemajuan teknologi. Pencemaran lingkungan
dapat terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia ataupun proses alamiah. Sebagaimana yang
dijelaskan didalam UU No 32-2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
bahwa pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya suatu zat ataupun unsur berbahaya
lainya ke dalam lingkungan baik sengaja atau tidak disengaja yang telah melampaui ambang
batas maksimum. Secara umum pencemaran lingkungan terbagi atas tiga bagian yaitu,
pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran tanah.
Menurut (PermenLH No 12-2010) di dalam pasal 1 ayat 1 menerangkan bahwa, yang
dimaksud dengan polusi udara adalah masuknya suatu zat, energi, maupun materi lain ke
dalam udara ambien (udara bebas pada lapisan troposfir) dari aktivitas manusia baik sengaja
ataupun tidak disengaja, yang kemudian melewati ketetapan nilai ambang batas. Pencemaran
udara dapat berasal dari buangan aktivitas industri, transportasi, pertanian, rumah tangga
maupun dari aktivitas alami seperti gunung meletus dan kebakaran hutan.
a. Polusi udara akibat industri.
Industri menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas udara, hal dibuktikan dari
cerobong asap yang dilepaskan menuju lapisan troposfir, zat yang terkandung
didalamnya berupa karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen
dioksida (NO2) (Nababan, 2019).

(https://www.bengkulunews.co.id/diduga-mencemarkan-udara-dewan-benteng-minta-
dlh-tindak-pt-pms)
b. Polusi udara akibat transportasi.
Proses pembakaran yang tidak sempurna dari aktivitas transportasi menyebabkan
emisi gas buangan berupa; timbal (Pb), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2),
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO) (BPLH DKI Jakarta, 2013), selain dari
proses pembakaran yang tidak sempurna terjadi pula emisi karbon dioksida (CO 2) dan
uap air (H2O) yang dihasilkan dari proses pembakaran yang berlangsung secara
sempurna, namun pembakaran sempurna pada kendaraan jarang sekali terjadi
(Ismiyati et al, 2014).

(https://alamendah.org/2009/09/23/tingkat-pencemaran-udara-di-indonesia/comment-
page-3/)
c. Polusi udara akibat pertanian.
Kegiatan pertanian turut menyumbang polusi udara sehingga kualitas udara juga
semakin menurun. Pada umumnya pestisida seperti organoklorin yang
penggunaannya secara disemprot dapat menyebar melalui udara sehingga akan
berdampak pada kesehatan petani dan orang-orang yang berada pada wilayah tersebut
(Prananditya dan Oginawati, 2016). Zat kimia yang terkandung dalam pestisida
organoklorin yaitu aldrin, dieldrin, endosulfan, dan heptaklor (Yunike dan Vina,
2009). Aktivitas peternakan juga menyumbang polusi udara seperti pelepasan gas
metan atau (CH4) yang pada umumnya berasal dari kotoran ternak ruminansia besar.

(https://airpollution2014.weebly.com/sumber-pencemaran-udara)
d. Polusi udara rumah tangga.
Aktivitas rumah tangga yang paling sering terjadi dan menimbulkan pencemaran
udara adalah pembakaran sampah. Pembakaran sampah rumah tangga di ruang
terbuka akan menghasilkan gas yang secara langsung dilepaskan ke udara ambien
(Bestar, 2012). Gas yang dilepaskan dari pembakaran sampah secara terbuka adalah
karbon monoksida (CO) dan metan (CH4) (Octavia, 2015).

(https://www.idntimes.com/health/medical/alfonsus-adi-putra-2/dampak-bakar-
sampah-pada-kesehatan-dan-lingkungan)
e. Polusi udara akibat gunung meletus.
Letusan gunung yang menyemburkan abu vulkanik dapat menimbulkan pencemaran
udara. Material yang dikeluarkan pada saat terjadi letusan gunung berapi mengandung
unsur-unsur berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen (H2), hidrogen sulfida
(H2S), hidrogen klorida (HCl), karbon dioksida (CO2), hidrogen florida (HF),
hidrogen (H2) dan helium (He) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan apabila
terhirup (Suryani, 2014)

(https://m.tribunnews.com/regional/2016/07/04/erupsi-sinabung-picu-penemaran-
udara-di-kota-medan)
f. Polusi udara akibat kebakaran hutan.
Kebakaran hutan yang sering terjadi menimbulkan dampak pada penurunan kualitas
udara pada suatu kawasan. Unsur-unsur yang dapat mencemari udara pada saat terjadi
kebakaran hutan adalah partikulat (PM10), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida
(SO2), nitrogen dioksida (NO2,), dan ozon (O3) (Siregar, 2010).

Polusi udara yang terjadi baik dari perbuatan tangan manusia maupun terjadi secara
alami memberikan berbagai dampak terhadap lingkungan, antara lain adalah terjadinya
peningkatan suhu bumi disebabkan oleh gas karbon dioksida (CO 2) dan metan (CH4) yang
menahan panas permukaan bumi sehingga terjadilah pemanasan global; selain itu, banyaknya
komponen gas seperti karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida
(NO2,), dapat menyebabkan terbentuknya hujan asam; polusi udara yang terjadi juga
berdampak pada kerusakan ekosistem, karena dapat menggangu keseimbangan biotik dan
abiotik (Prabowo dan muslim, 2018).

(https://www.medcom.id/nasional/peristiwa/Wb7M87MK-presiden-cabut-izin-
perusahaan-pembakar-hutan-8206)

Aktivitas manusia dewasa ini selain dapat menyebabkan pencemaran udara juga dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran air. Menurut (PP NO. 82-2001) yang dimaksud dengan
pencemaran air adalah masukknya mahkluk hidup, energi, atau unsur-unsur lainnya ke dalam
air dari proses yang dilakukan oleh manusia, kemudian menyebabkan kualitas air menurun
sampai pada level tertentu sehingga air tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
Menurunnya kualitas air pada suatu kawasan akan berdampak terhadap keberlangsungan
mahkluk hidup yang ada di kawasan tersebut.

Pada umumnya pencemaran air dibedakan menjadi dua kategori yaitu pencemaran
langsung dan pencemaran tidak langsung. Pencemaran langsung adalah pencemaran yang
berasal dari masuknya limbah cair hasil industri ke badan air tanpa adanya proses
penyaringan (Sarminingsih et al, 2014). Sedangkan pencemaran tidak langsung adalah
pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian dan rumah tangga (Irsanda et al, 2014).
Terjadinya penurunan kualitas air yang paling sering kita jumpai disebabkan oleh limbah
cair industri, rumah tangga, maupun pertanian (Warlina, 2004).

a. Limbah cair industri.


Limbah pabrik-pabrik besar seringkali kita lihat dibuang secara langsung ke sungai
tanpa adanya proses penyaringan terlebih dahulu. Pada jangka waktu yang panjang
dapat berdampak pada pencemaran air sungai karena pada umumnya limbah industri
banyak mengandung logam-logam berat seperti Cd, Hg, Cu, Zn, dan lain-lainya
(Tangahu, 2019).

(https://www.gramedia.com/literasi/limbah-industri/)
b. Limbah cair rumah tangga.
Pencemaran air yang disebabkan dari rumah tangga dapat berupa deterjen dan limbah
wc yang tidak termanajemen dengan baik (Widiyanto et al, 2015). Limbah cair
tersebut dapat mencemari air tanah pada suatu kawasan dan berpotensi menyebabkan
penularan penyakit (Haryani dan Konsukartha, 2007)

(https://www.youtube.com/watch?v=I6YPyJaEyEM)
c. Limbah cair pertanian.
Aktivitas pertanian turut berperan dalam memperburuk kualitas air. Hal ini sering
terjadi ketika petani menggunakan pestisida pada saat pemeliharaan tanaman yang
dibudidayakannya, sehingga aliran air yang bersumber dari areal pertanian turut
terkontaminasi oleh zat kimia.

(https://banten.suara.com/read/2020/09/21/193654/diduga-tercemar)

Indikator suatu perairan yang telah mengalami penurunan kualitas dapat dilihat dari
sifat fisik, kimia dan biologi (Irianto, 2015). Sifat fisik air dapat dilihat dari suhu, warna, rasa
dan tingkat kekeruhan air serta padatan yang tersuspensi secara utuh (Efendi, 2003), sifat
kimia air dapat dilihat dari nilai pH, BOD, COD, DO, ammonia, dan karbon dioksida (CO2)
(Rukaesih, 2004), sedangkan parameter biologi dapat dilihat dari coliform dan hewan-hewan
makrobentos lainnya (Rao dan Mamatha, 2004). Bila pencemaran air terjadi secara terus-
menerus tanpa ada pengendalian, maka akan menimbulkan krisis air bersih.

Tidak hanya sampai pada pencemaran udara dan pencemaran air saja tetapi kegiatan
manusia dapat juga menimbulkan pencemaran tanah. Pencemaran tanah adalah keadaan
dimana adanya berbagai bahan substansi kimia yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga
mengubah struktur dan lingkungan di dalam tanah (Harjdjowigeno, 2003). Berdasarkan
jenisnya pencemaran pada tanah terbagi atas empat golongan.

a. Pencemaran tanah yang disebabkan oleh pestisida


Kegiatan di bidang pertanian sangat erat kaitannya dengan penggunaan pestisida.
Penggunaan pestisida yang secara terus-menerus dapat berdampak pada penurunan
kualitas tanah. Hal ini karena unsur-unsur yang terdapat pada pestisida berupa Asam
Kokadilin (As), Natrium Borat (B), Klordan (Cl), Timbal Arsenat (Pb), Magnesium
Fluoslikat (Mg), dan Organosfosfat (P) (Dewara dan Danhas, 2018)
(http://quierounblogdmoda.blogspot.com)
b. Pencemaran tanah oleh sampah anorganik
Dewasa ini pencemaran tanah akibat sampah anorganik banyak disebabkan oleh
limbah domestik. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia juga turut
berdampak pada peningkatan jumlah sampah, khususnya di kota-kota besar.

(https://inovasi-indonesia.id/pencemaran-tanah/)
c. Pencemaran tanah akibat sampah organik
Keberadaan sampah organik tidak lepas dari kegiatan manusia sendiri. Di pasar-pasar
yang menjual mahkluk hidup seperti ayam dan lainya, juga menjadi sumber
pencemaran tanah.

(https://jatengprov.go.id/beritadaerah/kembangkan-biogas-dari-kotoran-ternak-ayam/)
d. Pencemaran tanah akibat deterjen
Limbah deterjen umumnya dibuang ke badan air secara langsung tanpa adanya
pengelolaan, sehingga terjadi pencemaran air yang selanjutnya terakumulasi pada
tanah.
(https://www.timesindonesia.co.id/read/news/335656/cegah-dampak-limbah-deterjen-
ini-saran-ecoton-ke-pemprov-jatim-dan-pemkot-surabaya)

Pencemaran tanah yang terjadi dapat memberikan dampak buruk bagi manusia dan
lingkungan. Terjadinya kasus-kasus pencemaran tanah memberikan gambaran nyata bahwa
bahayanya dampak yang ditumbulkan. Dampak yang ditimbulkan berupa gangguan
kesehatan manusia, ketidak seimbangan ekologi dan merusak areal pertanian.

Secara garis besar pencemaran udara, air dan tanah memiliki dampak buruk baik
terhadap kesehatan manusia maupun keadaan bumi. Sehingga perlu adanya tindakan yang
perlu dilakukan agar dapat menekan kerusakan lingkungan yang terjadi.
BAB II. TEORI

2.1 Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan terjadi karena masuknya suatu zat ataupun unsur berbahaya
lainya ke dalam lingkungan baik sengaja atau tidak disengaja yang telah melampaui ambang
batas maksimum (UU No 32-2009). Pencemaran lingkungan dipengaruhi oleh pertumbuhan
penduduk yang pesat, serta pola hidup manusia yang konsumtif menjadi akar penyebab
terjadinya pencemaran lingkungan. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa pencemaran
lingkungan juga bisa ditimbulkan dari aktivitas alami seperti letusan gunung berapi, tsunami,
dan gas alam (Darmono, 2001). Sumber pencemaran meruapakan setiap aktivitas yang
menghasilkan zat pencemar (polutan), bahan pencemar dapat berbentuk padat, cair, gas atau
pertikel tersuspensi pada kadar tertentu di dalam lingkungan (Wardhana, 2001).

2.2 Pencemaran Udara


Pencemaran udara merupakan masuknya komponen asing di udara yang kemudiian
merubah komposisi udara dari keadaan normalnya (Akhmad, 2000). Faktor-faktor yang
menjadi penyebabnya adalah faktor alamiah seperti gunung meletus, kebakaran hutan dan
lainya. Kemudian faktor eksternal, dapat bersumber dari keseluruhan aktivitas manusia
seperti hasil pembakaran,sampah, hasil pertambangan, pembakaran fosil dan lain-lain
(Riawati, 2015).

Aktivitas transportasi memegang peranan paling besar pada pencemaran udara,


terlebih di kota-kota besar, 60%-70% emisi gas berbahaya berasal dari kendaraan bermotor
sedangkan 10%-15% dari aktivitas industri dan sisanya berasal dari sumber-sumber lainya
seperti pembakaran sampah, kebakaran hutan, gunung meletus dan lain-lain (BPLH DKI
Jakarta, 2013). Dampak yang timbul akibat pencemaran udara adalah gangguan pada
kesehatan manusia dan lingkungan, ekosistem serta dapat menyebabkan pemanasan global
(Sarudji, 2010). Pengendalian lingkungan sangat penting untuk dilakukan agar dapat
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (Ratnani, 2008)

2.3 Pencemaran Air


Menurut (PP NO. 82-2001) yang dimaksud dengan pencemaran air adalah masukknya
mahkluk hidup, energi, atau unsur-unsur lainnya ke dalam air dari proses yang dilakukan oleh
manusia, kemudian menyebabkan kualitas air menurun sampai pada level tertentu sehingga
air tidak dapat digunakan sesuai dengan fungsinya. Menurut Harmayani dan Konsukartha
(2007) mengemukakan bahwa unsur-unsur pencemar air dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu :

a. Limbah anorganik.
Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat mengalami pembusukan dan
sangat sulit terurai oleh mikroorganisme pengurai. Apabila limbah ini masuk ke
dalam air maka dapat mengakibatkan peningkatan jumlah ion logam pada air
sehingga menjadikan air tersebut bersifat sadah karena mengandung ion kalsium (Ca)
dan ion magnesium (Mg). Air yang telah terkontaminasi limbah anorgnik juga
berbahaya karena mengandung timbal (Pb), Arsen (As) dan air raksa (Hg) yang
berbahaya bagi kesehatan manusia.
b. Limbah organik
Limbah organik merupakan limbah yang dapat membusuk atau mudah terurai oleh
mikroorganisme, hal ini dapat mengakibatkan berkembangnya mikroorganisme dan
mikroba pathogen secara cepat sebagai sumber bibit penyakit.
c. Limbah zat kimia
Limbah zat kimia yang dapat mencemari kualitas air dapat berupa deterjen, pestisida,
pewarna tekstil, zat radioaktif dan laruta penyamak kulit. Zat kimia ini bila masuk ke
dalam air akan menjadi racun dan mengganggu kehidupan di dalam air.

2.4 Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah adalah keadaan dimana adanya berbagai bahan substansi kimia
yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga mengubah struktur dan lingkungan di dalam
tanah (Harjdjowigeno, 2003). Terjadinya pencemaran tanah disebabkan oleh masuknya
komponen pencemar yang melebih daya dukung tanah sehingga tanah mengalami pergeseran
fungsinya (Puspawati dan Haryono, 2018). Pencemaran terjadi karena adanya zat pencemar,
zat pencemar dapat didefenisikan sebagai zat kimia (cair, padat ataupun gas), baik yang
berasal dari alam yang kehadiranya dipicu oleh aktivitas manusia ataupun dari aktivitas
manusia yang telah diidentifikasi mengakibatkan efek yang buruk bagi kehidupan mahkluk
hidup maupun lingkungan (Notodarmojo, 2005).

Tanah yang telah mengalami pencemaran dapat berdampak pada kesehatan manusia,
mengganggu keseimbangan ekosistem dan merusak lahan-lahan pertanian. Secara umum,
manusia dapat terpapar kontaminan yang berasal tanah melalui konsumsi tumbuhan atau
ternak yang mengakumulasi sebagaian besar polutan tanah (Khan et al. 2015). Terjadinya
peruabahan kimia tanah juga dapat menggangu keseimbangan mikroorganisme endemik dan
antropoda pada suatu lahan (Muslimah, 2015). Pencemaran tanah juga berdampak pada
kerusakan tanaman yang ditanam sehingga menyebabkan gagal panen (Ramadhan, 2018).

BAB III. SOLUSI

Peningkatan populasi manusia dan kemajuan teknologi saat ini menimbulkan


pencemaran terhadap lingkungan yang timbul dari berbagai sumber seperti, industri,
transportasi, pertanian, rumah tangga dan lainya. Pencemaran lingkungan secara terus-
menerus terjadi tanpa ada tindakan penanganan yang tepat maka dapat memperburuk kualitas
lingkungan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan pencemaran-pencemaran yang
terjadi baik pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah akan dibahas pada
bagian ini.

Berdasarkan bentuk pengendalian yang dilakukan, maka pengendalian pencemaran


lingkungan terbagi atas tiga tahapan yaitu; pencegahan, merupakan upaya yang dilakukkan
sebelum pencemaran terjadi; penanggulangan, merupakan langkah yang dilakukkan pada saat
pencemaran lingkungan itu terjadi; dan pemulihan, merupakan tindakan yang dilakukan
setelah pencemaran terjadi (Dewata dan Danhas, 2018). Secara garis besar pengendalian
proses pemanasan global yang terjadi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya
yaitu penghentian emisi CFC dan hlon, pengurangan bahan bakar minyak, pengurangan
penggunaan energy batubara, pabrik yang mengeluarkan CO2 harus melakukan penyaringan
filter atau scrubber, produksi kendaraan irit bahan bakar sehingga emisi CO2 dapat
berkurang, peningkatan pemanfaatan energi matahari, angin dan panas bumi, pengurangan
penebangan pohon, dan mengatur regulasi kelahiran anak (Irianto, 2015).

Pegendalian pencemaran udara perlu dirancang sistem pengelolaannya sehingga


kerusakan lingkungan dapat ditekan. Pengendalian pencemaran udara yang diakibatkan
aktivitas industri dapat dilakukan dengan cara pemasangan media filter pembuangan udara
salah satunya adalah penggunaan filtration devices yang memiliki efisiensi dalam
pengumpulan debu dan fume sebesar 99%. Jenis filtration devices yang paling bagus
digunakan adalah jenis fabric filters, keuntungan yang didapatkan meliputi (a) efisiensi
pengumpulan 99% untuk semua ukuran partikel, (b) buangan partikel kering, namun
memiliki kelemahan (a) membutuhkan biaya yang besar, (b) membutuhkan lokasi yang besar,
(c) biaya pemeliharaan yang besar, (d) memerlukan pendingin untuk aliran gas dengan suhu
tinggi.

Pengendalian pencemaran akibat aktivitas transportasi saat ini mulai dilakukan yang
salah satunya adalah penciptaan kendaraan bertenaga listrik sehingga emisi yang dihasilkan
dari asap kendaraan dapat ditekan. Dikutip dari berita Investor.id Indonesia menargetkan net
zero emission di tahun 2060 mendatang. Program prioritas yang dilakukan pemerintah dalam
menangani menangani emisi dari transportasi adalah: pemanfaatan energi terbarukan untuk
transportasi dan fasilitas transportasi (terminal, stasiun, pelabuhan, bandara), akselerasi
pengembangan trasnportasi masal dan kendaraan pribadi berbahan gas, akselerasi
penggunaan listrik untuk transportasi, pengembangan sistem angkutan umum masal,
membangun sistem tol laut dan membangun freen sea-sport (Kementerian Perhubungan dan
Perpres Nomor 22 Tahun 2017 Tentang RUEN).

Pengendalian pencemaran udara akibat aktivitas pertanian dapat dilakukan dengan


cara menyimpan, membuang dan memusnahkan limbah pestisida. Penyimpanan pestisida
perlu dilakukan di tempat yang aman dari jangkauan anak-anak, tidak dalam satu ruangan
dengan makanan dan selalu mencuci peralatan yang telah digunakan, sisa-sisa pestisida yang
sudah tidak digunakan harus dibuang ditempat yang aman dari aliran air dan pemusnahan
wadah-wadah pestisida haruslah jauh dari permukiman agar terhindar dari terhirupnya asap
yang timbul dari pembakaran (Andriyani, 2006).

Pengendalian pencemaran akibat pembakaran sampah rumah tangga dapat dilakukan


dengan cara daur ulang, bahan-bahan buangan padat dapat dikumpulkan dan dijual ke tukang
loak, hal ini dapat meningkatkan nilai ekonomis dari yang semula hanya dibakar dapat
dijadikan uang masuk. Selain itu pembakaran sampah secara tertutup dapat dilakukan untuk
menghindari emisi gas ke udara. Pengomposan juga menjadi alternatif yang paling bagus
karena dapat mengurangi penumpukan sampah dan dapat dijadikan sebagai pupuk organik.
(Pembakaran sampah secara tertutup tanpa menimbulkan asap dan pengomposan
sampah rumah tangga).

Pengendalian pencemaran air secara garis besar dapat dilakukan melalui taiga cara
yaitu; cara admistratif, teknologi, dan edukasi (Tangahu, 2019)

1. Melalui cara administratif


- Penerapan standar kualitas air sungai yang diatur di dalam PP No 82-2021 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
- Pemantauan baku mutu kuallitas air limbah industri (Permen LH No 5-2014
tentang baku mutu air limbah dan Permenlhk No 68- 2016 tentang baku mutu air
limbah domestik.
- Pemantauan dan pelaporan lingkungan
2. Secara teknologi
- Penyediaan dan pengoprasian instalasi pengelolahan air limbah (IPAL)
- Penerapan produksi bersih
3. Secara edukatif
- Sosialisasi kepada masyrakat akan pentinganya lingkungan dan bahaya
pencemaran lingkungan
- Sosialisasi di pendidikan formal dan non formal

Dengan adanya langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjadi rem dari pesatnya
pencemaran air.

Pencemaran tanah juga perlu dilakukan pengendalian. Langkah-langkah yang dapat


dilakukan dalam proses pengendalian pencemaran tanah dapat dilakukan dengan penggunaan
teknik pertanian yang benar, penggunaan pupuk kimia tidak secara berlebihan dan
mengalihkan pada pupukmorganik, pemeliharaan pembuangan limbah yang benar,
melakukan reboisasi, dan bioremidiasi (Rizki, 2020)
BAB IV. DAFTAR PUSTAKA

.http://lelyria.lecture.ub.ac.id/files/2015/09/P3.-Pencemaran-udara.pdf

Adriyani R. 2006. Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat Penggunaan


Pestisida. Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3 (1); 95-106

Bestar, N. 2012. Studi dan Kuantifikasi Emisi Pencemar Udara Akibat Pembakaran Sampah
Rumah Tangga Secara Terbuka di Kota Depok. Jawa Barat. Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi


Senyawa Logam. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.

Harjdjowigeno, Sarwono, 2003, Ilmu Tanah, Akademika Pressindo, Jakarta.

Haryani, K. D. dan Konsukartha, I. G. M. 2007. Pencemaran air tanha akibat pembuangan


limbah domestik di lingkungan kumuh. Bali. Jurnal Permukiman Natah. 5 (2): 62-108.

https://www.gaikindo.or.id/wp-content/uploads/2021/11/03.-DEN_20211118-bahan-SWY-
untuk-acara-Gaikindo-final.pdf

Irianto, K. I. 2015. Buku Bahan Ajar Pencemaran Lingkungan. Bali. Universitas Warmadewa

Ismiyati, I., Marlita, D., & Saidah, D. 2014. Pencemaran udara akibat emisi gas buang
kendaraan bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 1(3), 241-248.

Muslimah. 2015. Dampak Pencemaran Tanah dan Langkah Pencegahan. Aceh.


AGRISAMUDRA. Jurnal Penelitian. 2 (1); 11-20

Nababan, M. 2019. Analisis Pencemaran Udara Gas Buang Cerobong Asap pada Industri di
Kota Medan dengan Menggunakan Analisis Cluster. Universitas Sumatera Utara

Notodarmojo. 2005. Kesehatan Lingkungan, Edisi Revisi. Penerbit Graha Ilmu.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010. Tentang Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara Di Daerah
Ramadhan N, I. 2018. Pengaturan Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan di Indonesia Studi
Pencemaran Tanah di Brebes. Jawa Barat.

Ratnani R, D. 2008. Teknik Pengendalian Pencemaran Udara yang Diakibatkan Oleh


Partikel. Semarang. Momentum, 4 (2); 27-32

Rizki. 2020. Pencemaran Tanah. https://pastiguna.com/pencemaran-tanah/

Rukaesih, A. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi.

Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan Cetakan Pertama. Bandung. Karya Putra Darwati

Tangahu B, V. 2019. Pengendalian Pencemaran Air. Sidoarjo. Departemen Teknik


Lingkungan ITS

Undang-Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009. Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Wardhana, A.W. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. ANDI

Anda mungkin juga menyukai