Anda di halaman 1dari 2

PETERNAKAN RAKYAT DI KAWASAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DESA

CIREBON BARU
Desa Cirebon Baru berada di Kecamatan Seberang Musi Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Luas Wilayah desa Cirebon Baru ± 85 Ha dengan kawasan permukiman
± 21,25 Ha dan sisanya adalah kawasan perkebunan/pertanian dengan topograhpi perbukitan.
Umumnya masyarakat Desa Cirebon Baru memiliki pekerjaan utama sebagai petani kopi dan
lada. Sebagian petani memiliki pekerjaan sampingan sebagai peternak kambing atau sapi.
Jumlah petani yang memiliki ternak kambing adalah sebanyak 16 orang dan peternak sapi 1
orang. Ternak yang dimiliki masyarakat masih masuk dalam skala ternak rakyat dengan
populasi kambing tidak lebih dari 15 ekor/orang dan ternak sapi tidak lebih dari 6 ekor.
Petani yang memiliki ternak pada dasarnya tidak memiliki lahan khusus untuk
mengembangan ternaknya, sehingga lokasi yang digunakan adalah perkarangan rumah
masing-masing yang berbatasan dengan rumah-rumah penduduk lainya. Adanya ternak
kambing dan sapi di kawasan permukiman menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan
seperti polusi udara (bau) dan kebisingan, sehingga perlu adanya penanganan lebih lanjut
agar tidak timbul konfilk dengan tetangga. Penanganan yang harus dilakukkan meliputi
sistem manajemen pemeliharaan ternak dan sistem pengelolaan limbah ternak.
Manajemen pemeliharaan menentukan kualitas dari ternak dan limbah yang
dihasilkan. Pola pemberian pakan dan sanitasi kandang menjadi penting karena akan
berdampak pada lingkungan. Pemberian pakan yang mudah dicerna oleh ternak dan sesuai
dengan kebutuhan dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, hal ini dapat
mengurangi terjadinya penumpukan limbah peternakan. Selain pola pemberian pakan sanitasi
kandang juga perlu diperhatikan dalam bertenak, apabila kandang jarang dibersihkan dapat
menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit yang dapat mempengaruhi lingkungan
sekitar kandang.
Pengelolaan limbah ternak penting dilakaukan agar dapat menekan pengaruh terhadap
lingkungan. Sebagaimana kita ketahui bahwa limbah peternakan khususnya ternak
ruminansia, menyumbang 12%-14% gas metana (CH4) di atmosfer (Chadwick et al. 2011),
gas metana merupakan gas yang 21 kali lebih berbahaya dibandingkan dengan gas CO 2
(pelepasan 1 ton gas metana setara dengan 21 ton gas CO 2) (DITJENEBTKE, 2016).
Pelepasan gas metana ke atmosfer dapat ditekan dengan pengelolaan limbah ternak menjadi
kompos dan biogas. Pengelolaan limbah peternakan yang tepat selain dapat mengurangi
dampak terhadap lingkungan juga dapat meningkatkkan nilai ekonomis bagi masyarakat.
Dari beberapa peternak di desa Cirebon Baru, hanya peternak sapi saja yang melakukan
pengolahan limbah untuk dijadikan biogas sedangkan peternak yang lain belum melakukkan
pengelolaan lebih lanjut terhadap limbah yang ada.
Pengetahuan dan kesadaran peternak terhadap pentingnya pengelolaan limbah
peternakan masih minim sehingga perlu adanya peran pemerintah (dinas pertanian, dinas
lingkungan hidup dan pemerintah desa) dalam upaya pengurangan emisi gas metana dari
limbah peternakan. Peran peternak menjadi faktor penting dalam pengelolaan limbah,
kesadaran dan keinginan peternak akan mendorong dirinya sendiri untuk melakukan
pengelolaan limbah secara mandiri tanpa perlu adanya dukungan dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai