Anda di halaman 1dari 5

Aksi Untuk Pelestarian Lingkungan Negeriku

Limbah membawa berkah

Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya


permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup
tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia.
Sebagai contoh di Desa Junrejo Kota Batu ini merupakan sebuah desa yang sebagian besar
penduduknya adalah terdiri dari peternak seperti peternak sapi perah. Dari keseluruhan
masyarakat di sana sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah peternak sapi perah.

Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan


limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Tak lain tak bukan adalah limbah kotoran dari
sapi tersebut. Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka pemgembangan usaha
peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya
kearah itu adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai
tambah bagi usaha masyarakat tersebut

Sehingga tidak menutup kemungkinan besar resiko pencemaran lingkungan akan


terjadi jika masyarakat peternak setempat tidak bisa memanfaatkan dan mengolah limbah yang
di hasilkan hewan ternak sehingga bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi
pendapatan ekonomi mereka. Sebagaimana yang biasa terjadi juga kebanyakan masyarakat
yang berada di pedesaan semuanya menyatu dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya
dengan pertanian secara luas kerena memang itulah keahlian mereka yang dapat digunakan
untuk mempertahankan kehidupannya.

Salah satu peternakan sapi perah di Desa Junrero


Teknologi Biogas

Untuk memanfaatkan kondisi seperti ini masyarakat telah memanfaatkan salah satu
teknologi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan desa yang tentunya sangat positif dan ramah
lingkungan. Yaitu teknologi biogas. Bahan bakar yang satu ini mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari fosil. Sifatnya yang
ramah lingkungan merupakan keunggulan dari biogas. Kondisi ini merupakan suatu langkah
untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global yang diisukan berasal bari bahan bakar fosil.

Di Desa Junrejo Kota Batu saya langsung bertemu dengan Bapak Purwanto yang
bekerja sebagai peternak sapi perah dan sapi potong. Saya melihat bagaimana alur pemanfaatan
limbah kotoran sapi beliau hingga menjadi gas yang dipakai beberapa rumah untuk memasak.
“Limbah menjadi berkah”, tuturnya. Teknologi pengolahan biogas hanya dengan peralatan
yang sangat sederhana, murah dan mudah diperoleh.

Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme yang tersedia di alam untuk merombak


dan mengolah berbagai limbah organik yang ditempatkan pada ruang kedap udara (anaerob).
Dengan demikian masyarakat sekitar mampu menghasilkan biogas memanfaatkan kotoran
ternak sapi sebagai bahan bakar yang dimanfaatkan untuk memasak dan penerangan ke
depannya.

Bersama Pak Purwanto di kandang sapi miliknya

Cara memanfaatkannya juga terbilang mudah. Biaya yang dikeluarkan untuk


mengubah kotoran menjadi energi atau bahan bakar relatif terjangkau. Hasil yang dirasakan
bisa menghemat pengeluaran keluarga. Itu dibandingkan jika menggunakan minyak atau gas
elpiji untuk memasak. Api yang dihasilkan pun sama dari gas elpiji.
Langkah – Langkah

1. Kotoran sapi dipindahkan ke tempat penampungan yang dibawahnya terdapat pipa


2. Tambahkan air kedalam tempat penampungan dengan perbandingan 1 : 1 dengan
kotoran sapi.
3. Aduk campuran tersebut sampai merata
4. Campuran tersebut dialirkan ke tabung seperti separator yang akan memisahkan gas
metan dan limbah kotoran
5. Gas metan akan mengalir ke pipa yang menuju rumah warga dan sisa kotoran akan
dialirkan ke pipa penampungan yang terbuka.
6. Aliran limbah kotoran yang sudah tidak megandung gas dimanfaatkan menjadi pupuk
organik.
7. Api dari proses teknologi biogas pun dapat dimanfaatkan.

Gambar wadah dan alat pengaduk kotoran sapi (kiri) dan Tabung pemisah gas dan
kotoran (kanan)

Pengolahan biogas hanya dengan di gester yang terbuat dari bahan fiberglass. Peralatan
itu dinilai tepat diterapkan untuk masyarakat kecil mengingat murahnya biaya instalasi serta
kemudahan dalam pengoperasian nya. Tabung biodigester tersebut berisi kotoran sapi yang
telah dicampur lumpur untuk mempercepat proses pembuatan gas metana. Dibutuhkan waktu
1 hari hingga bisa digunakan layaknya sebagai bahan bakar yang menggunakan kompor gas.

Selain dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar juga dapat
mendukung usaha tani dalam penyediaan pupuk organik, sehingga mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk kimia. Karena limbah kotoran sapi bersifat panas dan
mengandung gas yang bilamana langsung dijadikan pupuk untuk tanaman dapat membuat
tanaman mati. Dengan adanya teknologi biogas ini kotoran sapi telah menjadi tidak panas dan
gasnya telah hilang. Sehingga limbah kotoran sapi sangat baik dijadian pupuk organik untuk
tanaman.
Suasana dapur keluarga Pak Purwanto (kiri) dan Api hasil pemanfaatan biogas(kanan)

Gambar Limbah Kotoran Sapi yang sudah tidak mengandung gas

Salah satu kebijakan pemerintah kota Batu dan PT Nestle untuk mensosialisasikan
energi terbarukan ini dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai energi alternatif
(biogas). Walaupun skala biogas yang dihasilkan peternak kretif di Indonesia sekarang masih
untuk kebutuhan rumah tangga, namun ini merupakan salah satu contoh aksi untuk pelestarian
lingkungan negeri.

Seluruh masyarakat Desa Junrejo Kota Batu yang bekerja di bidang peternakan,
hendaknya bisa memanfaatkan turunan dari ternak tersebut. Kotoran ternak selain dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. Pembuatan biogas juga
dapat mendukung usaha tani dalam penyediaan pupuk organik. Jadi, penggunaan pupuk kimia
bisa dikurangi. Banyaknya populasi ternak di kelompok tani ada peluang besar untuk
pembuatan biogas sebagai sumber energi alternatif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
pemenuhan energi setiap harinya.

Kegiatan peternakan sapi dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan,


yaitu peningkatan pendapatan peternak, perluasan kesempatan kerja, peningkatan ketersediaan
pangan. Namun tanpa dilakukan pengolahan limbah yang tepat, kegiatan ini menimbulkan
permasalahan lingkungan. Usaha untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan usaha
peternakan sapi terhadap lingkungan. Tergantung pada beberapa faktor seperti kebijakan
pemerintah, ketersediaan teknologi pengolahan limbah, sosialisasi dan penyuluhan yang baik
dan kesadaran dari peternak yang sangat utama untuk mewujudkan energi terbarukan tersebut.

Dengan adanya biogas ini memberikan dampak positif pada peternakan sapi dari aspek
ekonomi dan kebersihan lingkungan seperti bahan bakar gas, pupuk organik padat dan cair
dengan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman cukup tersedia. Selain itu, teknologi
biogas memiliki keunggulan sangat praktis, bahan baku lokal cukup tersedia dan teknologinya
mudah diaplikasikan.

Kesimpulan yang dapat saya tarik dari hasil pengamatan pemanfaatan teknologi biogas ini ,
yakni:

1. Biogas merupakan energi terbarukn dan ramah lingkungan


2. Biogas meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa Pujon terutama peternak sapi perah
3. Dengan biogas, peternakan sapi tidak menghasilkan limbah lingkungan karena semua
hasil dari peternakan sapi dapat dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai