Untuk memanfaatkan kondisi seperti ini masyarakat telah memanfaatkan salah satu
teknologi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan desa yang tentunya sangat positif dan ramah
lingkungan. Yaitu teknologi biogas. Bahan bakar yang satu ini mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berasal dari fosil. Sifatnya yang
ramah lingkungan merupakan keunggulan dari biogas. Kondisi ini merupakan suatu langkah
untuk meminimalisir terjadinya pemanasan global yang diisukan berasal bari bahan bakar fosil.
Di Desa Junrejo Kota Batu saya langsung bertemu dengan Bapak Purwanto yang
bekerja sebagai peternak sapi perah dan sapi potong. Saya melihat bagaimana alur pemanfaatan
limbah kotoran sapi beliau hingga menjadi gas yang dipakai beberapa rumah untuk memasak.
“Limbah menjadi berkah”, tuturnya. Teknologi pengolahan biogas hanya dengan peralatan
yang sangat sederhana, murah dan mudah diperoleh.
Gambar wadah dan alat pengaduk kotoran sapi (kiri) dan Tabung pemisah gas dan
kotoran (kanan)
Pengolahan biogas hanya dengan di gester yang terbuat dari bahan fiberglass. Peralatan
itu dinilai tepat diterapkan untuk masyarakat kecil mengingat murahnya biaya instalasi serta
kemudahan dalam pengoperasian nya. Tabung biodigester tersebut berisi kotoran sapi yang
telah dicampur lumpur untuk mempercepat proses pembuatan gas metana. Dibutuhkan waktu
1 hari hingga bisa digunakan layaknya sebagai bahan bakar yang menggunakan kompor gas.
Selain dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar juga dapat
mendukung usaha tani dalam penyediaan pupuk organik, sehingga mengurangi
ketergantungan terhadap pupuk kimia. Karena limbah kotoran sapi bersifat panas dan
mengandung gas yang bilamana langsung dijadikan pupuk untuk tanaman dapat membuat
tanaman mati. Dengan adanya teknologi biogas ini kotoran sapi telah menjadi tidak panas dan
gasnya telah hilang. Sehingga limbah kotoran sapi sangat baik dijadian pupuk organik untuk
tanaman.
Suasana dapur keluarga Pak Purwanto (kiri) dan Api hasil pemanfaatan biogas(kanan)
Salah satu kebijakan pemerintah kota Batu dan PT Nestle untuk mensosialisasikan
energi terbarukan ini dengan pemanfaatan limbah kotoran ternak sapi sebagai energi alternatif
(biogas). Walaupun skala biogas yang dihasilkan peternak kretif di Indonesia sekarang masih
untuk kebutuhan rumah tangga, namun ini merupakan salah satu contoh aksi untuk pelestarian
lingkungan negeri.
Seluruh masyarakat Desa Junrejo Kota Batu yang bekerja di bidang peternakan,
hendaknya bisa memanfaatkan turunan dari ternak tersebut. Kotoran ternak selain dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar minyak. Pembuatan biogas juga
dapat mendukung usaha tani dalam penyediaan pupuk organik. Jadi, penggunaan pupuk kimia
bisa dikurangi. Banyaknya populasi ternak di kelompok tani ada peluang besar untuk
pembuatan biogas sebagai sumber energi alternatif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk
pemenuhan energi setiap harinya.
Dengan adanya biogas ini memberikan dampak positif pada peternakan sapi dari aspek
ekonomi dan kebersihan lingkungan seperti bahan bakar gas, pupuk organik padat dan cair
dengan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman cukup tersedia. Selain itu, teknologi
biogas memiliki keunggulan sangat praktis, bahan baku lokal cukup tersedia dan teknologinya
mudah diaplikasikan.
Kesimpulan yang dapat saya tarik dari hasil pengamatan pemanfaatan teknologi biogas ini ,
yakni: