Prof. Dr. Ir. Soeprijanto, MSc., Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA,
Prof. Dr. Ir. Danawati Hari P., Dr. Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng.,
Dr. Ir. Lily Pudjiastuti, MT., Ir. Budi Setiawan, MT., Warlinda Eka T, S.Si, MT.,
Achmad Ferdiansyah, ST, MT., Nurlaili H., ST, MT., Ir. Arino Anzip, MEngSc.
Abstrak – Di desa Jumput Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur,
kebanyakan masyarakatnya hidup bertani dan berternak sapi. Terutama pada masyarakat yang
berternak sapi, mereka mempunyai kendala dalam pembuangan limbah kotoran sapi, karena
banyak limbah yang dihasilkan, sehingga kebanyakan mereka membuang limbah ke sembarang
tempat dan belum dimanfaatkan secara optimal. Limbah banyak dibuang ke sungai, sehingga pada
musim hujan akan menimbulkan banjir karena terjadi penumpukan padatan dan juga akan
mencemari air sungai yang menjadi tidak baik pada kesehatan manusia dan hewan. Untuk
mengatasi buangan limbah kotoran sapi tersebut, maka limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi terbarukan, salah satunya adalah biogas. Biogas yang dihasilkan nanti akan dimanfaatkan
oleh masyarakat di desa Jumput untuk keperluan masak di dapur dan untuk penerangan.
Biogas adalah merupakan salah satu bioenergi yang dihasilkan melalui proses fermentasi biomassa
dengan bantuan aktifitas mikroorganisme. Proses fermentasi dalam pembentukan biogas dilakukan
dalam biodigester dengan mengumpankan limbah kotoran sapi dan dicampur dengan air dengan
komposisi tertentu. Proses fermentasi umumnya memerlukan waktu cukup lama sekitar 14-21 hari
untuk menghasilkan biogas. Sebelum di implementasikan ke lapangan, kegiatan pembuataan
biogas sering dilakukan di laboratorium Pengolahan Limbah Industri, Program Studi DIII Teknik
Kimia FTI-ITS menggunakan berbagai bahan baku. Hasil luaran yang dihasilkan dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat adalah berupa alat biodigester bekerja secara semi kontinyu.
Pada tahap ini pembentukan gas metana (CH4) Proses anaerobik hanya terjadi dibawah kondisi
dari senyawa asetat, atau dari gas hidrogen dan CO2 anaerobik yang strict(yaitu tidak ada oksigen dan
oleh bakteri methanogenic (metanogen). Bakteri redox potential sangat rendah). Proses memerlukan
metanogen adalah bakteri obligate anaerob yang adaptasi biosolid yang spesifik dan terutama kondisi-
pertumbuhannya lebih lambat dari pada bakteri yang kondisi proses, yang berbeda besar dengan proses
ada pada tahap satu dan dua. Bakteri ini sangat yang dibutuhkan untuk pengolahan aerobik.
tergantung pada tahap satu dan dua untuk
menghasilkan nutrien dalam bentuk yang sesuai.
Salah satu fungsi bakteri metanogen adalah II.7. Faktor-faktor Berpengaruh dalam Anaerobik
mengurangi hidrogen seminimal mungkin di dalam Digestion
medium dengan jalan menggunakan hidrogen untuk Semua proses-proses biologi kondisi lingkungan
mereduksi CO2 menjadi produk akhir yang inert (gas optimum adalah penting untuk suksesnya operasi
yang tidak dapat bereaksi secara kimia dengan zat anaerobik digestion (Tabel 2.1). Proses metabolisme
lain) yaitu CH4. mikroba tergantung pada banyak parameter-
Proses metanogenesis terjadi pada pH optimum parameter; sehingga parameter-parameter ini harus
mendekati netral (6,8 – 7,4) dan apabila pH optimum dipertimbangkan dan dikendalikan hati-hati dalam
turun menjadi 6,4 atau lebih rendah, maka prakteknya. Selanjutnya, keperluan lingkungan dari
pembentukan gas metana dari hidrogen dan CO2 akan bakteri acidogenic berbeda dari keperluan
terhambat. methanogenic archaea. Telah diberikan bahwa semua
Bakteri pembentuk asam berperan dalam proses tahapan proses degradasi harus terjadi dalam satu
hidrolisa dan perombakan senyawa organik kompleks single reaktor biasanya methanogenic archaea yang
menjadi produk sederhana seperti CO2 dan H2 serta diperlukan secara prioritas harus dipertimbangkan.
asamasam lemak melalui dua jalur utama berikut ini: Oganisme-organisme yang memiliki waktu regenerasi
sangat lebih lama, maka pertumbuhan lebih lambat,
Substrat CO2 + H2 + asetat
dan lebih sensitive terhadap kondisi lingkungan yang
Substrat propionat + butirat + etanol ada dengan adanya bakteri lain dalam kultur
Kemudian asam propinat dan asam butirat diubah campuran.
oleh bakteri asetogenik ke bentuk asetat dengan jalan
: TABEL I
KEBUTUHAN LINGKUNGAN PROSES (DEUBLEIN AND STEINHAUSER,
CH3CH2COOH + 2 H2O CH3COOH + CO2 + 3 H2 2008)
(asam propionat) (asam asetet)
Parameter Hidrolisis/Asidogenesis Methanogenesis
CH3CH2 CH2COOH + 2 H2O CH3COOH + CO2 + 3 Suhu 25 – 350 C Mesofilik: 30-
40oC
H2 Thermofilik:
(asam butirat) (asam asetat) 50-60oC
Ph 5.2 – 6.3 6.7 – 7.5
Substrat yang diubah menjadi CO2, H2 dan asetat Rasio 10 – 45 20 - 30
C:N
secara langsung digunakan oleh bakteri acetoclastic Redox +400 SAMPAI -300 < -250Mv
untuk menbentuk metan dengan persamaan : Potential Mv
CH3COO - + H2O CH4 + HCO3 - + energi Rasio 500:15:5:3 600:15:5:3
C:N:P:S
Trace Tidak special Esensial: Ni,
Dengan”Hydrogen-utilizing methane bacteria” Elemen diperlukan Co, Mo, Se
menggunakan persamaan:
4 H2 + HCO3 - + H + CH4 + H2O + energi II.7.1. pH
Hydrogen-utilizing methane bacteria merupakan pH merupakan salah satu parameter yang perlu
bakteri obligate yang memperoleh energi dari diperhatikan dalam proses anaerobik digester. pH
oksidasi hidrogen dan sumber karbon berasal dari stabil menunjukkan adanya keseimbangan system dan
karbondioksida. Bakteri metanogenesis (acetoclastic kestabilitas digester. Penurunan pH dapat
bacteria dan Hydrogen-utilizing methane bacteria) menunjukkan adanya terakumulasi asam dan tidak
kestabilan digester. Produksi gas hanya merupakan
Daftar Pustaka
[1] APHA, AWWA and WEF (1995). Standard Methods for
Examination of Water and Wastewater. Am. Publ. Hlth. Assoc.,
Washington, D.C.
[2] Borja, R., Martin, A., Sanchesz, E., Rincon, B., dan Raposo, F.
(2005). Process Biochemistry, 40,1841-1847.
[3] Borup, M.B. dan Muchmore, D.R. (1992). Food-processing
Waste. Water Environ. Res.,64(4), 413-417.