Anda di halaman 1dari 7

Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

Potensi Pengembangan Biogas sebagai Sumber Energi di Desa Bocek,


Kabupaten Malang, Jawa Timur

Rahma Isnan Aslani1*, Pradna Nanda Ayuanggaeni2, Ramadhani Hadi Firmansyah3, Nurul
Mukminatul Jamilah,
1. Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Malang, 65114, Indonesia
2. Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Malang, 65114, Indonesia
3. Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Malang, 65114, Indonesia
4. Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang, Malang, 65114, Indonesia

*E-mail: rahma.isnan.2303226@students.um.ac.id

Abstract
Bocek Village is a village located in the Karangploso Subdistrict, Malang Regency, with great potential for the
utilization of renewable energy, specifically biogas. The majority of the village residents work as farmers and
livestock breeders, facing issues related to the sanitation of livestock and agricultural waste. Biogas emerges as the
most suitable solution to address these challenges. Apart from reducing the environmental impact of livestock waste,
the use of biogas also helps decrease the community's reliance on fossil fuels, providing an environmentally friendly
energy alternative. Biogas is a renewable energy source produced through the anaerobic fermentation process of
organic materials such as cow dung. In Bocek Village, Karangploso, the utilization of cow dung as a raw material
for biogas has become an innovative solution to harness livestock waste for generating alternative energy. The
biogas production process involves an anaerobic reactor that breaks down the organic matter in cow dung into
methane gas and carbon dioxide.
Keywords: Biogas, Energy, Cow Dung

Abstrak
Desa Bocek adalah sebuah Desa yang terletak di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang yang memiliki potensi
yang sangat bagus untuk pemanfaatan energi terbarukan biogas. Mayoritas warga desa bermata pencaharian sebagai
peternak dan petani, memiliki permasalahan terkait sanitasi limbah ternak dan limbah tani dan biogas adalah solusi
paling tepat untuk menjawab permasalahan warga desa. Selain mengurangi limbah ternak yang mempengaruhi
lingkungan sekitar, penggunaan biogas juga membantu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan
bakar fosil dan menyediakan alternatif energi yang ramah lingkungan. Biogas merupakan sumber energi terbarukan
yang dihasilkan melalui proses fermentasi anaerobik bahan organik seperti kotoran sapi. Di Desa Bocek
Karangploso, penggunaan kotoran sapi sebagai bahan baku biogas telah menjadi salah satu solusi inovatif dalam
memanfaatkan limbah ternak untuk menghasilkan energi alternatif. Proses produksi biogas ini melibatkan reaktor
anaerobik yang memecah bahan organik dalam kotoran sapi menjadi gas metana dan karbon dioksida.
Kata Kunci: Biogas, Energi, Limbah Ternak

1. Pendahuluan
Jawa Timur adalah provinsi yang menghasilkan sapi potong dan sapi perah terbanyak di
Indonesia tercatat dalam 3 tahun terakhir untuk hasil sapi potong yang dihasilkan dengan rata-
rata kg/tahun dan susu yang dihasilkan rata-rata liter/tahun. Di Kabupaten Malang, tepatnya di
Kabupaten Karangploso terdapat Desa Bocek yang memiliki potensi luar biasa sebagai penghasil
susu segar. Banyaknya ternak sapi juga berbanding lurus pada kotoran ternak yang dihasilkan.
Pada beberapa tempat, sanitasi peternakan sapi dan pengolahan kotorannya masih menjadi
masalah yang belum terpecahkan. Biogas adalah salah satu solusi yang paling tepat untuk
menjawab permasalahan ini.
Banyak negara yang sedang berkembang mengalami krisis energi yang serius di tingkat
domestik maupun industri. Sekitar 90% dari total konsumsi energi rumah tangga di negara-
negara berkembang digunakan untuk keperluan memasak. Selain itu, biaya bahan bakar
Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

memasak seperti gas petroleum cair (LPG) juga mengalami kenaikan lebih dari sepuluh kali lipat
dalam beberapa tahun terakhir. Disamping itu, permasalahan sampah dan kotoran juga masih
menjadi hal yang belum sempat terpecahkan. Untuk menjawab segala permasalahan yang
disebutkan diatas, pengelolaan sampah dan kotoran sebagai sumber daya biogas dapat menjawab
segala permasalahan diatas (Rajendran, 2013).1
Desa Bocek merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Malang Jawa Timur.
Desa ini terletak di ketinggian sekitar 715 m di atas permukaan air laut. Karena terletak didataran
tinggi desa ini memiliki suasana dingin dengan kesuburan tanahnya yang terletak di lereng
Gunung Arjuna. Hal tersebut yang membuat sebagian besar masyarakat desa ini bermata
pencaharian sebagai petani dan peternak (Bocek, 2020).2
Di Desa Bocek, pengolahan limbah kotoran sapi masih belum maksimal. Banyaknya jumlah
sapi tentu saja sebanding dengan banyaknya jumlah kotoran yang di peroleh. Ditambah sebagian
besar peternak sapi di Desa Bocek adalah peternak sapi perah, yang mana kotoran sapi perah
umumnya sulit diolah menjadi pupuk kandang sebab bertekstur basah sehingga melalui proses
penjemuran yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Warga desa biasa membiarkan
kotoran sapi menumpuk atau membakarnya. Sedangkan konsekuensi dari pemeliharaan hewan
ternak adalah problem higienis, masalah ini ada tiga macam yaitu produksi gas noxious,
kontaminasi tanah karena kandungan kotoran ternak secara berlebihan, dan polusi air. Dalam
kotoran sapi, terdapat mikroorganisme yang ikut terbuang dikarenakan berbahaya bagi tubuh
(patogen), biasanya melalui urine dan feses. Dalam banyak kasus, mikroorganisme seperti itu
tidak dapat dipunahkan, maka tidak mentup kemungkinan sejumlah patogen terbuang melalui
aliran air di sekitar kandang dan menyebar ke lingkungan luar melalui sungai. Adapun
mikroorganisme pencemar yang sering dijumpai adalah Salmonella sp. Yang dapat berkembang
biak 100 ribu kali di dalam air sungai yang mengandung 100 mg bahan organik (Saputro, D. D
et. Al, 2014)3.
Untuk menjawab keresahan pengelolaan kotoran ternak yang kurang optimal, salaha satu
sousi paling tepat adalah mengalihkannya dengan Biogas yang nanti gas tersebut dapat
mengganti penggunaan gas LPG skala rumah tangga di rumah-rumah dengan mengalirkannya
dengan pipa-pipa. Biogas terdiri dari metana, karbon dioksida, hidrogen, dan jejak hidrogen
sulfida yang dihasilkan melalui pencernaan anaerobik bahan organik yang dapat terurai seperti
lumpur tinja, sampah dapur, kotoran hewan, dll. Komposisi utama biogas terdiri dari metana dan
karbon dioksida. Dari dua gas ini, metana menjadi gas yang paling utama untuk pembakaran.
(Godwin, 2022).4

2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dengan pendekatan PRA dan studi
kasus. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Penentuan lokasi dan desa
sampel adalah secara purposive sampling, yang memiliki populasi sapi perah terbanyak. Desa
Bocek pada Kabupaten Malang, Kecamatan Karangploso memiliki kelompok petani yang telah
memiliki potensi biogas bersumber dari kotoran sapi. Aalisis data menggunakan analisis
deskriptif.
Kondisi masyarakat di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang saat ini
hanya bisa memanfaatkan limbah kotoran sapi sebagai pupuk organik saja, namun kami melihat
potensi yang besar untuk menjadikan limbah kotoran sapi ini sebagai biogas, selain lebih efisien
memanfaatkan limbah ini, kotoran sapi termasuk juga sebagai bahan baku yang baik untuk
biogas. Yang mana biogas sendiri adalah salh satu energi terbarukan yang bersih dan terjangkau.

1
Energy Conversion and Management; Experimental and Economical Evaluation of a Novel Biogas Digester.
Volume. 74. 2013.
2
Bocek. (2020). Kondisi Desa Bocek. http://bocek.sideka.id/profil-desa/
3
Saputro, D. S., Wijaya B. R., Wijayanti, Y. (2014) Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi Untuk Meningkatkan
Kapasitas Produksi Pada Kelompok Ternak Patra Sutera. Rekayasa, 12(2)
4
Comparative study of biogas production with cow dung and kitchen waste in Fiber-Reinforced Plastic (FRP)
biodigesters. 2022

2
Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

Pengelolaan limbah kotoran sapi untuk biogas secara signifikan dapat mengurangi dampak
pencemaran lingkungan.
Berdasarkan tingkat populasi sapi potong dan perah di Kecamatan Karangploso, Kabupaten
Malang pada tahun 2016 sampai tahun 2019, diperoleh rata- rata populasi sapi perah sebanyak
2206 ekor sapi dan sapi potong sebanyak 3288 ekor sapi, kemudian perkiraan seekor sapi
menghasilkan kotoran sebanyak 29,5 kg per hari. Jika diambil rata- rata seluruh sapi di Desa
Bocek, Kabupaten Malang, maka produksi limbah kotoran sapi sebanyak 81,036 ton per harinya.
Kami ingin memanfaatkan limbah kotoran sapi khususnya di Desa Bocek, Kecamatan
Karangploso untuk meminimalisir limbah yang berkelanjutan dengan menjadikannya biogas.
Dengan ukuran rata- rata peternakan yang kecil, produksi biogas dapat menjadi solusi terutama
untuk memenuhi kebutuhan memasak ataupun menghasilkan listrik, lahan yang terbatas tidak
menjadi penghalang, karena sistem biogas dapat ditempatkan dilahan yang terbatas dengan
membuat sistem biogas berskala kecil.
Jenis kotoran sapi yang digunakan sebagai bahan baku produksi biogas adalah kotoran sapi
perah dikarenakan kondisi kotorannya yang basah cocok untuk dijadikan bahan baku biogas,
kondisi iklim juga berpengaruh karena akan berdampak signifikan terhadap kotoran sapi, seperti
suhu dan curah hujan, dianggap menjadi faktor utama yang mempengaruhi kualitas limbah sapi,
jadi kondisi iklim menjadi peran penting dalam menentukan hasil produksi biogas, untuk
memastikan mikroorganisme dalam sistem biogas beropersi dengan optimal yang akan
mendukung proses fermentasi dan produksi biogas dengan cara memastikan suhu dan tingkat
keasaman dalam digester selalu optimal,dan mengavaluasi sajauh mana proses fermantasi limbah
kotoran sapi yang menghasilkan biogas sebagai sumber energi.
Tujuan dari penelitian kami adalah untuk mengajak masyarakat agar beralih dari
pemanfaatan limbah kotoran sapi dari pupuk ke produksi biogas, kami tidak menyuruh
masyarakat untuk tidak memproduksi pupuk, akan tetapi dari hasil survei kami masyarakat
setempat yang memiliki peternakan sapi perah, kotoran sapi perah kurang efektif untuk dijadikan
pupuk karena kondisi kotoran sapi yang basah.

Gambar 1. Siklus Pengolahan Limbah menjadi Biogas

3. Hasil dan Pembahasan


Penelitian potensi pengembangan biogas sebagai sumber energi di Desa Bocek, Kabupaten
Malang, Jawa Timur, menunjukkan bahwa desa ini memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan biogas sebagai sumber energi. Berdasarkan survei yang dilakukan, didapatkan
hasil sebagai berikut:
Limbah Peternakan: Desa Bocek memiliki banyak peternakan, seperti sapi, ayam, dan
kambing. Kotoran hewan yang dihasilkan oleh peternakan tersebut merupakan limbah organik
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Jumlah limbah tersebut
cukup besar, sehingga dapat menghasilkan biogas yang mencukupi untuk kebutuhan energi di
desa ini.

3
Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

Limbah Pertanian: Desa Bocek juga memiliki potensi dalam pengelolaan limbah pertanian.
Jerami, batang jagung, dan ampas kelapa adalah contoh limbah pertanian yang dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Melalui pengolahan limbah pertanian ini, masyarakat
Desa Bocek dapat memperoleh sumber energi tambahan dari biogas.
Infrastruktur dan Teknologi: Infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk
pengembangan biogas di Desa Bocek perlu ditingkatkan. Pembangunan biodigester yang efisien
dan tepat sangat penting dalam mengolah bahan organik menjadi biogas. Selain itu, diperlukan
pelatihan kepada masyarakat desa mengenai produksi dan penggunaan biogas agar mereka dapat
mengelola dan memanfaatkannya dengan baik.

Parlementer Uraian
Populasi Ternak Hewan ternak yang dipelihara sebagian besar (+90%) adalah sapi perah,
kepemilikan sapi dalam setiap keluarga rata-rata bervariasi antara 4-13
ekor dan 4-6 ekor sapi.

Manajemen Limbah/ Kotoran sapi dibuang ke lubang besar dengan lebar 1–2 m dan kedalaman
Kegunaan Limbah 2 m, yang terkadang menumpuk atau membusuk di tanah sekitarnya.
Dapat digunakan sebagai pupuk di pedesaan.

Lahan Luas kandang didesa bocek untuk peternakan sapi kurang lebih 15m².
Lahan untuk peternakan sapi yang digunakan milik mereka sendiri.

Profesi Masyarakat di Desa Bocek Mayoritas penduduknya bekerja di bidang pertanian, maka tersedia
banyak lapangan kerja. Memberikan waktu untuk pembiakan dan
pemeliharaan hewan

Cara Pengelolaan 1. Pengumpulan kotoran sapi; kotoran sapi dikumpulkan dari


peternakan atau kandang.
2. Pemisahan dan pencampuran kotoran; kotoran sapi dicampur
dengan air untuk membuat campuran homogen yang siap
diproses.
3. Reaktor Biogas: campuran kotoran sapi yang diencerkan
dimasukkan ke dalam reaktor biogas, biasanya berupa tangki
atau sistem tertutup lainnya.
4. Fermentasi anaerobik: Di dalam reaktor biogas, kotoran sapi
diurai oleh mikroorganisme dalam kondisi tanpa oksigen.
Proses ini menghasilkan biogas, terutama metana (CH4) dan
karbon dioksida (CO2).
5. Pengumpulan Biogas: Biogas yang dihasilkan dikumpulkan
melalui sistem pengumpulan gas.
6. Pemanfaatan Biogas: Biogas yang terkumpul dapat digunakan
sebagai sumber energi untuk memasak, pemanasan, atau
pembangkit listrik.
7. Pengolahan tailing: Sisa padatan atau tailing dari proses
pembuatan biogas dapat diolah lebih lanjut untuk digunakan
sebagai pupuk organik.

Tabel 1. Hasil Survey Desa Bocek

3.1 Analisis Teknis


Analisis aspek teknis meliputi ketersediaan bahan baku berupa: kotoran hewan, model
pemeliharaan, kebutuhan energi masyarakat lokal, kondisi iklim setempat, dan ketersediaan
air untuk mengencerkan bahan baku. Untuk populasi ternak sapi di Desa Bocek, Kecamatan
Karangploso, Kab. Malang. Populasi ternak sapi juga tersebar secara merata sampai ke
tingkat rumah tangga di Desa Bocek yang populasinya mencapai 5.494 ekor. Pasokan bahan
baku terjamin dengan pola memelihara hewan di lahan setiap saat dan bekerja di lahan hanya
sesekali pada musim hujan. Berdasarkan keterangan di atas, Kabupaten Malang merupakan
daerah yang mempunyai potensi besar terhadap teknologi umum pengembangan hayati
dengan memanfaatkan kotoran hewan.

4
Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

3.2 Analisis Infrastruktur


Luas wilayah Desa Bocek adalah 1.478.741 ha. Kawasan tersebut terbagi menjadi beberapa
kawasan yaitu kawasan umum, pemukiman, pertanian, dan manufaktur. hutan produksi dan lain-
lain. Luas lahan tempat umum adalah sebagai berikut. perkantoran 0,50 ha, sekolah 2520 ha dan
sarana olah raga 1,56 ha. Luas wilayah yang dihuni adalah 150.000 ha. Lahan pertanian seluas
130.991 ha. Luas wilayah pedesaan anak perusahaan adalah 12.350 ha. Luas hutan produktif
adalah 437.750 ha. Sedangkan luas pemakaman umum adalah 2,1 ha. Wilayah Desa Bocek
mempunyai ciri geologi yaitu tanah hitam yang cocok untuk lahan pertanian. Perbedaan struktur
lahan dibedakan menjadi tiga, yaitu: sangat subur 27 ha, subur 250 ha, sedang 150 ha. Desa
Bocek yang cukup luas, dengan populasi penduduk sekitar 8.357 jiwa menjadikan lahan
pertanian dan peternakan penduduk yang sangat memadai didukung oleh kondisi tanah dan iklim
setempat.
Di Desa Bocek, sebagian besar jalan utama sudah diaspal, hanya terlihat beberapa jalan saja
yang masih berupa batu dan sedang diperbaiki untuk di aspal. Kondisi ini memudahkan warga
mendapatkan minyak tanah atau elpiji. Mata air pegunungan dimanfaatkan untuk kebutuhan air
sehari-hari warga yang dialirkan ke rumah-rumah penduduk, karena wilayah tersebut tergolong
wilayah pegunungan dan pedesaan terkadang hujan, sehingga pasokan pengencer pupuk biogas
dapat terdukung.

3.3 Analisis Lingkungan


Dari perspektif makro, dampak penggunaan biogas misalnya. Mengurangi rumah kaca,
melindungi hutan karena mengurangi penggunaan kayu sebagai masakan dan berkurang di
seluruh dunia untuk memanaskan; Pada tingkat mikro yang sama, penggunaan biogas juga
efektif, misalnya. Contohnya : lingkungan sekitar kandang bersih dan bebas bakteri serta bau
yang tidak menyenangkan. Konsekuensi dari penggunaan biogas ini, seperti peningkatan
kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan pupuk kandang ternak menjadi biogas, yang pada
gilirannya menghasilkan lebih banyak udara bersih dan bebas bakteri.

Hasil yang didapatkan dari penelitian kami adalah, potensi pengembangan biogas sebagai sumber
energi di Desa Bocek, Kabupaten Malang, Jawa Timur, menunjukkan bahwa desa ini memiliki
potensi yang besar untuk mengembangkan biogas sebagai sumber energi. Berdasarkan survei yang
dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Limbah Peternakan: Desa Bocek memiliki banyak peternakan, seperti sapi, ayam, dan kambing.
Kotoran hewan yang dihasilkan oleh peternakan tersebut merupakan limbah organik yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Jumlah limbah tersebut cukup besar,
sehingga dapat menghasilkan biogas yang mencukupi untuk kebutuhan energi di desa ini.
2. Limbah Pertanian: Desa Bocek juga memiliki potensi dalam pengelolaan limbah pertanian.
Jerami, batang jagung, dan ampas kelapa adalah contoh limbah pertanian yang dapat digunakan
sebagai bahan baku untuk produksi biogas. Melalui pengolahan limbah pertanian ini, masyarakat
Desa Bocek dapat memperoleh sumber energi tambahan dari biogas.
3. Infrastruktur dan Teknologi: Infrastruktur dan teknologi yang diperlukan untuk pengembangan
biogas di Desa Bocek perlu ditingkatkan. Pembangunan biodigester yang efisien dan tepat sangat
penting dalam mengolah bahan organik menjadi biogas. Selain itu, diperlukan pelatihan kepada
masyarakat desa mengenai produksi dan penggunaan biogas agar mereka dapat mengelola dan
memanfaatkannya dengan baik.

4. Kesimpulan dan Saran


Penerapan teknologi biogas di Desa Bocek memiliki potensi besar untuk memberikan dampak
yang signifikan secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kemandirian energi, potensi penghematan
biaya energi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta penciptaan lapangan kerja baru adalah
manfaat yang dapat diperoleh melalui pengembangan biogas. Dengan dukungan yang tepat dari
pemerintah, pelatihan yang memadai, serta pemantauan yang berkelanjutan, pengembangan teknologi
biogas di Desa Bocek memiliki prospek yang cerah untuk menjadi solusi berkelanjutan dalam
mendukung kebutuhan energi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5
Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

Kemudian sebagai saran, Pemerintah daerah dan lembaga terkait perlu memberikan
pendampingan dan pelatihan kepada penduduk Desa Bocek tentang teknologi biogas, mulai dari
pengumpulan kotoran hewan, proses pembuatan biogas, hingga manfaatnya untuk lingkungan dan
ekonomi.Perlu adanya investasi dalam infrastruktur yang lebih baik untuk mendukung distribusi
biogas ke rumah-rumah penduduk. Hal ini dapat mencakup perbaikan jaringan distribusi gas, serta
pendirian instalasi biogas yang efisien.Program insentif dan subsidi dari pemerintah dapat
mendorong adopsi teknologi biogas oleh penduduk setempat. Hal ini dapat termasuk bantuan
pendanaan atau pembebasan pajak untuk instalasi biogas di rumah tangga. Penting untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi terus-menerus terhadap implementasi biogas di Desa Bocek guna
memastikan keberlanjutan, efisiensi, serta manfaat yang diperoleh baik dari segi lingkungan,
ekonomi, maupun sosial.

Ucapan Terima Kasih

Pertama-tama, tentu saja kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penelitian dan artikel ini telah rampung kami tuntaskan. Selanjutnya, terimakasih kepada teman-teman
yang berkontribusi dalam pembuatan dan penelitian artikel ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi
masyarakat di masa depan. Dalam upaya memanfaatkan kotoran sapi sebagai sumber energi
terbarukan, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peternak yang
telah berkontribusi dalam menyediakan bahan baku untuk produksi biogas. Tanpa kerjasama dan
komitmen mereka dalam menyumbangkan kotoran sapi, penciptaan energi ramah lingkungan ini tidak
akan terwujud. Terima kasih atas partisipasi dan dukungan yang telah memberikan kontribusi positif
bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

Lampiran

Gambar 2. Ternak Sapi milik Warga Desa Bocek

Daftar Rujukan
[1] Rajendran, K. Aslanzadeh, S. Johansson, F. Taherzadeh, M.J. 2013. Energy Conversion and
Management; Experimental and economical evaluation of a novel biogas digester. Volume.
74. Sweden, School of Engineering, University of Borås.
[2] Glivin, Godwin. Mariappan, V. Premalatha, M. Krishnan, Hareesh. Sekhar, Joseph. 2022.
Comparative study of biogas production with cow dung and kitchen waste in Fiber-Reinforced
Plastic (FRP) biodigesters. India,Tiruchirappali, Department of Mechanical Engineering,
National Institute of Technology.
[3] Saputro, D. S., Wijaya B. R., Wijayanti, Y. (2014) Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi
Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi Pada Kelompok Ternak Patra Sutera. Rekayasa,
12(2)
[4] Bocek. (2020). Kondisi Desa Bocek. http://bocek.sideka.id/profil-desa/

6
Aslani et al, Potensi Pengembangan Biogas

Anda mungkin juga menyukai