Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2012

DIGESTER MODEL TANDON SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF


(Digester Tank Models As An Alternative Energy Source)
Thohir Zubaidi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur
Jalan Raya Karangploso Km 4 Malang
zubaidith@yahoo.com HP. 081385710434

ABSTRAK
Dengan berkembangnya usaha peternakan disuatu daerah disamping mampu
meningkatkan perekonomian masyarakat juga akan diikuti dengan munculnya
permasalahan yaitu melimpahnya limbah kotoran hewan. Limbah kotoran selain
menimbulkan bau yang tidak sedap, juga dapat menimbulkan polusi yang dipicu oleh
menguapnya gas methan yang terkandung dalam kotoran dan hal ini akan memicu
munculnya efek rumah kaca. Walaupun limbah kotoran telah dimanfaatkan untuk pupuk
kandang, namun penguapan gas methan tak mampu diatasi. Sebagai bentuk pencegahan
agar efek rumah kaca tidak terus meningkat, telah banyak upaya dilakukan dimana salah
satunya adalah dengan pembuatan reactor biogas. Dengan proses ini selain mampu
menghasilkan gas yang diperlu dalam aktifitas rumah tangga, limbah biogas inipun
menjadi pupuk cair maupun padat siap pakai. Pembuatan biogas sangat mendukung
program pemerintah dalam penghematan bahan bakar minyak. Dalam kegiatan ini
dilakukan percobaan pembuatan biogas dengan model digester berbahan tandon air.
Digester dibuat 2 model yaitu model tidur dan model berdiri. Adapun bahan yang
digunakan untuk pembuatan reactor biogas terdiri dari : (1) tandon air dari bahan
plastic volume 1200 liter, (2) penampung gas dari bahan plastic volume 1500 liter, (3)
Kompor biogas, (4) Drum pengaduk kotoran (5) Pengaman gas, (6) pipa pralon dan
selang plastic untuk saluran gas, (7) pipa pralon untuk saluran masuk dan keluarnya
kotoran, (8) bahan baku berupa kotoran ternak. Dari hasil percobaan tersebut diketahui
bahwa terdapat perbedaan waktu mulai terbentuk gas, dimana model tidur lebih cepat
dibandingkan model berdiri. Untuk model tidur gas mulai terbentuk pada hari ke 16
sedangkan model berdiri mulai terbentuk pada hari ke 27. Dalam satu hari reactor
menghasilkan gas hingga memenuhi penampung gas yang tersedia yaitu sebesar 1,5 m3
atau setara dengan1liter minyak tanah. Volume tersebut cukup untuk memenuhi
kebutuhan memasak bagi sebuah keluarga.
Kata kunci : reaktor - biogas, digester, tandon
PENDAHULUAN
Besarnya jumlah populasi sapi di Jawa Timur menjadi andalan produksi daging
nasional, sehingga Jatim pun siap menyukseskan program pemerintah pusat yaitu
swasembada daging sapi pada tahun 2014. Hingga 2011 lalu, berdasarkan hasil
pendataan BPS diketahui bahwa 31,89 persen populasi sapi potong nasional berada di
Jawa timur yaitu sebanyak 4.727.298 ekor. Sedangkan untuk sapi perah sebanyak 49,62
persen atau 296.350 ekor (Anonim 2012).
Limbah adalah sesuatu yang tidak mungkin terpisahkan usaha peternakan dan
limbah merupakan momok yang selalu menghantui. Limbah khususnya kotoran hewan
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Juni, 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

ternak dapat menyebabkan kerusakan ekosistem yang cukup hebat. Limbah kotoran
ternak merupakan penyumbang terbesar dalam proses terjadinya Global-Warning
yang menimbulkan efek gas rumah kaca. Menurut hasil penelitian FAO pemanasan
global dibumi ini penyumbang terbesar adalah dari sector peternakan, yaitu mencapai
51 % yang dihasilkan oleh kotoran hewan ternak (Anonim, 2009), dimana limbah yang
dihasilkan dari kotoran sapi kadarnya lebih tinggi dibandingkan kotoran hewan ternak
lainnya (Jazilatul M., 2010).
Jawa Timur dengan populasi ternak sapi mencapai 5 juta ekor dimana setiap
ekor akan menghasilkan kotoran 12 30 kg, sehingga setiap hari limbah yang
diproduksi mencapai 105.000 ton. Dari limbah kotoran satu ekor sapi setiap harinya
akan mampu menghasilkan gas metana sebanyak 0,5 sampai 0,9 m3, atau jika digunakan
untuk memasak selama 2 sampai 3 jam tiap hari (Arinal, 2008; Ambar, 2009). Dengan
demikian di Jawa Timur setiap harinya akan tersedia energy gas metana sebesar
3.500.000 m3. Berdasarkan penelitian Teguh (2006) dan Nurhasanah dkk. (2007)
pemanfaatan limbah kotoran ternak untuk energy masih sangat kecil yaitu masih kurang
dari 1 %, sehingga Jawa Timur setiap harinya ikut memasok 3.465.000 m3 gas metana
ke atmosfir bumi.
Itulah sebabnya berbagai upaya dilakukan untuk meredam efek dari limbah
tersebut. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi hal tersebut antara
lain seperti pemanfatan kotoran ternak untuk pembuatan pupuk organik ataupun untuk
bahan baku pembuatan bioenergi. Namun sebagaimana yang kita lihat penerapan
dimasyarakat masih belum sebagaimana yang diharapkan. Hingga sekarang peternak
masih cenderung membiarkan atau menumpuk limbah yang ada dan bahkan ada
sebagian yang langsung membuang ke sungai. Akibatnya sangat luar biasa, pencemaran
air sungai maupun air tanah sangat tinggi dan diikuti dengan bau yang kurang sedap
tersebar kemana-mana. Kondisi tersebut akan mengakibatkan lingkungan tidak
memenuhi kelayakan kesehatan, sehingga penyakit akan terjangkit dimana-mana dan
pada akhirnya masyarakat juga yang menderita kerugian.
Sebagaimana kita ketahui masyarakat tani sangat membutuhkan sarana produksi
berupa pupuk untuk mendukung usaha taninya, dan dalam kehidupan rumah tangga
sangat membutuhkan energy untuk memasak setiap harinya. Eronisnya, disekitar
mereka tersedia sumber energy yang melimpah dan kurang dimanfaatkan. Ada beberapa
hal yang memang perlu mendapatkan perhatian dan harus menjadi focus dalam
menangani permasakah limbah ini. Sosialisasi pemanfaatan kotoran ternak untuk
pembuatan pupuk organik harus selalu menjadi program penyuluhan dan inivasi
teknologi pemanfaatan kotoran ternak untuk bioenergi harus selalu diupayakan sehingga
diperoleh teknologi yang sederhana, murah dan mudah dalam operasionalnya, dan layak
dengan kondisi masyarakat pedesaan (Anonim, 2007; Anonim, 2006)).
Kedepan diharapkan masyarakat pedesaan yang memiliki hewan ternak mampu
mengoperasikan alat bio-digester sehingga kebutuhan energy untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga terpenuhi. Selain memiliki potensi yang besar, pemanfaatan
energi biogas dengan bio-digester memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek
gas rumah kaca, mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit,
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2012

menghasilkan panas dan daya (mekanis/listrik) serta hasil samping berupa pupuk padat
dan cair. Pemanfaatan limbah dengan cara seperti ini secara ekonomi akan sangat
kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk anorganik. Disamping
itu, prinsip zero waste merupakan praktek pertanian yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Dalam pengkajian ini dilakukan percobaan bio-digester skala pedesaan
dengan memanfaatkan tandon air dari bahan plastik sebagi tabung reakor. Kegiatan ini
dilakukan di daerah Trenggalek dan Kebun Percobaan BPTP Jawa Timur di Malang
pada tahun 2009 -2010.
METODE
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode praktek langsung pembuatan biogas
(diskriptif) yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dan operasional kegiatan di
lapangan yang didukung dengan pengamatan langsung terhadap kinerja biogas hingga
berfungsi. Tahapan penelitian meliputi perencanaan, perakitan dan pemasangan,
pengujian hasil, pengamatan dan pengolahan data. Data untuk analisis adalah data
primer yang meliputi data biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan 1 (satu unit digester
biogas), waktu yang dibutuhkan untuk memasang, waktu yang dibutuhkan hingga
digester menghasilkan gas dan digester siap dipakai, kemampuan pakai digester dalam
satu hari.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu di daerah Bendungan kabupaten
trenggalek dan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
yang berada di daerah Malang. Penelitian dilakukan pada tahun 2009 untuk lokasi
daerah Bendungan dan tahun 2010 untuk lokasi Malang. Untuk daerah Trenggalek
biodigester yang digunakan tipe tabung reaktor berdiri, sedangkan di KP Malang
digunakan tipe tabung reaktor tidur.
Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan biodigester ini adalah sebagai
berikut:
Bak Reaktor terbuat dari tandon air dari bahan plastik dengan volume 1.200 liter.
Bak penampung gas terbuat dari bahan platik PE warna kebiruan dengan lebar 150
cm.
Pipa masuk dan buang dibuat dari bahan pipa PVC 3 inchi
Kompor gas satu kepala yang banyak tersedia dipasaran.
Bak pengumpan terbuat dari ember plastic volume 20 liter
Pengamanan gas hasil rekayasa berbahan pipa PVC dan tabung plastic
Saluran gas berupa pipa PVC dan selang plastik inchi 20 meter

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Juni, 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Prosedur Penelitian
Pengkajian tentang digester biogas model tandon air ini melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :
Pengumpulan referensi meliputi lokasi percobaan dan model biodigester yang akan
di pergunakan.
Persiapan sarana dan prasarana untuk pembuatan biodigester model tandon.
Pelaksanaan pembuatan biodigester model tandon
Pengamatan dan pengumpulan data selama percobaan berlangsung
Pengujian alat
Setelah alat di rakit, maka dilakukan pengujian dengan memasukan kotoran sapi
yang telah dicampur dengan air (1 : 1) ke dalam drum/tabung reaktor sampai batas yang
telah ditentukan (volume 1 meter kubik. Seluruh saluran ditutup agar proses anaerop
dapat berlangsung. Proses pembentukan gas dapat dilihat dengan terisinya tabung
penampung gas dan akan menggelembung karena tekanan gas. Setelah penampung gas
terisi penuh dilakukan pengujian fungsi yaitu digunakan untuk menyalakan komor gas
yang telah dipersiapkan. Kriteria gas yang dihasilkan baik adalah warna api biru, tidak
bau, dan tidak menghasilkan jelaga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Keragaan Instalasi Biogas
Sebagaimana kita ketahui bahwa desain dan type instalasi biogas sangat
beragam dan ini sejalan dengan upaya masyarakat dalam mendapatkan unit instalasi
biogas yang murah dan mudah untuk membuatnya. Dalam percobaan ini digunakan
digester biogas model tandon air yang sederhana dan murah sehingga diharapkan
nantinya masyarakat mudah untuk mengadopsinya. Adapun bagian utama dari instalasi
digester biogas model tandon ini secara rinci adalah sebagai berikut:
Unit Bak Pengumpan
Bak pengumpan berfungsi untuk mencampur kotoran ternak dengan air agar
pada saat masuk kedalam bak reactor material betul-betul homogen, sehingga akan
mempercepat proses terjadinya biogas. Dalam percobaan ini bak pengumpan didesaian
secara terpisah dan dibuat dari ember plastik ataupun kaleng cat ukuran besar yang
banyak tersedia dipasaran. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan proses
pencampuran dan pemasukan material (campuran kotoran dan air) kedalam bak reactor.
Agar material betu-betul halus dan tidak keikutan rumput dari sisa makanan, maka
sebelum dituangkan
kedalam
saluran pemasukan terlebih dahulu dilakukan
penyaringan. Karena sisa-sisa makanan ternak yang ikut masuk kedalam bak reactor
akan mempengaruhi proses pencernakan yang dilakukan oleh bakteri anaerop dan
apabila terkumpul dalam jumlah banyak akan menutupi atau menyumbat lobang saluran
pengeluaran limbah biogas. Karena desain bak pengumpan ini terpisah maka sifatnya
sangat mobile dan sangat praktis. Untuk efisiensi maka ukuran embar atau bak yang

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2012

digunakan disesuaikan dengan batas kemampuan orang yang akan mengisi atau
mengoperasikan alat ini secara rutin.
Unit Saluran Masuk dan Buang
Unit ini berfungsi sebagai saluran untuk memasukan kotoran ternak kedalam
unit bak reactor dan mengeluaran limbah yang telah habis terurai gas metannya.
Material yang digunakan terbuat dari bahan pipa prolon ukuran 3 inchi. Desain dibuat
sedemikian rupa dimana untuk saluran pemasukan ujung pralon yang masuk kedalam
bak reactor dipasang pada posisi tepat dibagian tengah dari tinggi bak reactor.
Sedangkan untuk saluran pembuangan didesain seperti bentuk hurup U dimana
ketinggian ujung yang ada dibagian dalam disamakan dengan batas ketinggian material
yang diinginkan ada dalam bak reactor. Kondisi demikian dimaksudkan agar proses
pemasukan material dapat lancar, sedangkan pengeluaran limbah terjadi pada lapisan
material paling atas dan dalam bak reaktorpun berada pada kondisi anaerop. Untuk
material yang telah habis terurai kandungan gas metannya akan memiliki masa jenis
lebih ringan sehingga akan menempati posisi lapaisan paling atas, sedangkan material
baru berada pada posisi lapisan paling bawah.
Unit Bak Reactor
Bak reactor atau disebut juga dengan tabung pencerna merupakan bagian dari
biodigester dimana proses reaksi kimia dan mikrobiologi secara anaerop berlangsung.
Fungsi kerja utama dari struktur ini adalah untuk memperoleh kondisi anaerop
didalamnya sehingga bak harus kedap air maupun udara. Bak reaktor dapat dibuat dari
bahan susunan batu bata yang disemen, kantong plastik atau drum air. Kontruksi dan
desain bak reactor sangat tergantung dari material yang digunakan. Dalam percobaan ini
bak reactor terbuat dari tandon air bahan plastik dengan volume 1.200 liter. Posisi bak
dibuat dua macam yaitu posisi berdiri dan tidur. Bak ditanam dalam tanah hingga
bagian dengan tujuan selain untuk memudahkan dalam pengoperasiannya, juga utnuk
menjaga keamanan dan menghindari perubahan temperature yang ekstrim dalam
ruangan bak reactor. Dibagian atas bak reaktor diusahakan diberi penutup sehingga
terlindung dari sinar panas matahari yang mana akan mempengaruhi temperature
didalamnya.
Unit Penampung Gas
Fungsi dari unit ini adalah untuk menampung gas metana (CH 4) yang dihasilkan
dari proses kimia dan mikrobiologi didalam unit bak reactor. Ada dua macam model
unit penampung gas yang berkembang yaitu menjadi satu dengan bak reactor dan
terpisah dengan bak reactor. Untuk desain yang menjadi satu ukuran bak reactor dibuat
lebih besar dibandingkan desain yang terpisah, karena selain untuk menampung
material juga untuk menampung gas yang diproduksi. Model ini biasanya bagian
dindingnya dibuat dari bahan tembok atau material yang dibuat permanen. Sedangkan
untuk model terpisah umumnya digunakan dari bahan plastik dengan maksud agar
elastis sehingga mudah untuk mengontrol ada tidaknya gas dalam unit penampung.
Dalam percobaan ini bahan yang digunakan untuk bak penampung adalah
plastik PE dengan lebar bentang 150 cm, sehingga apabila membentuk tubular,

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Juni, 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

diameternya sekitar 95cm. Sedangkan desian dibuat sedemikian rupa yaitu dengan
memberi pemberat (sabuk) dengan tujuan agar tekanan didalam tetap atau stabil.
Unit System pengaman /control gas
Unit ini mempunyai fungsi sebagai pengontrol tekanan gas yang ada dalam
penampung gas sekaligus sebagai pengaman apabila tekanan gas berlebihan. Unit ini
bekerja secara otomatis dengan memanfaatkan system katup air. Bahan yang digunakan
adalah pipa PVC dan tabung plastic yang dirangkai sedemikian rupa dan diisi dengan
air sebagai pengontrol tekanan gas dalam tabung atau saluran gas.
Unit System Saluran Gas
Unit ini berfungsi untuk menyalurkan gas metana dari bak reactor ke
penampung gas dan dari penampung ke kompor gas. Bahan yang digunakan adalah pipa
pralon dan selang plastik berukuran inchi. Untuk saluran yang tidak membutuhkan
elastisitas tinggi digunakan pipa PVC, sedangkan yang kondisi medannya
membutuhkan elastisitas tingi digunakan selang plastik. Untuk mencegah terjadinya
kebocoran gas maka setiap sambungan diikat mengunakan karet dari ban dalam.
2. Mengoperasikan Biodigester
Dalam pengkajian ini jenis digester yang digunakan adalah model continuous
feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara kontinu setiap hari.
Setelah pengerjaan biodigester selesai maka mulai dilakukan proses pengoperasian
biodigester dengan langkah langkah sebagai berikut:
Mencampur kotoran sapi dengan air dengan perbandingan 1 : 1 sampai betul-betul
halus hingga berbentuk lumpur agar mudah dalam memasukkan kedalam bak
reaktor. Proses ini dilakukan pada bak pengumpan yang terbuat dari ember plastik.
Mengalirkan atau memasukkan kotoran sapi yang telah berbentuk seperti lumpur tadi
kedalam bak reaktor melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama kran gas
dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada didalam terdesak keluar.
Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran sapi dalam jumlah yang
banyak sampai bak reaktor penuh sesuai batas yang dikehendaki.
Melakukan penambahan starter berupa pupuk urea sebanyak kg dengan tujuan
untuk mempercepat proses pembentukan gas. Setelah bak reaktor penuh, kran gas
ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
Setelah bak penampung gas penuh untuk hasil yang pertama kali, dilakukan
pengeluaran/pembuangan gas hingga habis karena yang terbentuk adalah gas CO2.
Setelah itu diharapkan yang terbentuk adalah gas metan (CH4) dan CO2 mulai
menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan menyala.
Setelah bak penampung gas penuh kembali baru unit biodigester dapat dioperasikan
untuk kebutuhan menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Sejak
hari tersebut pengisian lumpur dari kotoran sapi dilakukan setiap hari dengan volume
20-25 kg kotoran sapi murni agar sumber energi biogas yang selalu terbarukan.
Selain gas metana dari bak reaktor juga mengeluarkan limbah yaitu lumpur kotoran
sapi yang telah habis kandungan gas metannya. Limbah ini dapat ditampung pada
tempat yang didesain sedemikian rupa sehinga limbah padat dan limbah cairnya
dapat terpisah. Limbah ini dapat langsung digunakan sebagai pupuk tanaman yaitu
pupuk padat dan pupuk cair.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Juni, 2012

3. Keragaan Hasil Unit Biodigester


Dari hasil pengamatan selama pengkajian berlangsung diketahui bahwa untuk
type bak reaktor berdiri gas mulai terbentuk pada hari ke 27, sedangkan pada tipe tidur
gas mulai terbentuk pada hari ke 16. Selain itu ada perbedaan yang cukup mencolok
dari kemampuan pengisian kembali bak penampung gas, dimana pada tipe tidur setelah
gas habis terpakai akan terisi dan dapat dipakai kembali setelah 710 jam. Sedangkan
type berdiri pemakaian dapat digunakan kembali pada esuk harinya.
Dalam satu hari gas yang dihasilkan oleh biodigester type berdiri dengan volume
bak reaktor 1.200 liter ini dalam satu hari hanya mampu memenuhi bak penampung gas
kapasitas 1,5 m3 sekali, sedangkan untuk type tidur mampu menghasilkan dua kali dari
volume penampung gas yang tersedia. Untuk type tidur penggunaan kompor gas dapat
dilakukan pada pagi haroi dan sore hari, sedangkan untuk type berdiri hanya mampu
digunakan pagi atau sore hari saja dan setelah tampungan gas habis baru bisa digunakan
esok harinya lagi. Nilai ini akan setara dengan 1 liter minyak tanah dan kalau
dijumlahkan perbulannya akan setara dengan 30 liter minyak tanah. Sedangkan infestasi
yang diperlukan untuk pembuatan seperangkat biodigester sekitar 1,5 juta rupiah sudah
terhitung ongkos tenaga kerja untuk pemasangan. Nilai ini tidak jauh berbeda dengan
digester hasil penelitian sebelumnya (Arinal, 2008; Rahman, 2005; Junus, 1995).
Dengan investasi yang cukup murah diharapkan masyarakat akan tertarik untuk
menggunakan biogas. Dengan penggunaan biogas selain mampu menghemat biaya
untuk BBM, juga akan memperkecil pencemaran lingkungan dan mampu menghasilkan
pupuk organik setiap saat. Namun demikian hal tersebut kurang direspon oleh
masyarakat, karena penggunaan biogas dianggap kurang praktis dibandingkan dengan
bahan fosil yang murah dan mudah didapatkan. Ada beberapa keunggulan dari
konstruksi digester dari bahan plastik adalah sebagai berikut :
- Konstruksi sederhana dan tinggal dipasang dalam waktu singkat ( tidak sampai 1
hari)
- Biaya untuk membuat biodigester cukup murah dan sarana prasarana yang
diperlukan mudah untuk didapatkan.
- Pengawasan dan perawatan relatip lebih mudah
Sedangkan beberapa kelemahan konstruksi biodigester dari bahan plastik adalah
sebagai berikut :
- Digester tidak boleh terkena langsung sinar matahari.
- Letak tempat penampung gas (gasholder) di perlukan tempat khusus seperti di atas
langit-langit dengan tujuan menghindari terjadinya gesekan dengan bahan keras atau
benda tajam
- Umur ekonomi biodigester agak singkat karena mudah sobek walaupun dapat
ditambal (2 - 4 tahun)
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan diketahui terdapat perbedaan waktu yang cukup mencolok
dilihat dari mulai terbentuk gas, dimana model tidur lebih cepat dibandingkan model
berdiri, yaitu hari ke 16 untuk tipe tidur dan hari ke 27 untuk tipe berdiri.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Juni, 2012

Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi


Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Dalam satu hari reactor mampu menghasilkan gas hingga memenuhi penampung gas
yang tersedia yaitu sebesar 1,5 s/d 3 m3 atau setara dengan1liter minyak tanah.
Untuk pengisian kembali gas pada bak penampung tipe tidur dibutuhkan waktu
antara 7 10 jam, sedangkan tipe berdiri baru keesok harinya penuh kembali
Infestasi yang diperlukan untuk pembuatan seperangkat biodigester sekitar 1,5 juta
rupiah sudah terhitung ongkos tenaga kerja untuk pemasangan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Wariyanto, 2012. Potensi Gas Bio. Kumpulan Artikel Energi Bio Gas, SIP-80
Sumber:suaramerdeka. Diunduh pada tangal 17 Juni 2012
Ana Nurhasanah, Teguh W. W., Ahmad A., dan Elita Rahmarestia, 2006.
PERKEMBANGAN DIGESTER BIOGAS DI INDONESIA (Studi Kasus di
Jawa Barat dan Jawa Tengah). Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian
Anonimous, 2012. Jatim Siap Sukseskan Swasembada Daging Sapi. Dinas Komunikasi
dan informatika Prov Jatim. www://Jatimprov.go.id
Anonimous, 2009. Pemanfaatan Limbah dan Kotoran Ternak menjadi Energi Biogas. Seri
Bioenergi Perdesaan. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian. 2009Departemen Pertanian
Anonimous, 2007. Infrastruktur Pembangkit Biogas PART 1. Article taken from
Manglayang.blogsome.com. diunduh pada tanggal 16 Mei 2012
Anonimous, 2006, Biogas Skala Rumah Tangga melalui Program Bio Energi Perdesaan
(BEP), Ditjen PPHP-DEPTAN, 2006Jakarta.
Ambar Pertiwiningrum, 2009. Penelitian Biogas. Laporan Perkembangan Penelitian
Biogas.
Arinal Hamni, 2008. Rancang Bangun dan Analisa Tekno Ekonomi Alat Biogas dari
Kotoran Ternak Skala Rumah Tanga. Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian
Kepada Masyarakat. Universitas Negeri Lampung 8
Jazilatul Munawaroh, 2010. Perancangan dan Pembuatan Miniatur Penghasil Biogas.
(sebagai Media Pembelajaran). Skripsi Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Muhammad, Junus, 1995. Teknik Membuat dan Memanfaatkan Unit Gas Bio
Universitas Brawijaya
Rahman, B, 2005. Biogas sumber energi alternative. Kompas 8 Agustus.
http://www.fao.org/WAICENT/FAOINFO/AGRCULT/AGA/FRG/Recycle/biod
ig/manual.htm
Teguh W.W., Ana N., A.Asari, dan Astu Unadi, 2006. Pemanfaatan Energi Biogas
Untuk Mendukung Agribisnis Di Pedesaan. Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian Serpong.

Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai