Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang memanfaatkan sumberdaya
hayati untuk kesejahteraan manusia. Awal kegiatan pertanian terjadi ketika manusia mulai mengambil peranan dalam proses kegiatan tanaman dan hewan serta pengaturan dalam pemenuhan kebutuhannya. Dalam ekosistem pertanian, diketahui terdapat beberapa hama utama dan banyak hama-hama kedua atau hama sekunder. Umumnya tujuan penggunaan pestisida adalah untuk mengendalikan hama utama yang paling merusak. Peristiwa ledakan hama sekunder terjadi, apabila setelah perlakuan pestisida menghasilkan penurunan populasi hama utama, tetapi kemudian terjadi peningkatan populasi pada spesies yang sebelumnya bukan hama utama, sampai tingkat yang merusak. Ledakan ini seringkali disebabkan oleh terbunuhnya musuh alami, akibat penggunaan pestisida yang berspektrum luas. Pestisida tersebut tidak hanya membunuh hama utama yang menjadi sasaran, tetapi juga membunuh serangga berguna, yang dalam keadaan normal secara alamiah efektif mengendalikan populasi hama sekunder. Perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu panjang dan disebabkan oleh kegiatan manusia, terutama yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alihguna lahan. Pertanian konvensional menyumbang terjadinya perubahan iklim pertanian konvensional yang intensif memicu penebangan hutan untuk membuka lahan. Produksi pupuk dan pestisida kimia yang dipakai pertanian konvensional juga menghasilkan gas rumah kaca yang merupakan salah satu pemicu terjadinya perubahan iklim. Change menyebutkan bahwa dalam satu abad terakhir terjadi kenaikan rata-rata suhu dunia sebesar 0,76° C. Diprediksikan, tahun 2050 akan terjadi kenaikan sebesar 2° C. Kondisi ini menyebabkan banyak sumber air di pegunungan yang mengairi sungai-sungai mengering. Karena kondisi lingkungan menghangat, ada beberapa hama dan penyakit yang tadinya bukan ancaman serius bagi pertanian, berubah menjadi sangat merusak. Hama penyakit yang dahulu ganas bisa berkurang serangannya karena perubahan suhu. Ketiga, kekeringan berkepanjangan yang makin banyak terjadi. Selain itu juga disebabkan oleh curah hujan yang makin sedikit. Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. Atau dapat juga di artikan bahwa sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi limbah karena pasti akan komponen lainnya. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk utama beras dan produk sampingan bekatul, sekam padi, jerami dan kawul, semua produk sampingan apabila diproses lanjut masih mempunyai kegunaan dan nilai ekonomis yang layak kelola. Pakan ternak ini berupa pakan hijauan dari tanaman pagar, azolla, dan eceng gondok. Pemakaian tenaga langsung lembu untuk penarik pedati, kerbau untuk meng-olah lahan pertanian sebenarnya adalah produk berbentuk fuel/energi. Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi dan masih akan menghasilkan abu maupun arang sekam yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk organic, sementara apabila energi sekam padi digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan lagi hasil sampingan berupa asap cair yang dapat digunakan untuk pengewet makanan atau campuran pestisida organik. Bio/organic fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah , yang dari sisi keekonomisan maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk buatan bahkan pada kondisi tertentu akan dihasilkan bio pestisida yang dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan yang tidak berbahaya . Pertanian terpadu sebagai sistem pertanian arti luas, yaitu optimalisasi manfaat bagi manusia dengan perpaduan manajemen pertanian, hewan ternak, perikanan/ budidaya perairan, dan sumber daya hayati lainya. Pengembangan ternak sapi pada kawasan persawahan dapat memberikan peluang besar untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada pada kawasan tersebut. Jerami padi dapat digunakan sebagai pakan sapi yang pada gilirannya sapi akan menghasilkan kotoran yang dapat diproses menjadi pupuk organik. Dalam konsep ini, hasil samping limbah pertanian berupa jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sedangkan kotoran ternak dan sisa pakan dapat didekomposisi menjadi kompos untuk penyediaan unsur hara lahan, sehingga dengan memadukan ternak sapi dengan usaha pertanian tersebut akan membawa dampak budidaya, sosial dan ekonomis yang positif. Secara ekonomis petani/peternak dapat melakukan efisiensi usaha, sehingga pendapatan semakin meningkat yang pada gilirannya akan tercipta kemandirian petani/peternak dalam berusaha yang diwujudkan dengan mengurangi seminimal mungkin ketergantungan sarana produksi dari luar . Upaya memadukan ternak sapi dengan tanaman padi akan membawa dampak budidaya, sosial dan ekonomis yang positif yaitu budidaya ternak semakin efisien dengan ketersediaan pakan yang dapat dilakukan secara kontinyu, problem sosial yang terjadi akibat limbah yang menimbulkan polusi dapat diatasi dengan membawa pengaruh yang baik dan secara ekonomis petani dapat melakukan efisiensi usaha, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi ketergantungan sarana produksi dari luar. Suatu penelitian yang dilakukan di Thailand menyebutkan bahwa hasil tanaman kentang meningkat 7 % pada pertanaman yang dikombinasikan dengan tanaman legume dibandingkan dengan tanaman monokultur kentang. Dengan mengandalkan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dan seimbang, kita akan mampu memenuhi kebutuhan hidup tanpa harus mengorbankan kondisi lingkungan