Anda di halaman 1dari 2

Sistem pertanian konvensional

Pertanian konvensional merupakan sistem pertanian yang saat ini banyak dikembangkan di seluruh
dunia pertanian yang lebih berorientasi pada industri, pengolahan, bibit hybrida, pupuk kimia dosis
tinggi, penggunaan herbisida dan insektisida.

Sistem pertanian konvensional merupakan suatu sistem pertanian yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil produksi tanaman dengan penambahan unsur eksternal seperti pupuk kimia dan
pestisida sehingga didapatkan produksi yang tinggi.Selain itu, teknologi yang digunakan pada sistem
ini telah maju dan berkembang.Namun, dampak positif yang dihasilkan berupa peningkatan produksi
tidak bertahan lama.Hal ini karena terjadi penurunan kualitas tanah da penumpukan residu dalam
tanah yang dapat meracuni tanaman sehingga system ini dianggap tidak arif lagi. Pada
perkembangannya sistem pertanian konvensional ini menerapkan panca usaha tani sebagai acuan
pengembangan program yang dilakukan (Saptana dan Ashari.2007 : 26).

Sistem pertanian konvenional menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan OPT (Organisme
Pengganggu Tanaman) yang sering menyerang tanaman. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
akan hasil pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang baik, para petani menggunakan pestisida
untuk pemeliharaan tanaman dari serangan OPT tanpa memperhatikan aspek-aspek kesehatan
lingkungan sekitar (www.petani hebat.com). Sistem pertanian konvensional yang menggunakan
bahan-bahan kimia didalam pelaksanaannya sangat berdampak buruk bagi kehidupan.Bahan-bahan
kimia yang digunakan merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan. Bahan kimia tersebut bersifat polutan sehingga dapat menyebarkan radikal bebas yang
mengakibatkan kerusakan organ tubuh, mutasi gen, dan gangguan susunan saraf pusat (Soenandar
dan Tjahjono. 2012 : 6).

Sistem pertanian terpadu

Pertanian terpadu adalah kegiatan pengelolaan sumber daya hayati yang mencakup tanaman,
hewan ternak, dan atau ikan. Keterpaduan pertanian demikian merujuk pada pengertian
keterpaduan agribisnis secara horizontal, yang dalam uraian di atas dapat dipenuhi oleh suatu sistem
LEISA. Sering kali, keterpaduan juga dipahami menurut pengertian keterpaduan secara vertikal yakni
kegiatan agribisnis yang sekaligus mencakup kegiatan budidaya pertanian (on farm) dan kegiatan
agroindustri dan perdagangan hasil pertanian (off form).

Sistem Pertanian Terpadu adalah sistem gabungan antara kegiatan pertanian, peternakan,
perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang berkaitan dengan pertanian dalam satu lahan. Tujuan dari
sistem ini adalah untuk mencukupi kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang para petani,
yaitu berupa pangan, sandang dan papan.

Terdapat lima model sistem pertanian terpadu yang dapat dibuka, yaitu:

1. Sistem pertanian terpadu berbasis tanaman.


2. Sistem pertanian terpadu berbasis ternak.
3. Sistem pertanian terpadu berbasis perikanan darat.
4. Sistem pertanian terpadu berbasis agroforestri.
5. Sistem pertanian terpadu berbasis agroindustri.

Konsep Dasar Sistem Pertanian Terpadu


Konsep sistem pertanian terpadu adalah mengombinasikan berbagai macam spesies tanaman dan
hewan (ternak, ikan) dan penerapan beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang cocok
untuk melindungi lingkungan juga membantu petani untuk meningkatkan produktivitas lahan dan
pendapatan melalui diversifikasi usaha tani. Konsep tersebut mengindikasikan bahwa sistem
pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang selaras dengan kaidah alam. Yaitu
mengupayakan suatu keseimbangan di alam dengan membangun suatu pola relasi yang saling
menguntungkan dan berkelanjutan di antara setiap komponen ekosistem pertanian yang terlibat.

Konsep terapan sistem pertanian terpadu akan menghasilkan F4, yang terdiri dari Food, Feed, Fuel
dan Fertilizer:

F1 (Food)

Sumber pangan bagi manusia (beras, jagung, kedelai, kacang-kacangan, jamur, sayuran, dll), produk
peternakan (daging, susu, telur, dll), produk budidaya ikan air tawar (lele, mujair, nila, gurami, dll.)
dan hasil perkebunan (salak, pisang, kayu manis, sirsak, dll.).

F2 (Feed)

Pakan ternak termasuk di dalamnya ruminansia (sapi, kambing, kerbau, kelinci), ternak unggas
(ayam, itik, entok, angsa, burung dara, dll), pakan ikan budidaya air tawar (ikan hias dan ikan
konsumsi). Dari budidaya tanaman padi akan dihasilkan produk utama beras dan produk sampingan
bekatul, sekam padi, jerami dan kawul, semua produk sampingan apabila diproses lanjut masih
mempunyai kegunaan dan nilai ekonomis yang layak kelola. Jerami dan malai kosong (kawul) dapat
disimpan sebagai hay (bahan pakan kering) untuk ternak ruminansia atau dibuat silage (makanan
hijau terfermentasi), sedangkan bekatul sudah tidak asing lagi sebagai bahan pencampur pakan
ternak (ruminansia, unggas dan ikan). Pakan ternak ini berupa pakan hijauan dari tanaman pagar,
azolla, dan eceng gondok.

F3 (Fuel)

Akan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk mulai energi panas (biogas) untuk kebutuhan
domestik/masak memasak, energi panas untuk industri makanan di kawasan pedesaan juga untuk
industri kecil. Hasil akhir dari biogas adalah biofertilizer berupa pupuk pupuk organik cair dan
kompos. Sekam padi dapat dikonversi menjadi energi (pembakaran langsung maupun gasifikasi) dan
masih akan menghasilkan abu maupun arang sekam yang dapat diimplementasikan sebagai pupuk
organik, sementara apabila energi sekam padi digunakan untuk gas diesel engine akan didapatkan
lagi hasil sampingan berupa asap cair (cuka kayu) yang dapat digunakan untuk pengawet makanan
atau campuran pestisida organik

F4 (Fertilizer)

Sisa produk pertanian melalui proses dekomposer maupun pirolisis akan menghasilkan pupuk
kompos (organik fertilizer) dengan berbagai kandungan unsur hara dan C-Organik yang relatif tinggi.
Bio/organic fertilizer bukan hanya sebagai penyubur tetapi juga sebagai perawat tanah (soil
conditioner), yang dari sisi keekonomian maupun karakter hasil produknya tidak kalah dengan pupuk
buatan (anorganik fertilizer) bahkan pada kondisi tertentu akan dihasilkan bio pestisida (dari asap
cair yang dihasilkan pada proses pirolisis gasifikasi) yang dimanfaatkan sebagai pengawet alami
makanan (bio preservative)

Anda mungkin juga menyukai