Anda di halaman 1dari 6

REVEUIW

DAMPAK SOSIAL KONVERSI TANAH MANGROVE DI INDONESIA

DIMENSI SEBAGAI KEBERLANJUTAN PEDESAAN

(Studi Kasus: Desa Tapak Kuda, Kecamatan Tanjung

Pura, Langkat, Provinsi Sumatra Utara)

A. Pendahuluan

Ekosistem mangrove merupakan bagian penting dari lingkungan pesisir. Salah satu
masalah di hampir semua wilayah pesisir di Indonesia adalah degradasi kawasan mangrove. Di
pesisir wilayah Kabupaten Langkat, tepatnya di Desa Tapak Kuda juga menghadapi hal yang
sama. Dalam 15 tahun terakhir, kawasan mangrove telah berkurang cukup tinggi. Salah satunya
disebabkan oleh konversi lahan bakau menjadi kolam. Keberadaan ekosistem mangrove terkait
dengan kehidupan sosio-ekonomi masyarakat yang menyebabkan menurunnya luas mangrove
dan perubahan kondisi lingkungan kehidupan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konversi mangrove lahan membawa dampak sosial pada kehidupan warga. Perubahan dalam
jenis pekerjaan adalah nelayan menurun 24%, persentase petani naik 19% dan petani ikan juga
naik 10%.Incomerelated kondisi, 24% orang merasa mantap dan memiliki penghasilan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, 43% orang merasa terkadang penghasilan tinggi
tidak cukup untuk memenuhi keluarga kebutuhan dan 33% orang merasa berpenghasilan rendah
yang membuat kebutuhan keluarga tidak terpenuhi.

Ekosistem mangrove adalah bagian penting dari pesisir lingkungan Hidup. Ekosistem
mangrove memiliki berbagai ekosistem jasa dalam tulang punggung subsistensi sekaligus
aktivitas manusia. Satu dari ekosistem, layanan di hutan mangrove sebagai penyediaan layanan
(layanan penyediaan), (Harahap, 2001). Layanan penyediaan mangrove Ekosistem adalah
keuntungan yang dapat diperoleh baik secara langsung atau secara tidak langsung oleh manusia.
Di antara jasa ekosistem lainnya, penyediaan layanan mudah dilakukan menghitung kualitas dan
kuantitas jasa ekosistem untuk penggunaan langsung oleh manusia. Di ekosistem mangrove,
memberikan layanan yang bisa Yang diperhitungkan adalah pemanfaatan hutan mangrove dan
fauna yang hidup di dalamnya atau terkait dengan ekosistem mangrove dengan memanfaatkan
makanan dan membuat ekosistem mangrove sebagai habitat (Kustiawan, 1997). Selain eksistensi
yang memiliki fungsi untuk keseimbangan ekologis lingkungan, hutan bak au juga memiliki
fungsi sosial bagi manusia ekonomi yang merupakan sumber penghidupan dan produksi berbagai
jenis kayu dan non-kayu. Fungsi ekonomi hutan bakau dengan Berkenaan dengan penggunaan
produk yang dapat dibeli dan dijual, baik kayu ditetapkan sebagai kayu bakar, bahan bakar arang,
bahan bangunan, pulp dan tanin dan non-kayu seperti obat dan ikan. Pemanfaatan hutan bakau
sebagai jasa lingkungan, seperti; tempat wisata dan laboratorium alam untuk pendidikan
(Kusmana, 2003). Keberadaan mangrove di Langkat mendapat tekanan manusia kegiatan yang
menyebabkan berbagai kerusakan. (Hasbullah, 2007).

Beberapa dari mereka faktor yang menyebabkan menurunnya luas hutan mangrove,
salah satunya adalah konversi hutan bakau menjadi berbagai kegunaan lain: seperti kolam,
daerah perumahan dan industri tidak terkendali (Dahuri, et al. 1996). Fungsi transisi dari lahan
mangrove di Tanjung Pura Desa Bubun ditemukan di 21%, 56% Desa Tapak Kuda Desa, rapuh
23%. Konversi lahan mangrove terbesar yang terletak di desa Tapak Kuda menyebabkan
kerusakan lingkungan dan harus direhabilitasi. Desa Tapak Kuda memiliki karakteristik wilayah
pesisir. Desa wilayah yang dikelilingi oleh hutan bakau, yang mencapai 62% (distrik Tanjung
Pura 2008). Keberadaan hutan bakau dianggap penduduk desa sebagai produsen hutan, tetapi
kebutuhan untuk meningkatkan pendapatan ke kehidupan awal kegiatan pembukaan lahan bakau
untuk kegiatan akuakultur, dimulai dari daerah di desa Tapak Kuda untuk udang dan kolam ikan
di tahun 1990-an adalah tahun awal aktivitas atas tanah untuk kolam yang kemudian diikuti oleh
daerah lain hingga 2006an.

Faktor ekonomi seperti ketimpangan pendapatan antara petani ikan adalah lebih tinggi
dari nelayan tradisional atau kondisi sosial sebagai pembudidaya ikan lebih dihargai daripada
nelayan tradisional, penyebab pergeseran profesi memancing menjadi petani. Tingkat konversi
lahan mangrove yang terjadi di desa Tapak Kuda adalah daerah yang lebih besar dari kebanyakan
desa lain di kabupaten Tanjung Pura. Mengubah mata pencaharian dan pendapatan dari konversi
lahan bakau di Indonesia Desa Tapak Kuda memungkinkan perubahan dalam kehidupan sosial
antara sebelum dan sesudah terjadinya konversi lahan dari transformasi mangrove tanah
mangrove karena kegiatan manusia menyebabkan perubahan dalam kondisi lingkungan di desa
Tapak Kuda berupa kerusakan ekosistem mangrove, pada disisi lain masyarakat memiliki
peluang untuk dapat mengembangkan desa melalui pembentukan kegiatan baru. Namun, tingkat
kerusakannya area mangrove karena konversi lahan memiliki dampak pada lingkungan dan
kehidupan orang-orang di masa depan. Pentingnya penelitian ini adalah dilakukan sebagai
analisis terhadap perubahan lingkungan yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat di
desa Tapak Kuda.

B. Metode

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif-kualitatif, kuantitatif pendekatan


yang digunakan untuk menghitung hasil kuesioner dan hadir dalam bentuk persentase dan
diagram, pendekatan kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil perhitungan.

Dalam mengukur sosial berdampak pada kehidupan masyarakat dalam melihat kondisi
mata pencaharian, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pola kepemilikan dan penggunaan
alam sumber daya dan pola pemanfaatan sumber daya alam.

C. Temuan dan Diskusi Penelitian

Konversi lahan bakau di desa Tapak Kuda berdampak pada kehidupan sosial masyarakat,
sedangkan dampak sosial atas fungsi lahan bakau di desa Tapak Kuda adalah:

1. Kondisi Ketenagakerjaan.

Perubahan keadaan hutan bakau di desa Tapak Kuda juga mempengaruhi kesempatan
kerja di desa Tapak Kuda, dampak ketenagakerjaan sosial dijelaskan sebagai berikut: Dampak
sosial konversi lahan mangrove di desa Tapak kuda terlihat pada pekerjaan di mana nelayan,
pengusaha, ladang petani bahwa persentase jumlah mengalami perubahan signifikan, nelayan
berpengalaman mengalami penurunan 24%, persentase lahan petani naik 19% dan persentase
tambak juga naik 10%.

2. Kondisi Tingkat Pendapatan.

Perubahan kondisi lingkungan secara langsung mempengaruhi pendapatan yang


dihasilkan berdasarkan lingkungan, nilai termasuk uang setiap tahun juga mengubah biaya
belanja kebutuhan keluarga jadi angka rupiah yang didapat antara tahun 1997 hingga 2006 dan di
atas nilai laba yang berbeda, Ekosistem mangrove dari kerusakan rata-rata Rp. 667 562 atau
33,89% pendapatan sebelum kerusakan apa pun. Hal yang sama terjadi juga di desa Tapak Kuda
yang memiliki pengaruh besar pada ekonomi kehidupan masyarakat yang terlibat dalam
eksploitasi sumber daya alam. Di Millennium Ecosystem Assessment (2005) menyatakan bahwa
keterkaitan antara kemiskinan dan degradasi lingkungan menegaskan kebutuhan akan
rekonsiliasi antara konservasi dan pembangunan.

3. Kondisi Tingkat Pendidikan.

Dampak Sosial konversi lahan mangrove membawa perubahan tingkat pendidikan negara
di masyarakat, pendapatan masyarakat meningkatkan periode di darat konversi adalah 1998
-2006 untuk kegiatan embank dan memancing, ini bisa menghasilkan penghasilan ganda untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, salah satunya adalah biaya pendidikan untuk anggota keluarga.
Berikut ini adalah ikhtisar perbandingan. kondisi pendidikan masyarakat di desa Tapak Kuda.
Hasil peningkatan persentase lulusan sekolah pada tangga lebih tinggi di masyarakat di desa
Tapak Kuda. Masyarakat persentase lulusan SD naik 7%, kelulusan SMP, 21%, dan 16% lulus
dari sekolah menengah. Meningkatnya partisipasi sekolah karena hasil laba.

4. Pola Kepemilikan dan Penggunaan Sumber Daya Alam.

Setelah kerusakan lingkungan di desa Tapak Kuda Pemerintah telah mengatur


pembatasan penggunaan sumber daya alam di Indonesia Desa Tapak Kuda, menyebabkan daerah
konversi menginginkan fungsi ekologi secara bertahap dipulihkan. Dampak sosial atas alih
fungsi lahan mangrove di Desa Tapak Kuda kemudian menggunakan SDA dalam kondisi. Pola
penggunaan diatur oleh desa pemerintah adalah manifestasi dari upaya pemerintah untuk
melaksanakan rehabilitasi kondisi sumber daya alam dalam bentuk mangrove hutan di desa
Tapak Kuda.

5. Pettern Pemanfaatan Sumber Daya Alam.

Sumber Daya Alam yang terletak di desa Tapak Kuda berhutan bakau, air lingkungan dan
lahan kosong. tetapi dalam pemanfaatan pada tahun 1998 - 2006, lebih banyak orang
menggunakan hutan bakau untuk kegiatan mata pencaharian, setelah konversi lahan bakau terjadi
dan masyarakat telah gagal dalam penggunaan lahan Dampak sosial bagi kehidupan penduduk
desa dari konversi lahan Mangrove adalah transisi dalam kegiatan lain dalam budidaya alami
sumber daya, transfer tren penggunaan lahan terlihat pada kegiatan lapangan, sedangkan
kegiatan masyarakat berusaha untuk menggerakkan kegiatan ekonomi.

D. Kesimpulan

Dampak sosial dari konversi lahan mangrove menghasilkan perubahan dalam kondisi
sosial terlihat pada:

1. Kesempatan kerja mengubah jenis pekerjaan di masyarakat

di mana persentase jumlah nelayan menurun di atas lahan sebelum dan sesudah konversi
64% dari lahan bakau menjadi 40% menurun sebesar 24%, peningkatan jumlah petani yang
ladangnya terjadi baik sebelum konversi mangrove sebesar 15% hingga 34%.

2. Tingkat pendapatan orang mengalami perubahan yaitu 24% dari

masyarakat merasa penghasilannya stabil dan cukup untuk memenuhi kebutuhan


keluarga, 44% orang-orang merasa pendapatan naik terkadang tidak cukup memenuhi kebutuhan
keluarga dan 33% orang merasa keluarga membutuhkan kondisi pendapatan yang menurun tidak
dipenuhi.

3. Tingkat pendidikan publik telah meningkatkan jumlah sekolah dasar

sebelum konversi lahan mangrove 67% setelah konversi sekolah dasar menjadi 74%,
lulus dari sekolah menengah pertama sebelum tanah konversi mangrove sebesar 19% setelah
konversi menjadi 40% dan tinggi lulusan sekolah juga mengalami peningkatan persentase
lulusan pendidikan itu sebelum konversi lahan sebesar 14% setelah konversi lahan bakau
melebar 30%. Dengan demikian dalam karena tingkat pendapatan meningkat ketika konversi
lahan di mana memikat kegiatan menjadi lebih banyak pemasukan keluarga.

4. Dalam kondisi kepemilikan dan penggunaan Sumber Daya Alam, yang mana

sebelum konversi terjadi pada tahun 1997 hingga ke sumber daya alam di Indonesia
komunitas yang bekerja mencapai 65%, sedangkan setelahnya konversi lahan mangrove yang
hanya bisa dibudidayakan oleh masyarakat 35%. Itu diberlakukan sebagai rehabilitasi
lingkungan pemerintah local bisnis yang rusak.
5. Dalam kondisi penggunaan sumber daya alam oleh masyarakat untuk berubah

fungsi di mana penggunaan lahan untuk pertanian, sebesar 30%, 20% area untuk ikan,
tambak 10% dan area konservasi 40%. Penggunaan tinggi tanah untuk kegiatan konservasi
sebagai salah satu pemerintah daerah dan upaya masyarakat untuk mengembalikan fungsi
lingkungan dan kondisi pola kehidupan masyarakat. Kegiatan rehabilitasi mangrove di desa
Tapak Kuda adalah salah satu upaya dalam meningkatkan dan menciptakan manajemen
berkelanjutan ekosistem mangrove.

Anda mungkin juga menyukai