Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR GAMBUT


“Pengaruh Kualitas Air Gambut Terhadap Hidrologi dan Kesehatan Masyarakat
di Wilayah Gambut Tanjab Timur”

DISUSUN OLEH :

WAHYU ALWI JORGI PASARIBU (M1D120007)

KELAS A

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu memerlukan air terutama untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Pemenuhan kebutuhan air bersih sudah menjadi masalah yang sangat
umum. Daerah yang bergambut atau rawa biasanya mengandung air berwarna
coklat, berkadar asam humus, zat organik, dan besi yang tinggi.untuk sumur yang
dangkal sedangkan sumur yang agak dalam air berwarna jernih dan memiliki
kandungan besi dan mangan yang tinggi.
Air gambut merupakan air permukaan hasil akumulasi sisa material
tumbuhan, biasanya pada daerah berawa atau dataran rendah yang terhambat untuk
membusuk secara sempurna oleh kondisi asam dan anaerob terutama di Sumatera
dan Kalimantan.
Tanjung Jabung Timur adalah kabupaten paling timur di provinsi Jambi,
Indonesia. Kabupaten ini hasil dari pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung. Luas
wilayahnya yakni 5.445,00 km² atau 10,86% dari luas provinsi Jambi, dengan
jumlah penduduk sebanyak 232.048 jiwa (2020) dan ibukotanya berada di Muara
Sabak.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kualitas air gambut terhadap hidrologi di wilayah gambut
Tanjab Timur?
2. Bagaimana pengaruh kualitas air gambut terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah gambut Tanjab Timur?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dari makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh kualitas air gambut terhadap
hidrologi di wilayah gambut Tanjab Timur.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh kualitas air gambut terhadap
kesehatan masyarakat di wilayah gambut Tanjab Timur.
BAB II
ISI

A. Pengaruh Kualitas Air Gambut Terhadap Hidrologi di Wilayah Gambut


Tanjab Timur
Hutan Lindung Gambut Londerang, Desa Parit Culun II, Kabupaten
Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi adalah hutan lindung yang berbatasan
dengan konsesi Hutan Tanaman Industri, PT Wirakarya Sakti. Mitra Penelitian,
dalam hal ini Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor, membangun
plot paludikultur berbagai jenis tanaman kehutanan. Kawasan di mana plot ini
berada mengalami kebakaran parah tahun 2015. Partisipasi masyarakat pada plot ini
masih terbatas, tetapi potensi plot ini untuk disinergikan dengan kawasan
konservasi HTI, dapat dikembangkan lebih lanjut pada perhutanan sosial. Sinergi
dengan HTI ini sangat penting karena kanal yang terdapat di perusahaan kehutanan
tersebut merupakan tantangan pemulihan hidrologi dalam Kesatuan Hidrologi
Gambut (KHG) Mendahara-Batanghari di mana plot paludikultur berada.
Keekonomian dari tanaman yang dicobakan pada plot dapat berasal dari tanaman
kayu untuk bahan baku perabot (furniture) dan bahan perumahan. Jenis tanaman
kehutanan yang ditanam dan persen hidup yang tinggi di HLG Londerang adalah:
Pasir-pasir, Jelutung Rawa, Balangeran, Bira-bira, Pulai, Meranti Rawa, Perupuk,
Jambu-jambu, Bintaro, dan Medang.
Pengelolaan lahan gambut berkelanjutan diupayakan dengan restorasi lahan
gambut untuk mempercepat pemulihan fungsi ekosistem rawa gambut pada satu
kesatuan hidrologis gambut dan untuk perlindungan dan pengaturan tata air
alaminya (Penelitian, 2019).
B. Pengaruh Kualitas Air Gambut Terhadap Kesehatan Masyarakat di Wilayah
Gambut Tanjab Timur
Banyaknya air gambut di daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur belum
bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat karena efeknya yang
berbahaya bagi kesehatan dan masyarakat juga belum mampu mengolah air gambut
menjadi air bersih yang layak untuk digunakan sehari-hari. Untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, masyarakat di daerah tersebut umumnya menggunakan air
tadahan hujan atau air sumur galian yang masih belum memenuhi standar air
minum yang sehat. Pada saat musim kemarau tiba, terjadi krisis air sehingga
masyarakat terpaksa membeli air minum isi ulang untuk mengatasi kekurangan air
bersih mereka.
Berdasarkan hasil analisa laboratorium terhadap kualitas kimiawi air di
Desa Sungai Tering, Tanjung Jabung Timur dapat dilihat bahw kadar Fe pada air
baku berkurang dari 2,5155 mg/l menjadi <0,08 mg/l. Kadar Mn dalam air setelah
difilter terjadi penurunan walaupun tidak terlalu signifikan, yaitu dari <0,03 mg/l
menjadi <0,02 mg/l. Kadar M yang lebih besar dari 0,5 mg/l dapat meninggalkan
noda kecokelatan pada pakaian. Efek Mn terhadap kesehatan manusia dapat
menyebabkan kerusakan pada hati. Jika dibandingkan dengan PERMENKES No.
416/MENKES/PER/IV/1990, kualitas air Desa Sungai Tering setelah difilter dapat
dikategorikan sebagai air bersih. Namun, masih memiliki tingkat keasaman yang
tinggi, yaitu sebesar 4,98.
Derajat keasaman atau pH yang kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,5
dapat menyebabkan karat pada pipa dan menyebabkan beberapa senyawa kimia
berubah menjadi racun yang membahayakan kesehatan. Derajat keasaman (pH)
yang terlalu rendah atau keadaan air yang terlalu asam dapat menyebabkan keropos
pada gigi (Zahra et al., 2017).
Air gambut dapat ditreatment menjadi air bersih dengan melihat kadar
maksimum parameter yang diperbolehkan yaitu pada Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Beberapa metode tentang pengolahan air
gambut ini telah banyak dilakukan, di antaranya dengan menggunakan protein biji
kelor sebagai koagulan, membran ultrafiltrasi dengan sistim aliran dead-end,
membran ultrafiltrasi dengan sistem aliran cross flow, dan melalui proses
elektrokoagulasi. Namun penggunaan metode-metode tersebut masih memiliki
kelemahan salah satunya adalah biaya operasi yang mahal (Wilaksono et al., 2018).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat diberikan beberapa kesimpulan, antara
lain:
1. Berbagai praktik (lokal) dalam merestorasi gambut dapat diterapkan dalam
perhutanan sosial dalam memberikan akses kepada masyarakat mengelola hutan
secara lestari, meningkatkan keekonomian perhutanan bagi masyarakat dengan
internalisasi kepentingan ekologi. Perhutanan sosial merupakan konsep yang dapat
dibangun menjadi model restorasi gambut terintegrasi dapat dilaksanakan dalam
skala KHG; dan memiliki trade-off antara nilai-nilai sosial (akses kelola dan
masalah tenurial), ekonomi (sumber pendapatan masyarakat multi lapis dalam
jangka pendek dan panjang), sehingga tersedia sumber pendapatan yang
berkelanjutan, dan meminimalkan dampak lingkungan serta menjaga kelestarian
ekosistem gambut. Sehingga, restorasi gambut akan berdampak pada reforestasi.
Kearifan lokal dengan pengelolaan lahan tetap menjaga lahan gambut basah
menunjukkan nilai manfaat bagi masyarakat yang dapat diterima secara sosial.
Menjaga lahan gambut tetap basah dapat dilaksanakan dengan berbagai model
kombinasi pertanian dan kehutanan yang telah menunjukkan hasil yang baik di
lahan gambut. Misalnya, agroforestry, agro-silvofishery, dan agro-silvopastura
sangat sesuai dengan daya dukung lahan gambut dan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi.
2. Hasil analisis kualitas air di Desa Sungai Tering Tanjung Jabung Timur setelah
difilter kandungan Fe dan Mn sebesar <0,08 mg/l dan <0,02 yang masih bisa
dikategorikan sebagai air yang baik karena tidak melebihi kadar yang ditetapkan
PERMENKES No 416/MENKES/PER/IV/1990. Namun, tingkat keasaman pada air
setelah difilter masih tinggi.
Daftar Pustaka
Penelitian, H. (2019). Jurnal Ilmu Kehutanan. 13, 227–236.
Wilaksono, A., Amri, N., Davidson, K. N., & Rimawan, B. (2018). Adsorpsi Air
Gambut Menggunakan Karbon Aktif Dari Buah Bintaro. 2(2), 11–20.
Zahra, F., Fitriah, A. A., Basuki, F. R., Studi, P., Fisika, P., Jambi, U., Tering, S.,
Panjang, K. N., Tering, D. S., Nipah, K., Tanjung, K., & Timur, J. (2017).
Rancang Bangun Filter …. Fatimah Zahra , dkk hal : Rancang Bangun Filter ….
Fatimah Zahra , dkk hal : 02(02), 12–17.

Anda mungkin juga menyukai