Anda di halaman 1dari 6

DPSIR keanekaragaman hayati (Studi Kasus di pulau Gili Labak (Terumbu karang))

Driver

 Meningkatnya jumlah wisatawan.

 Meningkatnya jumlah populasi.

Pressure

 Peningkatan lalu lintas kapal.

 Peningkatan pencemaran

 Penigkatan aktivitas wisata

 Peningkatan alih fungsi lahan

State

 Rusaknya terumbu karang

 Meningkatnya limbah sampah

 Berkurangnya ruang terbuka

 Menurunnya estetika pulau

Impact

 Hilangnya biodiversitas terumbu karang

 Menurunnya fungsi habibat dan sumberdaya pulau

 Konflik ruang dan sosial


Response

 Kegiatan bersih pantai.

 Pembuatan terumbu karang buatan

 Pembangunan fasilitas dan sara prasarana penunjang wisata (toilet umum, tempat

sampah, dan papan himbauan)

 Pembuatan system zonasi rinci

 Rehabilitasi terumbbu karang

 Penerapan konsep ekowisata.

DPSIR Hutan (Studi Kasus ekosistem mangrove di Sorong)

Driver
 Sangat cepatnya pembangunan di ssektor ekonomi

 Pengalih fungsian hutan mangrove menjadi daerah pengeboran minyak

 Penembahan jumlah penduduk yang sangat pesat

Pressure

 Ekosistem mangrove tidak seimbang dengan kemampuan mangrove untuk melakukan

regenerasi.

 Peningkatan jumlah penduduk dan Pendidikan yang rendah (pada kelompok

masyarakat tertentu).

 Tidak adanya alternatif pekerjaan yang mengakibatkan ketergantungan yang tinggi

terhadap ekosistem mangrove.

 Aktivitas penebangan hutan untuk direklamasi.

State

 Penurunan jumlah kayu mangrove.

 Adanya degradasi pada ekosistem hutan mangrove.

 Lahan mangrove yang rusak

 Susahnya ditemukan hewan-hewan ang ada di hutan mangrove.

 Pengalih fungsian Kawasan hutan mangrove, dari aspek biologis dan fisik dari hutan

mangrove.
Impact

 Degradasi kasawan hutan.

 Kencangnya angin yang berhembus dari laut ke darat langsung mengena pada

pemukiman penduduk

 Rusaknya lahan mangrove sehingga menyulitkan proses rehabilitasi hutan

 Sedikitnya pendapatan yang akan didapatkan oleh masyarakat yang

menggantungkan hidupnya pada ekosistem mangrove.

Response

 Perlu adanya konservasi untuk mengembalikan ekosistem mangrove yang rusak.

DPSIR Udara (Studi Kasus di Kutai Barat)


Driver

 Meningkatnya jumlah alat transportasi

 Meningkatnya industri dan jasa penghasil polutan udara

 Meningkatnya konsumsi energi rumah tangga

Pressure

 Meningkatnya emisi buangan dari hasil pembakaran bahan bakar ke udara

 Berkurangnya lahan pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan akibat

pembangunan daerah

 Perkerja sektor pertanian semakin kecil dan berpindah ke sektor ekonomi

 Tingkat kesadaran penduduk yang kurang peduli terhadap lingkungan

State

 Di daerah perkotaan terdapat gas CO kisaran 10-15 ppm di udara

 Gas CO pada Kecamatan Muara Lawa, Siluq Nguray, Jempang, Bentian Besar dan

Bongan masih berada di bawah ambang batas baku mutu antara 4,5% s/d 1,5%

 Pada Kecamatan Muara Lawa, Bentian, Siluq Nguray dan Jempang menunjukkan

kadar Hidrokarbon (HC) kisaran dari 303 ppm s/d 381 ppm

Impact

 Semakin tinggi aktivitas manusia dalam mengeksploitasi lingkungan untuk memenuhi


kehidupannya, maka semakin tinggi pula tingkat potensi pencemaran lingkungan

 Meningkatnya tingkat potensi pencemaran udara

 Menurunnya Kesehatan masyarakat

Response

 Pemantauan menggunakan alat yang dapat mendeteksi kualitas udara secara langsung

sekaligus menyimpan datanya.

 Kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh Dinas Lingkungan

Hidup

 Pembangunan ruang terbuka hijau

 Pembuatan taman Samarenah, taman Cerdas, Taman Ekologis, dan Taman Manula.

 Pengenmbangan jalur hijau dan penghijauan pada pedestrian.


DPSIR Lahan (Studi Kasus di Wilayah Pulau Masalembu)

Driver

 Meningkatnya pertumbuhan populasi

 Meningkatnya pertumbuhan ekonomi

Pressure

 Pertumbuhan penduduk dan migrasi dari luar pulau.

 Pertumbuhan ekonomi.

State

 Menurunnya hasil tangkapan ikan yang terjadi akibat efek perubahan iklim dan

eksploitasi sumberdaya laut.

 Harga komoditas perkebunan (kelapa, cengkih, cabe jamu) dan peternakan (sapi)

yang tinggi.

 Tidak adanya rencana aksi/ rencana zonasi penggunaan pemanfaatan lahan.

 Tidak adanya control penggunaan pemanfataan lahan.

Impact

 Masyarakat mulai mengolah sumberdaya tanah secara intensif dan cenderung

eksploitatif.
 Kecenderungan penggunaan pestisida dan pupuk kimia berlebih untuk meningkatkan

hasil produksi dan menambah penghasilan.

 Pertanian intensif untuk mendukung peternakan

 Penggunaan lahan yang tidak terencana

 Meningkatnya kebutuhan lahan

 Semakin menurunnya kualitas dan kuantitas hasil pertanian dan perkebunan karena

over ekspploitasi

 Ancaman terhadap menurunnya kualitas air tanah

 Terjadinya konflik special penggunaan lahan.

Response

 Penyusunan Rencana Zonasi dan Rencana Aksi penggunaan lahan


 Penyuluhan dan pembinaan kepada masyarakat terkait sustainable farming practice

 Peningkatan ekonomi masyarakat melalui peningkatan nilai produk perkebunan dan

peternakan melalui diversifikasi hasil pertanian.

 Partisipasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam mengelola ekosistem pulau kecil

yang berkelanjutan.

DPSIR pesisir dan lautan (Studi Kasus di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu)

Driver

 Meningkatnya pertumbuhan penduduk

 Konsumsi ikan yang meningkat

Pressure

 Alih fungsi lahan pantai maupun mangrove menjadi pemukiman, tempat wisata,

perkebunan, pertanian maupun tambak budidaya.

State

 Perubahan ekosistem pantai maupun mangrove

 Perubahan stok ikan

 Perubahan biodiversitas

 Perubahan kualitas perairan


Impact

 Degradasi lahan

 Abrasi pantai

 Sedimentasi

 Penurunan hasil perikanan

 Penurunan pendapatan masyarakat

Response

 Pelarangan alih fungsi lahan pantai, bangunan pengaman pantai, pengaturan daerah

pemukiman, mengembalikan taman wisata

 Pantai dengan penanaman vegetasi hutan pantai, penguatan dan penegakan aturan/

hukum pengelolaan.

Anda mungkin juga menyukai