Anda di halaman 1dari 89

EKOLOGI KESEHATAN 11

KETIDAK SEIMBANGAN
EKOSISTEM

Dr. Nur Endah Wahyuningsih, Dra, MS


Staf pengajar pada
Bag. Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan
Program Studi Kesehatan Lingkungan Prog. Pascasarjana, UNDIP
Materi ekologi kesehatan

6. Keseimbangan Ekosistem
7. Sustainable Ecosystem
11.Ketidak keseimbangan ekosistem
12.Current Issue Dampak Kesehatan yang muncul Akibat
Ketidak seimbangnya ekosistem
Hubungan Carrying capacity, resiliens, tekanan lingkungan,
ketidak seimbangan ekosistem dan dampak kesehatan

Teknologi

Carrying capacity Tekanan lingkungan


ekosistem
Sistem kehidupan Siklus biogeokimia
Resiliens ekosistem
Ketidak seimbangan ekosistem

Spesies intruder Dampak kesehatan

Current Issue Dampak Kesehatan yang muncul Akibat


Ketidak seimbangnya ekosistem
Bringing Back Clean Environment

Polluted 1960s Present Environment


Hiraodai Plateau

Murasakigawa River
Dampak kegiatan manusisa terhadap ekosistem
• Dampak antropogenik mengacu pada perubahan lingkungan biofisik dan
ekosistem, keanekaragaman hayati, dan sumber daya alam yang disebabkan
secara langsung atau tidak langsung oleh manusia.
• Memodifikasi lingkungan agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat
menyebabkan efek parah termasuk pemanasan global, degradasi
lingkungan (seperti pengasaman laut), kepunahan massal dan hilangnya
keanekaragaman hayati, krisis ekologi, dan keruntuhan ekologis
• Beberapa aktivitas manusia yang menyebabkan kerusakan (langsung maupun
tidak langsung) pada lingkungan dalam skala global antara lain pertumbuhan
penduduk, konsumsi berlebihan, eksploitasi berlebihan, polusi, dan
penggundulan hutan.
• "Antroposen" digunakan dalam konteks polusi yang dihasilkan dari aktivitas
manusia sejak awal Revolusi Pertanian dan semua dampak besar manusia
terhadap lingkungan. Termasuk memanasnya lingkungan akibat dari
pembakaran bahan bakar fosil sumber: listrik, mobil, pesawat, pemanas ruangan,
manufaktur, atau perusakan hutan
Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem

1. Konsumsi berlebih 7. Industri energi


sumberdaya oleh manusia
8. Manufaktur
2. Memancing dan bertani
9. Transportasi
3. Dampak ekosistem
10.Militer
4. Dampak pada iklim
5. Dampak teknologi 11.Polusi cahaya
6. Industri pertambangan 12.Fashion cepat
Dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem
1. Konsumsi sumberdaya berlebih oleh manusia
1.1 Konsumsi berlebihan
1.2 Pertumbuhan dan ukuran populasi
2. Memancing dan bertani
2.1 Memancing
2.2 Irigasi Pertumbuhan populasi
2.3 Hilangnya lahan pertanian
2.4 Produksi daging
2.5 Minyak sawit
2.5.1 Hilangnya habitat
2.5.2Dampak terhadap keanekaragaman hayati
2.5.3Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO)
Hilangnya lahan pertanian
menjadi hunian urban
Dampak kegiatan manusisa terhadap ekosistem
• Konsumsi berlebih adalah situasi di mana penggunaan sumber daya
melampaui kapasitas berkelanjutan ekosistem. Dapat diukur dengan jejak
ekologis, pendekatan akuntansi sumber daya yaitu membandingkan permintaan
manusia pada ekosistem dengan jumlah materi planet yang dapat diperbarui oleh
ekosistem

• Permintaan umat manusia saat ini adalah 70% lebih tinggi dari tingkat
regenerasi semua ekosistem planet ini digabungkan.
• Pola konsumsi berlebihan yang berkepanjangan menyebabkan degradasi
lingkungan dan akhirnya hilangnya basis sumber daya.
• The New York Times (2008): penduduk negara maju mengkonsumsi sumber
daya minyak dan logam hampir 32 kali lebih besar dari negara berkembang,
yang merupakan mayoritas populasi manusia
• Over fishing. Jurnal Science November 2006 hasil studi empat tahun,
meramalkan, dunia akan kehabisan makanan laut yang ditangkap secara
liar pada tahun 2048.
• Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) tahun 2018: produksi
perikanan tangkap tetap konstan selama dua dekade terakhir tetapi
penangkapan ikan berlebihan yang tidak berkelanjutan telah meningkat
menjadi 33% dari perikanan dunia.
• Populasi hiu dan pari laut berkurang 71% sejak tahun 1970, sebagian
besar karena penangkapan ikan berlebih. Lebih dari tiga perempat
spesies kelompok ini sekarang terancam punah

Overfishing Erosi tanah


eutrofikasi
How will climate change impact fishing ?
• Produksi daging. Di seluruh dunia, industri hewan hanya menyediakan
18% kalori, tetapi menggunakan 83% lahan pertanian dan mengeluarkan
58% emisi gas rumah kaca (metana)
• industri peternakan menyumbang gas metana dalam jumlah yang cukup
besar.
• Gas metana dihasilkan dari kotoran hewan dan fermentasi enternik yang
menyebabkan pemanasan global. Semakin banyak kebutuhan daging
hewan, maka semakin banyak pula hewan yang dipelihara dan
menyebabkan jumlah gas metana kian meningkat.

Produksi daging terkait metana


• Minyak sawit adalah jenis minyak nabati,
ditemukan di pohon kelapa sawit, yang berasal
dari Afrika Barat dan Tengah
• ada permintaan yang tinggi untuk minyak sawit,
maka dibuat perkebunan kelapa sawit, yang
berarti menebangi hutan alam untuk membuka
ruang.
Hilangnya habitat

• Deforestasi ini terjadi di Asia, Amerika Latin dan Afrika Barat, dengan Malaysia dan
Indonesia memegang 90% pohon kelapa sawit global.
• Hutan ini adalah rumah bagi berbagai spesies, termasuk banyak hewan yang
terancam punah, mulai dari burung hingga badak dan harimau.
• Sejak tahun 2000, 47% deforestasi ditujukan untuk menanam perkebunan kelapa
sawit, dengan sekitar 877.000 hektar yang terkena dampak per tahun
Dampak kegiatan manusisa terhadap ekosistem

3. Dampak ekosistem
3.1 Degradasi lingkungan
3.2 Fragmentasi Habitat
3.3 Kepunahan massal
3.4 Penurunan keanekaragaman hayati
3.5 Spesies invasif
3.6 Spesies Invasif yang merusak
3.7 Penurunan terumbu karang
3.8 Polusi air
Spesies invasif
• Spesies invasif didefinisikan sebagai spesies non-asli pada ekosistem
tertentu. Kehadirannya kemungkinan besar akan membahayakan
kesehatan manusia atau hewan dalam sistem tersebut
• Introduksi spesies non-asli ke daerah baru telah membawa perubahan
besar dan permanen pada lingkungan di daerah yang luas.
• Contoh: pengenalan Caulerpa taxifolia ke Mediterania, pengenalan
spesies gandum ke padang rumput California, pengenalan privet, kudzu,
dan loosestrife ungu ke Amerika Utara. Tikus, kucing, dan kambing telah
secara radikal mengubah keanekaragaman hayati di banyak pulau.
• Introduksi telah menghasilkan perubahan genetik pada fauna asli dengan
perkawinan silang telah terjadi, seperti kerbau dengan sapi domestik, dan
serigala dengan anjing peliharaan.
Spesies invasif destruktif

• Spesies invasif destruktif, Python Burma. Berasal dari bagian Asia


Tenggara, Python Burma telah membuat dampak yang paling menonjol di
Southern Florida Everglades di Amerika Serikat.
• Setelah pelanggaran fasilitas penangkaran pada tahun 1992 karena banjir
dan pemilik ular melepaskan ular piton yang tidak diinginkan kembali ke
alam liar, populasi Python Burma berkembang pesat di iklim hangat
Florida pada tahun-tahun berikutnya.
• Dampak ini paling terasa di wilayah paling selatan Everglades. Studi 2012
membandingkan jumlah populasi spesies asli di Florida dari tahun 1997
dan menemukan populasi rakun menurun 99,3%, oposum 98,9%, dan
populasi kelinci/rubah menghilang secara efektif
Rusaknya terumbu karang
• Aktivitas manusia memiliki dampak yang signifikan terhadap terumbu karang. Terumbu
karang sedang sekarat di seluruh dunia.
• Kegiatan yang merusak meliputi penambangan karang, pencemaran (organik dan non-
organik), penangkapan ikan yang berlebihan, penangkapan ikan dengan bahan peledak,
penggalian kanal dan akses ke pulau dan teluk.
• Ancaman lainnya termasuk penyakit, praktik penangkapan ikan yang merusak, dan
pemanasan laut.

• Beberapa faktor yang mempengaruhi terumbu karang:


Peran laut sebagai penyerap karbon dioksida, perubahan
atmosfer, sinar ultraviolet, pengasaman laut, virus,
dampak badai debu yang membawa agen ke terumbu
karang yang jauh, polutan, pertumbuhan alga.

• Terbukti, terumbu karang terancam jauh di luar wilayah


pesisir. Perubahan iklim, seperti pemanasan global
menyebabkan pemutihan karang yang berakibat fatal bagi
karang.
Pengaruh perubahan iklim terhadap terumbu karang
Dampak kegiatan manusisa terhadap ekosistem

4. Dampak pada iklim 7. Industri energi


4.1 Perubahan iklim 7.1 Biodiesel
4.2 Deposisi Asam 7.2 Penambangan dan pembakaran
4.3 Penipisan ozon batubara
4.4 Gangguan siklus nitrogen 7.3 Pembangkit listrik
5. Dampak teknologi 7.4 Tenaga nuklir
6. Industri pertambangan 7.5 Oil shale industry
7.6 Minyak Bumi
7.7 Reservoir
7.8 Kekuatan angin
Climate Change and Health, Part 2: Droughts, Food
Insecurity and Culture
Penyakit akibat pencemaran
Dampak kegiatan manusisa terhadap ekosistem

8. Manufaktur 9. Transportasi
8.1 Agen pembersih
9.1 Penerbangan
8.2 Nanoteknologi
9.2 Jalan
8.3 Cat
8.4 Kertas 9.3 Pengiriman
8.5 Plastik 10. Militer
8.6 Pestisida 11. Polusi cahaya
8.7 Obat-obatan dan 12. Fashion cepat
perawatan pribadi 12.1 Dampak lingkungan
• Dampak keseluruhan umat manusia di planet ini dipengaruhi
oleh banyak faktor, bukan hanya jumlah manusia. Gaya hidup
(termasuk kemakmuran keseluruhan dan penggunaan sumber
daya) dan polusi yang dihasilkan (termasuk jejak karbon) sama
pentingnya
Masalah apa saja penyebab ketidak seimbangan
ekosistem
o Gangguan terhadap siklus
biogeokimia
o Kebutuhan kuantitas makanan
yang besar  penggunaan
pestisida
o Bencana alam
o Ekosistem belum matang
Respon sistem kehidupan thd tekanan lingkungan

Sistem kehidupan:
Individu, populasi, komunitas, ekosistem
BENTUK TEKANAN LINGKUNGAN
1. Gangguan aliran energy (rantai makanan dan spesies yg dimakan)
- Penurunan / peningkatan masukan energi matahari
- Perubahan output panas
- Perubahan struktur trofik pd jaring & rantai makanan

2. Gangguan siklus kimia (penggunaan berlebih hara tanah karena


penanaman, kegiatan menerus tanpa istirahat)
- Habis/ tipisnya nutrien esensial
- Kelebihan nutrien / bahan aditif

3. Penyederhanaan (dari ekosistem alami menjadi ekosistem buatan)


- Pengurangan keanekaragaman spesies
- Kurangnya niche ekologi & habitat
- Menurunnya kompleksitas rantai makanan
- Kemungkinan menurunnya keseimbangan
- Kemungkinan terjadinya kegagalan ekosistem
Tipe perubahan akibat tekanan lingkungan

Perubahan terhadap ekosistem disebabkan oleh dan waktunya:


- Perubahan Alami (tiba-tiba & bertahap)
- Perubahan karena kegiatan Manusia (tiba-tiba & bertahap)
TIPE PERUBAHAN EKOSISTEM
1. A. Perubahan alami - cepat
 Kekeringan
 Kebanjiran
 Kebakaran
 Gunung berapi (letusan)
 Gempa bumi
 Angin topan
 Penyakit

B. Perubahan alami - lambat


Perubahan iklim
Imigrasi & emigrasi spesies
Adaptasi & evolusi spesies
Suksesi ekologi dari tanaman & hewan
Tipe perubahan Lanjutan
2. A. Keg. Manusia - cepat

 Penggundulan hutan
 Pengambilan berlebih padang rumput
 Erosi tanah
 Penggunaan pestisida
 Pembakaran berlebih
 Pembuangan bahan toksik ke udara, air, tanah
 Urbanisasi
 Penambangan

B. Keg. Manusia - lambat


Tipe perubahan Lanjutan
2. A. Keg. Manusia - cepat
B. Keg. Manusia - lambat

Salinasi karena irigasi


Perendaman tanah krn irigasi
Pemadatan tanah krn alat pertanian
Pencemaran air permukaan (temasuk laut)
Kehabisan / pencemaran air tanah
Pencemaran udara (bisa cepat)
Hilangnya /penurunan habitat organisme liar
Matinya predator & serangga yg tdk diingink’
Masuknya spesies asing
Pembuangan bhn beracun ke udara, air, tanah
Perburuan berlebihan
Penangkapan ikan berlebihan
Pariwisata berlebihan
Respon sistem kehidupan terhadap Tekanan lingkungan

Respon thd tekanan lingkungan:


- Tingkat organisme,
- Tingkat populasi,
- Tingkat komunitas – ekosistem
RESPON INDIVIDU THD TEKANAN LINGKUNGAN
Perubahan fisiologis & biokimia
Kecacatan fisiologis
Perubahan tingkah laku
Sedikit / tidak punya keturunan
Efek mutagenik (kerusakan genetik pd keturunan)
Efek teratogen (kerusakan kelahiran)
Efek carcinogen (cancer)
Kematian
RESPON POPULASI THD TEKANAN LINGK.
Daya dukung lingkungan
 Kemampuan suatu lingkungan untuk mendukung kehidupan di atasnya
 Jumlah individu yg dpt didukung oleh habitat dlm keadaan sehat & kuat

Jika SDA tak terbatas populasi akan tumbuh spt. Kurva j,


jika SDA terbatas, populasi tumbuh mengikuti kurva s pada batas garis DDLnya
SDA: makanan, air, ruang dan perlindungan dari musuh-musuhnya
Pembatas pertumbuhan populasi:
 Persaingan antar dan inter spesies
 Keterbatasan makanan
 Penyakit
 Iklim yg tdk mendukung
 Hilangnya habitat yg sesuai
Respon populasi
Perubahan ukuran, struktur & distribusi
• Peningkatan / penurunan populasi
• Perubahan struktur (tua, muda, lemah mati)
• Hilang keanekaan genetik dan adaptasinya
• Kelangsungan hidup strain yg resisten thd tekanan
• Punah

Respon komunitas & ekosistem thd tekanan lingkungan


Ecological Footprint (Eco-footprints)
= Jejak Ekologi (2/4)

• Cara merepresentasikan dampak manusia pada


lingkungan dengan “menterjemahkan” dampak
pada luas lahan
• Luas lahan diperlukan untuk kebutuhan
produksi pangan, bangunan (permukiman),
mengabsorb limbah, dan lain-lain.
Ecological Footprint (Eco-footprints)
= Jejak Ekologi (3/4)

JE (jejak ekologi -
ecological footprint)
merupakan alat ukur
dampak kegiatan
manusia terhadap
lingkungan alami,
sebagai ukuran standar
konsumsi sumberdaya
yang dapat diperbaharui
(atau equivalensinya)
Ecological Footprint
(Eco-footprints)
= Jejak Ekologi (4/4)

• Selisih JE dengan kapasitas biologi


(biocapacity) yang merupakan ukuran
ketersediaan lahan menggambarkan
surplus/defisit sumberdaya lahan dalam
mendukung kehidupan manusia.
• Semakin besar JE semakin buruk
(rakus/boros) sumberdaya alam
• Konsummsi Bioproduk memerlukan
sekitar 50-70% luas tapak
Asumsi yang umum digunakan
1. Sebagian sumber daya yang dikonsumsi manusia serta limbahnya dapat
diketahui.
2. Sebagian besar aliran sumber daya dan limbah ini dapat diukur dalam luasan
bioproduktifitas untuk menjaga aliran tersebut.
3. Dengan membobotkan setiap luasan dengan bioproduktifitasnya, setiap luasan
dapat dikonversi menjadi satu ukuran tunggal, yaitu hektar global (gha).
4. Karena satu hektar global merepresentasikan satu kali penggunaan, dan seluruh
hektar global dalam satu tahun merepresentasikan bioproduktivitas, maka bisa
didapatkan indikator dari tapak ekologi dan biokapasitasnya.
5. Permintaan terhadap sumber daya alam (demand) atau tapak ekologis
(ecological footprint), dapat dibandingkan secara langsung terhadap ketersediaan
sumber daya (supply) atau biokapasitas (biocapacity), dengan satuan hektar
global (gha).
6. Demand dapat melebihi Supply apabila permintaan melebihi kapasitas
regeneratif ekosistem tersebut. Misalnya manusia menuntut lebih banyak
biocapacity dari hutan, atau perikanan daripada yang tersedia di ekosistem.
Ilustrasi
Kota London di Inggris memiliki
tapak ekologi seluas 120 kali
ukuran luas kotanya

Kota-kota di Amerika dengan penduduk 650,000 jiwa


membutuhkan tapak seluas 30,000 km2 untuk memenuhi
kebutuhan sumberdaya-sumberdaya yang dibutuhkan
domestiknya (rumah tangga) tanpa memperhitungkan kebutuhan
industrinya
Sebagai bandingan untuk kota-kota di India dengan ukuran
populasi yang sama hanya membutuhkan 2,800 km2 (1/11 kali)
Jejak Ekologi, Indeks Kerawanan Lingkungan (EVI) dan
Status Lingkungan beberapa Negara di Dunia, 2008

Negara Jejak Ekologi Sisa Ekologi EVI % Status


Amerika Serikat 9.40 -4.40 300. 94. Vulnerable
Australia 7.80 7.60 238. 96. At risk
Brazil 2.40 4.90 281. 94. Vulnerable
China 2.10 -1.20 360. 94. Highly vulnerable
India 0.90 -0.50 385. 92. Extremely vulnerable
Indonesia 0.90 0.40 316. 98. Highly vulnerable
Jepang 4.90 -4.30 389. 94. Extremely vulnerable
Korea Selatan 3.70 -3.00 373. 96. Extremely vulnerable
Malaysia 2.40 0.30 312. 98. Vulnerable
Rusia 3.70 4.40 273. 88. Vulnerable
Singapura 4.20 -4.10 428. 92. Extremely vulnerable
Thailand 2.10 -1.20 308. 100. Vulnerable

Sumber : Global Footprint Network. 2008-10-29


(http://www.Footprintnetwork.org/en/index.php/GFN/page/data_sources/. Retrieved
on 2008-10-31).
Catatan : EVI = Environemental Vulnerability Index
Kartogram Konsumsi Dunia 2003

5. Carilah kartogram konsumsi dunia terkini dan apa makna dari kartogram tersebut
Kontekstual Evaluasi Daya Dukung
Lingkungan di Indonesia (1/2)

• Walau Indonesia secara umum memiliki keseimbangan ekologi


namun keseimbangan ekologi Indonesia terancam karena:
a. Sebagian sumberdaya alam (barang dan jasa) digunakan bukan
untuk konsumsi domestik (untuk diekspor)
b. Daya beli (pendapatan) yang masih rendah menyebabkan kita
tidak mampu bersaing membeli dan mengkonsumsi sumberdaya
luar negeri
c. Masalah kita bukan pada besaran JE tapi masalah keseimbangan
kebutuhan ekspor dan domestik, sehingga status “surplus ekologi“
sering tetap tidak memadai
Kontekstual Evaluasi Daya Dukung
Lingkungan di Indonesia (2/2)

d. Sangat penting untuk memisahkan konsep daya dukung yang


berspektif global, nasional, regional dan lokal
e. Berbagai Daerah mengalami defisit ekologi dalam artian sebenarnya
karena

“supply” domestik & impor < “demand” domestik & ekspor

Sd + Si << Dd + De
SUKSESI PRIMER & SEKUNDER
Waktu berlangsungnya suksesi
• Suksesi terestrial: dimulai dg terbentuk endapan abu vulkanik baru sampai
terbentuk hutan belantara dalam kurun dekade sampai abad

• Suksesi musiman: penggantian suatu spesies bersifat planktonik oleh spesies


lainnya sbg kemajuan siklus tahunan

• Suksesi primer
Gangguan sangat berat, komunitas awal rusak total tak bersisa
Contoh: letusan gunung krakatau 1883

• Suksesi sekunder
Gangguan tidak terlalu berat, komunitas awal masih ada sisa
Contoh: banjir, kebakaran krn keg. Mns
SUKSESI PRIMER & SEKUNDER

Suksesi:
Perubahan dalam komunitas, berlangsung lambat menuju
satu arah secara teratur, pasti dan dapat diramalkan

Komposisi spesies berubah dg cepat pada awal suksesi dan


lb lambat saat suksesi berlangsung
SUKSESI PRIMER
Trend pemanasan selama abad 20
Phospor
Sulfur Impact of nitrogen and climate change interactions
Carbon on ambient air pollution and human health
Oksigen
Hidrogen
Logam berat
Dampak pemanasan global terhadap kesehatan
Conceptual Diagram of the Health Risks of Climate Change
Efek rumah kaca/ Global Warming

Perubahan cuaca & lautan

Perubahan
Pergeseran ekosistem
Lingkungan

Degradasi lingkungan
Heat stroke
Kematian
Penyakit akibat panas
Peny. kronis
Panas
Gagal panen Kelaparan Malnutrisi

Perubahan Gagal panen Kelaparan Malnutrisi


cuaca &
Cuaca
lautan Trauma
ekstrim & Banjir, Badai, Kebakaran
muka air laut Kematian
meningkat
Perpindahan Kesehatan Diare,
populasi Malnutrisi,
Defisiensi
nutrien,
Trauma
psikologis
Perubahan cuaca dan lautan
• Peningkatan temperatur secara global (panas) mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas: (heat stroke) dan
kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis.
• Temperatur panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan
muncul kelaparan dan malnutrisi.
• Perubahan cuaca ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat
mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan
kematian akibat trauma.
• Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan
penduduk ke tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti:
diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain.
Kolera, Hepatitis A, Leptospirosis,
Water borne diseases Cryptosporidosis, Dinoflagellate “red
tides” dan keracunan

Malaria, DBD, Demam kuning,


Pergeseran hantavirus pulmonary syndrome, viral
ekosistem Vektor borne diseases encephalitis, Demam chikungunya,
RiftValley fever, Schistosomiasis,
Scabies dan penyakit Lyme dll

Asma, alergi dan


Polusi udara Coccidiodomycosis, penyakit
jantung dan paru kronis dll
Pergeseran ekosistem
• Berdampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne
diseases) dan penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne
diseases).
• contoh VbD: meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk
Aedes aegypti memiliki pola hidup dan berkembang biak di daerah
panas.
• Menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah kota yang
panas dibanding daerah pegunungan yang dingin.
• dengan Global Warming, terjadi pemanasan global, daerah
pegunungan suhu mulai meningkat sehingga memberi ekosistem baru
nyamuk berkembang biak.
Kolera, Hepatitis A, Leptospirosis,
Water borne diseases Cryptosporidosis, Dinoflagellate “red
tides” dan keracunan

Malaria, DBD, Demam kuning,


Degradasi hantavirus pulmonary syndrome, viral
lingkungan Vektor borne diseases encephalitis, Demam chikungunya,
RiftValley fever, Schistosomiasis,
Scabies dan penyakit Lyme dll

Asma, alergi dan


Polusi udara Coccidiodomycosis, penyakit
jantung dan paru kronis dll
Degradasi Lingkungan
• Karena pencemaran limbah di sungai berdampak pada waterborne
diseases dan vector-borne disease.
• Polusi udara hasil emisi gas pabrik yang tidak terkontrol
berkontribusi pada penyakit saluran pernafasan seperti asma,
alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung, paru kronis, dan lain-
lain.
Heat stroke
Penyakit akibat panas Kematian
Efek rumah kaca/ Global Warming Peny. kronis
Panas
Gagal panen Kelaparan Malnutrisi

Gagal panen Kelaparan Malnutrisi


Perubahan cuaca &
Cuaca ekstrim
lautan Banjir, Badai, Trauma
& muka air laut
meningkat Kebakaran Kematian Diare, Malnutrisi,
Perpindahan Defisiensi nutrien,
Kesehatan Trauma psikologis
populasi
Kolera, Hepatitis A, Leptospirosis, Cryptosporidosis,
Water borne diseases Dinoflagellate “red tides” dan keracunan

Perubahan Pergeseran Malaria, DBD, Demam kuning, hantavirus pulmonary


Lingkungan ekosistem Vektor borne diseases syndrome, viral encephalitis, Demam chikungunya, RiftValley
fever, Schistosomiasis, Scabies dan penyakit Lyme dll

Polusi udara Asma, alergi dan Coccidiodomycosis,


penyakit jantung dan paru kronis dll

Kolera, Hepatitis A, Leptospirosis, Cryptosporidosis,


Water borne diseases Dinoflagellate “red tides” dan keracunan

Malaria, DBD, Demam kuning, hantavirus pulmonary


Degradasi syndrome, viral encephalitis, Demam chikungunya, RiftValley
Vektor borne diseases
lingkungan fever, Schistosomiasis, Scabies dan penyakit Lyme dll

Polusi udara Asma, alergi dan Coccidiodomycosis,


penyakit jantung dan paru kronis dll
microorganisms and climate change
Map of the City of Kitakyushu and the Location of adjacent Countries
Deadly smoke emitted from the forest of smokestacks
A Sky View of Shiroyama area, Yahata city at that time
in 1960’s
The sky over Yahata in 1960
“ Sky shrouded in seven colors of smoke”
Soot emitted from the Chimney of Factory stained Children’s face while
playing outside
Electric dust collectors installed at factories
Effect of Fuel Change to Decrease of Sulfur
oxides Emission
Blue sky over the Yahata-Shiroyama area
Industrial wastewater from factories( pictured by NHK)
“Wastewater was discharged with very little or not treatment”
Dokai bay called “Dead Sea” in late 1960-7s heavily polluted by
Discharges from Factories
Reappearance of Variation of Sea Water Quality in Dokai bay from 1945
to 1986
Study of Living Creature in Dokai bay
Murasaki river in Old Day, Squatter’s House
“Kukinohama New Town” with tall apartment building lining Dokai Bay
We can enjoy now fishing in Dokai bay
Murasaki River in 1972, We can recognize a Rental Boat house
and Squatter’s
Environmental Study in Murasaki river upstream
Riverside protection “Improvement of riverside spaces
for the enjoyment of citizens”
Citizens Activity against Pollution
Partnership Projects

River Clean up Activity in Cebu


Technical Advise for Tafu Factories
400 Participants
in Semarang
-Metro Cebu Citizens
-NGOs
-Students from Kitakyushu
Pilot Study on Solid Waste Management
~Seminar on Waste Recycle and Reduction ~

Waste Composition Analysis in Surabaya


Citizens Seminar in Chongquing
Bringing Back Clean Environment

Polluted 1960s Present Environment


Hiraodai Plateau

Murasakigawa River
Tugas diskusi kelompok untuk dikumpul dan
dipresentasikan
• Hai generasi muda penerus bangsa berbau harum, dengan kondisi seperti
tersebut, berikut adalah tugas diskusi untuk presentasi di tm 12 dan 14

Kelompok Tugas
1-4 Buatlah dampak ketidak seimbangan ekosistem yang sudah terjadi
di Indonesia
5-9 Bagaimana current issue dampak kesehatan akibat dari ketidak
seimbangan ekosistem yang terjadi tersebut bagi Indonesia
Keterangan
Dampak bisa dilihat dari slide 7 dan turunannya (slide 15,20, 23) atau dari tekanan
lingkungan slide 29,30, 31)

Anda mungkin juga menyukai