Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 1

EKOLOGI LANJUTAN

Oleh :
Egi Nurul Rahma : 20221310002

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS KUNINGAN
2023
Tanggal : Sabtu, 25 Maret 2023
Soal : Buat tulisan sekitar 10 – 12 halaman tentang 2 (dua) hal, yaitu :
I. Ekosistem dan pengurasan SDA
II. Peningkatan produktivitas primer di laut

Ekosistem dan Pengurasan Sumber Daya Alam

Ekosistem adalah suatu sistem alamiah yang terdiri dari interaksi antara makhluk hidup
(biotik) dan lingkungan fisik (abiotik) di suatu daerah tertentu. Ekosistem mencakup berbagai
macam jenis organisme yang hidup dalam suatu daerah dan terikat dengan lingkungan
mereka, serta interaksi yang terjadi antara organisme-organisme tersebut.
Komponen biotik ekosistem meliputi tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang hidup
dalam lingkungan tersebut. Sedangkan, komponen abiotik ekosistem meliputi unsur-unsur
kimia seperti air, karbon, nitrogen, dan mineral, serta unsur fisik seperti iklim, cuaca, tanah,
dan topografi.

Interaksi antara komponen biotik dan abiotik di dalam ekosistem sangat kompleks.
Tumbuhan mengubah energi matahari menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis dan
merupakan sumber makanan bagi hewan. Hewan juga membantu menyebar benih dan
menghasilkan nutrisi melalui siklus nutrisi yang melibatkan tumbuhan dan mikroorganisme.
Mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur, memecah bahan organik menjadi nutrisi yang
dapat digunakan kembali oleh tumbuhan.

Ekosistem dapat berupa sistem yang kecil, seperti kolam atau hutan kecil, atau sistem yang
lebih besar seperti laut, gurun, atau hutan hujan tropis. Setiap ekosistem memiliki
karakteristik unik tergantung pada faktor-faktor abiotik dan biotik yang ada di dalamnya.
Kehadiran atau ketiadaan satu spesies dalam ekosistem dapat memengaruhi keseluruhan
ekosistem dan interaksi antar spesies lainnya. Ekosistem sangat penting karena
mempertahankan kehidupan di bumi, memberikan sumber daya yang diperlukan bagi
manusia, serta menyediakan layanan ekosistem seperti penyerapan karbon dan penyediaan air
bersih. Ekosistem memiliki peran penting dalam memelihara kehidupan dan keseimbangan
alam di bumi.
Pemanfaatan sumber daya alam adalah penggunaan sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia, baik untuk konsumsi langsung atau untuk produksi barang dan jasa.
Sumber daya alam yang dimanfaatkan meliputi berbagai jenis, seperti sumber daya alam
terbarukan seperti air, angin, dan matahari, serta sumber daya alam tak terbarukan seperti
minyak bumi, gas alam, dan logam.
Berikut adalah beberapa contoh pemanfaatan sumber daya alam:
1. Pertanian: Sumber daya alam seperti tanah dan air digunakan untuk bercocok tanam
dan membudidayakan tanaman dan hewan. Sumber daya alam lainnya seperti pupuk
dan pestisida digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
2. Industri: Sumber daya alam seperti mineral, kayu, dan minyak bumi digunakan
sebagai bahan baku untuk produksi barang dan jasa. Industri seperti tambang,
perkebunan, dan perusahaan minyak dan gas memanfaatkan sumber daya alam dalam
jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan produksi mereka.
3. Energi: Sumber daya alam seperti batu bara, minyak bumi, gas alam, dan uranium
digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik dan transportasi.
4. Pariwisata: Sumber daya alam seperti pantai, pegunungan, dan hutan digunakan
sebagai objek wisata alam. Industri pariwisata memanfaatkan sumber daya alam
untuk meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
5. Kesehatan: Sumber daya alam seperti tanaman obat dan air bersih digunakan untuk
meningkatkan kesehatan manusia.
Pemanfaatan sumber daya alam yang tepat dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial
yang signifikan, seperti peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan
masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup manusia. Namun, pemanfaatan sumber daya
alam yang berlebihan dan tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan dan kehilangan keanekaragaman hayati, yang biasa kita sebuat dengan istilah
eksploitasi alam.

Eksploitasi alam adalah pemanfaatan sumber daya alam untuk kepentingan manusia tanpa
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Eksploitasi alam dapat menyebabkan
kerusakan dan degradasi ekosistem, serta mempengaruhi kehidupan manusia dan hewan yang
bergantung pada ekosistem tersebut. Beberapa contoh eksploitasi alam yang sering dilakukan
manusia adalah penebangan hutan, penambangan bijih, dan pemakaian bahan bakar fosil.
Namun, manusia sering kali melakukan eksploitasi alam, yaitu pengambilan sumber daya
alam dari lingkungan ekosistem secara berlebihan, tanpa memikirkan dampak jangka
panjangnya.
Manusia menguras sumber daya alam karena kebutuhan mereka akan energi, makanan,
pakaian, perumahan, dan bahan mentah untuk produksi barang dan jasa. Semakin
berkembangnya teknologi dan industri, semakin besar pula kebutuhan manusia akan sumber
daya alam.
Eksploitasi alam terjadi ketika sumber daya alam dieksploitasi dengan cara yang berlebihan
tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan pada lingkungan. Beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya eksploitasi alam antara lain:
1. Pertumbuhan populasi: Semakin banyak populasi manusia, semakin banyak sumber
daya alam yang dibutuhkan. Pertumbuhan populasi yang cepat dapat menyebabkan
penggunaan sumber daya alam yang berlebihan, terutama dalam hal makanan, air, dan
bahan bakar.
2. Kebutuhan manusia: Kebutuhan manusia terhadap sumber daya alam seperti kayu,
minyak bumi, gas alam, dan logam meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi
dan pembangunan ekonomi. Permintaan yang tinggi untuk produk-produk ini dapat
menyebabkan eksploitasi yang berlebihan dan berpotensi merusak lingkungan.
3. Teknologi: Teknologi baru memungkinkan manusia untuk mengeksploitasi sumber
daya alam dengan lebih efisien dan intensif. Teknologi seperti traktor, kapal
penangkap ikan, dan alat tambang modern memungkinkan manusia untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dengan lebih cepat dan lebih luas.
4. Sistem ekonomi: Sistem ekonomi yang didasarkan pada pertumbuhan dan keuntungan
dapat mendorong eksploitasi alam yang berlebihan. Fokus pada profitabilitas
seringkali mengesampingkan dampak lingkungan dan kesehatan manusia.
5. Kebijakan pemerintah yang lemah: Kebijakan pemerintah yang lemah dalam hal
pengelolaan sumber daya alam dapat menyebabkan eksploitasi yang berlebihan.
Beberapa pemerintah tidak memiliki regulasi yang memadai untuk mengendalikan
penggunaan sumber daya alam dan memberikan insentif kepada perusahaan untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dengan cepat.

Salah satu bentuk eksploitasi alam adalah deforestasi atau penggundulan hutan secara besar-
besaran. Hutan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, mengatur
iklim global, serta menjadi habitat bagi berbagai jenis spesies hewan dan tumbuhan. Namun,
deforestasi untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian
atau perkebunan, dan eksploitasi kayu secara tidak berkelanjutan, dapat merusak ekosistem
hutan dan menghilangkan habitat bagi hewan dan tumbuhan.

Penambangan bijih juga merupakan contoh eksploitasi alam yang dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem. Penambangan bijih yang dilakukan secara tidak terkontrol dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan seperti erosi tanah, penurunan kualitas air,
dan polusi udara. Selain itu, penambangan bijih juga dapat mengakibatkan hilangnya habitat
bagi binatang dan tumbuhan karena seringkali dilakukan di daerah yang merupakan habitat
asli dari spesies tertentu.

Pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, dan batu bara juga merupakan
contoh eksploitasi alam yang dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Pemakaian bahan
bakar fosil yang berlebihan dapat menghasilkan gas rumah kaca yang dapat menyebabkan
perubahan iklim seperti pemanasan global dan peningkatan suhu di permukaan bumi. Selain
itu, pembakaran bahan bakar fosil juga dapat menyebabkan pencemaran udara yang dapat
berdampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Selain itu, eksploitasi alam juga dapat berupa penangkapan ikan secara berlebihan di laut dan
sungai. Overfishing dapat menyebabkan penurunan populasi ikan, yang dapat berdampak
pada ekosistem laut dan sungai yang lebih besar. Selain itu, eksploitasi alam juga dapat
berupa pengambilan sumber daya mineral dan fosil dari bumi, yang dapat merusak ekosistem
tanah dan air tanah.

Eksploitasi alam juga dapat berdampak pada keanekaragaman hayati di bumi.


Keanekaragaman hayati mengacu pada keberagaman spesies hewan dan tumbuhan di bumi,
serta interaksi antara mereka dalam ekosistem. Eksploitasi alam dapat menyebabkan
hilangnya spesies tertentu dan mengurangi keanekaragaman hayati. Misalnya, perburuan liar
dapat menyebabkan populasi hewan tertentu menjadi terancam punah dan mengganggu
keseimbangan ekosistem.

Selain eksploitasi alam, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi ekosistem di bumi.
Perubahan iklim yang terjadi saat ini terutama disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti
pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan penggunaan pupuk sintetis di sektor
pertanian. Aktivitas manusia ini menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida,
metana, dan nitrous oxide, yang mempertahankan panas di atmosfer dan menyebabkan
peningkatan suhu global.

Peningkatan suhu global yang dihasilkan dari aktivitas manusia dapat mengakibatkan efek
panas yang ekstrem, cuaca yang tidak terduga, banjir, kekeringan, peningkatan permukaan
laut, dan perubahan pola musim. Semua ini mempengaruhi ekosistem dan mengancam
kelangsungan hidup spesies di seluruh dunia.

Penggunaan energi fosil dalam industri dan transportasi juga berkontribusi pada pencemaran
udara, yang dapat mengancam kesehatan manusia dan hewan. Polusi udara juga dapat
merusak tanaman dan lingkungan, dan mengganggu ekosistem.

Perubahan iklim dapat mempengaruhi ekosistem di Bumi karena iklim yang stabil adalah
faktor penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan kelangsungan hidup organisme.
Perubahan iklim dapat menyebabkan pergeseran iklim dan pola cuaca yang tidak terduga,
seperti peningkatan suhu dan tingkat curah hujan yang ekstrem, serta kekeringan yang lebih
sering terjadi.

Dampak perubahan iklim pada ekosistem bisa sangat kompleks dan beragam, tetapi beberapa
contohnya antara lain:
1. Perubahan suhu dapat mempengaruhi periode berbunga tanaman dan mempercepat
atau memperlambat siklus hidup hewan.
2. Perubahan tingkat curah hujan dapat mempengaruhi ketersediaan air dan nutrisi yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, yang pada gilirannya mempengaruhi makanan
yang tersedia bagi hewan.
3. Peningkatan suhu air laut dapat mempengaruhi terumbu karang dan ekosistem laut
lainnya, yang sangat bergantung pada suhu yang tepat untuk kelangsungan hidup.
4. Perubahan iklim juga dapat mempengaruhi interaksi antar spesies, seperti hubungan
predator-mangsa dan polinasi, yang dapat mengganggu keseimbangan alami di
ekosistem.
Dalam jangka panjang, perubahan ekosistem dapat mengakibatkan hilangnya spesies,
terjadinya migrasi dan penghilangan habitat, serta kerusakan ekosistem yang lebih parah,
yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Oleh karena
itu, penting bagi kita untuk memperhatikan perubahan iklim dan mengambil tindakan untuk
meminimalkan dampaknya pada ekosistem di Bumi.

Mencegah dan memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi adalah penting untuk
menjaga keberlangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungan. Berikut adalah
beberapa cara untuk mencegah dan memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi:
1. Pengurangan penggunaan sumber daya alam: Dengan mengurangi penggunaan
sumber daya alam, kita dapat mengurangi tekanan pada sumber daya alam yang
dieksploitasi secara berlebihan. Contoh tindakan pengurangan penggunaan sumber
daya alam adalah dengan melakukan penghematan energi, mengurangi penggunaan
kantong plastik, dan memilih produk yang ramah lingkungan.
2. Pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana: Pengelolaan sumber daya alam yang
bijaksana dapat membantu memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi. Ini
dapat dilakukan dengan mengimplementasikan program-program penanaman
kembali, pengelolaan hutan yang berkelanjutan, dan pengelolaan perikanan yang
berkelanjutan.
3. Pendidikan dan kesadaran lingkungan: Pendidikan dan kesadaran lingkungan dapat
membantu mencegah dan memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi. Dengan
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dampak dari pemanfaatan sumber
daya alam, kita dapat mengambil tindakan yang lebih bijaksana dan bertanggung
jawab dalam penggunaan sumber daya alam.
4. Teknologi ramah lingkungan: Penggunaan teknologi ramah lingkungan dapat
membantu mencegah dan memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi.
Contohnya, teknologi energi terbarukan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar
fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
5. Kerja sama internasional: Kerja sama internasional dapat membantu mencegah dan
memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi dengan mempromosikan
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berbagi teknologi ramah
lingkungan.

Dalam rangka mencegah dan memperbaiki sumber daya alam yang dieksploitasi, perlu ada
upaya yang bersifat holistik dan berkelanjutan, melibatkan berbagai pihak seperti pemerintah,
sektor swasta, masyarakat, dan lembaga internasional. Dengan kerja sama dan upaya
bersama, kita dapat menjaga keberlangsungan hidup manusia dan kelestarian lingkungan.
Upaya memperbaiki alam adalah salah satu cara untuk menjaga keberlangsungan hidup
manusia dan kelestarian lingkungan. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki alam:
1. Restorasi ekosistem: Restorasi ekosistem adalah upaya untuk mengembalikan
ekosistem yang rusak ke kondisi semula atau kondisi yang lebih baik. Ini dapat
dilakukan dengan melakukan program penanaman kembali hutan, pembersihan dan
pengembalian kondisi aliran sungai, dan rehabilitasi lahan-lahan yang terdegradasi.
2. Pemulihan lingkungan: Pemulihan lingkungan adalah upaya untuk mengembalikan
kondisi lingkungan yang rusak menjadi kondisi yang lebih baik. Ini dapat dilakukan
dengan melakukan kegiatan seperti penanaman vegetasi yang cocok, pengendalian
erosi dan sedimentasi, dan program pemulihan lingkungan air.
3. Pengelolaan limbah: Pengelolaan limbah adalah upaya untuk mengurangi dan
mengelola limbah secara efektif sehingga tidak menimbulkan dampak buruk pada
lingkungan. Ini dapat dilakukan dengan melakukan daur ulang, penggunaan teknologi
pengelolaan limbah yang lebih baik, dan program kampanye untuk mengurangi
pembuangan limbah.
4. Promosi teknologi ramah lingkungan: Teknologi ramah lingkungan dapat membantu
mengurangi dampak buruk pada lingkungan dan membantu memperbaiki kondisi
lingkungan yang rusak. Contoh teknologi ramah lingkungan adalah energi terbarukan,
teknologi pengolahan limbah yang ramah lingkungan, dan teknologi pertanian yang
ramah lingkungan.
5. Pendidikan dan kesadaran lingkungan: Pendidikan dan kesadaran lingkungan dapat
membantu memperbaiki kondisi lingkungan yang rusak dengan meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan
yang sehat. Ini dapat dilakukan dengan mengadakan program kampanye, seminar, dan
pelatihan tentang lingkungan.
Peningkatan Produktivitas Primer di Laut

Produktivitas primer laut merujuk pada jumlah biomassa organisme fotosintetik yang
dihasilkan melalui proses fotosintesis di laut. Organisme fotosintetik, seperti fitoplankton,
memproduksi makanan sendiri dengan menggunakan energi matahari, karbon dioksida, dan
nutrisi lainnya yang tersedia di laut. Produktivitas primer sangat penting bagi rantai makanan
laut, karena organisme fotosintetik adalah sumber makanan utama bagi organisme laut
lainnya. Organisme fotosintetik yang terus tumbuh dan berkembang biak dapat menyediakan
makanan bagi organisme herbivora, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi predator
di rantai makanan laut. Produktivitas primer laut juga mempengaruhi ketersediaan oksigen di
laut, karena organisme fotosintetik memproduksi oksigen selama fotosintesis. Oksigen yang
dihasilkan oleh organisme fotosintetik sangat penting bagi organisme laut lainnya yang
membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.

Produktivitas primer laut dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode, seperti
pengukuran kandungan klorofil-a, pengukuran produksi oksigen, dan pengukuran produksi
karbon organik. Kandungan klorofil-a di air laut dapat digunakan sebagai indikator biomassa
fitoplankton, karena klorofil-a adalah pigmen fotosintetik yang terkandung dalam sel
fitoplankton. Sementara itu, produksi oksigen dan karbon organik yang dihasilkan oleh
organisme fotosintetik juga dapat dijadikan indikator produktivitas primer laut.

Produktivitas primer laut sangat penting bagi keseimbangan ekosistem laut, karena organisme
fotosintetik merupakan sumber makanan utama bagi organisme laut lainnya. Organisme
fotosintetik yang terus tumbuh dan berkembang biak dapat menyediakan makanan bagi
organisme herbivora, yang kemudian menjadi sumber makanan bagi predator di rantai
makanan laut. Hal ini menjadikan produktivitas primer laut sangat penting dalam menjaga
keberlangsungan hidup organisme laut dan mempertahankan ketersediaan sumber daya laut
yang berkelanjutan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas primer di laut dalam, termasuk
cahaya, nutrien, suhu, dan kepadatan populasi. Sinar matahari tidak dapat menembus lapisan
air yang dalam, sehingga cahaya menjadi faktor terbatas dalam fotosintesis di laut dalam.
Nutrien seperti nitrogen dan fosforus sangat penting untuk pertumbuhan dan reproduksi
organisme autotrofik. Kepadatan populasi juga mempengaruhi produktivitas primer, karena
semakin banyak organisme autotrofik, semakin banyak energi yang dihasilkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas primer di laut antara lain:
1. Suhu dan Cahaya: Suhu air dan intensitas cahaya yang memadai sangat penting bagi
pertumbuhan fitoplankton, yang merupakan sumber daya dasar bagi rantai makanan
laut. Jika suhu air terlalu dingin atau terlalu panas, atau jika intensitas cahaya terlalu
rendah, maka pertumbuhan fitoplankton akan terhambat.
2. Nutrisi: Nutrisi yang tersedia di dalam air, seperti nitrogen, fosfor, dan mineral
lainnya, sangat penting untuk pertumbuhan fitoplankton. Jika nutrisi tidak tersedia
dalam jumlah yang cukup, maka produktivitas primer di laut akan menurun.
3. Aliran Arus: Arus laut yang kuat dapat membawa nutrisi ke wilayah yang lebih dalam
di laut, dan membantu menjaga keseimbangan ekosistem laut. Arus yang tidak teratur
atau berhenti dapat mengganggu sirkulasi nutrisi dan mempengaruhi produktivitas
primer di laut.
4. Iklim: Perubahan iklim dapat mempengaruhi produktivitas primer di laut dengan
mengubah suhu air, arus, dan pola curah hujan. Hal ini dapat mempengaruhi
ketersediaan nutrisi dan pertumbuhan fitoplankton.
5. Pencemaran Laut: Pencemaran laut, seperti limbah industri, sampah, dan limbah
pertanian, dapat merusak lingkungan laut dan mengganggu produktivitas primer di
laut. Pencemaran dapat mematikan plankton dan mengganggu rantai makanan laut.
6. Overfishing: Penangkapan ikan yang berlebihan dapat mengganggu rantai makanan
laut dan mempengaruhi ketersediaan makanan bagi spesies yang lebih tinggi dalam
rantai makanan. Hal ini dapat mempengaruhi produktivitas primer di laut secara
keseluruhan.

Peningkatan produktivitas primer di laut dalam merujuk pada peningkatan jumlah dan
keberagaman organisme fotosintetik yang ada di zona fotik di bawah permukaan laut.
Organisme fotosintetik ini memainkan peran penting dalam siklus karbon dan oksigen di
Bumi serta memberikan sumber makanan utama bagi banyak spesies di ekosistem laut.

Produktivitas primer di laut dalam bergantung pada faktor-faktor seperti cahaya, nutrisi, suhu,
dan ketersediaan karbon dioksida. Meskipun cahaya sangat penting untuk fotosintesis, cahaya
yang tersedia di laut dalam jauh lebih sedikit dibandingkan dengan zona fotik di atas
permukaan laut. Organisme di laut dalam perlu mampu memanfaatkan sumber daya lain
untuk mempertahankan dan meningkatkan produktivitas primer.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi produktivitas primer di laut dalam adalah
ketersediaan nutrisi. Nutrisi yang paling penting untuk organisme fotosintetik di laut dalam
adalah nitrogen dan fosfor. Sumber nutrisi ini dapat berasal dari aliran air laut yang kaya
nutrisi, seperti arus naik yang membawa nutrisi dari kedalaman ke permukaan laut, atau dari
sumber-sumber nutrisi seperti pengendapan organik dan mineral yang terakumulasi di dasar
laut.

Ketersediaan nutrisi yang cukup dapat memicu pertumbuhan fitoplankton dan mikroalga di
laut dalam, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas primer. Pertumbuhan
fitoplankton dan mikroalga dapat membentuk makanan bagi hewan laut yang lebih besar,
seperti ikan, paus, dan burung laut, yang membuat ekosistem laut lebih produktif secara
keseluruhan.

Selain pentingnya produktivitas primer bagi ekosistem laut, produktivitas primer atau
produksi biomassa oleh tumbuhan dan mikroorganisme di ekosistem laut juga memiliki
manfaat yang penting bagi manusia, di antaranya:
1. Makanan: Produktivitas primer laut merupakan sumber makanan utama bagi ikan dan
hewan laut lainnya, yang kemudian dijadikan sumber protein bagi manusia. Sebagian
besar hasil tangkapan ikan yang berasal dari laut adalah ikan-ikan yang memakan
plankton, yang merupakan hasil dari produktivitas primer laut.
2. Sumber oksigen: Tumbuhan laut dan fitoplankton di laut menghasilkan oksigen
melalui fotosintesis, yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sekitar 50% dari
oksigen yang dihasilkan di bumi berasal dari laut.
3. Penyerapan karbon dioksida: Produktivitas primer laut juga dapat membantu
mengurangi emisi karbon dioksida di atmosfer dengan menyerap dan menyimpan
karbon di dalam tumbuhan dan mikroorganisme laut.
4. Obat-obatan: Sejumlah senyawa yang ditemukan dalam tumbuhan laut memiliki
potensi untuk digunakan dalam pengobatan, seperti senyawa anti-kanker dan anti-
virus.
5. Pariwisata: Ekosistem laut yang sehat dan produktif juga dapat menarik wisatawan,
seperti wisata selam, pengamatan satwa laut, dan kegiatan lainnya yang berkaitan
dengan laut.
Menurunnya produktivitas primer di laut dapat berdampak pada lingkungan dan
keberlangsungan kehidupan manusia. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Menurunnya populasi ikan: Menurunnya produktivitas primer di laut dapat
berdampak pada populasi ikan yang dapat menjadi sumber protein bagi manusia. Jika
populasi ikan menurun, maka dapat terjadi overfishing dan kekurangan makanan bagi
masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut.
2. Gangguan pada rantai makanan laut: Menurunnya produktivitas primer di laut dapat
mempengaruhi rantai makanan laut secara keseluruhan. Jika makanan untuk spesies di
tingkat awal rantai makanan menurun, maka dapat mempengaruhi populasi spesies di
tingkat yang lebih tinggi.
3. Peningkatan harga makanan laut: Jika produktivitas primer di laut menurun, maka
dapat menyebabkan peningkatan harga makanan laut karena pasokan ikan dan produk
laut menjadi lebih sedikit.
4. Kerusakan lingkungan laut: Menurunnya produktivitas primer di laut dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem laut, termasuk kerusakan pada terumbu karang,
mangrove, dan ekosistem laut lainnya.
5. Hilangnya sumber daya bagi industri kelautan: Penurunan produktivitas primer di laut
dapat mempengaruhi industri kelautan dan perikanan, yang bergantung pada sumber
daya laut. Jika populasi ikan dan sumber daya laut lainnya menurun, maka dapat
mempengaruhi pendapatan nelayan dan bisnis di sektor kelautan dan perikanan.

Produktivitas primer di laut dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, di antaranya:


1. Meningkatkan keberlanjutan sumber daya laut: Penting untuk menjaga keseimbangan
ekosistem laut agar sumber daya laut dapat terus diproduksi dan diperbaharui. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan, seperti
dengan menerapkan praktek perikanan yang bertanggung jawab, mengurangi polusi
laut, dan melindungi terumbu karang.
2. Restorasi habitat laut: Restorasi habitat laut dapat meningkatkan produktivitas primer
laut dengan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik untuk pertumbuhan
organisme laut. Beberapa metode restorasi habitat laut yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemulihan hutan bakau: Hutan bakau merupakan habitat penting bagi banyak
spesies laut, dan dapat membantu meningkatkan produktivitas primer laut.
Pemulihan hutan bakau dapat dilakukan dengan menanam kembali bakau yang
telah rusak atau hilang.
b. Penanaman terumbu karang: Terumbu karang adalah ekosistem penting bagi
kehidupan laut, dan penanaman terumbu karang dapat meningkatkan
produktivitas primer laut. Metode penanaman terumbu karang yang umum
dilakukan adalah dengan menanam bibit terumbu karang pada substrat buatan
atau dengan teknik lainnya.
c. Pembersihan pantai dan perairan: Pembersihan pantai dan perairan dapat
membantu mengurangi pencemaran dan sampah yang dapat menghambat
produktivitas primer laut. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan
sampah yang ada di pantai dan perairan, serta menerapkan praktek-praktek
ramah lingkungan di sekitar pantai dan perairan.
d. Perlindungan satwa laut: Perlindungan satwa laut seperti ikan, penyu, dan
mamalia laut lainnya dapat membantu meningkatkan produktivitas primer laut
dengan mempertahankan populasi organisme laut yang sehat.
e. Pembuatan terumbu buatan: Terumbu buatan dapat dibuat dengan cara
menempatkan struktur buatan di dasar laut yang dapat menjadi habitat bagi
organisme laut. Hal ini dapat membantu meningkatkan produktivitas primer
laut dengan memberikan tempat berlindung dan makanan bagi organisme laut.
3. Meningkatkan teknologi pengolahan dan pemeliharaan: Teknologi pengolahan dan
pemeliharaan yang lebih baik dapat membantu meningkatkan produktivitas dan
efisiensi produksi di sektor kelautan dan perikanan. Beberapa teknologi yang dapat
diterapkan di antaranya sistem pemeliharaan ikan yang ramah lingkungan,
penggunaan kapal penangkap ikan yang efisien, serta penggunaan alat tangkap yang
ramah lingkungan.
4. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan: Pelatihan dan pendidikan yang tepat bagi
nelayan dan pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan dapat membantu
meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi. Ini dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan tentang teknik penangkapan ikan yang lebih baik, penggunaan
teknologi yang tepat, dan praktek pengolahan dan pemeliharaan yang lebih baik.
5. Meningkatkan pengembangan pasar: Meningkatkan pengembangan pasar untuk
produk-produk kelautan dan perikanan dapat membantu meningkatkan produktivitas
dan pendapatan di sektor ini. Ini dapat dilakukan dengan mengembangkan pasar baru
dan meningkatkan akses ke pasar yang sudah ada, serta meningkatkan promosi dan
pemasaran produk-produk kelautan dan perikanan yang berkualitas tinggi.
6. Meningkatkan kerjasama internasional: Kerjasama internasional antara negara-negara
yang memiliki sumber daya laut yang sama dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan efisiensi produksi di sektor kelautan dan perikanan. Ini dapat
dilakukan dengan berbagi informasi, teknologi, dan pengetahuan, serta
mengembangkan kerjasama dalam hal pengelolaan sumber daya laut yang
berkelanjutan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan untuk
menjaga dan meningkatkan produktivitas primer laut. Pengelolaan sumber daya laut yang
baik dapat meliputi pengaturan penangkapan ikan yang berkelanjutan, pengurangan limbah
dan polusi di laut, dan pengaturan penempatan keramba ikan yang tepat. Dengan menjaga
dan meningkatkan produktivitas primer laut, diharapkan sumber daya laut dapat
berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan secara jangka panjang.
Daftar Pustaka

Brack, D. (2016). Environment and sustainable development. Routledge.

Cissé, G. (2016). Governance of natural resources: Uncovering the social purpose of


materials in nature. Springer.

Dauvergne, P. (2016). Environmentalism of the rich. MIT Press.

Dugan, J. E., Hubbard, D. M., & Rodil, I. F. (2019). Ecosystem engineering by species that
differ in growth and ecosystem function leads to complementarity and higher primary
productivity. Marine Ecology Progress Series, 617, 15-30.

Gentry, R. R., Lluch-Cota, S. E., & Esquer-Garrigos, Y. (2019). Strategies for sustainable
marine aquaculture: Lessons from the world's largest fisheries. Reviews in Aquaculture,
11(4), 1128-1156.

Hallegraeff, G. M. (2010). Ocean fertilization for geoengineering: a review of effectiveness,


environmental impacts and emerging governance. Process Safety and Environmental
Protection, 88(6), 467-476.

Harris, P. G. (2018). Environmental and natural resource economics: A contemporary


approach. Routledge.

Kaufmann, D., Kraay, A., & Mastruzzi, M. (2019). The worldwide governance indicators:
Methodology and analytical issues. World Bank Policy Research Working Paper, (5430).

Lele, S., & Springate-Baginski, O. (Eds.). (2016). Resource governance for sustainable
development: interdisciplinary approaches. Earthscan.

Sathyendranath, S., Stuart, V., & Dowell, M. (2018). Remote sensing of ocean colour in
support of fisheries and aquaculture. In Remote Sensing of Aquatic Coastal Ecosystem
Processes (pp. 241-273). Springer.

Singh, R. P., & Singh, R. K. (Eds.). (2018). Natural resources and sustainable development:
Essays in honour of Professor V. K. Dadhwal. Springer.

Anda mungkin juga menyukai