Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas Pengetahuan Lingkungan
Disusun oleh:
Kelompok 3
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
Pencemaran Udara
a. Gunung berapi
Aktivitas vulkanik dari gunung berapi menghasilkan beberapa zat pencemar udara, seperti
SO2, NOx, dan Total Suspended Particulate (TSP). Menurut data UNEP (1983), gunung
berapi menghasilkan lebih banyak SO2 daripada aktivitas manusia, yaitu sebesar 80-288 juta
ton per tahunnya. Tiap tahunnya, gunung berapi memproduksi 20-90 juta ton NOx. TSP yang
dikeluarkan oleh gunung berapi adalah dalam bentuk silica, dalam abu vulkanik.
b. Biological decay
Mikroorganisme tanah melakukan dekomposisi material organik secara biologis, melepaskan
sulfur dioksida (SO2) dan NOx ke udara.
f. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan terlepasnya TSP ke udara dalam bentuk fly ash.
Kebakaran hutan juga akan menghasilkan gas rumah kaca, yaitu CO2, melalui proses
pembakaran selulosa dalam kayu secara sempurna. Apabila pembakaran selulosa terjadi
secara tidak sempurna, akan dilepaskan gas CO ke udara.
a. Emisi Industri
Contoh aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran udara adalah emisi industri
dari cerobong asap pabrik dan pembakaran pada furnace. Emisi industri dapat mengandung
TSP serta gas rumah kaca seperti CO dan CO2. Pembakaran pada furnace dapat
menghasilkan CO atau CO2.
c. peternakan (NH3)
Contoh aktivitas manusia yang termasuk ke dalam pencemaran sumber area adalah
peternakan, karena aktivitas peternakan melepaskan gas ammonia (NH3) ke udara.
d. Landfill
Penimbunan sampah di dalam landfill menghasilkan biogas, yang mana kandungan utamanya
adalah gas metana (CH4).
zat ini merupakan hasil langsung dari suatu proses atau substansi pencemar yang ditimbulkan
secara langsung oleh sumber pencemar. Contoh polutan yang dihasilkan oleh pencemaran
primer adalah sulfur dioksida yang dihasilkan oleh pabrik dan karbon monoksida hasil
pembakaran
yang dimaksud polutan sekunder ialah polutan yang dihasilkan dari interaksi dari
beberapa polutan primer di atas atmosfer kayak reaksi foto kimia. Untuk contoh sendiri yaitu
disosiasi NO2 yang menghasilkan NO dan O
4. Mengurangi penggunaan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar dan menggantikannya
dengan energi lain yang tidak menimbulkan pencemaran seperti energi panas matahari
(tenaga surya), tenaga air (hidroelektrik), tenaga angin, dan sebagainya.
5. Penempatan daerah kawasan industri supaya berada jauh dari pemukiman, terutama
pemukiman yang padat penduduknya.
6. Menciptakan mesin dari kendaraan bermotor yang hemat energi dan efek pencemarannya
kecil
6. Dampak Pencemaran Udara
Udara yang tercemar dapat masuk ke dalam tubuh melalui system pernapasan. Zat-zat
pencemar berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan zat-
zat pencemar berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Jika zat-zat
pencemar telah masuk ke seluruh tubuh, tubuh seperti terkena racun, tetapi secara perlahan
dan menumpuk dalam tubuh. Ketika timbunan dalam tubuh telah banyak, tubuh kita akan
terasa sakit.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut) ini bisa diakibatkan kebakaran hutan yang meluas seperti di daerah
Kalimantan dan Sumatera. Pencemaran udara ini juga menyebabkan penyakit asma dan
bronchitis. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik (beracun) dan karsinogenik
(penyebab kanker).
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat
terganggu pertumbuhannya. Tanaman tersebut juga rawan penyakit, antara lain klorosis,
nekrosis, dan bintik hitam. Zat yang menempel di permukaan tanaman dapat
menghambat proses fotosintesis.
Tanaman akan kekurangan nutrisi karena limbah yang mencemari tanah telah
membunuh organisme pengurai bangkai. Organisme tersebut antara lain adalah bakteri,
jamur, dan cacing, hingga sisa makhluk hidup, seperti potongan kayu, tumpukan rumput yang
tidak bisa diuraikan menjadi anorganik.
Hasil kajian bank dunia menemukan bahwa dampak ekonomi akibat pencemaran udara
di Indonesia sebesar Rp.1,8 Triliun.Jumlah ini akan meningkat mencapai 4,3 triliun pada thun
2016
Derajat keasaman (pH) normal air hujan adalah 5,6 karena adanya karbondioksida (CO2) di
atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam
dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam diantaranya yaitu mempengaruhi
kualitas air permukaan, tanaman menjadi layu dan mati, dan bersifat korosif sehingga
membentuk karat pada material dan bangunan.
Suhu udara meningkat sangat terkait dengan makin gundulnya hutan akibat penebangan liar
dan kebakaran hutan. Hal ini meningkatkan kadar karbondioksida. Selanjutnya, aktivitas
manusia yang menghasilkan asap kendaraan bermotor dan asap rokok juga meningkatkan
kadar CO2. Kadar CO2 di atmosfer yang semakin menumpuk akan sulit dinetrakan, pada
akhirnya menyebabkan efek rumah kaca.
Keberadaan CO2 di angkasa kadarnya sangat banyak. Dengan demikian, sinar matahari yang
sampai ke permukaan bumi, kemudian dipantulkan ke angka ternyata tertahan oleh lapisan
gas CO2, dan akhirnya dipantulkan kembali ke permukaan bumi. Hal tersebut mengakibatkan
suhu dipermukaan bumi makin tinggi. Jika suhu permukaan bumi semakin tinggi, sudah pasti
akan membawa pengaruh terhadap keberadaan kutub utara dan selatan. Kutub merupakan
penyeimbang suhu udara di permukaan bumi. Suhu permukaan bumi semakin tinggi atau
disebut dengan pemanasan global. Adapun dampak dari pemanasan global yaitu pencairan es
di kutub, perubahan iklim regional dan global serta perubahan siklus hidup flora dan fauna.
Lapisan ozon berfugsi untk menyaring sinar matahari yang berbahaya yaitu sinar ultraviolet,
selain itu lapisan ini berfugsi mengendalikan jumlah panas di atmosfer. Kerusakan ozon
dapat mengakibatkan kenaikan suhu di atmofer, sehingga meningkatkan pemanasan global di
bumi ini.
Penyebab kerusakan ozon karena penggunaan gas berbahaya yang berlebihan oleh manusia.
Gas tersebut adalah Klorofluorokarbon (CFC), CFC diguakan dalam system pendingin
seperti lemari es dan AC, aerosol dan Styrofoam.
Pada makalah ini akan dibahas tentang kasus kabut asap di Riau. Kasus kabut asap di
Riau bukan termasuk bencana alam melainkan pencemaran udara akibat ulah manusia.
Adapun perusahaan yang membuat kebakaran hutan ini adalah PT LIH. Kasus asap tahun
2014 di Riau ini makin parah karena seluas 11.128 hektare lahan hutan dan perkebunan serta
semak belukar di Provinsi Riau telah terbakar sejak empat pekan, menurut data Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
PP nomor 41 tahun 1999 menjelaskan bahwa sumber pencemar yang dimaksud adalah
setiap usaha dan atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang
menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kasus asap ini merupakan tindakan perusakan lingkungan terutama pembakaran lahan
gambut yang menimbulkan dampak pencemaran terhadap udara.
Faktor lainnya adalah belum optimalnya perlindungan dalam tata ruang. "Berdasarkan
pemeriksaan, belum seluruh kawasan gambut dalam dimasukan dalam kawasan lindung
dalam peta RTRW Daerah. Selain itu, terhadap beberapa konsesi di kawasan gambut dalam
tidak dilakukan pengawasan yang ketat sehingga kerap terjadi kebakaran," beber Ota.
Dari hasil audit tersebut, terdapat beberapa rekomendasi dalam upaya pencegahan
kebakaran hutan. Di tingkat hulu, pada saat pemberian izin maka pemberi izin wajib
mempertimbangkan kawasan gambut dalam. Dalam jangka pendek, Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi (RTRWP) perlu memasukan wilayah gambut dalam sebagai
kawasanlindung.
"Di tingkat hilir, untuk wilayah yang izinnya terlanjur diberikan, perlu adanya
pengawasan yang intensif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penguatan kelembagaan dan
peran pejabat pengawas yang mempunyai kewenangan melakukan pengawasan. Apabila
perusahaan tidak memenuhi kewajiban dalam melindungi kawasan gambut dalam khususnya
dalam tata kelola air untuk memastikan gambut tidak terbakar maka upaya penegakan
hukum, baik administrasi, perdata maupun pidana, perlu dilakukan secara tegas," katanya.
5.2.1 Pendahuluan
Lebih dari separuh kematian global akibat polusi udara terjadi di China dan India
pada tahun 2015. Health Effects Institute (HEI) mencatat, polusi udara menyebabkan lebih
dari 4,2 juta kematian pada tahun 2015, menjadikannya sebagai penyebab kematian tertinggi.
Dari jumlah tersebut, 2,2 juta kematian terjadi di China dan India.
Penelitian yang dilakukan HEI itu menggunakan database dari Bill & Melinda Gates
Foundation yang melacak perilaku, pola makan, dan faktor lingkungan, dalam kematian di
195 negara.
Menurut HEI, 92 persen populasi dunia hidup di area yang kualitas udaranya buruk.
Polusi udara juga dikaitkan dengan tingginya kasus kanker, stroke, dan penyakit jantung,
serta gangguan pernapasan kronik (menahun) seperti asma.
Pada Rabu, polusi udara di Beijing tercatat mencapai sekitar level 76, sedangkan di
Delhi tercatat mencapai level 833.
5.2.2 Penyebab
Perusahaan arsitektur Znera yang berbasis di Dubai, baru saja mengusulkan konsep
dramatis untuk mengatasi masalah polusi udara di New Delhi. Proyek yang mereka usulkan
adalah membangun menara penyaring dengan tinggi lebih dari 90 meter di sekitar New Delhi.
Menurut pemberitaan Newsweek pada Selasa (19/9/2018), proyek masa depan yang
dinamai "Smog" itu bertujuan untuk menghilangkan polutan kecil di udara agar manusia
dapat bernapas dengan lebih aman.
Nantinya, menara akan dibangun di sekitar kota yang memproduksi energi berbahan
bakal sel surya dan gas hidrogen.
https://www.antarariau.com/berita/34100/kasus-kabut-asap-riau-merupakan-pencemaran-
udara
https://news.detik.com/berita/2718927/ini-akar-penyebab-kebakaran-hutan-di-riau
https://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara
https://lingkunganhidup.co/pencemaran-udara-pengertian-penyebab-dampak-solusi/