Oleh:
Amelia Wahyu Enggarwati 18040274010
Widad Dzawin Nuha 18040274022
Rhozi Mukhlisin 18040274035
Lahan pertanian merupakan salah satu lahan yang cuku kritis, khusunya lahan pertanian
yang hanya ditanami jenis tanaman pertanian homogen yang berkesinambungan. Tanah di
lahan pertanian yang hanya ditanami satu jenis tanaman saja cenderung akan lebih cepat
mengalami kejenuhan karena mineral – mineral dalam tanah tersebut akan hilang. Berkenaan
dengan hal tersebut, maka penting dilakukannya suatu upaya konservasi lahan pertanian. Di
Jatiluwuh, Bali terdapat sistem konservasi mekanik terasering yang di kenal dengan Subak
Bali. Cantika (1985) dalam Artikel “Peranan Subak dalam Aktivitas Pertanian Padi Sawah
(Kasus di Subak Dalem, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan) oleh I Putu Sony
Aryawan menyatakan bahwa subak merupakan organisasi tradisional yang mampu mengelola
air irigasi dari empelan yaitu suatu bangunan dengan pengambilan air di sungai yang
dibangun oleh subak secara swadaya, sampai ke petak sawahnya.
Terasering merupakan bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat
untuk memperkecil kemiringan lereng dengan kata lain pola bercocok tanam yang
menggunakan sistem bertingkat untuk mencegah terjadinya erosi lahan. Praktek terasering
sangat erat dengan nilai-nilai kultur suatu daerah hingga hubungan sosial kemasyarakatan
selain fungsi penting dalam konservasi lingkungan. Pulau Bali menyimpan sejuta pesona
yang tidak ada habis untuk dieksplorasi. Kombinasi antara iklim tropis, hujan dan tanah
vulkanis yang subur menjadikan pulau Bali sebagai tempat yang ideal untuk budidaya
tanaman termasuk tumbuhan padi, kelapa, cengkih dan kopi. Kegiatan pertanian ini
mempunyai pengaruh yang besar pada lanskap Bali, terutama dalam penciptaan sawah
berundak-undak. Selama seribu tahun terakhir, masyarakat Bali melakukan modifikasi
demi menyesuaikan lahan pertanian dengan kondisi pulau mereka, dengan cara membuat
terasering di lereng bukit dan menggali kanal untuk mengairi lahan, sehingga
memungkinkan mereka untuk menanam padi. Salah satu yang kami bahas adalah budaya
terasering yang hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Bali serta sistem irigasi
pertanian yang baik yang dikenal sebagai Subak. Dengan Para petani yang tergabung
dalam organisasi subak telah memiliki keterampilan dan pengetahuan tradisional yang
cukup memadai (kearifan lokal/indigenous knowledge) dalam membangun dan mengelola
jaringan irigasi mereka. Karya besar nenek moyang kita berupa sistem irigasi subak
beserta landskap sawah teras yang indah yang kita warisi sampai sekarang tentulah
menggunakan teknologi tradisional yang mereka miliki. Karena hal tersebut memberikan
sumbangsi yang besar bagi perekonomian di Bali maka diharapkan kearifan lokal Subak
bisa terus ada dan lebih dikenal di kalangan penduduk Bali. Oleh karena itu, penulis
tertarik mebahas tentang “Konservasi Lahan Terasering dalam Mengurangi Tingkat Erosi
dengan Memanfaatkan Kearifan Lokal Subak di Bali”.
Windia,Wayan. 2005. Sistem irigasi subak dengan landasan tri hita karana sebagai teknologi
sepadan dalam pertanian beririgasi:Yogyakarta
Aryawan,I Putu Sony. 2013. Peranan subak dalam aktivitas pertanian padi sawah (kasus di
subak dalem, kecamatan Kerambitan, kabupaten Tabanan:Denpasar