Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Pemanfaatan Kearifan Lokal Subak Bali sebagai Upaya Konservasi


Lahan Pertanian dengan Bijak

Oleh:
Amelia Wahyu Enggarwati 18040274010
Widad Dzawin Nuha 18040274022
Rhozi Mukhlisin 18040274035

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konservasi adalah upaya perlindungan yang dilakukan untuk menjaga kelestarian
suatu lahan atau ekosistem sedangkan menurut ilmu lingkungan menyatakan bahwa
konservasi adalah yaitu upaya efisiensi dari penggunaan energy,produksi,atau distribusi
yang berakibat pada  pengurangan konsumsi energy dilain pihak menyediakan jasa yang
sama tingkatannya. Secara garis besar, teknik konservasi lahan dibedakan menjadi dua
yaitu teknik konservasi mekanik dan vegetatif. Konservasi tanah secara mekanik adalah
semua perlakuan fisik mekanik dan pembuatan bangunan yang ditujukan
untukmengurangi aliran permukaan guna menekan erosi dan meningkatkan kemampuan
tanah mendukung usaha tani secara berkelanjutan. Pada prinsipnya konservasi mekanik
dalam pengendalian erosi harus selalu diikuti oleh caravegetatif, yaitu penggunaan
tumbuhan atau tanaman dan sisa-sisa tanaman/tumbuhan (misalnya mulsa dan
pupukhijau), serta penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjng
tahun. Ketiga teknik konservasi tanah secara vegetatif, mekanis, dan kimia pada
prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas,
persyaratan, dan kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda.oleh karena itu pemilihan
teknik yang tepat sangat diperlukan

Lahan pertanian merupakan salah satu lahan yang cuku kritis, khusunya lahan pertanian
yang hanya ditanami jenis tanaman pertanian homogen yang berkesinambungan. Tanah di
lahan pertanian yang hanya ditanami satu jenis tanaman saja cenderung akan lebih cepat
mengalami kejenuhan karena mineral – mineral dalam tanah tersebut akan hilang. Berkenaan
dengan hal tersebut, maka penting dilakukannya suatu upaya konservasi lahan pertanian. Di
Jatiluwuh, Bali terdapat sistem konservasi mekanik terasering yang di kenal dengan Subak
Bali. Cantika (1985) dalam Artikel “Peranan Subak dalam Aktivitas Pertanian Padi Sawah
(Kasus di Subak Dalem, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan) oleh I Putu Sony
Aryawan menyatakan bahwa subak merupakan organisasi tradisional yang mampu mengelola
air irigasi dari empelan yaitu suatu bangunan dengan pengambilan air di sungai yang
dibangun oleh subak secara swadaya, sampai ke petak sawahnya.

Terasering merupakan bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat
untuk memperkecil kemiringan lereng dengan kata lain pola bercocok tanam yang
menggunakan sistem bertingkat untuk mencegah terjadinya erosi lahan. Praktek terasering
sangat erat dengan nilai-nilai kultur suatu daerah hingga hubungan sosial kemasyarakatan
selain fungsi penting dalam konservasi lingkungan. Pulau Bali menyimpan sejuta pesona
yang tidak ada habis untuk dieksplorasi. Kombinasi antara iklim tropis, hujan dan tanah
vulkanis yang subur menjadikan pulau Bali sebagai tempat yang ideal untuk budidaya
tanaman termasuk tumbuhan padi, kelapa, cengkih dan kopi. Kegiatan pertanian ini
mempunyai pengaruh yang besar pada lanskap Bali, terutama dalam penciptaan sawah
berundak-undak. Selama seribu tahun terakhir, masyarakat Bali melakukan modifikasi
demi menyesuaikan lahan pertanian dengan kondisi pulau mereka, dengan cara membuat
terasering di lereng bukit dan menggali kanal untuk mengairi lahan, sehingga
memungkinkan mereka untuk menanam padi. Salah satu yang kami bahas adalah budaya
terasering yang hingga kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Bali serta sistem irigasi
pertanian yang baik yang dikenal sebagai Subak. Dengan Para petani yang tergabung
dalam organisasi subak telah memiliki keterampilan dan pengetahuan tradisional yang
cukup memadai (kearifan lokal/indigenous knowledge) dalam membangun dan mengelola
jaringan irigasi mereka. Karya besar nenek moyang kita berupa sistem irigasi subak
beserta landskap sawah teras yang indah yang kita warisi sampai sekarang tentulah
menggunakan teknologi tradisional yang mereka miliki. Karena hal tersebut memberikan
sumbangsi yang besar bagi perekonomian di Bali maka diharapkan kearifan lokal Subak
bisa terus ada dan lebih dikenal di kalangan penduduk Bali. Oleh karena itu, penulis
tertarik mebahas tentang “Konservasi Lahan Terasering dalam Mengurangi Tingkat Erosi
dengan Memanfaatkan Kearifan Lokal Subak di Bali”.

1.2  Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kondisi lahan dan sistem pertanian di Bali ?
2. Bagaimana metode konservasi lahan yang digunakan dalam sistem pertanian di Bali ?
3. Bagaimana peran kearifan lokal Subak dalam konservasi lahan di Bali ?

1.3  Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kondisi lahan dan sistem pertanian di Bali
2. Untuk mengetahui metode konservasi yang digunakan dalam sistem pertanian di Bali
3. Sumbangsi kearifan lokal Subak dalam konservasi lahan di Bali
BAB II
PEMBAHASAN

1. Kondisi lahan dan sistem pertanian di Bali


Bali merupakan salah satu wilayah dengan hasil pertanian yang tinggi di Indonesia dn
wilayah pertanian di Bali tersebut tersebar merata. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik
menyatakan bahwa 73.375 hektar sawah di Bali hampir seluruhnya merupakan sawah
berpengairan pedesaan dengan menggunakan sistem Subak yang seluruhnya diselenggarakan
oleh petani secara swadaya. Dengan panorama alam air pegunungan yang ada digunakan
untuk air minum dan sebagai sumber air pertanian yang diorganisir dengan sistem irigasi
yang disebut Subak. Terdiri dari dua subak yaitu Subak Abian Jatiluwih dan Subak Abian
Gunungsari. Dari pantauan letak geografis Desa Jatiluwih dan keadaan alam yang agraris
maka masyarakat yang ada mayoritas hidup sebagai petani sawah dan kebun. Sistem
bercocok tanam yang ada untuk daerah pertanian dalam satu tahun pola tanam ada dua kali
tanam dengan tetap melestarikan tradisi menanam padi lokal.
2. Metode konservasi yang digunakan dalam sistem pertanian di Bali
Metode mekanik adalah semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap
tanah dan pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan
meningkatkan kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah dan
air adalah pengolahan tanah, guludan, teras,  penghambat (check dam), waduk, rorak,
perbaikan drainase dan irigasi (Arsyad, 2006). Kondisi lahan yang ada pada lahan pertanian
di desa Subak, jati Luwih, Tabanan Bali.
Dengan memiliki kemiringan atau lahan berlereng dimana para petani di tempat ini
banyak menggunakan lahan berlereng sebagai tempat berocok tanam, metode yang di
gunakan pada areal ini yaitu metode vegetatif pemberian mulsa.dimana metode ini bertujuan
untuk mengurangi penguapan serta melindungi tanah dari derasnya air hujan yang jatuh dan
akan mengurangi kepadatan tanah,  mulsa yang ada dapat berupa sisa tanaman, dan batu,
mulsa, sisa tanaman terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi,batang jagung)
pangkasan dari tanaman pagar ,daun-daun dan ranting, tanaman.bahan tersebut disebarkan
secara merata diatas permukaan tanah setebal 2 cm-5 cm sehingga pori-pori tanah akan
tartutup. Cara pengolahan lahan pertanian yang masih tradisional yakni menggunakan sapi
atau kerbai untuk membajak sawah serta alat bajak tradisional. Panen dengan cara tradisional
pula yaitu dengan menggunakan ani – ani sebagai sarana utama. Dalam kegiatan pengolahan
lahan, penanaman dan panen dilakukan secara gotong royong.
Sistem irigasi pada dasarnya merupakan sistem yang bersifat sosio teknis, menurut
Huppert and Walker 1989 dalam “Sistem Irigasi Subak dengan Landasan Tri Hita Karana
sebagai Teknologi Sepadan dalam Pertanian Beririgasi oleh Wayan Windia dkk. Pernyataan
bahwa sistem irigasi bersifat sosio teknis dipertegas di dalam PP 77/2001. Sistem irigasi
berlandaskan THK ini juga merupakan sistem yang bersifat sosio teknis yang teknologinya
menyatu dengan sosio kultural masyarakat setempat.
Sistem Subak ini termasuk dalam konservasi lahan secara mekanik yaitu terasering.
Sistem terasering sendiri telah terbuktu dapat mencegah adanya erosi tanah di lahan
pertanian. Hal ini disebabkan karena terasering dibuat seperti memeluk gunung atau bukit
atau horizontal mengelilingi bukit sehingga ketika terjadi hujan dan lairan air permukaan, air
tersebut tidak langsung mengalir ke bawah danmembawa material – material erosi tetapi aka
nmengenai penampang berupa undakan – undakan terasering tersebut. Dengan kondisi
pertanian sepreti ini dapat sekaligus melaksanakan konservasi lahan pertanian sehingga
terhindar dari erosi tanah akibat aliran air permukaan.
3. Sumbangsi kearifan lokal Subak dalam konservasi lahan di Bali
Subak merupakan salah satu kearifan lokal yang masih eksis di beberapa wilayah di
Bali. Subak adalah organisasi pembagian air di areal sawah secara tradisional. Organisasi
subak memiliki empat elemen yaitu, lahan pertanian (sawah), sumber air, anggota subak, dan
pura subak. Subak merupakan budaya masyarakat Bali khususnya dan aset nasional pada
umumnya, memerlukan penanganan khusus di era globalisasi saat ini. Organisasi subak
begitu kuat dan sangat dipercaya oleh para anggotanya, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa subak menjadi penunjang utama dari eksistensi sektor pretanian. Bahkan sistem subak
dinilai memiliki peranan yang sangat nyata dalam proses pembangunan nasional. Namun
kenyataannya, sumber air sering menjadi masalah bagi pertanian di Bali. Perkembangan
pembangunan sektor pariwisata di Bali yang menjadikan air sebagai sumber daya yang
dibutuhkan oleh banyak sektor, membuat subak tidak berdaya menghadapi kenyataan ini.
Jika sektor pariwisata tidak dapat disinergikan dengan sektor pertanian maka sistem subak
akan terancam eksistensinya sebagai penunjang utama sektor pertanian.
BAB III
PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Konservasi lahan merupakan hal penting yang harus dilakukan untnk menjaga
kelestarian suatu lahan. Setiap daerah di Indonesia memiliki karakteristik lahan yang
khas seperti kemiringan lereng, vegetasi penutup, maupun curah hujan yang diterima.
Oleh karena itu, kegiatan konservasi lahan perlu dilakukan dengan mengacu pada
faktor-faktor tersebut di daerah tertentu. Salah satu konservasi lahan untuk mencegah
erosi yang terkenal di Indonesia adalah Subak Bali. Menurut letak geografisnya,
subak Bali dibagi menjadi dua yaitu Subak Abian Jatiluwih dan Subak Abian
Gunungsari. Subak adalah organisasi pembagian air di areal sawah secara tradisional.
Organisasi subak memiliki empat elemen yaitu, lahan pertanian (sawah), sumber air,
anggota subak, dan pura subak. Subah telah memberikan sumbangsi kepada
lingkungan dan masyarakat Bali. Salah satunya adalah menjaga kelestarian lahan,
mencegah terjadinya erosi,dan sebagai sarana desa wisata di Bali
3.3 Saran
a. Saran untuk peneliti selanjutnya : Memperbanyak literasi – literasi terkait dengan
tema Subak Bali, melakukan observasi langsung ke tempat untuk mengetahui
fakta lapangan, dan berkonsultasi dengan para ahli terkait dengan tema Subak Bali
sehingga nantinya menghasilkan karya makalah ynag lebih lengkap dan rinci.
b. Saran untuk pemerintah : Memperbanyak fasilitas penelitian untuk mahasiswa
terkait dengan tema tertentu seperti tema Subak Bali, adapun fasilitas tersebut
dapat berupa buku – buku, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, maupun mentor atau para
ahli terkait dengan tema tertentu.
DAFTAR RUJUKAN
https://www.indozone.id/fakta-dan-mitos/lNseNM/terasering-bangunan-konservasi-tanah-cegah-
erosi-lahan.
https://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com/2012/09/makalah-biologi-lingkungan-subak.html

Windia,Wayan. 2005. Sistem irigasi subak dengan landasan tri hita karana sebagai teknologi
sepadan dalam pertanian beririgasi:Yogyakarta

Aryawan,I Putu Sony. 2013. Peranan subak dalam aktivitas pertanian padi sawah (kasus di
subak dalem, kecamatan Kerambitan, kabupaten Tabanan:Denpasar

Anda mungkin juga menyukai