KETAHANAN PANGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ketahanan Pangan
Disusun oleh:
NAFISA ZAYYAN AULIA
NIM. 8882230021
3. Di Maluku mengenal sistem sasi, baik sasi darat maupun sasi laut. Selama masa tutup
sasi, masyarakat dilarang untuk mengambil hasil bumi (sasi daraf) ataupun hasil laut
(sasi laut). Ada dua jenis sasi di Maluku, yakni sasi adat dan sasi agama.
4. Suku Besar Arfak sebagai masyarakat asli Kabupaten Manokwari dan sekitarnya
sebelumnya telah memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan yang dikenal
dengan sebutan Igya Ser Hanjob. Igya Ser Hanjob secara harafiah berdiri menjaga
batas (Igya = berdiri, Ser = menjaga, dan Hanjob = batas) (Mulyadi, 2007). Konsep
Igya Ser Hanjob adalah konsep pembagian batas wilayah konservasi lahan dan cara
berkebun secara rotasi untuk menjaga kelestarian hayati. Konsep ini adalah budaya
asli yang bersifat turun temurun yang dipegang teguh oleh masyarakat Suku Besar
Arfak. Namun dengan masuknya budaya luar Papua mengakibatkan benturan budaya
dalam pengolahan lahan dan perubahan food habit yang semula mengkonsumsi
pangan non-beras antara lain betatas (ubi jalar), kentang, keladi, kasbi (singkong) dan
sagu menjadi pengkonsumsi beras. Dalam budaya pertanian / peladangan dan
pengolahan lahan, masyarakat Arfak menganut sistem ladang berpindah, masyarakat
Arfak mengenal suatu siklus ladang berpindah. Ketika suatu ladang telah dipanen satu
atau dua kali, maka mereka meninggalkan ladang tersebut untuk menjadi hutan
kembali dan mencari lahan baru untuk dibuka dan ditanami.
DAFTAR PUSTAKA
Hujairin, M., Ismadi, A., & Kustana, T. (2017). Revitalisasi kearifan lokal Suku Arfak di
Papua Barat dalam rangka mendukung ketahanan pangan wilayah.
Available at: https://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MP/article/view/59