Anda di halaman 1dari 3

CONTOH PENERAPAN BUDAYA YANG MENDUKUNG

KETAHANAN PANGAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ketahanan Pangan

TUGAS MATA KULIAH KETAHANAN PANGAN

Disusun oleh:
NAFISA ZAYYAN AULIA
NIM. 8882230021

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
1. Di Kasepuhan Cipta Mulya di Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Pelabuhan Ratu
baru-baru ini, kami menyaksikan bangunan kecil yang berjejer di depan-samping
rumah sang pemimpin kasepuhan tersebut. Bangunan-bangunan kecil tersebut tidak
lain adalah lumbung padi (leuit) milik masing-masing rumahtangga warga di
sekitarnya. Salah satu lumbung yang paling besar dan terletak di bagian depan
merupakan lumbung yang dimiliki oleh masyarakat adat ini secara komunal. Mereka
mempunyai budaya luhur yang disebut serah ponggokan, yakni semacam "pertobatan"
atas segala perbuatan yang telah dilakukan terhadap lingkungan alam. Pada masa
serah ponggokan itu masyarakat dilarang untuk menggarap tanah selama dua atau tiga
minggu bahkan bisa selama sebulan. Hak masyarakat untuk menggarap lahan
diserahkan kepada Sang Pemilik melalui sesepuh adat, baru kemudian diminta
kembali setelah masa "pertobatan" itu selesai. Acara ini dilakukan sekali dalam
setahun.

2. Di Dusun Uel, Desa Nunkurus, Kabupaten Kupang, seorang tokoh masyarakat


membuat sistem lumbung desa seperti ini berbasis agama. Warga suatu gereja kecil di
dusun tersebut diminta untuk mengumpulkan sejumlah padi yang disimpan sebagai
antisipasi menghadapi kesulitan pangan, yang memang sering terjadi di NTT.

3. Di Maluku mengenal sistem sasi, baik sasi darat maupun sasi laut. Selama masa tutup
sasi, masyarakat dilarang untuk mengambil hasil bumi (sasi daraf) ataupun hasil laut
(sasi laut). Ada dua jenis sasi di Maluku, yakni sasi adat dan sasi agama.

4. Suku Besar Arfak sebagai masyarakat asli Kabupaten Manokwari dan sekitarnya
sebelumnya telah memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan lahan yang dikenal
dengan sebutan Igya Ser Hanjob. Igya Ser Hanjob secara harafiah berdiri menjaga
batas (Igya = berdiri, Ser = menjaga, dan Hanjob = batas) (Mulyadi, 2007). Konsep
Igya Ser Hanjob adalah konsep pembagian batas wilayah konservasi lahan dan cara
berkebun secara rotasi untuk menjaga kelestarian hayati. Konsep ini adalah budaya
asli yang bersifat turun temurun yang dipegang teguh oleh masyarakat Suku Besar
Arfak. Namun dengan masuknya budaya luar Papua mengakibatkan benturan budaya
dalam pengolahan lahan dan perubahan food habit yang semula mengkonsumsi
pangan non-beras antara lain betatas (ubi jalar), kentang, keladi, kasbi (singkong) dan
sagu menjadi pengkonsumsi beras. Dalam budaya pertanian / peladangan dan
pengolahan lahan, masyarakat Arfak menganut sistem ladang berpindah, masyarakat
Arfak mengenal suatu siklus ladang berpindah. Ketika suatu ladang telah dipanen satu
atau dua kali, maka mereka meninggalkan ladang tersebut untuk menjadi hutan
kembali dan mencari lahan baru untuk dibuka dan ditanami.
DAFTAR PUSTAKA

Kinseng, RA (2020). Aspek sosial budaya dalam peningkatan ketahanan pangan.


Repository ipb journal.
Available at:
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/52715/1/_rilus%20a.%20kinseng.pdf

Hujairin, M., Ismadi, A., & Kustana, T. (2017). Revitalisasi kearifan lokal Suku Arfak di
Papua Barat dalam rangka mendukung ketahanan pangan wilayah.
Available at: https://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MP/article/view/59

Anda mungkin juga menyukai