Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POLA KEBUDAYAAN MASYARAKAT DAYAK DAN SUKU DANI

Untuk menyelesaikan tugas dari dosen : Mukhsin, M. Si

NAMA KELOMPOK

MARDANA

BADRATUL NAFIS

PRONGRAM STUDI ANTROPOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(STISIP) AL-WASHLIYAH BANDA ACEH

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum puji syukur dengan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan juga nikmat yang lain-lainnya sehingga kita bisa berkumpul dan
bertemu ditempat ini. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Allah,Nabi akhir zaman yang
mana membawa ummat nya dari zaman yang tidak punya menjadi manusia yang beradap
ialah Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah berkat usaha kami dan atas izin Allah kami membuat makalah tugas
dari dosen pembimbing Bapak Mukhsin. Dengan ini makalah kami pun selesai menyusun dan
merangkum dalam satu makalah dan terima kasih bagi kawan-kawan kami yang telah
membantu membuat makalah ini sehingga makalah ini dapat ditampilkan.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................

Daftar isi...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan Masalah..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. Pola Kebudayaan Masyarakat Dayak........................................................................


B. Pola Kbudayaan Suku Dani.......................................................................................
BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besarmasyarakatnya


memiliki mata pencaharian sebagai petani. Hampir semuawilayah di Indonesia
mempunyai lahan pertanian seperti Jawa, Bali,Sumatera, Kalimantan, hingga
Sulawesi. Setiap daerah memiliki tatacaradalam mengolah dan membudidayakan hasil
pertaniannya sehingga dapatmenjaga ketersediaan pangan untuk daerahnya sendiri.
Sejarah pertanianIndonesia pun patut kita apresiasi. Indonesia mampu menjadi
negaraswasembada beras setelah krisis ekonomi pada tahun 1960-an, serta
dikenalsebagai eksportir gula pada masa itu.

Kebudayaan masyarakat agraris di Indonesia umumnya masih


bersifattradisional. Mereka bergotong royong dalam melakukan pekerjaan,
sertamemiliki pranata atau aturan tertentu yang harus dipenuhi supaya hasil panen
bisa maksimal. Meski di zaman ini teknologi semakin maju,diharapkan agar kearifan
lokal masyarakat tidak mengalami kelunturan.Justru dapat menggunakan teknologi
sebagai alat untuk membantu proses pertanian tanpa menghilangkan nilai tradisi yang
ada didalamnya.

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana Pola Kebudayaan Masyarakat Dayak
2. Untuk mengetahui bagaimana pola kebudayaan suku Dani
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pola kebudayaan masyarakat Dayak
2. Untuk mengetahui Pola Kebudayaan Suku Dani
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pola Kebudayaan Masyarakat Dayak
Masyarakat Dayak di Kalimantan dalam hidupnya sangat bergantungdengan
hasil hutan yang berada di sekeliling mereka, dan tidak dapat dipisahkan dengan
hutan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Arkanudin,2001:56). Selain itu, hutan
telah menjadi habitat utama mereka secara turuntemurun serta dari sanalah mereka
mendapat sumber kehidupan yang pokok(Sapardi, 1994:45).
Dalam memulai bertani, mereka menebang sebagian kecil pohon dihutan guna
mencari tanah garapan membuka lahan. Namun, tidaksembarang hutan boleh
ditebang. Ada beberapa proses yang harus dilalui.Suku Dayak pada umumnya
memiliki ketentuan sendiri untuk berladang.Diantaranya adalah :
1. Meminta izin kepada kepala adat
2. Pencarian lahan hutan menggunakan beberapa faktor. Misalnya dilihatdari aspek
alam maupun kepercayaan akan lahan yang digaraptersebut mendatangkan
keberuntungan atau sebaliknya.
3. Upacara pembukaan hutan dan penggarapan lahan dengan caramenebang,
membakar, kemudian membersihkan hutan.
4. Penanaman padi dengan siste ‘Manugal’. Yaitu dengan caramelubangi tanah
menggunakan tongkat kayu guna menebar benih.Mereka selalu melaksanakan
dengan cara gotong royong dan bergiliran di setiap dalang.
5. Suasana ketika proses ‘Manugal’ identik dengan kebahagiaansehingga senantiasa
diiringi dengan tari-tari dan nyanyian.

Masyarakat Dayak dalam berladang kebanyakan menggunakan kembali


ladangnya ketika habis masa panen, tetapi tak sedikit pula yangmembiarkan lahannya
menjadi hutan belukar supaya mendapat kadar air yang tinggi ketika nanti ditanami
kembali. Sistem pertanian mereka pun taklepas dari religiusitas, mereka meminta izin
dahulu kepada roh leluhur gunamempertanyakan boleh tidaknya daerah tersebut
ditanami. Jawaban yangdisampaikan melalui suara dan gerakan binatang.

Proses Upacara dalam Pembukaan Lahan Pertanian


Dalam proses pertaniannya sendiri, suku Dayak pada umumnyamengenal
serangkaian upacara adat yang dilaksanakan. Upacara tersebutdimulai bulan Juni
hingga April. Rangkaian upacara adatnya adalah sebagai berikut :

1. Upacara Nabo’ Panyugu Nagari


Yaitu permintaan izin masyarakat desa bersama-sama berdoa di
Panyugu (tempat ibadah). Masyarakat harus berpantang, diantaranyatidak
boleh bekerja, memakan daging, pakis, rebung, keladi, dan cendawan.
Masyarakat juga dilarang mengeluarkan perkataan buruk.Pantangan ini
harus dijalani selama 3 hari 3 malam.
2. Upacara Nabo’ Panyugu Tahutn
Upacara dengan cara sembahyang di Panyugu Untuk menetapkan
lokasi bertani yang strategis supaya mendapat berkah dan keberhasilan
panen pada tahun tersebut.
3. Upacara Ngawah

Dilakukan pada malam hari untuk mencari lokasi yang cocokuntuk


bertanam padi. Biasanya dengan petunjuk dari suara binatang,semisal bunyi
yang terdengar dari atas bukit. Artinya lahan tersebut baik untuk ditanami.
Jika bunyi berasal dari lembah, maka lahantesebut tidak cocok digunakan
bertani.

4. Upacara Mandagar Rasil

Dilaksanakan setelah upacara ngawah, upacara ini merupakan


pernyataan jawaban atas baik atau tidaknya hasil pertanian nanti.Apabila
pesan rasi dianggap baik, maka pekerjaan di ladang tetapditeruskan. Tetapi
bila tidak, maka pekerjaan tersebut harus berhenti.

5. Upacara Ngaratas Ngaras

Yaitu kegiatan membuat batas-batas lahan antara ladangtetangga yang


lain. Setelah itu barulah penebasan hutan dilakukanhingga selesai. Hal ini
dilakukan agar tidak ada kesalahpahamandengan orang lain atas
kepemilikan tanah garapan.

6. Upacara Nabakng
Merupakan upacara menebang pohon yang bertujuan
agardiperbolehkan memakai lahan pertanian tersebut. Bila pohon tersebut
besar, maka mereka hanya memotong cabang-cabangnya saja.
Karenamereka percaya bahwa pohon besar dihinggapi burung tinangkok
yangdapat menjaga tanaman sehingga pada waktu panen mendapat
hasilyang baik dan melimpah.

7. Upacara Ngranagke Raba’


Merupakan upacara mengeringkan tebangan dalam beberapawaktu
utnuk kemudian dibakar. Sebelum dibakar, dilakukan ngaraki’ yaitu
membersihkan daerah sekitar yang akan dibakar supaya api tidakmerembet
ke daerah lain.
8. Membuat Solor atau Jaujur
Ialah upacara pembuatan batasan lahan agar
menghindarikesalahpahaman antar pemilik ladang karena kesalahan
pemakaian batas tanah garapan.
9. Upacara Batanam Padi
Upacara ini terdiri dari Ngalabuhan, yakni upacara memulai tanam
padi.
10. Upacara Ngamala Lubakng Tugal
Suatu perawatan yang dilakukan di ladang secara intensif agar tanaman
tidak diganggu hama.
11. Upacara Ngirilatn
Membuang padi-padi sisa gigitan hama atau binatang lain kesungai.
12. Upacara Ngabati
Dilaksanakan ketika padi mulai menguning di tengah ladang.Upacara
ini adalah suatu permohonan agar padi yang telah menguningitu tidak
diganggu lagi oleh hama sehingga hasil panen bisa baik(berisi)
13. Upacara Naik Dango
Upacara Naik Dango merupakan inti dari segala rangkaian upacara
yang berkaitan dengan pesta panen padi. Upacara ini merupakan syukuran
yang dilaksanakan masyarakat suku Dayak setiap tahun sekali. Tepatnya
tanggal 27 April. Pelaksanaannyadilakukan bergiliran di setiap kecamatan.
Upacara ini dilaksanakansecara besar-besaran dengan melibatkan banyak
kesenian di dalamnya.
B. Pola Kebudayaan Suku Dani
Dani adalah salah satu dari sekian banyak suku bangsa yang terdapat atau
bermukim atau mendiami wilayah Pegunungan Tengah, Papua, Indonesia dan
mendiami keseluruhan Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya.
Selayang Pandang Suku Dani
Suku Dani adalah sekelompok suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem di
Pegunungan Tengah, Papua. Pemukiman mereka berada di antara Bukit Ersberg dan
Grasberg yang menyimpan kandungan emas, perak, dan tembaga.
Suku Dani dikenal sejak ratusan tahun lalu sebagai petani yang terampil dan
telah menggunakan alat/perkakas yang pada awal mula ditemukan diketahui telah
mengenal teknologi penggunaan kapak batu, pisau yang dibuat dari tulang binatang,
bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan kayu galian yang terkenal sangat
kuat dan berat.
Mereka menggantungkan hidup dari alam dengan bercocok tanam sebagai
aktivitas utamanya. Setiap hari, Suku Dani menanam sayur mayur kemudian
memanen dan menjualnya ke pasar. Dari cara berpakaian pun, mereka masih banyak
mengenakan ''koteka'' (penutup kemaluan pria) yang terbuat dari kunden/labu kuning
dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di
“honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang). Upacara-upacara besar dan
keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya).
Penemuan Suku Dani
Suku Dani Papua, Perkampungan yang pertama kali diketahui di Lembah
Baliem diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu.Banyak explorasi di dataran
tinggi pedalaman Papua yang dilakukan. Salah satu diantaranya yang pertama adalah
Expedisi Lorentz pada tahun 1909-1910 (Netherlands), tetapi mereka tidak beroperasi
di Lembah Baliem.
Kemudian penyidik asal Amerika Serikat yang bernama Richard Archold
anggota timnya adalah orang pertama yang mengadakan kontak dengan penduduk asli
yang belum pernah mengadakan kontak dengan negara lain sebelumnya.
Ini terjadi pada tahun 1935. kemudian juga telah diketahui bahwa penduduk
Suku Dani adalah para petani yang terampil dengan menggunakan kapak batu, alat
pengikis, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu atau tombak kayu dan
tongkat galian. Pengaruh Eropa dibawa ke para misionaris yang membangun pusat
Misi Protestan di Hetegima sekitar tahun 1955. Kemudian setelah bangsa Belanda
mendirikan kota Wamena maka agama Katholik mulai berdatangan.

Bahasa Suku Dani


Bahasa Suku Dani terdiri dari 3 sub keluarga bahasa, yaitu:
1. Sub keluarga Wano di Bokondini
2. Sub keluarga Dani Pusat yang terdri atas logat Dani Barat dan logat lembah
Besar Dugawa.
3. Sub keluarga Nggalik & ndash.

Bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melansia dan bahasa Papua tengah
(secara umum).

Mata pencaharian pokok suku bangsa Dani adalah bercocok tanam dan beternak
babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan untuk dibudidayakan,
artinya mata pencaharian umumnya mereka adalah berkebun. Tanaman-tanaman
mereka yang lain adalah pisang, tebu, dan tembakau. Kebun-kebun milik suku Dani
ada tiga jenis, yaitu:
1. Kebun-kebun di daerah rendah dan datar yang diusahakan secara menetap
2. Kebun-kebun di lereng gunung
3. Kebun-kebun yang berada di antara dua uma

Kebun-kebun tersebut biasanya dikuasai oleh sekelompok atau beberapa


kelompok kerabat. Batas-batas hak ulayat dari tiap-tiap kerabat ini adalah sungai,
gunung, atau jurang. Dalam mengerjakan kebun, masyarakat suku Dani masih
menggunakan peralatan sederhana seperti tongkat kayu berbentuk linggis dan kapak
batu.

Selain berkebun, mata pencaharian suku Dani adalah beternak babi. Babi
dipelihara dalam kandang yang bernama wamai (wam = babi; ai = rumah). Kandang
babi berupa bangunan berbentuk empat persegi panjang yang bentuknya hampir sama
dengan hunu. Bagian dalam kandang ini terdiri dari petak-petak yang memiliki
ketinggian sekitar 1,25 m dan ditutupi bilah-bilah papan. Bagian atas kandang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan kayu bakar dan alat-alat berkebun. Bagi suku
Dani, babi berguna untuk:

1. dimakan dagingnya
2. darahnya dipakai dalam upacara magis
3. tulang-tulang dan ekornya untuk hiasan
4. tulang rusuknya digunakan untuk pisau pengupas ubi
5. sebagai alat pertukaran/barter
6. menciptakan perdamaian bila ada perselisihan

Suku Dani melakukan kontak dagang dengan kelompok masyarakat terdekat di


sekitarnya. Barang-barang yang diperdagangkan adalah batu untuk membuat kapak,
dan hasil hutan seperti kayu, serat, kulit binatang, dan bulu burung.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Indonesia terkenal akan masyarakatnya yang agraris dan kehidupannya
bergantung pada sektor pertanian. Pertanian sendiri dibagi menjadi 2 yakni, pertanian
sawah dan pertanian ladang. Dan salah satu pertanian ladang diindonesia adalah yang
dilakukan oleh masyarakat suku dayak dan Dani memiliki kearifan lokal tersendiri
dalam sistem pertanian dengan berbagai proses adat dan serangkaian upacara .
Diawali dengan meminta izin dari tetua untuk pembukaan lahan dihutan, pencarian
lokasi penanaman, merawat tanaman, hingga memanen.
Pola kebudayaan masyarakat agraris suku dayak dan suku Dani ini memiliki
dampak yang sangat menguntungkan sekali bagi masyarakat karena dari keuntungan
hasil pertanian ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dayak dan suku
Dani, dapat memaksimalkan hasil alam yang ada di daerahnya dan dapat
mensejahterakan masyarakat suku dayak dan suku dani sehingga diharapkan dengan
adanya sistem ini mampu menjadikan masyarakat dayak dan suku dani lebih bisa
memaksimalkan lagi hasil pertanian didaerahnya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Andreas, 2012, Suku Dayak, Yokyakarta: Pustaka Cipta

Habib, Ahmad, 2002.Dinamika Interaksi Antar Etnik di pedesaaan. Pascasarjana Universitas


Airlangga, Disertasi.

Ember, R. Carol, dan Melvin Ember. (1981). "Konsep Kebudayaan", dalam T.O. Ihromi.
Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

http://gempitanews.com/detailpost/mengenal-tradisi-pertanian-suku-dayak

http://gempitanews.com/detailpost/mengenal-tradisi-pertanian-suku-dayak

Anda mungkin juga menyukai