Anda di halaman 1dari 8

Upacara Adat Gawai Dayak

Sithi Zahra
sayesizaa@gmail.com

Abstrak
Seperti yang selama ini kita tahu, Indonesia memiliki kebudayaan yang beragam
macamnya. Hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari puluhan bahkan ratusan suku bangsa
dan terbagi ke dalam wilayah yang cukup banyak, didukung dengan luasnya negara serta
belasan ribu pulau menjadikan Indonesia sebagai negara heterogen akan budaya. Salah satu
wilayah Indonesia yang memiliki berbagai kebudayaan adalah Kalimantan. Kalimantan atau
biasa juga disebut Borneo oleh masyarakat internasional merupakan pulau terbesar dengan
urutan ketiga di dunia. Pulau Kalimantan terletak di utara Pulau Jawa, sebelah baratnya
merupakan Pulau Sulawesi. Di Pulau Kalimantan terdapat 3 negara, yakni negara Indonesia
dengan persentase luas sebanyak 73%, negara Malaysia menempati urutan kedua dengan
luas 26% dan terakhir negara Brunei dengan menempati luas wilayah sebanyak 1%.
julukan “Pulau Seribu Sungai” tersemat pada pulau ini karena begitu banyak sungai yang
mengalir di pulau Kalimantan. Terdapat beberapa suku yang mendalami Kalimantan,
namun suku yang familiar di telinga kita adalah suku dayak. Suku Dayak merupakan suku
yang bertempat tinggal di pedalaman Kalimantan. Suku ini dikatakan primitif karena
memiliki kehidupan yang jauh dari akses informasi dan teknologi. Meskipun dikatakan
primitif, ada hal unik yang menarik perhatian dari suku dayak, yakni kebudayannya. Salah
satu kebudayaan yang menarik dari suku Dayak ini adalah Upacara Adat Gawai Dayak.
Upacara Adat Gawai Dayak merupakan perayaan rutin yang dilaksanakan di Kalimantan
Barat. Gawai sendiri memiliki arti pembacaan mantera dan ditujukan kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa sebagai rasa syukur atas kelimpahan rezeki ketika musim panen.
Kata Kunci: Kalimantan, kebudayaan, gawai, suku dayak

I. PENDAHULUAN

Salah satu yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia adalah
kebudayan. Seperti yang selama ini kita ketahuin, kebudayaan menciptakan sebuah
peradaban manusia. Dalam catatan dunia, Indonesia adalah salah satu negara yang
memiliki kebudayaan lokal paling kaya di dunia. Menurut data yang dikeluarkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) pada sensus penduduk pada tahun 2010, telah diketahui
bahwa Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa yang memiliki perbedaan. Budaya
lokal merupakan asli yang berasal dari suatu kelompok masyarakat tertentu yang
kemudian menjadi ciri khas budaya yang syarat dengan nilai-nilai yang dijadikan
sebagai karakter bangsa Indonesia dan perlu dipertahankan.

Nilai luhur yang dimiliki oleh masyarakat adalah adat istiadat. Adat istiadat
yang ada di Indonesia sudah mulai menujukkan tanda-tanda kepunahan. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya pelestarian dari berbagai pihak. Salah satu tradisi lisan
yang masih dilakukan hingga kini oleh sebagian besar suku dayak di Kalimantan
adalah tradisi Gawai Dayak. Tradisi ini dilakukan juga oleh masyarakat suku dayak
yang tinggal di malaysia. Gawai Dayak merupakan tradisi lisan yang sampai sekarang
masih terus berkembang dan merupakan perayaan masyarakat dayak pasca panen.

II. PEMBAHASAN

II.I Pengertian Gawai Dayak

Gambar. 1 Perayaan Gawai Dayak (Sumber: www.goodnewsindonesia.id)

Masyarakat suku Dayak di Kalimantan memiliki kepercayaan terhadap Jubata.


Bagi Masyarakat Dayak Jubata merupakan pencipta dan pemelihara semua yang ada
di alam nyata dan alam maya. Bagi Masyarakat suku Dayak Jubata sangat dihormati,
diagungkan serta dimuliakan. Masyarakat Dayak pada umumnya memiliki pekerjaan
sebagai petani, pada saat musim panen tiba Masyarakat Dayak melakukan upacara
sebagai bentuk syukur kepada Jubata atas hasil panen yang didapatkan yaitu upacara
Gawai (Syafrita & Murdiono, 2020).

Gawai dalam tradisi Dayak dijuluki sebagai pembacaan mantera (nyanghathn)


yang ditampilkan dalam bentuk budaya tradisional. Dalam upacara gawai, selain
dilakukan acara, yaitu pembacaan mantera (nyanghathn), tetapi juga ditampilkan
berbagai bentuk budaya tradisional, kesenian dan kerajinan yang bernuansa
tradisional. Selain itu juga dalam upacara adat, Gawai dilakukan dengan saling
mengunjungi antar sesama warga dengan menyuguhkan berbagai makanan yang khas.
Makanan yang disuguhkan seperti kue, tumpi, lemang, bontokng, serta berbagai jenis
makanan tradisional lain yang dibuat dari hasil panen setiap tahunnya (Rengat et al.,
2022)

Upacara adat ini memilliki 18 tahapan di awali dari Baburukng hingga tahapan
terakhir yakni upacara adat Naik Dango. Sebelum hari H atau upacara adat Naik
Dango dilakukan, masyarakat suku Dayak terlebih dahulu melaksanaan Nyangahathn
(pembacaan mantera) yang biasa disebut dengan Matik untuk meminta doa restu
kepada Jubata bahwa akan dilakukan pesta adat. Selanjutnya upacara adat dengan
pembacaan mantera di lumbung padi (baluh atau langko) dengan tujuan untuk
mengumpulkan dan menambah semangat dan Nyangahathn ditempat beras atau biasa
disebut pandarengan. Hal tersebut dilakukan untuk memberkati beras agar dapat
bertahan lama dan tidak cepat habis (Syafrita & Murdiono, 2020)

Pelaksanaan upacara adat Gawai dapat memberikan dampak positf pada kehidupan
sosial masyarakat suku Dayak di Kalimantan Barat. Dengan dilaksanakannya Gawai
sebagai upacara adat secara rutin setiap tahunnya dapat memberikan wadah
silaturahmi kepada setiap suku Dayak untuk berkumpul dan bertemu serta
bermusyawarah untuk pelaksanaan upacara adat Gawai. Selain itu Gawai Dayak
yang dilakukan merupakan peristiwa budaya yang strategis dalam arti membuka
peluang untuk menggali atau memunculkan kembali budaya-budaya yang ada di
masyarkat Dayak (Rengat et al., 2022)

II.II Tujuan Gawai Dayak

Bentuk rasa syukur masyarakat dayak atas hasil panen yang melimpah mereka
wujudkan dengan perayaan Gawai Dayak. Sedangkan saat ini perayaan Gawai Dayak
mengalami pergeresan makna, yakni ditujukan untuk menanamkan rasa persatuan dan
kesatuan sesama suku dayak dan suku lainnya dalam suasana harmonis dan saling
toleransi.

II.III Persiapan Gawai Dayak

Upacara adata ngamper bide atau menggelar tikar adalah sebuah upacara sebelum
melaksanakan tradisi gawai dayak. Upacara ini akan dipimpin oleh tokoh suku dayak dan
dilangsungkan di rumah Betang Panjang. Upacara ini diikuti oleh masyarakat degan
berinteraksi satu sama lain. Berikut adalah tahapan yang harus dilakukan setelahnya:

1. Tahap persiapan, pada tahap ini masyarakat dayak yang akan menggelar gaai
dayak akan menyiapkan kebutuhan-kebutuhan maupun keperluan yang akan
dibutuhkan selama acara. Kegiatan ini dilakukan dengan musyawarah secara
tertutip.
2. Persiapan jangka pendek, dilakukan 3 minggu sebelum acara gawai dayak
dimulai. Masyarakat akan menumbuh padi yang terdiri dari beras dan ketan,
kegiatan ini dinamakan mantuk ase.
3. Majajenang Bun, memiliki arti mengantar atau menyebarkan undangan kepada
semua masyarakat dayak. Pada masyarakat dayak, undangan tersebut
berbentuk gundu atau masyarakat setempat menyebutnya bun, terbuat dari
rotan yang dipintal.
4. Pandung, memiiki tujuan untuk mantera agar makhluk yang dijadikan
sesembahan dapat memberikan rezeki dan pahala bagi masyarakat suku dayak.
5. Bumbulan, adalah kegiatan makan-makan dan dilakukan selama tiga hari
berturut-turut.

II.IV Pelaksanaan Gawai Dayak

1. Bapipis mantak, upacara ini hanya diketahui oleh ketua adat. Merupakan acara
pembacaan mantera dengan bahasa dayak, biasanya diiringi oleh beberapa
oersembahan seperti beras yang diberi minyak goreng
2. Nyangahatn masak, acara ini adalah kegiatan pemotongan ayam, ayam
tersebut kemudian dibersihkan dan direbus untuk disajikan kepada pantak dan
penyungu. Doa dan mantera tetap diucapkan dimana hanya ketua adat yang
tahu.
3. Bapinta Bapadah Ka Pantak' dan Penyungu, merupakan permohonan izin
kepada Jubata untuk melakukan acara gawai dayak.
4. Nyapak umpang, adalah sesi pembacaan doa dan mantera dengan perantara
beras juning dan hanya ketua adat yang mengetahui. Prosesi ini adalah
memotong persembahan sehingga mendapatkan potongan yang terbaik.

PENUTUP
Nilai luhur yang dimiliki oleh masyarakat adalah adat istiadat. Adat istiadat
yang ada di Indonesia sudah mulai menujukkan tanda-tanda kepunahan. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurangnya pelestarian dari berbagai pihak. Salah satu tradisi lisan
yang masih dilakukan hingga kini oleh sebagian besar suku dayak di Kalimantan
adalah tradisi Gawai Dayak. Tradisi ini dilakukan juga oleh masyarakat suku dayak
yang tinggal di malaysia. Gawai Dayak merupakan tradisi lisan yang sampai sekarang
masih terus berkembang dan merupakan perayaan masyarakat dayak pasca panen.
Upacara adat ini memilliki 18 tahapan di awali dari Baburukng hingga tahapan
terakhir yakni upacara adat Naik Dango. Sebelum hari H atau upacara adat Naik
Dango dilakukan, masyarakat suku Dayak terlebih dahulu melaksanaan Nyangahathn
(pembacaan mantera) yang biasa disebut dengan Matik untuk meminta doa restu
kepada Jubata bahwa akan dilakukan pesta adat. Selanjutnya upacara adat dengan
pembacaan mantera di lumbung padi (baluh atau langko) dengan tujuan untuk
mengumpulkan dan menambah semangat dan Nyangahathn ditempat beras atau biasa
disebut pandarengan. Hal tersebut dilakukan untuk memberkati beras agar dapat
bertahan lama dan tidak cepat habis (Syafrita & Murdiono, 2020). Pelaksanaan
upacara adat Gawai dapat memberikan dampak positf pada kehidupan sosial
masyarakat suku Dayak di Kalimantan Barat. Dengan dilaksanakannya Gawai
sebagai upacara adat secara rutin setiap tahunnya dapat memberikan wadah
silaturahmi kepada setiap suku Dayak untuk berkumpul dan bertemu serta
bermusyawarah untuk pelaksanaan upacara adat Gawai. Selain itu Gawai Dayak
yang dilakukan merupakan peristiwa budaya yang strategis dalam arti membuka
peluang untuk menggali atau memunculkan kembali budayabudaya yang ada di
masyarkat Dayak. Gawai dayak memiliki tahap persiapan yakni Tahap persiapan;
Persiapan jangka pendek; Majajenang Bun; Pandung; Bumbulan. Dan tahap
pelaksanaan yaitu Bapipis mantak; Nyangahatn masak; Bapinta Bapadah Ka Pantak'
dan Penyungu; Nyapak umpang,

DAFTAR PUSTAKA

Agency, ANTARA News. "Pekan Gawai Dayak IX Sintang wujud nyata untuk memajukan budaya

nasional". ANTARA News Kalimantan Barat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-12.

Diakses tanggal 2023-02-12.

Bahri, S. (2015). Gawai Dayak sebagai Sumber Sejarah Lokal Tradisi Masyarakat Indonesia

Sebelum Mengenal Tulisan. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Vol. 12, No. 05. Universitas Negeri
Yogyakarta:Yogyakarta.

Ramadhan, A.R. Gawai Dayak: Upacara Adat Khas Kalimantan Barat.

www.goodnewsindonesia.id. Diakses tanggal 1 Januari 2023


Rengat, I. S., Ronaldo, P., & Hexano, S. A. D. (2022). Upacara Adat Gawai Suku Dayak Kalbar
sebagai Kearifan Lokal dan Pembentuk Nilai Solidaritas. Titian: Jurnal Ilmu Humaniora,
6(2), 182–193. https://doi.org/10.22437/titian.v6i2.21080

Suparno., Alfikar, G., Santi, D., & Yosi, V. (2018). Mempertahankan Eksistensi Budaya Lokal Nusantara
Ditengah Arus Globalisasi Melalui Pelestarian Tradisi Gawai Dayak Sintang.
Jurnal PEKAN Vol. 3, No. 1. STKIP Persada Khatulistiwa Sintang: Kalimantan Barat.
Syafrita, I., & Murdiono, M. (2020). Upacara Adat Gawai Dalam Membentuk Nilai-Nilai
Solidaritas Pada Masyarakat Suku Dayak Kalimantan Barat. Jurnal Antropologi: Isu-Isu
Sosial Budaya, 22(2), 151. https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p151-159.2020

Widiyanto, S., Sunendar, D., Sumiyadi., & Permadi, T. (2023). Pengenalan Sastra untuk Siswa
Taman Kanak-Kanak (Studi Kasus pada Tradisi gawai Dayak). Jurnal Pendiidkan Anak
Usia Dini. Vol, 7 567-468

BIODATA

SITHI ZAHRA biasa dipanggil SIZA. lahir di Tayan Hilir 22 Oktober 2005. Anak ke tiga
dari tiga bersaudara. Saya suka menulis dan melukis. Alumni MA Khulafaur Rasyidin. Saat
ini saya sedang menempuh Pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Malang Prodi
Fisioterapi. Moto hidup saya “Apa yang Allah ambil darimu, pasti akan di gantikan dengan
yang lebih baik. Jadi belajarlah ikhlast”.

Anda mungkin juga menyukai