Anda di halaman 1dari 30

BUDAYA MELAYU RIAU XI MIPA 1

 Kelompok 1
Syukron Ramadhan
Anggi Arianda
Hatuaon Riaunda Sitangggang
Embun Suci Ramanda
Veronika Puja Koswari
Santika Angggraini Bakri
Raden Sadiah
MATERI KELOMPOK

 A . Keragaman Mata Pencaharian Masyarakat Melayu Riau

 B. Tata Cara Bercocok Tanam Dalam Masyarakat Melayu

 C. Upacara (Ritual) Dalam Bercocok Tanam Di Masyarakat


Melayu Riau
KERAGAMAN MATA PENCAHARIAN
MASYARAKAT MELAYU RIAU

 Masyarakat melayu merupakan masyarakat kompleks.


Masyarakat melayu riau memiliki adat dan tradisi yang
homogen. Homogenitas corak adat dan tradisi tersebut
tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan
alam dan keadaan setempat. Kegiatan kehidupan masyarakat
sehari-hari tidak lepas dari kegiatan mata pencaharian
masyarakat. Sumber pendapatan orang melayu riau itu
berasal dari pekerjaan seperti berikut.
 1 . Berladang (pertanian)
 2. Beternak (peternakan)
 3. Menangkap ikan (perikanan)
 4. Beniro (menetek enau dan kelapa)
 5. Industri pengolahan hasil pertanian (agroindustri)
 6. Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut
(perhutanan)
 7. Berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan
(perkebunan)
 8. Bertukang
 9. Berniaga (perdagangan)
 Mata pencaharian masyarakat biasanya dipengaruhi oleh
lingkungannya. Masyarakat melayu yang tinggal di desa,
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Masyarakat
yang tinggal di daerah pesisir bermata pencaharian sebagai
nelayan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan
tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman
campuran (mixed farming). Masyarakat melayu yang tinggal di
kota kebanyakan bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja
di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain -
lain.
 Dalam bercocok tanam dan menangkap ikan orang melayu
riau umumnya masih menggunakan alat -alat sederhana dan
tradisional. Masyarakat melayu riau tidak hanya mengerjakan
satu jenis pekerjaan saja. Pekerjaan yang dilakukan juga
menyesuaikan dengan cuaca atau keadaan sekitar untuk
tetap dapatkan penghasilan yang maksimal. Pagi hari
berkebun sore nya menangkap ikan atau mencari hasil hutan
seperti beniru (mengambil air nira). Ketika masih hujan, saat
mereka tidak bisa memotong karet maka mereka berkebun
atau bertani. Pada saat kemarau panjang maka mereka
meramu hasil hutan
 Cara tersebut bertujuan untuk:
1 . Meragamkan sumber pendapatan;
2. Strategi untuk menghadapi kegagalan dari satu pekerjaan
sebagai sumber pendapatan;
3. Sebagai cara jangka pendek masyarakat melayu dalam
menggunakan sumber daya alamnya, maupun berhubungan
dengan peristiwa atau keadaan ekonomi sesaat;
4. Upaya orang melayu riau dalam menghadapi krisis ekonomi
dengan melakukan penggantian pekerjaan dengan pekerjaan
lain yang lebih tepat dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan
tersebut.
 Masyarakat harus mempunyai pengetahuan tentang alam dan
lingkungan hidupnya agar bisa melihat hubungan manusia
dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dengan
hutan tanah sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang berguna
secara ekonomis dari sumber dan lingkungannya .

 Unsur-unsur kesenian melekat pada sistem mata pencaharian di


melayu riau yaitu dari mitos, legenda, syair, pantun, randai dan
ritual atau upacara -upacara adat. Alam menjadi sesuatu yang
sangat berarti bagi sistem mata pencaharian, sistem teknologi
dan sistem pengetahuan. Hilangnya hutan pada umumnya
menyebabkan terancam dan hilangnya pencaharian seperti
mengambil madu dan peladang. Unsur -unsur kesenian yang
melekat misalnya syair-syair dan mantra-mantra pada siklus
pekerjaan juga ikut menghilang, karena tidak lagi menjadi mata
pencaharian dan dipraktekkan sebagaimana biasanya oleh
masyarakat melayu riau.
 Dahulu penguasaan ekonomi di kalangan orang melayu
perkotaan lebih rendah dibandingkan oleh orang non pribumi.
Sekarang masyarakat pribumi mulai kembang dan sukses
dalam bidang perniagaan. Mereka mampu meningkatkan
kualitas hidup dengan kemampuan memiliki barang mewah
dan mampu mempunyai pendidikan yang tinggi.
TATA CARA BERCOCOK TANAM DALAM
MASYARAKAT MELAYU

 Tanaman adalah bagian dari lingkungan yang bisa dimanfaatkan


untuk memenuhi hidup manusia. Tanaman ini akan diperoleh
dari cara bercocok tanam yang benar dan tidak terlepas dari
peralatan yang digunakan. Pertanian di melayu riau ini
merupakan pertanian minyak sistem ladang dan usaha
perkebunan karet rakyat. Pertanian dengan sistem ladang
memiliki cara pengolahan tanah yang sangat sederhana
sehingga alat-alat yang diperlukan juga sederhana, yaitu
beliung, parang panjang, parang pendek atau candung, tuai atau
ani-ani, bakul, lesung, nyiru, antan, dan tampah

 Bercocok tanam dilakukan dengan sistem berladang kasang


yaitu cara berdagang dengan menebang hutan kemudian
dibakar, dibersihkan lalu ditanami tanaman tua atau muda.
Bercocok tanam seperti ini melalui tahapan tahapan sebagai
berikut.
 1 . Memilih tempat
 Tempat dipilih berdasarkan kondisi tempat, seperti kesuburan
tanahnya dan hak milik.
 2. Membersihkan sekeliling tempat yang akan dibakar dari
daun-daun kering supaya api tidak menjalar ke hutan
sekitarnya
 3. Menebas
 Menebas dilakukan dengan mematikan tumbuh -tumbuhan
kecil sehingga memudahkan pekerjaan selanjutnya
 4. Menebang
 Menebang dilakukan dengan cara menebang pohon -pohon
yang besar dengan beliung dan parang agar mendapat sinar
matahari
 5. Membakar hutan
 Pembakaran hutan dilakukan sebulan atau lebih setelah
selesai menebas dan menebang hutan. Jika pembakaran
dilakukan ketika musim kemarau panjang, maka keliling
ladang ditebas dan dibersihkan dari kayu atau daun kering
agar api tidak merambat ke semak belukar sekitarnya.
Membakar ladang di musim kemarau sangat kering dilakukan
mengikuti angin yaitu jika angin bertiup ke timur, maka
pembakaran dimulai dari timur.
 Selain itu pembakaran juga dimulai dari pinggir dengan
berkeliling sehingga apinya bertemu di tengah -tengah ladang.
Ada juga kepercayaan, ketika api sudah padam, si pemilik
ladang berlari keliling ladang dengan bertelanjang agar nenek
asyura yang akan menaburkan biji tanaman pengganggu
segera meninggalkan ladang yang baru dibakar ini karena
malu melihat ada orang lelaki bertelanjang.
 6. Menanam
 Menanam tanaman tua yang hasilnya agak lama dipanen dan
tanaman muda yang hasilnya cepat dipanen. Proses
penyemaian bibit biasanya dilakukan pada hari kedua atau
ketiga setelah dibakar. Menanam bibit dengan cara bibit padi
di taburkan untuk tanah bencah atau basah. Kalau padi sudah
tumbuh dan mencapai tinggi kira -kira 30 cm lalu dicabut dan
setelah dibersihkan akarnya kemudian ditanam kembali
secara teratur seperti penanaman padi di sawah. Penanaman
padi biasanya dilakukan pada akhir kemarau sehingga setelah
padi ditanam akan tiba musim hujan
 7. Pengolahan tanah
 Pengolahan tanah dilakukan dengan membalik lapisan tanah
dengan menggunakan cangkul. Pengolahan tanah ini untuk
mempercepat proses pembusukan daun -daun yang tidak habis
dalam pembakaran dan untuk mematikan rumput liar yang
mengganggu pertumbuhan tanaman
 8. Menjaga
 Menjaga tanaman dilakukan dengan menjaganya dari gangguan
binatang seperti babi hutan
 9. Memelihara atau merawat
 Memelihara tanaman yang dalam proses tumbuh dilakukan
dengan membersihkan tanaman -tanaman yang bisa mengganggu
pertumbuhan tanaman utama. Tanah yang telah terbuka
ditanami selama 1-2 tahun dengan masa panen satu sampai tiga
kali panen
 10. Ladang yang telah digunakan dibiarkan dalam jangka
waktu yang cukup lama sekitar 10 -15 tahun sehingga
sebagian kembali menjadi hutan
 11 . Ladang yang telah menjadi hutan jika akan digunakan
lagi makan dibuka seperti cara semula
 12. Membayar zakat
 Setelah panen selesai maka dapat diketahui seberapa hasil
panen yang dapat diketahui dari jumlah tempat menampung
padi sementara di ladang ketika sedang panen atau dengan
melihat bentiang padi. Kalau dari penaksiran hasil panen
telah mencapai nisab maka wajib dizakati
 Petani karet mengerjakannya dengan sederhana, yaitu dengan
cara menanami karet pada tanah bekas ladangnya sehingga
daerah perladangan makin lama semakin jauh, karena tanah -
tanah yang dekat dengan kampung telah ditanami karet. Karet
setelah ditanam akan dibiarkan tumbuh tanpa dirawat. Setelah
empat atau lima tahun ketika pohon karetnya siap panen maka
akan didatangi dan dibersihkan kemudian akan dipanen. Alat -
alat yang digunakan untuk menyadap untuk pohon karet antara
lain sebagai berikut.
 1 . Sudu getah adalah talang kecil karet dari seng yang
dipantekkan ke pohon untuk mengalirkan getah
 2. Pisau getah juga disebut pisau toreh atau pisau lait yaitu
pisau yang digunakan untuk menoreh kulit pohon
 3. Mangkok getah yang terbuat dari tembikar kasar atau
memakai tempurung kelapa
 4. Ember atau kaleng, digunakan untuk mengumpulkan dan
mengangkut hasil getah berbentuk susu ke tempat pengolahan.
UPACARA (RITUAL) DALAM BERCOCOK
TANAM DI MASYARAKAT MELAYU RIAU

 1 . Upacara menentukan tempat berkebun


Upacara ini dilakukan untuk mencari tempat yang cocok untuk
dibuat ladang dan tidak mengganggu keserasian lingkungan
sekitar, baik makhluk hidup maupun makhluk gaib. Upacara ini
dipimpin oleh pemimpin upacara tradisi yaitu orang yang
mempunyai pengetahuan tentang tradisi ini pemimpin ini
disebut dengan tok bomo atau tok pawang. Upacara ini
dilaksanakan di tempat orang yang mempunyai hajat. Peralatan
yang digunakan dalam acara ini adalah tali undi sebanyak 8
helai yang dibuat dari daun pandan kering berukuran sekitar 40
cm.
 Tali ini dianggap sebagai alat komunikasi tok pawang dengan
makhluk halus untuk mengetahui diterima atau tidaknya
permohonan yang berhajat untuk membuka hutan. Peralatan
lain yang diperlukan adalah beras basuh, beras bersih beras
kunyit (masing-masing satu gelas, digunakan untuk
persembahan atau ungkapan terima kasih atas diterimanya
permintaan tersebut. Diperlukan juga tempat untuk
membakar kemenyan atau sesaji. Bau kemenyan dianggap
bau yang disenangi penunggu yang dapat menarik penunggu
tanah ke tempat upacara.
 Dalam melakukan upacara ini tok pawang duduk bersila
sambil membakar kemenyan untuk memanggil penunggu.
Ketika tok pawang yakin penunggu telah datang maka dia
memulai dialog kepada penunggu tersebut dengan membaca
qumul quran, surah an-naas dan al-ikhlas masing-masing
sebanyak tiga kali sambil membawa tali pandan dengan
sangat longgar dengan berdialog: pak hamid (nama yang
berhajat) hendak menumpang berkebun di sini, kalau diberi
datuk nenek di sini atau hendak meminta selesai sebenar -
benar selesai tali ini, kalau tidak dibenarkan datuk nenek di
sini pak hamid nak berkebun, aku minta kusut sebenar -benar
kusut tali ini.
 Tali itu diusapkannya dengan asap kemenyan kemudian dialog
diulang kembali kemudian tali yang telah disimpul tadi
diasapi kemudian diulang sampai tiga kali berturut -turut. Tali
pandan menjadi kusut menandakan hajat dikabulkan oleh
penunggu, namun jika tidak maka harus mencari daerah lain
yang berjarak sekitar 7 meter dari tempat semula. Hal ini
dilakukan sampai yang berhajat menemukan tanah yang
mendapat ijin penunggu karena jika tidak mendapat restu
dari penunggu tanah maka akan mengakibatkan hal -hal yang
buruk kematian yang aneh, banjir atau diserangnya wabah
penyakit. Setelah upacara penentuan tempat ini berhasil
maka bisa dilakukan upacara menebang kayu besar
 2. Upacara menebang kayu besar
Pohon-pohon besar sering dianggap menjadi kediaman
makhluk-makhluk yang tidak dapat dilihat. Makhluk halus itu
sering disebut sebagai penunggu atau puake. Untuk menjaga
keseimbangan terhadap lingkungan maka dilakukan upacara
menebang kayu besar sebagai permohonan ijin untuk
menebang pohon besar tersebut. Makhluk halus akan bersedia
menyingkirkan dari tempat itu jika dilakukan upacara tersebut.
Jika tradisi ini tidak dilakukan maka akan mengakibatkan
malapetaka bagi masyarakat seperti adanya serangan hama
pada hutan yang dibuka untuk berladang.
 Peralatan yang digunakan dalam upacara ini antara lain:
kapak, parang, korek api, tali serta minyak. Tata cara yang
dilakukan pada upacara ini diawali dengan tok pawang duduk
di atas bone (akar pohon kayu) dam menghadap pohon kayu.
Mengucapkan salam dan hajat kepada penunggu pohon yang
berbunyi: assalamualaikum datuk nenek di sini minta undur
ikak dari pohon ini, aku hendak menebang kayu ini.
Dilanjutkan membaca ummul quran dan ayat kursi masing -
masing sebanyak 3 kali berturut -turut. Ayat terakhir pada ayat
kursi dibaca sebanyak 7 kali.
 Bacaan ini dibaca dengan tujuan menghalau setan yang
mendiami tempat-tempat tersebut. Pohon boleh ditebang setelah
selesai membacakan bacaan -bacaan tersebut. Tok pawang
kembali membaca mantra ketika pohon akan tumbang sambil
menghadap arah tempat tumbangnya pohon kayu dengan
mantra: assalamualaikum bapakku lampit semawe namenya.
Ibuku bumi semamuri namenya minta tolong bale, minta tolong
pelihare depan ibu dan bapak, aku nak menebang kayu, jangan
rusak jangan beinase, kalau ade salah silih, minta tolong maaf,
melainkan ibu dan bapakkulah yang punya bale, yang punya
pelihare, assalamualaikum ya datuk nenek di sini, minta tolong
bale minta tolong pelihare kalau ada salah pilih, aku minta
ampuni maaf pada datuk nenek di sini mane hambe rakyat yang
nakal-nakal, yang tajam-tajam yang bise-bise minta sisik dari
sini. Pohon bisa dilanjutkan ditebang setelah mantra selesai
dibacakan.
 3. Upacara menyemah tanah
Upacara ini adalah upacara untuk meminta ijin kepada
penunggu tanah untuk melaksanakan hajat di tempat itu.
Upacara ini tidak hanya dilakukan untuk penentuan tempat
berkebun tapi juga bisa dilakukan untuk upacara mendirikan
rumah. Jika upacara yang dilakukan adalah upacara untuk
mendirikan rumah maka perlu dibuat lubang terlebih dahulu
untuk menancapkan tiang seri yaitu tiang pertama bangunan
itu. Tata caranya adalah tok pawang sambil memandang lubang
dan mengucapkan mantra yang berbunyi :
 nasrun minallahi wafathun qorib, hiula cinta mani, nur allah
dijadikan allah yang rendah ditinggikan, yang penuh
dilimpahkan sebagai bulan purnama bagai burung
cendrawasih, bagai air dalam balag, bagai telaga di bawah
bukit, dari syarib ke magrib, minta buang sial dan malang,
berkat doa lailahailallahmuhammadarrasulullah. Selanjutnya
melakukan tepuk tawa dengan cara menumbuk tepung beras
menggunakan daun ribu-ribu dan daun hati ke dalam lubang
tiang seri kemudian dimasukkan juga garam, paku, pecahan
kaca dan benda tajam lainnya untuk menangkal gangguan
makhluk halus.
 4. Upacara doa padang
Upacara ini dilakukan dengan berdoa di ladang atau sawah ketika
akan turun berladang atau bersawah. Upacara ini diikuti oleh
pemuka daerah atau kampung. Upacara ini dilaksanakan pada
waktu yang telah disepakati oleh masyarakat yaitu ketika akan
dimulai turun ke ladang atau ke sawah. Dalam upacara ini disertai
dengan pemotongan kambing atau sapi yang telah diusahakan
oleh masyarakat. Dalam upacara ini diiringi acara kesenian rarak
dan puncaknya mengadakan dzikir laillah -hailallah dan doa sambil
meniupkannya ke segala penjuru ladang serta kampung agar
segala gangguan menghilang

 5. Upacara panen padi


Upacara diadakan ketika akan memanen padi. Upacara ini
dilakukan dengan memanen secara beramai -ramai dengan batobo.
Jika hasil panen petani mencapai batas nisab/zakat juga diadakan
acara doa yang diikuti dengan kesenian dzikir dan rebana
 6. Mengilang tebu
Upacara ini merupakan serangkaian upacara panen padi yang
dilakukan setelah panen padi selesai untuk memanen kebun tebu
yang berada di sekitar ladang atau sawah yang telah dipanen.
Pekerjaan kebun tebu ini antara lain mencari pagar, panen dan
mengilang dilakukan petani secara bergotong -royong. Cara
mengilang tebu yaitu tebu dikilang dalam suatu kilang yang
terbuat dari kayu bulat tiga buah yang diukir dengan bentuk
kepala, leher, badan dan badan bagian bawah. Ketiga kilang
tersebut dirangkai dengan kayu seminai yang panjang dan diputar
pada kanan kirinya secara teratur searah jarum jam sambil tebu
dimasukkan di sela-sela kilang. Air tebu yang keluar ditampung
dalam alat penampung. Air yang telah terkumpul kemudian
diambil untuk dimasak di wajan besar yang bisa diisi sebanyak 10
kg air tebu. Proses mengilang diiringi dengan kesenian rarak.
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai