Anda di halaman 1dari 34

Aspek sosial pertanian secara

tradisional
Zulfa Hanum, SST., M.Keb
Bangsa Indonesia adalah
bangsa petani

Kuatnya negara, adalah


kuatnya di sektor pertanian
Sektor pertanian memegang peranan
penting bagi perekonomian nasional

Jumlah petani di Indonesia hanya


tinggal sekitar 4 juta orang
(Ahdiat, 2019)
• Jumlah tersebut sangatlah sedikit
dibandingkan total penduduk di Indonesia
yang berjumlah sekitar 264 juta orang.

• Suatu penelitian mengatakan “jumlah


tersebut merupakan angka terendah dalam
sepuluh tahun terakhir”.
Untuk itu, pemerintah berupaya
keras untuk meningkatkan hasil di
sektor pertanian saat ini menuju
ketahanan pangan nasional.
• Petani di Indonesia masih menerapkan pola
tanam monokultur pada lahan pertanian mereka 
• pola tanam monokultur memiliki berbagai
dampak negatif, seperti:
 kerusakan lingkungan akibat pemakaian pestisida
secara berlebihan
 tidak memutus rantai organisme penyakit tanaman,
mengganggu kesejahteraan petani apabila harga hasil
panen di pasar turun
 dan berkurangnya keanekaragaman tumbuhan
pertanian.
Selain itu, penerapan pola tanam
monokultur akan menghabiskan
nutrisi tanah secara terus-menerus
hingga tanah tidak dapat subur
kembali.
 Ada kesamaan antara permakultur dengan
konsep pertanian tradisional di nusantara yang
kini banyak ditinggalkan.
Bertani konvensional yang berpedoman dengan
konsep tradisional tersebut mirip dengan
konsep permakultur, diantaranya:
1. Tumpang sari atau Wanatani (Agroforestry)
2. Hugelkultur
3. Pemanenan Air Hujan
4. Pelapisan Mulsa
Wanatani memiliki dua sistem, yaitu wanatani
sederhana dan wanatani kompleks.

1.Wanatani sederhana adalah sistem pertanian


yang terdiri atas satu atau dua jenis pohon yang
bercampur dengan satu atau beberapa jenis
tumbuhan pertanian. Praktik wanatani sederhana
digunakan untuk memaksimalkan hasil pertanian.
Contohnya, penanaman pohon turi, randu, jati
sebagai pembatas petak sawah atau tegalan. 
2. Wanatani kompleks adalah perpaduan rumit
berbagai unsur wanatani sederhana,
sehingga wanatani akan memiliki struktur
dan dinamika ekosistem menyerupai hutan
alam. Pada wanatani kompleks, flora dan
fauna yang ada akan sangat beragam.
• Metode pengomposan yang menggunakan
sejumlah potongan besar kayu busuk di dalam
tanah untuk meningkatkan kemampuan tanah
menahan air.
• Saat proses pembusukan, kayu yang
terdekomposisi akan membentuk struktur
berpori yang mampu menyerap air saat
musim hujan sehingga tanah tidak akan kering
saat musim kemarau.
• Petani dapat membuat gundukan tanah di
atas hugelkultur tersebut untuk menanam
berbagai tumbuhan kebun atau pertanian.
(Feineigle, 2012).
• Proses pengumpulan dan penyimpanan air
hujan untuk kemudian digunakan sebelum
mencapai akuifer (lapisan di bawah tanah
yang mengandung dan mengalirkan air)
• Air hujan yang ditampung akan diproses ulang
agar dapat digunakan sebagai persediaan air
untuk minum, sanitasi hewan ternak, irigasi,
menyiram tanaman, hingga mencuci.
• Metode permakultur ini juga dapat
membantu petani pada saat musim
kekeringan agar tidak kekurangan air dan
mengurangi biaya yang perlu dikeluarkan
petani karena menggunakan air dari PDAM
• Mulsa adalah lapisan pelindung untuk
menutupi tanah, seperti bebatuan, kerikil,
dedaunan, papan kayu, serpihan kayu, dan
sebagainya .
• Dalam permakultur, mulsa berbahan organik
lebih diutamakan karena dapat menyerap air
hujan, mengurangi evaporasi, menyediakan
nutrisi, meningkatkan kadar organik tanah,
menyediakan habitat bagi organisme tanah,
menahan pertumbuhan gulma, mengatur
perubahan temperatur harian tanah, dan
mengurangi erosi.
(Mason, 2003).
WHY JEPANG....??????
• Satoyama adalah salah satu sistem pertanian
tradisional yang berkembang di Jepang.
Satoyama berasal dari kata “sato” yang berarti
desa dan “yama” yang berarti gunung.
• Sesuai dengan namanya, sistem pertanian ini
terletak di wilayah pedesaan di area
pegunungan. 
Satoyama merupakan sebuah lingkup ekosistem
berkelanjutan dimana manusia berperan
sebagai pengelola hutan dan lahan pertanian.

Beberapa aspek yang umum ditemukan dalam


suatu sistem Satoyama antara lain adalah lahan
pertanian, sawah, padang rumput, hutan
sekunder atau hutan campuran, sungai, kolam,
serta sumber air untuk irigasi.
• Seiring dengan perkembangan zaman, sistem
pertanian Satoyama mulai tergusur
perkembangan industri.
• Selama 50 tahun terakhir, mulai banyak lahan
Satoyama yang ditinggalkan.
• Penduduk Jepang yang didominasi warga
lanjut usia, serta kurangnya tenaga muda yang
berkecimpung dalam sistem ini menyebabkan
Satoyama berada di ambang kepunahan.
banyak upaya untuk
mengembalikan Satoyama yang
diinisiasi oleh beberapa organisasi
di Jepang.
Gerakan ini juga didukung oleh Kementrian
Lingkungan dan bertujuan untuk
mempertahankan dan memperkenalkan sistem
pertanian berkelanjutan yang mengoptimalkan
pengelolaan lahan dan sumberdaya alam.
Dengan adanya gerakan ini,
diharapkan sistem pertanian
berkelanjutan seperti Satoyama dan
keanekaragaman hayati tetap
bertahan di masa depan.
Sistem pertanian di Jepang sudah
menjadi rahasia umum di seluruh
dunia mempunyai sistem kerja yang
baik.
• Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar
pembangunan pertanian Jepang yang salah
satunya adalah farm size expansion (perluasan
lahan).
• Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan lahan
pertanian semakin bertambah dari empat hektar
menjadi 15-20 hektar untuk setiap keluarga
petani.
Berikut empat sistem yang
membuat pertanian Jepang sangat
maju.
1. Teknologi pertanian yang canggih

• Sistem pertanian di Jepang telah menggunakan


teknologi yang canggih.
• Untuk menanam, menyirami, hingga memanen, petani
Jepang telah dibantu dengan mesin.
• Jika di Indonesia membajak sawah masih menggunakan
bajak tunggal, di Jepang membajak telah menggunakan
bajak enam sehingga 1-2 jam telah selesai.
2. Perhatian pemerintah yang tinggi terhadap
pertanian
• Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh
pemerintah.
• Tata niaga pertanian Jepang telah diatur sedemikian
rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang
ditanam petani.
• Apa yang ditanam sudah diatur sesuai dengan
permintaan pasar.
3. Harga produk pertanian yang terkontrol
• Pemerintah juga turut campur tangan terhadap harga
produk pertanian.
• Kebanyakan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah
sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga yang
layak.
4. Lahan pertanian yang dimiliki tiap petani luas
• Jangan bayangkan lahan pertanian di Jepang seperti di
Indonesia yang tiap petani hanya memiliki sepetak atau
dua petak sawah.
• Di Jepang, seorang petani biasa memegang 7-10 hektar
sawah.
• Sawah yang dimiliki satu keluarga di Jepang diwariskan
dengan cara tidak dibagi-bagi seperti yang terjadi di
Indonesia.
• Setiap keluarga, hanya ada satu anak yang
akan mewarisi lahan pertanian.
• Anak yang benar-benar ingin menjadi petani
yang akan dipilih untuk mewarisi lahan
pertanian.
• Sedangkan anak lainnya akan menerima
warisan dalam bentuk lain.

Anda mungkin juga menyukai