Anda di halaman 1dari 4

Nama : Della

NIM : 2112062041

Kelas : E12

Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa dan Budaya Kalimantan

Nomor Absen : 5

JURNAL PEMAHAMAN

1. KELOMPOK 5 :
Nama Kelompok : 23. Rona
: 27. Tety Trivelia

MATERI : GAWAK BEGUGO ( Dayak Suruk Desa Tekalong, Kecamatan


Mentebah Kapuas Hulu)
Gawak Begugo adalah acara perayaan pasca panen ladang yang ada di masyarakat
Dayak Suruk Desa Tekalong Kecamatan Mentebah Kabupaten Kapuas Hulu. Acara
Gawak Begugo sebagai rasa syukur kepada Tuhan atas kelimpahan hasil panen dan
sebagai bentuk kegembiraan.
Tujuan dari Gawak Begugo untuk menjadi ajang pelestarian budaya. Karena Gawak
Begugo sebagai sarana bagi masyarakat untuk lebih mencintai kebudayaan dan untuk
mempromosikan pariwisata daerah Dayak Suruk.
Syarat-syarat pelaksanaan Gawak Begugo :
1. Nseluk (Bakul Kecil)
2. Benih padi (yang baru dipanen)
3. 1 ekor manuk (1 ekor ayam)
4. Hati manuk (hati ayam)

Pada acara Gawak Begugo menampilkan berbagai macam pertunjukan sepert :


1. Tari-tarian
2. Bambai (bercerita dan bernyanyi atau menyanyikan sebuah kisah/cerita namun
memiliki intonasi nadanya)
3. Poncak (orang tua atau tetua yang bisa menari)
4. Pertunjukan musik tradisional tawak (gong)

Pertanyaan :
1. (21) Prisila Rosalia Dea : Apa yang dimaksud dengan bambai dan poncak ?
2. (13) Losina : Apakah ada satu tempat atau di rumah masing-masing menyiapkan
syarat-syarat gawak begugo ?

Jawaban :

1. Rona : Bambai itu seperti bercerita namun memiliki intonasi dan nada seperti
bernyayi, sedangkan poncak yaitu orang tua atau tetua yang bisa menari
2. Rona : Menyiapkan acaranya di satu tempat kemudian ada penanggung jawab atau
panitia yang menyiapkan dan bertugas di acara gawak begugo.

2. KELOMPOK 6 :
Nama Kelompok : 28. Kharisma Dharma
: 12. Ulfa Maulidiyanti
: 33. Yuni Fitri Hartati

MATERI : BETANGAS
Betangas adalah tradisi yang dilakukan oleh warga desa Lokajaya tepatnya di
Kecamatan Tanah Pinoh. Adapun kegiatannya yaitu mandi menggunakan uap air hasil
rebusan yang dicampur dengan berbagai bahan dan rempah-rempah. Betangas
biasanya dilakukan oleh calon pengantin baik itu perempuan maupun laki-laki
tujuannya agar badan tetap wangi dan segar sehingga akan terpancar aura yang ada
didalam calon pengantin tersebut. Selain calon pengantin, betangas juga dilakukan
oleh orang yang tidak enak badan. Proses betangas biasanya dilakukan oleh calon
pengantin pada malam menjelang hari H. Pelaksanaanya biasa dimulai dengan
merebus air yang telah dicampur dan dan rempah sampai mendidih kemudian calon
pengantin duduk berdekatan dengan dandang yang telah berisi rebusan air rempah lalu
seorang keluarga akan melingkarkan tikar mengelilingi calon pengantin dan dandang
air rebusan, kemudian tikar ditutup dengan kain agar tidak ada uap yang keluar dari
dalam tikar. Setelah ditutup, calon pengantin yang berada di dalam tikar tersebut
mengaduk-aduk air rebusan di dandang dengan sengkidau agar uapnya keluar. Proses
ini dilakukan 10-15 menit hingga badan calon pengantin dipenuhi dengan keringat.

Alat yang digunakan :


1. Dandang atau sampai ( periuk )
2. Sengkidau
3. Tikar
4. Ketugung ( Kursi kecil )
5. Kain ( tirai )
6. Tali
Bahan yang digunakan :

1. Daun serai wangi


2. Daun bidara
3. Daun timau bonsi
4. Daun limai purut
5. Daun empiawas
6. Dan daun-daun lainnya yang bisa diambil dari dalam hutan

Pertanyaan :

13. Losina : Apakah tidak bahaya dandang yang dekat dengan pengantin sedangkan
dandanya panas?

Jawaban :

Ulfa Maulidiyanti : Tidak bahaya karena posisi dandang dan pengantin itu bisa
disesuaikan dengan kenyamanan calon pengantin tersebut

3. KELOMPOK 7 :
Nama Kelompok : 2. Anggi Tria Rukimin

: 5. Della

MATERI : Robok-robok ( Rubuk ) dan Baca Perijah

Robok-robok adalah tradisi adat melayu yang biasa dilaksanakan di Kecamatan Silat
Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu. Robok-robok ini dilakukan pada hari rabu terakhir di
bulan safar ( Bulan safar adalah bulan kalender dalam islam atau kalender hijriyah ).
Bulan safar bagi masyarakat melayu diyakini sebagai waktu penuh keberkahan, namun
ada anggapan lain bahwa juga bisa membawa musibah. Sehingga kedua anggapan
tersebut membuat masyarakat khususnya melayu waktu yang tepat untuk memohon
kepada maha kuasa agar dijaga dari musibah dan diganti dengan keselamatan. Robok-
robok biasa dilaksanakan di depan rumah warga setempat atau dilakukan 1 RT 1
robok-robok. Kemudian pada sore hari dilakukan baca perijah yaitu beranyut dari hulu
sungai kapuas sampai ke hilir sungai kapuas ( dari desa baru sampai ke desa perigi ).

Pada pagi hari masyarakat melayu di Silat hilir mempersiapkan makanan yang akan di
masak untuk dimakan pada saat acara robok-robok dilaksanakan. Kemudian semua
orang harus makan di luar rumah, sebelum makan harus membaca doa selamat dan
tolak bala.
Pada sore hari masyarakat melayu di silat hilir mempersiapkan kue dan padi yang
sudah di sangrai ( letit ) yang ajan di lempar ke sungai kapuas tujuannya untuk
memberi makan para penghuni di sungai kapuas agar terhindar dari marabahaya. Pada
saat proses baca perijah masyarakat beranyut menggunakan timpil, atau motor air yang
tidak dihidupkan mesinnya sambil melempar kue dan padi ( letit ) dan membaca
sholawat dan doa. Sebelum pulang ke rumah masing-masing biasanya masyarakat
mengambil air sungai kapuas dan dimasukkan ke dalam botol atau cerek tujuannya
adalah untuk keluarga yang ada di rumah. Air yang sudah diambil digunakan untuk
membasuh atau menyirami wajah anggota keluarga yang ada di rumah, dari yang tua
sampai anak kecil.

Anda mungkin juga menyukai