Anda di halaman 1dari 19

UPACARA BELIAN

KELOMPOK 3
• M Rifqi Muzakki
• Richo Altareeq
• Fania Dini Aulia
• Farah Judith
• Hafizhah Shalsabila
• Jessica PKW
• Michelle Jovita Laloan
• Salsabila Melly
Asal Usul
• Menurut Suku Petalangan belian adalah nama kayu
yang keras tahan lama. Kayu belian ini pada masa
lalu biasa digunakan untuk bahan membuat
ketobung (gendang untuk mengiringi upacara adat).
Kayu ini juga bisa menjadi bahan bangunan rumah.
• Menurut kemantan, kayu belian disebut juga
dengan kayu putih sangko bulan yang berarti kayu
tempat tinggal jin yang baik
(Nizamil Jamil, dkk, 1987/1988)
Asal Usul
• Kata belian juga berasal dari kata bolian yang berarti
persembahan.
• Kata belian berasal dari kata belian yang artinya
budak atau hamba sahaya.
 Secara umum, upacara belian dapat diartikan
sebagai upacara persembahan kepada Tuhan agar
diselamatkan dari marabahaya dan mengharap
kesembuhan serta perlindungan dari beragam
penyakit dan gangguan makhluk gaib yang jahat
Sejarah
Upacara adat belian berasal dari suku
petalangan. Upacara ini merupakan salah
satu bukti kesetiaan pada tradisi leluhur
dan ajaran leluhur agar manusia menjaga
keseimbangan hidup dengan alam dan
makhluk gaib. Bertujuan agar manusia
bersyukur kepada Tuhan atas kesehatan
mereka.
Macam Upacara Belian
1. Belian Kocik (kecil) atau Biaso (biasa)
 untuk orang hamil yang sulit melahirkan, yang
terkena wabah penyakit, dan gangguan
binatang buas
2. Belian Bose (besar) atau Polas (Khusus)
 lanjutan belian bose
Tujuan
• Menolak bala atau wabah penyakit
• Menyembuhkan penyakit
• Mengobati orang sakit
• Mengobati kemantan
• Mengobati orang yang sulit melahirkan
• Bukti kesetiaan akan tradisi leluhur
Alat dan Bahan
1. Puan, rangkaian daun
kelapa muda yang dihiasi
bunga

2. Dian, lilin besar yang terbuat


dari sarang lebah yang diberi
sumbu kain dan diletakkan di
tempurung kelapa
Alat dan Bahan
3. Gonto, genta dari
Kuningan
4. Dame, obor yang terbuat
dari damar yang ditumbuk halus
5. Kain Kesumbo, kain warna
merah untuk tudung kemantan
Alat dan Bahan
6. Destar/Tanjak, ikan kepala kemantan
7. Mayang, daun kepau
8. Kayu gaharu untuk dibakar
9. Pisau kecil
10.Ketitipan, berbagai jenis jamur dari pucuk daun
kepau
11.Sanding dan Lancang, sejenis perahu yang terbuat
dari pelepah kelobi
Alat dan Bahan
12. Balai pelesungan, rumah-rumahan beratap dari
pelepah kelubi
13. Bokal, sesaji yang dibungkus daun pisang
14. Modung (ayam)
15. Hidangan yang terdiri atas nasi kunyit, panggang
ayam, telur rebus, gulai ayam, dan daging hewan lain
16. Balai Induk, bangunan khusus yang dibuat di
depan rumah tempat upacara digelar
destar

padi
Alat dan Bahan
17. Pending, kepala ikat pinggang
kemantan dari perak atau kuningan

18. Cincin perak milik orang yang sakit


Alat dan Bahan
19. Padi

20. Tikar pandan putih


21. Jeruk limau
22. Mangkuk putih, tempat meracik
limau dan cincin tanda orang minta obat
TATA CARA PELAKSANAAN
UPACARA BELIAN
Persiapan
1. musyawarah oleh keduabelah pihak
2. menyampaikan hasil musyawarah ke monti rajo
3. musyawarah sekampung
4. hasil musyawarah disampaikan ke tuo longkap
5. Tuo longkap berunding dengan pebayu
6. Menyampaikan hasil berunding ke monti rajo dan kepala
desa
7. Kemantan menentukan jenis upacara
8. Pengumpulan biaya dan kebutuhan upacara
9. Membersihkan rumah tempat upacara dan memasak
hidangan untuk peserta upacara
10. Pergi ke hutan untuk mengambil kayu
Pelaksanaan
1. Upacara dimulai dengan membunyikan ketobung. Kemantan
duduk bersila sambil membacakan mantra diiringi genta.
Lalu ia sujud ke arah dian sambil membaca mantra
2. Kemantan berdiri dan menari-nari sambil membaca mantra
hingga kerasukan oleh akuan (makhluk gaib)
3. Kemantan meminta obat secara spiritual sesuai dengan
tujuan upacara. Rituail ini dilakukan sambil membaca
mantra, menari, dan membunyikan genta
4. Pebayu membawa pasien ke tengah ruangan, lalu kemantan
mengobati dengan membacakan mantra atau meminumkan
ramuan yang diberi doa
5. Mengantarkan persembahan ke akuan yang telah memberi
obat
Penutup
Kemantan mengambil perapian dengan
mengusapkan kemenyan ke wajahnya dan
mengelilingi asapnya
Tujuannya untuk mengembalikan kesadaran
kemantan.
Nilai-nilai
• Nilai Kebersamaan
Seluruh masyarakat ikut kerjasama dalam
menyiapkan upacara dan melaksanakannya
• Nilai Sakralitas
Ritual pembacaan mantra
• Nilai Peduli Terhadap Lingkungan
Menjaga keseimbangan alam
• Nilai Pelestarian Tradisi Leluhur

Anda mungkin juga menyukai