NIM : 2112062037
Kelas : E12
Nomor Absen :2
JURNAL PEMAHAMAN
1. KELOMPOK 5 :
Nama Kelompok : 23. Rona
27. Tety Trivelia
MATERI : GAWAK BEGUGO ( Dayak Suruk Desa Tekalong, Kecamatan
Mentebah Kapuas Hulu)
Gawai dayak yaitu kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh suku dayak.
Acaranya seperti seraingkaian upacara adat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan
atas hasil panen. Dayak suruk desa Tekalong Kecamatan Mentebah biasa
menyebutnya dengan Gawak Begugo. Adapun syarat pelaksanaannya yaitu : bakul
kecil, banih padi, 1 ekor ayam, hati ayam. Biasanya Gawak Begugo juga menampilkan
berbagai macam pertunjukan seni seperti tari tarian, bambai ( Bercerita atau
menyayikan sebuah kisah tetapi memiliki nada dan intonasi) , poncak ( orang tua atau
tetua yang menari ) , dan menampilkan pertunjukan musik tradisional yaitu tawak
( gong ).
Pertanyaan
1. (21) Prisila Rosalia Dea : Apa yang dimaksud dengan bambai dan poncak?
2. (13) Losina : Apakah ada satu tempat atau di rumah masing-
masing menyiapkan syarat-syarat gawak begugo
Jawaban
Pertanyaan
13. Losina : Apakah tidak bahaya dandang yang dekat dengan pengantin
sedangkan dandanya panas?
Jawaban
Ulfa Maulidiyanti : Tidak bahaya karena posisi dandang dan pengantin itu bisa
disesuaikan dengan kenyamanan calon pengantin tersebut
3. KELOMPOK 7 :
Nama Kelompok : 2. Anggi Tria Rukimin
5. Della
Robok-robok adalah tradisi adat melayu yang biasa dilaksanakan di Kecamatan Silat
Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu. Robok-robok ini dilakukan pada hari rabu terakhir di
bulan safar ( Bulan safar adalah bulan kalender dalam islam atau kalender hijriyah ).
Bulan safar bagi masyarakat melayu diyakini sebagai waktu penuh keberkahan, namun
ada anggapan lain bahwa juga bisa membawa musibah. Sehingga kedua anggapan
tersebut membuat masyarakat khususnya melayu waktu yang tepat untuk memohon
kepada maha kuasa agar dijaga dari musibah dan diganti dengan keselamatan. Robok-
robok biasa dilaksanakan di depan rumah warga setempat atau dilakukan 1 RT 1
robok-robok. Kemudian pada sore hari dilakukan baca perijah yaitu beranyut dari hulu
sungai kapuas sampai ke hilir sungai kapuas ( dari desa baru sampai ke desa perigi ).
Pada pagi hari masyarakat melayu di Silat hilir mempersiapkan makanan yang akan di
masak untuk dimakan pada saat acara robok-robok dilaksanakan. Kemudian semua
orang harus makan di luar rumah, sebelum makan harus membaca doa selamat dan
tolak bala.
Pada sore hari masyarakat melayu di silat hilir mempersiapkan kue dan padi yang
sudah di sangrai ( letit ) yang ajan di lempar ke sungai kapuas tujuannya untuk
memberi makan para penghuni di sungai kapuas agar terhindar dari marabahaya. Pada
saat proses baca perijah masyarakat beranyut menggunakan timpil, atau motor air yang
tidak dihidupkan mesinnya sambil melempar kue dan padi ( letit ) dan membaca
sholawat dan doa. Sebelum pulang ke rumah masing-masing biasanya masyarakat
mengambil air sungai kapuas dan dimasukkan ke dalam botol atau cerek tujuannya
adalah untuk keluarga yang ada di rumah. Air yang sudah diambil digunakan untuk
membasuh atau menyirami wajah anggota keluarga yang ada di rumah, dari yang tua
sampai anak kecil.