Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAROANA MATE

DOSEN : Ir. MUSLIHI, M.Si

MATA KULIAH : UPACARA ADAT TRADISIONAL MASYARAKAT


BUTON

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6

1. ZUMARDIN (1921201134)

2. WAHYUNINGSIH HAJIJI (1921201068)

3. SITI SARAH (1921201016)

4.RESKA PRASETYA (1921201040)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI YPIQ

BAUBAU

2021

i
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kami haturkan kepada Allah, tuhan semesta alam
yang yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta taufik-Nya sehingga
kami dalam keadaan sehat wal-afiyat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan terhadap gusti kita sebagai  madinatul ilmi Nabi Muhamad SAW.

Syukur Al-hamdulillah kami panjatkan atas suksesnya penyusunan


makalah ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah UPACARA
ADAT TRADISIONAL MASYARAKAT BUTON. Karena itu kami ucapkan
terima kasih pada semua pihak yang terkait, terutama dosen pembimbing, orang
tua kami dan sahabat yang telah berpartisipasi demi terselenggaranya makalah ini
sehingga penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar selasai tepat waktu.

Baubau, 16 Maret 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Sebelum Penguburan............................................................................2

B. Menguburkan Jenazah.....................................................................................9

C. Pomaloa/Malam Tahlilan ( proses Setelah Penguburan )………………………………11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................13

B. Saran.................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

iii
1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bergaul dan menjaga hubungan silaturahmi di Sulawesi Tenggara dilakukan


dalam berbagai kegiatan dan tradisi. Dalam masyarakat di Pulau Buton dan Pulau
Muna, ada tradisi unik untuk menjalin silaturahmi. Namanya adalah haroa. Tradisi
ini dilakukan untuk menyambut hari-hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri dan
Idul Adha,maulid,atausyukuran Haroa adalah acara berdoa bersama. Doa ini
dipimpin oleh seorang imam kampung dan diakhiri dengan kegiatan makan
bersama. Haroa dilaksanakan di rumah-rumah warga. Acara ini diikuti oleh semua
anggota keluarga,kerabat,danparatetanggadisekitarrumah.Para peserta haroa akan
duduk melingkar di satu ruangan. Di tengah ruangan diletakkan sebuah talang
bundar berukuran besar. Talang ini berisi aneka makanan yang ditata sedemikian
rupa dan ditutup dengan tudung saji. Talang yang berisi makanan ini disebut dulang
haroa. Perlu kamu ketahui, dulang inilah yang menjadi ciri khas haroa. Dulang ini
juga yang membuat acara berdoa bersama terasa istimewa. Saat lebaran tiba, kamu
merasakan suasana yang berbeda. Setiap rumah akan sibuk mempersiapkan
hidangan haroa. Hidangan ini berupa aneka makanan tradisional yang berbeda dari
makanan sehari-hari. Setelah semua makanan siap di atas talang, si tuan rumah
akan memanggil kerabat dan para tetangga. Para tetangga terdekat, baik yang
sesuku maupun yang berbeda suku dan agama, diundang untuk berkumpul di
rumahnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosesi sebelum penguburan?
2. Bagaimana menguburkan jenazah?
3. Bagaimana prosesi setelah penguburan (pomaloa/Malam Tahlilan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui prosesi sebelum penguburan
2. Untuk mengetahui cara menguburkan jenazah
3. Untuk mengetahui prosesi setelah penguburan (pomaloa/Malam Tahlilan

1
BAB 11

PEMBAHASAN

A. PROSESI SEBELUM PENGUBURAN

1.Tarimana kalaa ( Penerimaan Kalaa / Kadha )

Kalaa (kadha) yang di maksud adalah melaksanakan penerimaan kalaa atau kadha
almarhum atau almarhumah atas kewajibannya terhadap Allah SWT. Dengan tujuan
untuk menebus dosa – dosa yang di perbuatnya semasa hidup.kalaa dilakukan oleh
delapan orang, tetapi dapat dilakukan oleh empat orang atau dua orang - jumlah
persone yang melakukan kala disesuaikan dengan kemampuan keluarga.Pelaksana
kala ini bertugas untuk membacakan doa,bertahlil, dan berdzikir untuk almarhum /
almarhumah.inti pelaksanaan kalaa ini bagi almarhum / almarhumah adalah :

(1.Kalaana Sambaheana (Kadhaa sembahyang)

(2.Kalaana poasana (Kadhaa puasa)

(3.kalaana nazarana (kadhaa nazar)

(4.Kalaana kafaratina (kadhaa kafarat).

Para tetua adat atau perangkat masjid yang di percaya melaksanakan kalaa ini juga
akan bertugas sebagai pengarah / panitia kecil dalam membantu keluarga yang
berduka dalam prosesi penyelenggaraan jenazah sampai pada pelaksanaan malam –
malam tahlilan.

2.Bhelaina Tana (Penggalian Tanah Kuburan )

Prosesi ini biasanya dilakukan oleh tetua adat (biasanya salah satu dari yang
menerima kalaa) yang di tunjuk oleh pihak keluarga. Penggalian tanah kuburan tidak
sama seperti menggali lubang biasa tetapi punya cara tertentu.Tetua adat yang di
tugasi untuk belaina tana sudah mempersiapkan Tali ukuran panjang lubang makam,
di haruskan berwudhu yang sempurna dan ia yang pertama melaksanakan penggalian
dan ia pula pertama memegang linggis penggali. Pada saat melaksanakan belaina tana
tetua adat harus benar-benar tertib diri, utamanya kedua kaki dirapatkan,demikian
pula telapak kaki benar-benar rapat ditanah.nafas ditahan secara pemusatan
dayajiwa.seluruh pikiran dan perhatian di pusatkan kpd satu hal yaitu menyembah
dengan menghadapkan muka (tawadhuu) kepada yang Maha Aagung dengan itikad
bahwa tanahyang kita hadapi untuk makam itu adalah tanah Makam Nabi Saw.
Ditanah arab (Madinah).pada saat linggis pertama mulai kna tanah,pemusatan jiwa,
itikad dan keyakinan bahwa linggis tersebut tumpuan sasarannya yang petama-tama
ialah tiba pada huruf mimdan yang mendatangi nya (linggis) itu ialah huruf
alif.Adapun pelaksanaannya,linggis yabg pertama tadi diawali/dimulai pada

2
pertengahan ( sasaran pusat ).lalu linggis itu diangkat,untuk ditancapkan pada sasaran
kedua yaitu kepala. Kemudian linggis itu diangkat untuk ditancapkan pada sasaran
ketiga yakni kaki dan selanjutnya linggis tanpa dicabut diserahkan tetua adat
kepadapenggali umum untuk penggalian selanjutnya hingga selesai.

3.Bencina Balu (Pemotongan Kain Kafan)

Pada saat kematian terjadi pihak keluarga akan mempersiapkan proses


penyelenggaraan jenazah.Biasanya mengundang seluruh perangkat/pegawai masjid
agung keratin,istilanya Satombua,artinya seluruhnya yakni terdiri atas Lakina Agama,
Imam, Khotib 4 orang,moji 12 orang dan tungguna ganda 4 orang untuk
menyelenggarakan urusan pemakaman/penguburan.Namun, boleh juga kurang dari itu
disesuaikan dengan kesanggupan, misalnya samuntanga (setengah) atau saparapa
(seperempat). Demikian juga kalau tidak mengundang perangkat pegawai masjid
agung keratin, dapat mengundang perangkat masjid dilingkungan terdekat biasa di
kenal dengan istilah hukumuna kalimbo – limbo. Kalau kondisi keluarga yang
berduka tidak memungkinkan mengundang perangkat masjid, maka cukup di urus dan
diselenggarakan keluarga saja dengan memanggil tetua adat yang punya keahlian
dalam penyelenggaraan jenazah.

Bencina balu (Pemotongan Kain –Kain Kafan) Dikerjakan bila penggalian kuburan
telah selesai. Kalau pihak keluarga mengundang perangkat masjid untuk
penyelenggaraan jenazah,maka yang mengerjakan bencina balu di tunjuk perangkat
dari Moji (tetua adat/lebai)yang punya keahlian untuk itu.jika tidak, maka yang
mengerjakan bencina balu ditunjuk oleh pihak keluarga biasanya ditunjuk tetua adat
atau lebai. Bencina balu (Pemotongan Kain Kafan) tidak seperti memotong kain
biasa.Kain kafan tidak boleh digunting atau di potong dengan pisau atau benda tajam
lainnya, tetapi disobek/dirobek. Penggunaan gunting atau benda tajam lain hanya di
gunakan sebagai alat bantu untuk memudahkan menyobek kain kafan.

Sebelum di potong,kain kafan di tayamu terlebih dahulu, mengingat beberapa hal


yang tidak wajar menyinggung kain kafan tersebut.Tokoh adat atau lebai yang
memotong kain kafan terlebih dahulu berwudhu.pada saat kain kafan hendak di
potong,tokoh adat atau lebai pada waktu itu menahan nafas dan memusatkan daya
jiwa seluruh perhatian dan di pusatkan kepada satu hal/bermunajat serta dalam
niat,itikad,dan yakin tiada goyah,sebab mulai saat itu adalah awal jenazah itu di
persiapkan dan di tuntun diri pribadinya yang akan menghadap tuhan. Untuk semua
ini,tetua adat atau lebai telah menyiapkan lahir dan batin kemudian mulai bertindak
memotong kain kafan dengan itikadnya dalam bahasa wolio, “Kubenci yaka baluna
La Anu atawa Wa Anu karena Allah Taala”.kain kafan sebelum di potong di bacakan
doa di ucapkan satu nafas dalam hati.

Urut –urutan bencina balu/pemotongan kain kafan sebagai berikut.

Pertama, siapkan selembar tikar yang cukup lebar untuk tempat persiapan kafan dan
tikar ini juga yang akan di gunakan tempat menyusun kafan yang siap di gunakan.

3
Kedua,sebelum memotong kainkafan terlebih dahulu membaca doa potong kafan.

Urutan Pemotongan untuk pria sebagai berikut:

a .pertama-tama yang di potong adalah kain penutup lubang makam dikala jenazah
masuk liang kubur hingga selesai di timbun

b. kafan c.kafan d. kafan

e. jubang sepanjang mayat

f. pengikat, sepanjang mayat terdiri atas tiga potong:pengikat di ujung kepala,pengikat


di ujung tengah,pengikat di ujung kaki

g. sorban sepanjang mayat

h. timbasa(kemban) yang di gunakan pada saat mandi jenazah yang di gunakan untuk
menutup aurat atau bagian tubuh yang lain yang tidak boleh dilihat umum,ukuranya
sepanjang mayat

i. pengering sepanjang tangan

j. istinja sepanjang mayat

k.dhidhi,untuk membersihkan tangan,mulut,hidung,mata,telinga,tengkuk,leher(bagian


kepala),sepanjang mayat

l. saringan air bedak/sabun/jeruk purut,sepanjang mayat.

Urut – urutan potongan kafan untuk wanita sebagai berikut:

a. Kain penutup lubang makam


b. Kafan
c. Kafan
d. Salibumbu/kudung/jilbab
e. Baju
f. Bhia/Sarung
g. Kaboke/pengikat: kafan ujung kepala,kafan tengah,kafan ujung kaki
h. Timbasa/kemban
i. Potutua/pengering
j. Dhidhi
k. Istinja
l. Katirisangia/Saringan air bedak,sabun,jeruk perut.

Setelah selesai pemotongankain kafan kemudian kain kafan tersebut dipisahkan


terdahulu mana yang langsung diletakkan di bawah oleh jenazah sendiri dan mana
potongan kain yang di pakai unutuk memandikan jenazah. Kain kafan yang di
letakkan di bawah jenazah di susun diatas tikar,sedangkan potongan kain putih

4
untuk kelengkapan mandi, yaitu kain timbasa,istinja,dhidhi,katirisangia di taruh
diatas tala ( talam ) bersama-sama kelengkapan mandi jenazah seperti kapur
barus,jeruk puruk,bedak dari beras,sabun,air mawar,lidi, dan lain-lain.

4.Pebhaho (Memandikan Jenazah)


Sebelum jenazah di mandikan terlebih dahulu beberapa kelengkapan untuk
mandi yaitu:
1. Cerek tiga buah
2. Potongan-potongan kain putih berupa kain: kain untuk timbasa,kain untuk
dhidhi,kain untuk istinja,kain untuk katirisangia,dan kain untuk potutua
3. Balai-balai untuk membaringkan jenazah kalau jenazah tidak dipangku
4. Potongan-potongan pelepah daun pisang untuk mengalas jenazah
5. Kelengkapan mandi:kapur barus, bedak dari beras,sabun,dan lain-lain
6. Tempayam yang diisi penuh dengan air dan dilengkapi dengan alat Pembina
7. Lidih untuk pembersih kuku.

Disamping kelengkapan tersebut juga disediakan personil yang bertugas


sebagai berikut:
 Mogigisina atau yang membersihkan itulah yang mosangona
 Mo kobusana yang mengistinja,biasanya dari mahramnya atau biasa juga
disebut momarombuakea
 Mokundena yang membersihkan rambut kepalanya
 Yang membersihkan kuku tangan dan kuku kaki.

Jika semua sudah siap,maka dimulailah memandikan jenazah.pertama-tama


menyiapkan air yang digunakan untuk mandi awal.Adapun tuuthuna bhaho (tata
cara memandikan jenazah)sebagai berikut:

 Niat
 Pekaobusa oleh kelurga terdekat,sebelumnya memijat isi perut untuk
mengeluarkan isi perut
 Baho satapi
 Kundei
 Burati,dengan bedak dari beras yang ditumbuk
 Pekangkilo konuku(membersihkan kuku tangan maupun kaki)
 Istinja,dengan memekai parewa pada tangan kiri oleh keluarga terdekat
 Dhidi,dimulai dari membersihkan mulut dan gigi,lubang
hidung,mata,telinga,dan tengkuk.
 Pairi sambahea,diwidhukan sepertia biasa tata cara wudhu

5
 Pasahada,disyahadatkan
 Uwe lalo
 Wala yi kaana
 Wala yi kaal
 Uwe karakaji

5.Mengafani Jenazah

Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim dan
bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.

Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:

a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.

b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.

c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis.

d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.

e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.

a. Cara mengafani jenazah laki-laki

1) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas.
Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.

2) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan
memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.

3) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

4) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.

5) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau lima
ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.

6) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian auratnya.
Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu atau kertas dan

6
semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup auratnya saja, tutuplah
dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan
dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat,
sebagaimana dilakukan terhadap syuhadak dalam perang uhud/

b. Cara mengafani jenazah perempuan

Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:

1) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih lebar.

2) Lembar kedua untuk kerudung kepala.

3) Lembar ketiga untuk baju kurung.

4) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.

5) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.

Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:

1) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan
tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkna diatas
kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

2) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

3) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

4) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )

5) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )

6) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

7) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )

8) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain
kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan
yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan, dan
ddilepaskan ikatanya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk di
sholatkan.

7
6. Sambaheaka Maeyati (Shalat Jenazah)

a. Niat

Niat sholat jenazah yakni menyengaja melakukan shalat atas mayit dengan empat takbir,
menghadap qiblat karena Allah.

1. Niat untuk Jenazah Laki-laki

‫ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمأْ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ت اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ ْ ‫صلِّى َعلَى هَ َذ‬
ِ ِّ‫اال َمي‬ َ ُ‫ا‬

Usholli 'ala hadzal mayyiti arba'a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma'muman lillahi ta'ala.

"Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai imam/makmum
hanya karena Allah Ta'ala."

2. Niat untuk Jenazah Perempuan

‫ض ِكفَايَ ِة اِ َما ًما| َمأْ ُموْ ًما ِهللِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫صلِّى َعلَى هَ ِذ ِه ْال َميِّتَ ِة اَرْ بَ َع تَ ْكبِ َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ َ ُ‫ا‬

Usholli 'ala hadzahihil mayyitati arba'a takbirotin fardho kifayatin imaman/ma'muman lillahi
ta'ala

"Saya niat salat atas jenazah perempuan ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai
imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala."

b. Mengucapkan Takbiratui Ihram

Mengucapkan takbiratul ihram yakni setelah mengucapkan "Allahu Akbar" bersamaan


dengan niat. Sambil meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas perut (sedakep),
kemudian membaca surat Al Fatihah (tidak membaca surat yang lain). Setelah membaca Al
Fatihah terus takbir membaca "Allahu Akbar".

c. Setelah takbir yang kedua, terus membaca shalawat atas Nabi

Allahumma Shali 'Alaa Muhammad.

Artinya: "Ya Allah, berilah shalawat atas Nabi Muhammad".

d. Setelah takbir yang ketiga, kemudian membaca doa:

Allahhummaghfir lahu (untuk pria) atau Allahhummaghfir laha(untuk wanita) warhamhu


wa'aafihi wa'fuanhu.

Artinya: Ya Allah ampunikah dia, berilah rahmat dan sejahtera dan maafkanlah dia.

e. Takbir keempat membaca doa:

8
Allahumma laa tahrimnaa ajrahu (untuk pria) atau ajraha (untuk wanita) walaa taftinna
ba'dahu (untuk pria) atau ba'daha (untuk wanita) waghfirlanaa walahu (untuk pria) atau
walaha (untuk wanita).

Artinya: Ya Allah janganlah kiranya pahalanya tidak sampai kepada kami (janganlah Engkau
meluputkan kami akan pahalanya), dan janganlah Engkau memberi kami fitnah
sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia".

f. Kemudian Memberi Salam

Urutan sholat jenazah berikutnya yakni memberi salam. Memberi salam sambil menolehkan
muka ke kanan dan ke kiri dengan mengucapkan assalamualaikum warohmatullahi
wabarokaatuh.

Artinya:

"Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian".

.
B. MENGUBURKAN JENAZAH

Mengubur jenazah merupakan prosesi akhir dalam mengurus jenazah, yang memiliki hukum


fardu kifayah. Untuk pelaksanaannya, bisa dilakukan siang maupun malam, asal tidak saat
matahari terbit, matahari terbenam, ataupun tengah hari.

Selain itu, ada tata cara yang perlu diperhatikan dan beberapa larangan yang harus dihindari.

1. Mempersiapkan lubang kubur

Tata cara menguburkan jenazah tentunya diawali dengan mempersiapkan lubang kubur.
Menurut ajaran Islam, kedalaman lubang kubur harus setinggi orang yang berdiri di dalam,
dengan tangan melambai ke atas.

Sesuaikan lebar kubur dengan ukuran satu dzira atau satu hasta lebih satu jengkal, setara 50
cm. Apabila tanah kubur terasa keras, disunahkan untuk membuat liang lahat dalam lubang
kubur. 

Bila tanahnya gembur, disunahkan membuat semacam lubang lagi di dasar kubur dengan
ukuran yang dapat menampung jenazah. Kemudian, jenazah diletakkan pada lubang tersebut
dan bagian atasnya ditutup dengan batu pipih atau papan kayu, lalu ditutup dengan tanah.

2. Cara memasukkan mayat ke dalam kubur

Memasukkan mayat ke dalam kubur juga harus dilakukan dengan tata cara yang baik.
Pertama, kamu harus memasukkan kepala mayat dari arah kaki kubur. Letakkan mayat
miring ke kanan menghadap ke arah kiblat dengan menyandarkan tubuh sebelah kiri ke
dinding kubur supaya tidak terlentang kembali.

9
Selain itu, para ulama menganjurkan agar setelah dibukakan kain kafan, pipi mayat bisa
ditempelkan langsung ke tanah. Simpul tali yang mengikat kain kafan pun dilepas dan
membaca doa dengan terjemahan, “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah” (HR. at-
Tirmidzi dan Abu Daud).

Namun, bila mayat yang dikubur berjenis kelamin perempuan, dianjurkan untuk
membentangkan kain di atas kuburnya pada waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedang, untuk
mayat laki-laki tidak dianjurkan.

Selanjutnya, orang yang turun ke lubang kubur mayat perempuan sebaiknya bukan orang-
orang yang semalam menyetubuhi istri mereka. Setelah mayat sudah diletakkan di liang
kubur, dianjurkan untuk mencurahinya dengan tanah tiga kali dengan tangannya dari arah
kepala mayat, lalu ditimbuni tanah.

3. Cara menaruh mayat di dalam kubur

Pemulasaraan jenazah dengan protokol COVID-19. Dok/tim pemulasaraan jenazah Polresta Malang Kota

Terdapat beberapa ketentuan yang perlu kamu perhatikan dalam menaruh mayat dalam
kubur. Misalnya, taruh mayat di tepi lubang sebelah kiblat, setelah itu baru taruh papan kayu
atau semacamnya dengan posisi agak condong di atasnya agar mayat tak langsung tertimpa
tanah ketika ditimbun tanah.

Dalam hal ini, kamu juga bisa menerapkan cara lain dengan prinsip yang sama, seperti
menggali di tengah-tengah dasar lubang kubur. Lalu, taruh mayat di lubang tersebut dan taruh

10
semacam bata atau papan dari semen di atasnya dalam posisi mendatar untuk penahan tanah
timbunan.

4. Anjuran saat mengubur dan setelah menguburkan mayat

Setelah mayat sudah ditimbun tanah, kamu boleh memasang nisan sebagai tanda seperti yang
dianjurkan dalam ajaran Islam. Kemudian, bacakan doa agar mayat diampuni dosanya dan
diteguhkan dalam menghadapi pertanyaan malaikat.

Selain itu, dalam keadaan darurat, kamu boleh mengubur mayat lebih dari satu dalam satu
lubang kubur. Sedangkan, bagi mayat yang berada di tengah laut dan jaraknya amat jauh dari
bibir pantai, boleh dikubur di laut dengan cara dilempar ke tengah laut setelah selesai
dilakukan perawatan sebelumnya. Di antaranya, setelah dimandikan, dikafani, disalatkan.

5. Hal yang dilarang saat mengubur jenazah

Jangan membuat bangunan di atas kubur

Jangan mengapuri dan menulisi di atas kubur

Jangan menjadikan tempat salat di atas kubur

Jangan duduk di atas kubur dan jangan berjalan di sela-sela kubur dengan memakai alas kaki

Jangan menyembelih binatang di sisi kubur

Jangan melakukan perbuatan-perbuatan di sekitar kubur yang didasari oleh sisa kepercayaan-
kepercayaan lama yang tidak ada kebenarannya dalam Islam. 

C. POMALOA/MALAM TAHLILAN ( PROSESI SETELAH TAHLILAN)


Sesudah prosesi penguburan,maka pihak keluarga mengadakan pokemba (undangan
lisan) kepada family terdekat bersama dengan perangkat masjid untuk
bertahlil.Demikian pula pengajian ( Khatam Al Quran) sejak terjadinya kematian
setiap malam berturut-turut dari malam pertama sampai dengan malam ketujuh yang
di adakan di rumah duka. Khataman Al Quran idealnya dilakukan sampai dengan 24
kali khatam: setelah malam ketujuh,Khata,an Al Quran dapat dilakukan dirumah
masing –masing.

Dikeluarga yang memiliki kemampuan maka setiap malam yang bertahlil itu di jamu
makan dan biasanya sisa makanan dari talam yang telah di siapkan di bungkus di
bawa pulang kerumah yang di sebut katange.jika keluarga di sebut tidak mampu atau
tidak sempta cukup dengan uwe mapane (air panas) berupa the dan penganan ringan.

Masyarakat buton selalu mengadakan haroa (upacara)peringatan kematian untuk


beberapa kali yang bertepatan pada hitungan tertentu.
Adapun pelaksanaan Haroa dan malam tahlilan sebagai berikut:

11
 Hari/malam pertama (turun tanah) sampai dengan malam ketujuh tahlil 313
kali.
 Setelah pada malam ketiga dan ketujuh pagi harinya diadakan juga diadakan
tahlil yang disebut dengan istilah dengan kalapasia.para perangkat masjid
diberi pasali dan disajikan makanan atau kudapan sesuai kemampuan.perlu
dijelaskan pula bahwa sesudah betahlil pada malan ketujuh,pihak yang
berduka menjelaskan antona raatibu dan antona ngaji,sejumlah uang yang
merupakan sesdekah yang diberikan kepada perangkat masjid/yang
melaksanakan tahlilan dan yang mengaji khatam Al Quran.perlu juga
dijelaskan bahwa setiap Pgi selama tujuh hari,selalu dilakukan ziarah
kubur,kuburan selalu disiram dengan air yang dicampur dengan bunga atau
wangi-wangian dan dibacakan doa inilah yang dinamakan kabubusi.
 Lepas hari ketujuh atau sehari sesuadah kalapasia,pihak yg berduka serta
keluarga dekat pergi kekali/sungai untuk mandi,(pebhahoa)dengan syarat-
syarat tertentudan di pimpin oleh seorang lebai.sesudah acara mandi lalu
semuanya kembali kerumah duka untuk makan siang bersama.
 Antara ketujuh hari dan keempat puluh hari pada tiap malam senin dan
jumat,dirumah duka selalu diadakan tahlilan.
 Selanjutnya diadakan tahlilan pada malam ke -40, ke -100,dank e -120,dan
besok paginya dilaksanakan acara kalapasia. Jika berkemampuan pada malam-
malam tersebut diadakan pula kenduri/makan bersama denganm mengundang
keluarga dan sahabat. Setiap acara kalapasia bagi yang melaksanakan tahlil di
beri pasali. ( Ada sebagian masyarakat butin melaksanakan tahlilan sampai
hari ke -40 saja,ada juga sampai dengan hari ke -120. Anatara malam ke-40
dan ke-120 diadakan tahlilan setiap malam senin – jumat. Pada malam ke-120
diadakan tahlilan terakhir, keesokan harinya diadakan acara kalapasia.)

12
BAB 111

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Bergaul dan menjaga hubungan silaturahmi di Sulawesi Tenggara dilakukan dalam


berbagai kegiatan dan tradisi. Dalam masyarakat di Pulau Buton dan Pulau Muna, ada tradisi
unik untuk menjalin silaturahmi. Namanya adalah haroa. Tradisi ini dilakukan untuk
menyambut hari-hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Adha,maulid,atausyukuran
Haroa adalah acara berdoa bersama. Doa ini dipimpin oleh seorang imam kampung dan
diakhiri dengan kegiatan makan bersama. Haroa dilaksanakan di rumah-rumah warga. Acara
ini diikuti oleh semua anggota keluarga,kerabat,danparatetanggadisekitarrumah.Para peserta
haroa akan duduk melingkar di satu ruangan. Di tengah ruangan diletakkan sebuah talang
bundar berukuran besar. Talang ini berisi aneka makanan yang ditata sedemikian rupa dan
ditutup dengan tudung saji. Talang yang berisi makanan ini disebut dulang haroa. Perlu kamu
ketahui, dulang inilah yang menjadi ciri khas haroa. Dulang ini juga yang membuat acara
berdoa bersama terasa istimewa. Saat lebaran tiba, kamu merasakan suasana yang berbeda.
Setiap rumah akan sibuk mempersiapkan hidangan haroa. Hidangan ini berupa aneka makanan
tradisional yang berbeda dari makanan sehari-hari. Setelah semua makanan siap di atas talang,
si tuan rumah akan memanggil kerabat dan para tetangga. Para tetangga terdekat, baik yang
sesuku maupun yang berbeda suku dan agama, diundang untuk berkumpul di rumahnya.

B. SARAN
Jika terdapat kekurangan dalam pembuatan makalah ini saran serta kritkan dari teman-
teman semua sangat di perlukan agar menjadi bahan evaluasi kami kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Muhammad Amin Idrus. Proses dan Adat Istiadat Perkawinan Islam di Buton. uuTana
Wolio, 2003

Maula, Pedole-dole, https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pedole-dole.jpg.

M Roger. Keesing, Cultural Antropology; A Contemporary Perspective, Secon


Edition. Alih bahasa R.G. Soekardijo, Antropologi Budaya Suatu Perspektif
Kontemporer, Edisi 2. Jakarta: Erlangga, 1992 Z,

Dr. Kamaluddin, DKK, Haroa dan Orang Buton, Kendari: Universitas Halu Oleo,2019

14

Anda mungkin juga menyukai