Dosen Pengampu
Elfi Rahmadani,S.P.,M.Si.
Oleh :
Segala puji bagi Allah Swt. yang maha menguasai seluruh alam semesta
beserta isinya. Lagi maha berkehendak atas segala hal apapun, yang telah menjadikan
manusia sebaik-baiknya ciptaan yang diberikan akal dan pikiran. Rasa syukur kami
ucapkan atas rahmat dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TRADISI SUKU BATAK DALAM MENSYUKURI HASIL PANEN”
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Sosiologi,
Komunikasi Dan Penyuluhan Pertanian”. Kami sangat menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan atau kesalahan dalam
hal penulisan ataupun yang lainnya. Maka dari itu, saya sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangung.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1......................................................................................................... Latar
Belakang.........................................................................................1
1.2.........................................................................................................
Rumusan masalah...........................................................................2
1.3......................................................................................................... Tujuan
........................................................................................................2
II.PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1. Tradisi Suku Batak.........................................................................3
III.PENUTUP..................................................................................................6
3.1. Kesimpulan....................................................................................6
3.2. Saran..............................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................7
ii
iii
I. PENDAHULUAN
Masyarakat Batak adalah salah satu bangsa yang berasal dari Sumatera Utara
yang bermukim di wilayah mulai dari daerah Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan
bagian pegunungan dataran tinggi Karo, daerahsekitar Pematang Siantar, daerah
Danau Toba, dan hampir seluruh daerah di Tapanuli hingga daerah Natal serta
perbatasan Sumatera Barat.
Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi, tetapi masih
banyak juga, terutama di antara orang Karo, Simalungun dan Pakpak yang masih
bercocok tanam di ladang, yang dibuka di hutan dengan cara menebang dan
membakar. Orang Batak untuk sebagian besar, masih menggarap tanahnya menurut
adat Kuno. Di ladang maupun di sawah-sawah padi umumnya ditanam dan dipanen
hanya setahun sekali, hanya di beberapa tempat saja orang mulai memakai cara-cara
yang memungkinkan panen dua kali setahun. Orang Batak juga mengenal sistem
gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Alat-alat utama dalam bercocok
tanam adalah cangkul, bajak, tongkat tugal. Bajak biasanya ditarik oleh kerbau atau
1
kadang-kadang oleh sapi. Untuk memotong padi masyarakat Batak menggunakan alat
yang disebut dengan Sabit.
Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini yaitu jelaskan apa saja
tradisi-tradisi suku Batak pada saat waktu panen tiba.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui apa saja tradisi
yang ada pada suku Batak ketika musim panen tiba.
2
II. PEMBAHASAN
Salah satu yang masih dilakukan oleh masyarakat Suku Batak adalah Upacara
Sipaha Lima. Upacara ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh Suku Batak
penganut kepercayaan Malim, yang memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Sang Pencipta atas nikmat yang sudah didapatkan dalam setahun.
Jika di masa sebelum memulai bercocok tanam, leluhur Batak menggelar ritual
manganjab, berdoa memohon kesuburan tanah, maka setelah panen, mereka
menyelenggarakan tradisi Sipaha Lima, untuk mensyukuri nikmat atas hasil panen
yang diberkati Mulajadi Nabolon.
Kegiatan ritual itu diikuti orang tua, remaja, bahkan anak-anak. Ritual diiringi
musik Ogung Sabangunan (alat musik tradisional Batak Toba seperti Tagading,
Sarune, Ogung, Doal, Pangkeseki) dan umat Parmalim manortor (menari) sahadaton
mengiringi penyerahan sesembahan kepada Tuhan. Sesembahan berupa seperti ayam,
3
kambing, ikan yang sudah dimasak, dan jeruk purut di dalam cawan yang sebelumnya
sudah didoakan di dalam bale parsantian (rumah ibadah).
Hasil panen pertama itulah yang kemudian dibawa untuk dipersembahkan pada
ritual akbar Sipaha Lima. Ritual ini biasanya diselenggarakan pada bulan kelima,
sesuai penanggalan kalender Batak. Dan sebulan mendahului ritual Sipaha Lima,
umat Parmalim wajib mempersembahkan ugasan torop (sokong tiga pikul hasil
panen) per kepala keluarga atau lebih kepada kepala punguan.
Ritual Mangamoti
Ritual mangamoti adalah sebuah upacara yang dilakukan sebagai bentuk ucapan
syukur kepada Maha Pencipta yang dilakukan dengan acara makan bersama dari hasil
panen pertama. Tujuan dari pelaksanaaan ritual ini adalah harapan supaya hasil panen
bagus dan orang yang melakukan panen padi di sawah sehat selalu serta benih padi
tahun berikutnya mencukupi dan terhindar dari hama.
4
Dalam tradisi ini kaum Ibu akan mengambil padi setengah matang dari sawah
dan membuatnya menjadi sinaok serta dimasak bersama beras lama sedangkan laki-
laki bersama kelompoknya memotong ternak dan dibagi secara rata kepada seluruh
warga kampung. Umumnya sebagian besar kaum ibu pergi sambil mengenakan ulos
batak. Selanjutnya padi yang sudah menguning diketam sekitar tujuh bulir sebelum
mata hari terbit. Setelah mengambil tujuh bulir padi, kaum Ibu melakukan putaran
tiga kali dari timur sampai barat. Hal tersebut sebagai bentuk doa agar tanaman
tumbuh subur dan baik, ternak sehat serta manusia selamat. Selanjutnya padi yang
diketam dibawa ke rumah. Beberapa bulir padi yang masih melekat di tangkainya
diletakkan di bagian atas depan rumah. “Itulah simbol bahwa untuk musim tanam
selanjutnya sudah ada benih padi,”.
5
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Suku Batak masih tetap menjalankan tradisi turun-temurun yang biasa mereka
lakukan pada saat waktu panen tiba. Hal itu terus dilakukan sebab tradisi ini bagian
dari bentuk kedekatan masyarakat dengan alam serta ucapan syukur kepada sang
pencipta.
3.2. Saran
Kepada masyarakat suku Batak khususnya para orang tua agar tetap
menanamkan kepada anak-anak nya tentang adat budaya Batak agar tidak lengkang
oleh masa.
6
DAFTAR PUSTAKA
Admi. 2019. Sipaha Lima Tradisi Leluhur Batak Mensyukuri Hasil Panen.
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/sipaha-lima-tradisi-leluhur-
batak-mensyukuri-hasil-panen (27 Maret 2021)