Anda di halaman 1dari 11

SOSIOLOGI, KOMUNIKASI DAN PENYULUHAN PERTANIAN

TRADISI SUKU BATAK


DALAM MENSYUKURI HASIL PANEN

Dosen Pengampu
Elfi Rahmadani,S.P.,M.Si.

Oleh :

Agustamin Dasopang (11980215255)


Muhammad Alqosasi (11980212491)
Muhammad Ilham Hidayat (11980214304)
Nurul Ardianti (11980224309)
Sandi Aguswan (11980212491)
Tika Dwi Ningsih ( 11980224328 )

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. yang maha menguasai seluruh alam semesta
beserta isinya. Lagi maha berkehendak atas segala hal apapun, yang telah menjadikan
manusia sebaik-baiknya ciptaan yang diberikan akal dan pikiran. Rasa syukur kami
ucapkan atas rahmat dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TRADISI SUKU BATAK DALAM MENSYUKURI HASIL PANEN”
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah “Sosiologi,
Komunikasi Dan Penyuluhan Pertanian”. Kami sangat menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan atau kesalahan dalam
hal penulisan ataupun yang lainnya. Maka dari itu, saya sebagai penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangung.

Pekanbaru, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1......................................................................................................... Latar
Belakang.........................................................................................1
1.2.........................................................................................................
Rumusan masalah...........................................................................2
1.3......................................................................................................... Tujuan
........................................................................................................2

II.PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1. Tradisi Suku Batak.........................................................................3

III.PENUTUP..................................................................................................6
3.1. Kesimpulan....................................................................................6
3.2. Saran..............................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................7

ii
iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebudayaan adalah semua tindakan dan hasil yang dilakukan oleh manusia
yang memberi arti kepada alam sekitarnya. Dengan kata lain, kebudayaan merupakan
wujud usaha dan hasil manusia untuk mempertahankan hidupnya di alam realitas
dengan daya pikirnya (Poedjawajatna, 1987:134). Kebudayaan merupakan suatu
proses belajar yang kompleks. Proses belajar tersebut biasanya menghasilkan bentuk-
bentuk baru dengan mengakumulasikan pengetahuan dan keterampilan. Misalnya,
dalam bidang kesenian manusia terus-menerus mencari bentuk-bentuk ekspresi baru.
Proses mencari bentuk ini, tidak berarti bahwa setiap proses belajar selalu
menghasilkan bentuk-bentuk baru bersifat positif. Konsep trial and errormenjadikan
manusia lebih bijaksana yang menjadikan kesalahan dan kekeliruan mempunyai
manfaat.

Masyarakat Batak adalah salah satu bangsa yang berasal dari Sumatera Utara
yang bermukim di wilayah mulai dari daerah Langkat, Deli Serdang, Asahan, dan
bagian pegunungan dataran tinggi Karo, daerahsekitar Pematang Siantar, daerah
Danau Toba, dan hampir seluruh daerah di Tapanuli hingga daerah Natal serta
perbatasan Sumatera Barat.

Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi, tetapi masih
banyak juga, terutama di antara orang Karo, Simalungun dan Pakpak yang masih
bercocok tanam di ladang, yang dibuka di hutan dengan cara menebang dan
membakar. Orang Batak untuk sebagian besar, masih menggarap tanahnya menurut
adat Kuno. Di ladang maupun di sawah-sawah padi umumnya ditanam dan dipanen
hanya setahun sekali, hanya di beberapa tempat saja orang mulai memakai cara-cara
yang memungkinkan panen dua kali setahun. Orang Batak juga mengenal sistem
gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Alat-alat utama dalam bercocok
tanam adalah cangkul, bajak, tongkat tugal. Bajak biasanya ditarik oleh kerbau atau

1
kadang-kadang oleh sapi. Untuk memotong padi masyarakat Batak menggunakan alat
yang disebut dengan Sabit.

Disamping bercocok tanam, peternakan juga menjadi salah satu mata


pencaharian yang penting bagi orang Batak seperti beternak kerbau, sapi, babi,
kambing, ayam dan bebek. Di daerah-daerah tepi Danau Toba dan di Pulau Samosir,
menangkap ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup yang penting.
Pekerjaan dilakukan eksklusif oleh orang laki-laki dalam perahu-perahu lesung
dengan jala, pancing dan perangkap-perangkap ikan (Koentjaraningrat, 2004: 101-
102).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini yaitu jelaskan apa saja
tradisi-tradisi suku Batak pada saat waktu panen tiba.

1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar para pembaca dapat mengetahui apa saja tradisi
yang ada pada suku Batak ketika musim panen tiba.

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Tradisi-Tradisi Suku Batak


Indonesia sebagai negara multikultural terdiri atas ratusan suku bangsa yang
tersebar dari Sabang hingga Merauke. Setiap suku bangsa memiliki tradisi masing-
masing. Suku Batak memiliki ritual-ritual yang dilakukan secara turun temurun pada
saat waktu panen tiba, yaitu:

Ritual Mulajadi Nabolon

Pengakuan leluhur Batak terhadap kuasa Mulajadi Nabolon (Pencipta Semesta)


tidak sebatas pribadi yang kudus. Tapi juga sebagai sosok yang berdaulat atas alam,
manusia, dan seluruh sendi kehidupan, termasuk di dalamnya, berdaulat atas seni dan
budaya yang melekat di tengah masyarakat.

Salah satu yang masih dilakukan oleh masyarakat Suku Batak adalah Upacara
Sipaha Lima. Upacara ini merupakan tradisi yang dilakukan oleh Suku Batak
penganut kepercayaan Malim, yang memiliki makna sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Sang Pencipta atas nikmat yang sudah didapatkan dalam setahun.

Jika di masa sebelum memulai bercocok tanam, leluhur Batak menggelar ritual
manganjab, berdoa memohon kesuburan tanah, maka setelah panen, mereka
menyelenggarakan tradisi Sipaha Lima, untuk mensyukuri nikmat atas hasil panen
yang diberkati Mulajadi Nabolon.

Kegiatan ritual itu diikuti orang tua, remaja, bahkan anak-anak. Ritual diiringi
musik Ogung Sabangunan (alat musik tradisional Batak Toba seperti Tagading,
Sarune, Ogung, Doal, Pangkeseki) dan umat Parmalim manortor (menari) sahadaton
mengiringi penyerahan sesembahan kepada Tuhan. Sesembahan berupa seperti ayam,

3
kambing, ikan yang sudah dimasak, dan jeruk purut di dalam cawan yang sebelumnya
sudah didoakan di dalam bale parsantian (rumah ibadah).

Ketua Punguan Parmalim Monang Naipospos mengatakan, ritual Sipaha Lima


adalah puncak dari matumona yakni persembahan atas hasil usaha atau pekerjaan
mereka yang diberkati Mulajadi Nabolon selama setahun. Ritual ini biasanya
berlangsung tiga hari penuh dari pagi hingga malam.

Sebelum acara puncak, umat Parmalim terlebih dahulu mengadakan


acara matumona di rumah masing-masing. Tiap-tiap keluarga menyisihkan hasil
panen pertamanya untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Sebab, masyarakat Batak
dominan bergantung hidup pada pertanian, maka hasil panen pertama harus disimpan
di lumbung untuk dipersembahkan kepada Mulajadi Nabolon.

Hasil panen pertama itulah yang kemudian dibawa untuk dipersembahkan pada
ritual akbar Sipaha Lima. Ritual ini biasanya diselenggarakan pada bulan kelima,
sesuai penanggalan kalender Batak. Dan sebulan mendahului ritual Sipaha Lima,
umat Parmalim wajib mempersembahkan ugasan torop (sokong tiga pikul hasil
panen) per kepala keluarga atau lebih kepada kepala punguan.

Ritual Mangamoti

Ritual mangamoti adalah sebuah upacara yang dilakukan sebagai bentuk ucapan
syukur kepada Maha Pencipta yang dilakukan dengan acara makan bersama dari hasil
panen pertama. Tujuan dari pelaksanaaan ritual ini adalah harapan supaya hasil panen
bagus dan orang yang melakukan panen padi di sawah sehat selalu serta benih padi
tahun berikutnya mencukupi dan terhindar dari hama.

Tradisi budaya agraris yang disebut dengan mamonamonai. Mangamoti


merupakan sebagai wujud syukur pada Tuhan atas hasil panen padi setiap tahunnya.
Tradisi ini merupakan bentuk doa bersama agar tahun depan hasil panen lebih
meningkat lagi dan jauh dari hama penyakit.

4
Dalam tradisi ini kaum Ibu akan mengambil padi setengah matang dari sawah
dan membuatnya menjadi sinaok serta dimasak bersama beras lama sedangkan laki-
laki bersama kelompoknya memotong ternak dan dibagi secara rata kepada seluruh
warga kampung. Umumnya sebagian besar kaum ibu pergi sambil mengenakan ulos
batak. Selanjutnya padi yang sudah menguning diketam sekitar tujuh bulir sebelum
mata hari terbit. Setelah mengambil tujuh bulir padi, kaum Ibu melakukan putaran
tiga kali dari timur sampai barat. Hal tersebut sebagai bentuk doa agar tanaman
tumbuh subur dan baik, ternak sehat serta manusia selamat. Selanjutnya padi yang
diketam dibawa ke rumah. Beberapa bulir padi yang masih melekat di tangkainya
diletakkan di bagian atas depan rumah. “Itulah simbol bahwa untuk musim tanam
selanjutnya sudah ada benih padi,”.

Selanjutnya, dalam ritual tersebut juga dilakukan acara menyembelih ternak


kaki empat dan dibagikan kepada warga. Ternak yang akan disembeli dibeli dengan
hasil panen pertama oleh seluruh warga kampung. Kemudian dibagikan dan dimasak.
Serta sebelum menyantap makanan masing-masing keluarga akan memanjatkan doa
syukur serta permohonan kepada Tuhan.

5
III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Suku Batak masih tetap menjalankan tradisi turun-temurun yang biasa mereka
lakukan pada saat waktu panen tiba. Hal itu terus dilakukan sebab tradisi ini bagian
dari bentuk kedekatan masyarakat dengan alam serta ucapan syukur kepada sang
pencipta.

3.2. Saran

Kepada masyarakat suku Batak khususnya para orang tua agar tetap
menanamkan kepada anak-anak nya tentang adat budaya Batak agar tidak lengkang
oleh masa.

6
DAFTAR PUSTAKA

Admi. 2019. Sipaha Lima Tradisi Leluhur Batak Mensyukuri Hasil Panen.
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/sipaha-lima-tradisi-leluhur-
batak-mensyukuri-hasil-panen (27 Maret 2021)

Shinta Rhomaulina N. 2011. Eksistensi Adat Budaya Batak . Skripsi. Semarang.


Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai