Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan Kehutanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan
selayaknya dilaksanakan secara bertanggung jawab dan terencana guna mendapatkan manfaat
sumber daya hutan yang adil, merata dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan dan daya
dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kerusakan hutan Indonesia
yang masih sering terjadi sampai beberapa bulan ini menambah besar angka laju deforestasi di negeri
ini hingga mencapai 2 juta ha / tahun. Luasan ini meliputi hutan lindung, hutan produksi, dan hutan
konservasi baik yang berada dalam kawasan maupun diluar kawasan hutan. Kerusakan ini sangat
mengkhawatirkan karena akan berdampak pada ketidakseimbangan ekosistem dalam tatanan Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan terganggunya kehidupan masyarakat. Apabila hal ini tidak ditanggulangi
secara tepat maka dikhawatirkan sumber daya alam hutan dan lahan akan semakin bertambah rusak
dan secara tidak langsung akan menghambat kelangsungan pembangunan di bidang kehutanan.
Kebun Bibit Rakyat merupakan upaya penyediaan bibit berkualitas melalui pembuatan bibit
jenis tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS). Upaya menanam di lahan kritis atau lahan
kosong dan lahan tidak produktif dengan jenis tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna
merupakan salah satu upaya pemulihan kondisi DAS yang kritis. Upaya tersebut juga dapat
memberikan hasil berupa kayu, getah, buah, serat, pakan ternak, dan lain sebagainya.
Keinginan masyarakat untuk menanam tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna dalam
berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan, dibatasi oleh ketidakmampuan mereka untuk
memperoleh bibit yang berkualitas. Sebagai akibatnya, masyarakat cenderung menanam tanaman
hutan dan jenis tanaman serbaguna dari biji atau benih asalan, sehingga tanaman tersebut
memerlukan waktu lebih panjang untuk berproduksi dan apabila berproduksi kualitas dan kuantitas
hasilnya kurang memuaskan. Bertolak dari pengalaman tersebut, dipandang perlu untuk merumuskan
kegiatan penyediaan bibit berkualitas berbasis pemberdayaan masyarakat dengan nama Kebun Bibit
Rakyat.
Kebun Bibit Rakyat merupakan fasilitasi pemerintah dalam penyediaan bibit tanaman hutan
dan jenis tanaman serbaguna (MPTS) yang prosesnya dibuat secara swakelola oleh kelompok tani.
Bibit hasil Kebun Bibit Rakyat digunakan untuk merehabilitasi dan menanam di lahan kritis, lahan
kosong dan lahan tidak produktif di wilayahnya.
Di samping itu, Kebun Bibit Rakyat juga dipakai sebagai sarana untuk mengurangi terjadinya
resiko sosial berupa kemiskinan akibat degradasi hutan dan lahan serta sebagai tempat pemberian
pengetahuan dan keterampilan mengenai pembuatan persemaian, penanaman dengan
menggunakan benih/bibit yang berkualitas.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


1. Maksud
Maksud penyelenggaraan Kebun Rakyat adalah memberikan arahan kepada seluruh
Kelompok Tani yang mengurusi kehutanan.
2. Tujuan
Tujuannya adalah terlaksananya Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat melalui fasilitasi yang
tepat, efektif, dan efisien. Untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan
masyarakat dan dalam rangka optimalisasi manfaat ekologi, sosial dan ekonomi.

BAB II
KEADAAN UMUM WILAYAH
A. Letak dan Luas

Kabupaten Ngawi secara geografis berada di Propinsi Jawa Timur bagian Barat, merupakan daerah

yang penghubung langsung dengan Propinsi Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jakarta

yang mempunyai aksesbilitas transportasi cukup ramai.

Luas wilayah 1.295,9851 Km2 atau 129.598,51 Ha, secara administratif Pemerintah

Kabupaten Ngawi terbagi dalam : 19 Kecamatan, 4 Kelurahan, 213 Desa. Secara Astronimis terletak

pada posisi 7o21’ – 7o31’ Lintang Selatan dan 111o07’ – 111o40’ Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (Jawa Tengah)

dan Kabupaten Bojonegoro.

b. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan

d. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Jawa

Tengah)

Rendahnya pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita menunjukkan masih

rendahnya tingkat kesejahteraan rakyat, hal ini mengakibatkan munculnya berbagai masalah sosial

mendasar. Salah satu masalah sosial yang timbul adalah rendahnya kemampuan mengelola sumber

daya alam dan lingkungan hidup mengakibatkan antara lain terjadinya degradasi hutan dan lahan

yang terus berlanjut sehingga daya dukung ekosistem terhadap pertanian dan pengairan semakin

menurun, terjadinya kekeringan dan banjir, serta meningkatnya lahan kritis. Kualitas lingkungan yang

terus menurun ditunjukkan antara lain dengan meningkatnya pencemaran air akibat kerusakan

hutan, kegiatan industri dan pertanian.

B. Penggunaan Lahan, Topografi

1. Penggunaan Lahan

Penggunanaan lahan di Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut :


a. Persawahan : 50.479,00 Ha

b. Perkebunan : 1.551,04 Ha

c. Tegalan : 8.165,81 Ha

d. Pekarangan : 20.921,74 Ha

e. Hutan Negara : 45.428,60 Ha

f. Waduk, Bendungan dan lain-lain : 3.054,32 Ha

Jumlah : 129.598,52 Ha

Lahan kering milik masyarakat khususnya di Kabupaten Ngawi yang perlu penanganan seluas

33.719,71 Ha dengan lahan kritis seluas 21.172,691 Ha

2. Topografi

Kondisi topografi wilayah Kabupaten Ngawi cukup bervariasi, yaitu topografi datar,

bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi. Luas wilayah berdasarkan kemiringan

lahan adalah sebagai berikut :

- Kemiringan 0 – 15 % : 118.791 Ha (91,67%)


- Kemiringan 15 – 40 % : 4.307 Ha (3,32%)
- Kemiringan diatas 40 % : 6.500 Ha (5,01%)
Sedangkan berdasarkan ketinggian tempat Kabupaten Ngawi terletak dengan ketinggian 47 hingga

500 meter di atas permukaan laut meliputi Kecamatan Ngawi, Geneng, Gerih, Padas, Paron,

Kasreman, Karangjati, Bringin, Pangkur, Mantingan, Widodaren, Kedunggalar, Pitu, Karanganyar,

Kwadungan dan sebagian wilayah Kecamatan Sine, Jogorogo, Ngrambe dan Kendal. Ketinggian

antara 500 – 1000 meter di atas permukaan laut meliputi Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo dan

Kendal. (Sumber : Peta Topografi Dinas Pengairan Kabupaten Ngawi).

Secara umum, dibagian tengah adalah daerah dataran yang merupakan lahan pertanian subur,

dibagian selatan merupakan daerah perbukitan dan pegunungan yang membujur dari Timur ke

Barat, meliputi wilayah Kecamatan Kendal, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Ngrambe dan

Kecamatan Sine yang berada di lereng Gunung Lawu. Sedangkan dibagian Utara, membujur dari

Timur ke Barat, merupakan deretan pegunungan Kendeng yang kurang subur, terdiri dari bebatuan

kapur yang dipertegas dengan Bengawan Solo sebagai pembatasnya.

Secara hidrologi, wilayah ini termasuk dalam daerah aliran sungai (DAS) Solo dan Madiun yang

bertemu di kota Ngawi. Bengawan Solo melewati wilayah Kabupaten Ngawi sepanjang 63 Km
dengan lebar dasar 118 m dan Kali Madiun sepanjang 17 km dengan lebar dasar 86 m. Terdapat

anak sungai yang mengalir ke Bengawan Solo dengan panjang antara 2 – 42 km dengan lebar dasar

8 – 23 km, sedangkan yang mengalir ke kali Madiun sebanyak 12 dengan panjang antara 2 – 38 km

dengan lebar dasar 8 – 25 m. Terjadinya fluktuasi debit air sungai yang mencolok akhir-akhir ini,

menunjukkan ketidakseimbangan antara proses penyerapan air ke dalam tanah dengan

meningkatnya aliran permukaan (run off). Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan lingkungan akibat

kerusakan hutan.

Sampai dengan tahun 2009 di Kabupaten Ngawi terdapat 3 (tiga) buah waduk yang tergolong

besar yaitu Waduk Pondok dan Waduk Sangiran di Kecamatan Bringin, serta Waduk Kedung Bendo

Kecamatan Kasreman. Disamping waduk-waduk tersebut terdapat bendung tetap sejumlah 234

buah yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Ngawi.

BAB III
RENCANA KEGIATAN

Rencana Pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) Tahun 2011, ditangani oleh Pemerintah Kabupaten

Ngawi (dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan) bersama Kelompok Tani Hutan Rakyat.

Beberapa rencana kegiatan yang dilaksanakan dalam Kegiatan Pembangunan Kebun Bibit Rakyat

(KBR) Tahun 2011 bersama Kelompok Tani Hutan Rakyat antara lain :

1. Pembuatan Persemaian sebanyak 100 x 50.000 Batang = 5.000.000 Batang.


2. Perencana Lokasi Indikatif untuk penanaman seluas 12.500 Ha.

A. SASARAAN LOKASI
Kriteria Desa sebagai Lokasi KBR adalah sebagai berikut :
1. Diutamakan berada dalam DAS prioritas;
2. Diutamakan berada didalam dan di sekitar kawasan hutan;
3. Memiliki lahan kritis, lahan kosong atau lahan tidak produktif;
4. Mata pencaharian penduduknya bergantung pada sektor pertanian secara umum (kehutanan,
perkebunan, dan pertanian); dan/atau
5. Terdapat Kelompok Pengelola.

B. RUANG LINGKUP KEGIATAN


Komponen kegiatan dalam pembuatan Kebun B ibit Rakyat (KBR) ini meliputi :
1. Persiapan Lapangan Pengolahan Lahan, Pemasangan Patok Batas dan Pemagaran.
2. Pembuatan Sarana dan Prasarana (Papan Nama, Alat Penyiraman)
3. Pembuatan Bedeng Semai, Bedeng Sapih dan jalan Inspeksi
4. Penaburan Benih
5. Penyapihan
6. Pemeliharaan Semai
7. Pendistribusian Bibit
8. Penanaman Dilapangan
9. Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

C. KELUARAN PROGRAM
Beberapa hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan program ini antara lain:
1. Tersedianya bibit yang berkualitas, baik secara fisiologis dan genetik dalam jumlah yang memadai;
2. Tertanaminya lahan yang kosong dengan tanaman yang bernilai ekonomi dan berfungsi lindung;
3. Terbentuknya kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai kelompok pengelola program Kebun
Bibit Rakyat;

D. POLA PENGEMBANGAN KEGIATAN


Pola yang akan dijalankan dalam pengembangan program ini adalah polakemitraan
partisipatif, yakni terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan, konstruktif dan dinamis antara
pihak supporting program (instansi dan lembaga terkait) dan masyarakat.
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. SOSIALISASI KEGIATAN
Sosialisasi program dilakukan kepada pihak-pihak terkait, seperti lembaga pemerintah daerah dan
masyarakat penerima program. Hal ini bertujuan untuk
1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai program yang akan dilaksanakan.
2. Mendapatkan dukungan secara positif dari semua pihak, khususnya pihak-pihak yang terkait dan
berpengaruh dalam masyarakat agar seluruh prose pelaksanaan program dapat berjalan optimal.

B. SOSIALISASI
Beberapa materi yang akan disajikan pada kegiatan Sosialisasi ini meliputi :
1. Pengenalan benih tanaman hutan dan jenis tanaman serbaguna (MPTS).
2. Treatment benih tanaman.
3. Metode penyiapan media tabur (semai) dan penaburan benih.
4. Penyediaan media sapih dan penyapihan.
5. Metode pemeliharaan bibit.
6. Pemanenan dan seleksi bibit.
7. Distribusi bibit.

C. Pengadaan Benih
Jenis bibit yang akan dikembangkan dalam program ini keseluruhannya tergolong jenis tanaman cepat
tumbuh yakni jenis mahoni dan jati sedangkan jumlah bibit yang akan dibuat dalam satu unit KBR
sebanyak 50.000 (lima puluh ribu) batang bibit.
Adapun beberapa tahapan yang harus dilalui dalam proses pengadaan bibit meliputi :
1. Seleksi Benih
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh benih yang berkualitas tinggi. Benih yang bermutu
baik memiliki beberapa karakteristik antara lain :
a. Berdaya kecambah tinggi (diatas 70 %).
b. Persen kemurnian tinggi.
c. Bersertifikat (teruji dan diketahui asal benih).
2. Perlakuan Benih
Kegiatan ini dilakukan untuk memacu benih agar mampu berkecambah dalam waktu cepat tanpa
merusak dan menurunkan kualitas bibit serta terbebas dari hama dan penyakit. Jenis perlakuan
yang akan diaplikasikan untuk jenis mahoni dan jati, secara sederhana dan parktis yakni
menyiram benih dengan air dan membersihkan benih tersebut dari kotoran.
3. Persiapan dapat Media Sapih
Media sapih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pengecambahan benih, karena keberadaan media ini ikut berperan dalam menentukan tingkat
kelembaban dan besarnya suplai oksigen disekitar benih, dalam mempercepat proses pecahnya
kulit biji, yang selanjutnya diikuti oleh terjadinya pengecambahan.
Selain itu media juga merupakan faktor eksternal yang berperan sebagai penentu kesehatan bibit,
sehinga melaluli tretmen media yang baik, seperti perlakuan sterilisasi yang tepat terhadap media
semai sebelum digunakan akan mampu mencegah dan emenkan munculnya jamur
perusak/pembusuk akar.
Adapun jenis media yang akan digunakan dalam tahap penuemaian ini adalah pasir atau
campuran tanah, skam dan kompos (perbandingan 2:1:2) yang telah disterilkan.
4. Penyemaian (Penaburan Benih)
Kegiatan penyemaian dilakukan segera setelah benih endapatkan perlakuan yang tepat pada
media semai yang telah disiapkan. Untuk mempercepat proses pengecambahan benih beberapa
perlakuan yan harus diaplikasikan antara lain :
a. Penyiraman yang cukup dan terkontrol, agar kelembaban disekitar benih dapat
dipertahankan.
b. Memberikan cahaya yang cukup.
c. Aerasi cukup, agar suplai oksigen disekitar benih tersedia dengan baik.
5. Persiapan Media Sapih
Media sapih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap keberhasilan dalam
pengedaan bibit, karena peran media ini disamping sebagai penopang tegaknya bibit juga sebagai
penentu tingkat kelembaban, suplai oksigen dan ketersediaan nutrisi (unsur hara) disekitar
penangkaran bibit. Adapun jenis media semai yang akan digunakan dalam pengadaan bibit ini
antara lain tanah top soil, kompos, sekam padi (perbandingan 2:1:1).
6. Pembuatan Bedeng Sapih
Bedeng sapih adalah areal khusus yang dipergunakan sebagai tempat untuk menaruh dan
menyimpan bibit setelah disapih. Pada umumnya ukuran bedeng dapih 5 m x 1 m.
7. Penyapihan Bibit
Kegiatan penyapihan dilakukan segera setelah benih berkecambah, kelopak biji telah terlepas dan
telah keluar akar lateralnya (umur bibit kurang lebih 2-3 minggu setelah kecambah).
8. Pemeliharaan
Beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemeliharaan, antara lain : penyiraman,
pemupukan, penyiangan atau penggulmaan, pemberantasan hama penyakit dan lain-lain.
9. Penanaman
Lokasi Penanaman disesuaikan dengan lokasi indikatif dari hasil survey lapangan oleh tim penilai
dan pemeriksa, dengan jumlah bibit 400 batnag/Ha.

D. WAKTU PELAKSANAAN PROGRAM


Waktu pelaksanaan program ini didesain selama kurang lebih 12 bulan, dimulai sebelum musim
penghujan hingga bibit siap tanam ketika musim penghujan tiba.

E. LOKASI PROGRAM
Program pembibittan ini akan dilaksanakan pada beberapa lokasi kelompok tani dengan Rencana
Pembangunan KBR sebanyak 100 Kelompok Tani Hutan Rakyat / Kelompok Pengelola. Adapun
penetapan lokasi yang akan diperuntukkan sebagai areal persemaian, terlebih dahulu akan diawali
dengan melakukan survei untuk memastikan kelayakan lokasi tersebut dan kesesuaianya dengan
bebrapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagai areal persemaian.

F. ANGGARAN PROGRAM
Anggaran yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program pembibitan Kebun Bibit Rakyat
(KBR) untuk satu unit pengelola kegiatan ini adalah sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta
Rupiah). Dengan total rencana anggaran yang dibutuhkan 100 x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000.000,-
( Lima Milyar Rupiah).

BAB V
PENUTUP

Proposal Pembangunan Kebun Bibit Rakyat (KBR) tahun 2011 ini disusun dengan besar

harapan dapat dikabulkan oleh pemerintah baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah

Daerah melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Ngawi, dengan jumlah kelompok tani

Hutan Rakyat yang sudah siap untuk melaksanakan pembangunan Kebun Bibit Rakyat pada tahun 2011
sebanyak 100 kelompok tani dari total 214 kelompok tani Hutan Rakyat binaan Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Ngawi.

Demikian pembuatan proposal ini mohon kritik dan saran demi kesempurnaan pelaksanaan

dilapangan, Atas perhatian dan terkabulnya Proposal ini kami ucapkan terima kasih.

Ngawi, September 2010


KEPALA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
KABUPATEN NGAWI

Ir. SETIYONO
Pembina Tk.I
NIP. 19640217 199003 1 008

Anda mungkin juga menyukai