Anda di halaman 1dari 9

EKONOMI DAN VALUASI LINGKUNGAN

VALUASI LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE

Disusun Oleh :

1. Andi Javier Lavierdido (1142005019)


2. Dzalika Nurperbangsari (1152005005)
3. Muhammad Naufal Siswoyo (1152005017)
4. Pradhika Ardi Nugraha (1152005007)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS BAKRIE

2017
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya alam mempunyai peran penting dalam kelangsungan hidup


manusia. Pengelolaan terhadap sumberdaya alam harus sangat bijaksana. Karena
diperlukan waktu yang cukup lama untuk memulihkan kembali apabila telah terjadi
kerusakan/kepunahan. Pengelolaan secara bijakasana yaitu pemanfaatan dan
pengelolaan sumberdaya yang optimal dan berwawasan lingkungan agar
sumberdaya alam yang ada tetap lestari. Ekosistem hutan mangrove merupakan
salah satu sumberdaya alam wilayah pesisir yang mempunyai peranan penting
ditinjau dari sudut sosial, ekonomi, dan ekologis. Fungsi utama sebagai
penyeimbang ekosistem dan penyedia berbagai kebutuhan hidup bagi manusia dan
mahluk hidup lainnya.
Sumberdaya hutan mangrove, selain dikenal memiliki potensi ekonomi sebagai
penyedia sumberdaya kayu juga sebagi tempat pemijahan (spawning ground),
daerah asuhan (nursery ground), dan juga sebagai daerah untuk mencari makan
(feeding ground) bagi ikan dan biota laut lainnya, juga berfungsi untuk menahan
gelombang laut dan intrusi air laut kearah darat.
Besarnya manfaat yang ada pada ekosistem hutan mangrove, memberikan
konsekuensi bagi ekosistem hutan mangrove itu sendiri, yaitu dengan semakin
tingginya tingkat eksploitasi terhadap lingkungan yang tidak jarang berakhir pada
degradasi lingkungan yang cukup parah.
Sebagai contoh adalah berkurangnya luasan hutan mangrove dari tahun ke
tahun. Hal ini tidak terlepas dari ulah manusia yang kurang paham akan pentingnya
kelestarian ekosistem hutan mangrove di kemudian hari. Masyarakat hanya menilai
hutan mangrove dari segi ekonominya saja, tanpa memperhatikan manfaat-manfaat
fisik dan juga biologi yang ditimbulkan.

1.2. Permasalahan
Hasil pemetaan oleh Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL)-
Bakosurtanal berdasarkan data citra Landsat ETM dari tahun 2006-2009 pada 190
scenes, mengestimasi luas hutan mangrove di Indonesia adalah 3.244.018,46 ha,
sedangkan oleh Kementerian Kehutanan (Direktur Bina Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Kementerian Kehutanan, 2009) menyatakan luas hutan mangrove Indonesia
pada tahun 2007 adalah 7.758.410,595 ha (Hartini, et al, 2010) dan hampir 70%
rusak dengan kategori kerusakan yang belum jelas. Berdasarkan laporan Bappeda
Kutai Kartanegara (2010) dilaporkan bahwa luas hutan mangrove di kawasan Delta
Mahakam pada tahun 2009 sebesar 29.600 ha dan hasil ini dikatakan mengalami
penurunan drastis sebesar 11,97% per tahun dibandingkan pada tahun 1992 dengan
rincian antara tahun 1992-1996 sebesar 3,67% per tahun dan tahun 1996-2009
sebesar 20,52% per tahun.
Kerusakan dan penurunan luas hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam
terjadi setiap tahunnya, walaupun telah ditetapkan aturan untuk menjaga
kelestariannya sehingga menyebabkan terganggu fungsi hutan mangrove dan
berdampak terhadap sumber mata pencaharian yang menyebabkan penurunan
pendapatan masyarakatnya. Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi
permasalahan adalah mengetahui korelasi harga/nilai kuantitatif hutan mangrove
yang hilang akibat perbuatan manusia jika ekosistem hutan mangrove rusak
ataupun punah.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui harga/nilai kuantitatif beserta korelasi hutan mangrove dari
jurnal “Valuasi Total Ekonomi Hutan Mangrove di Kawasan Delta
Mahakam Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur”.
2. Mengetahui metode penelitian yang dilakukan sehingga pembaca maupun
penulis dapat dijadikan referensi penelitian berikutnya.

1.4. Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
kuantitatif non-experiment korelasi. Metode korelasi ini dipilih untuk
membandingkan persamaan dan perbedaan pemilik jurnal dengan kerangka
pemikiran penulis.
PEMBAHASAN

Berdasarkan pemilik jurnal, yang menjadi permasalahan kawasan hutan


mangrove di kawasan delta mahakam ada 3 :
1. Luasan hutan mangrove yang semakin berkurang setiap tahunnya.
2. Kerusakan hutan mangrove akibat kegiatan masyarakat di sekitar kawasan
hutan mangrove.
3. Terjadi konversi kawasan hutan mangrove yang menjadi tambak dan
pemukiman.
Perhitungan nilai ekonomi hutan mangrove menggunakan pendekatan identifikasi
dan kualitas manfaat seperti yang dilakukan pierce dan moran (1994) yang
tergambar pada diagram berikut:
Untuk sumber data yang digunakan ada 2 yaitu data primer berupa kuisioner
kepada masyarakat sekitar hutan mangrove kawasan delta mahakam dan data
sekunder yang diberikan oleh pemerintah kabupaten Kutai Kartanegara kepada
penulis jurnal. Dalam menganalisis data penulis menggunakan analisa deskriptif,
analisa kuantitatif, economic rent, analisa linear berganda, dan analisa WTP dan
CVM. Berikut perhitungannya:
1. Perhitungan analisa kuantitatif
2. Perhitungan WTP dan CVM
Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan data sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai ekonomi adalah nilai ekonomi rekreasi, nilai keberadaan
hutan mangrove, dan nilai ekonomi bekantan yang tergambar pada gambar berikut:

Berdasarkan metode yang dilakukan penulis adalah dengan metode korelasi


yang mengaitkan dengan perbuatan manusia yang merusakkan hutan mangrove
maka bisa dilihat data yang akan dirugikan seperti di atas namun dari hasil
perhitungan tersebut sudah berkurang baik dari luas hutan maupun dari segi
ekologinya sehingga akibat dari perbuatan manusia yang terus mengurangi nilai
ekonomi seiring dengan berjalannya waktu yang tidak diiringi dengan kebijakan
pemerintah yang tegas.

Anda mungkin juga menyukai