Oleh :
Dedi Iskandar
Bogor
2019
1
Latar Belakang
2
PEMBAHASAN
Hutan merupakan salah satu lahan yang mendukung kehidupan dalam
berbagai aspek, penggunaan hutan juga membantu dalam perekonomian atau
pendapatan masyarakat sekitar hutan. Berdasarkan data PERDA Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur No. 01 Tahun 2016 terlihat bahwa luas
lahan hutan Kalimantan Timur 2016 diatas 12.000.000 Ha dengan dibagi kedalam
Hutan Penggunaan Lain, Hutan yang Dikonversi, Hutan Produksi Tetap, Hutan
Produksi Terbatas, Hutan Lindung dan Kawasan Hutan Suaka Alam. Luas lahan
terbesar berdasarkan data tersebut berada di Hutan Penggunaan lain yaitu diatas
4.000.000 Ha.
(a) (b)
Gambar 4 Peta tutupan lahan Provinsi Kaltim tahun 1990 (a) dan 2011 (b)
3
(Sumber: Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, 2012)
Peta tutupan lahan Provinsi Kaltim periode 1990-2011 menunjukkan
perubahan yang kontras sebagaimana terlihat pada Gambar 4.a Gambar 4.b
mengindikasikan bahwa pada tahun 1990 tutupan lahan di Provinsi Kaltim
didominasi oleh tutupan hutan yang berwarna hijau tua, kemudian pada tahun 2011
sebagian di antaranya berubah menjadi warna hijau muda. Hal tersebut
mengindikasikan terjadinya perubahan Hutan Primer menjadi Hutan Sekunder dari
tahun 1990 hingga tahun 2011. Tutupan yang juga mendominasi adalah tutupan
Semak Belukar yang diwakili oleh warna merah muda yang sebagian bergeser ke
warna krem. Ini menunjukkan terjadinya perubahan tutupan Semak belukar
menjadi tutupan Pertanian Lahan Kering Campur Semak yang sebagian mengambil
alih warna hijau muda (Hutan Sekunder). Semakin berkurangnya tutupan lahan
tersebut karena semakin meningkatnya kebutuhan manusia terhadap bahan pokok
berupa pangan dan lainnya, namun hal ini terjadi saat jumlah penduduk tidak
meningkat dengan adanya urbanisasi, jika ditambah dengan adanya urbanisasi yang
sekaligus banyak atau perpindahan penduduk seperti didukung dengan adanya
perpindahan ibukota maka tingkat tutupan lahan akan terus berkurang dengan
adanya tingkat pembangunan dan pengaruh urbanisasi yang tinggi.
4
Gambar 3. Perkembangan pangsa luas tutupan lahan di Provinsi Kaltim
5
Tahap 3 (forest-agricultural mosaics). Dalam tahap ini laju deforestasi
mengalami pelambatan dan tutupan hutan menuju stabilisasi luasan. Hal ini
dimungkinkan karena masyarakat telah menyadari bahwa sumberdaya hutan sudah
terbatas dan didukung oleh kebijakan reforestasi yang menjamin pengelolaan yang
optimal, baik secara ekonomi maupun sosial dan lingkungan.
Tahap 4, merupakan tahapan dimana kebijakan reforestasi sudah
diimplementasikan seperti penanaman pohon dan penerapan pengelolaan
sumberdaya hutan lestari. Pada tahap ini kegiatan penanaman dan perbaikan
teknologi pertanian merupakan cara yang efektif untuk membalikkan tren
deforestasi.
6
teori transisi hutan menggunakan pendekatan spasial pada satu titik waktu tertentu
(cross section approach).
7
Berkaitan dengan konsep hubungan perubahan penggunaan lahan pada
Gambar 2 penunjukkan kalimantan timur sebagai ibukota baru Indonesia juga akan
menyebabkan pertukaran antara upaya pengembangan perekonomian yang
nantinya menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan secara signifikan.
Perubahan tersebutlah yang nantinya akan menyebabkan degradasi dan deforestrasi
melalui proses dan program yang terencana ataupun tidak direncanakan yang
biasanya dipengaruhi oleh suatu kebijakan..
Meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat yang tinggal di sekitar hutan
yang memiliki masalah utama yang menyangkut kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan mengatur fungsi ganda yaitu dalam penggunaan dan manfaat hutan
secara kolektif, sehingga manfaat hutan dapat terbagi rata untuk perorangan, rumah
tangga maupun kelompok, yang pada akhirnya sumberdaya hutan dapat
memghasilkan kegunaan dan mafaat untuk masa depan. Salah satu metode dalam
pemanfaatan hutan yangs ering diterapkan yaitu metode agroforestry yang
memberikan sumbangan nyata terhadap kesejahteraan penduduk sekitar hutan
secara biologis, sosial, ekonomi dan budaya.
Konsep Community Forest Management (CFM) telah diterima dan diakui
sebagai salah satu pendekatan potensial dalam mencapai kelestarian hutan.
Pendekatan tersebut difokuskan terhadap upaya-upaya penyediaan mata
pencaharian dan peningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dalam rangka
mempertahankan konservasi sumberdaya hutan. Pemikiran tersebut didasarkan
pada sejumlah fakta bahwa masyarakat adat terbukti mampu mengatur pembagian
peran di antara mereka, memberi jaminan keadilan pemanfaatan dan pengelolaan
sumberdaya hutan, serta tanggung-jawab dalam mempertahankan kelestarian
sumberdaya hutan.
8
Penutup
Simpulan
Kalimantan Timur yang diusung akan menajdi lokasi Ibukota baru
Indoensia yang berada di lokasi startegis diharapkan dapat menjadi kemajuan untuk
Indonesia kedepannya. Perpindahan ini bukannya hanya menjadi perpindahan
lokasi tertapi akan adanya urbanisasi masyarakat dari satu tempat ke tempat lain
yang pastinya akan ada perubahan suatu loaksi tersebut yang salah satunya adalah
kurangnya tutupan lahan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan meningkatkan
ekonomi dan lain lai. Urbanisasi yang meningkat akan tegak lurus dengan
kurangnya tutupan lahan sehingga nantinya akan berdampak ke berbagai aspek
yang slaah satunya adalah masyarakat yang dilihat melalui pendekatan Konsep
Community Forest Management (CFM).
Daftar Pustaka
Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Badan Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Deviyanti D. 2013. Studi tentang partisipasi masyarakat dalam pembangunan di
Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan. e-Journal Administrasi
Negara, 1(2).
Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional. Pustaka Ramadhan, Bandung.
Mather, A. S. (1992). The forest transition. Area, 24, 367-379.