TGL __/__/__
ACC LAB
ACC
LAPORAN PRAKTIKUM NILAI
(GEL 0108)
ACARA VI
Disusun oleh :
NIM : 19/438804/GE/08939
Waktu : 13.30
FAKULTAS GEOGRAFI
YOGYAKARTA
2021
I. TUJUAN
Tujuan dari acara VI, yaitu :
1. Mengetahui konsep dari pemodelan kondisi lereng menggunakan software
ADONIS
2. Menganalisis hasil model pada kondisi aktual dan setelah dibuat teras
Warna Keterangan
Input
Proses
Output
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Permukaan tanah tidak selalu berbentuk datar, selalu terdapat perbedaan elevasi
antara satu tempat dengan lainnya. Perbedaan ketinggian antar tempat akan membentuk
lereng. Lereng merupakan suatu bidang yang memiliki kemiringan tertentu dan
berpotensi terjadi kelongsoran apabila berada dalam kondisi yang tidak stabil (Wesley
dan Pranyoto, 2010). Lereng dapat terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia,
salah satu bencana yang sering terjadi pada lereng adalah longsor. Longsor adalah
gerakan masa dari suatu rombakan batuan dengan Gerakan meluncur atau berputar yang
disebabkan oleh gaya gravitasi sehingga tanah bergerak lebih cepat dan kandungan air
sedikit (Sutasoma, 2017). Terjadinya longsor banyak dipengaruhi oleh stabilitas lereng
yang dimilikki pada permukaan tanah. Stabilitas lereng penting untuk diperhatikan
karena kondisi lereng yang tidak stabil akan menyebabkan banyak kerugian seperti
kerusakan infrastruktur, pertanian, dan masih banyak lagi.
Kondisi lereng yang tidak stabil dapat diantisipasi dengan melakukan
konservasi. Konservasi sendiri merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk
melestarikan lingkungan (Luthfi dan Wijaya, 2011). Salah satu konservasi yang
digunakkan adalah konservasi teras. Konservasi teras merupakan konservasi yang
digunakkan untuk memperbesar peluang penyerapan air oleh tanah, mengurangi
kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan menahan air (Dariah dkk, 2004). Analisis
pada lereng baik itu lereng biasa maupun lereng hasil konservasi teras dapat dilakukan
menggunakan software ADONIS. Software ADONIS merupaka software geoteknik
yang dapat melakukan simulasi perhitungan stabilitas lereng.
Konsep pemodelan yang digunakkan pada software ini adalah memodelkan
lereng maupun jenis konservasi lereng pada kondisi tanah tertentu yang naantinya akan
dianalisis nilai safety factornya menggunakkan teknik SSR (Shear Strength Reduction).
Teknik SRR (Shear Strength Reduction) merupakan teknik di mana penentuan posisi
bidang longsor tidak dibutuhkan, bidang ini akan terbentuk secara alamiah pada zona
dimana kekuatan dan metode ini mampu memantau perkembangan progressive failure
termasuk overall shear failure. Hasil model pada ADONIS didapat melalui
pertimbangan nilai gravitasi dan jenis material taanah kajian. Jenis material di lapangan
kemudian dimodelkan menggunakan model Mohr-Coulumb.
Hasil pengolahan data pada ADONIS menghasilkan nilai safety factor pada
model lereng yang dipakai. Nilai faktor keamanan (safety factor) sendiri merupakan
hasil perbandingan antara besarnya gaya penahan terhadap gaya penggerak longsoran
(Shobari dkk, 2019). Secara berurutan nilai safety factor untuk model lereng tidak
berteras, model berteras, dan model berteras (custom) adalah 0.561; 1.029; dan 0.721.
merujuk pada klasifikasi Bowles (1991), nilai model lereng tidak berteras memiki
SF(safety factor) < 1.07. Nilai ini menandakan bahwa lereng yang terbentuk merupakan
kondisi lereng labil dan lokasi sampel sering terjadi longsor. Pada hasil model yang
ditunjukkan pada gambar 1 dapat dilihat kelas klasifikasi merah pada lereng tidak
berteras. Warna-warna yang terbentuk pada gambar menunjukkan tingkat displacement,
di mana makin merah displacement tanah yang terjadi akan semakin parah atau dengan
kata lain longsor yang terjadi makin parah. Warna biru pada model menunjukkan
daerah/wilayah tanah yang lebih stabil dan memiliki kemungkinan yang sanagt amat
kecil untuk terjadinya longsor.
Hasil yang didapat untuk model berteras adalah 1.029, nilai ini jika
diklasifikasikan masuk pada kelas lereng yang kritis dan kondisi lereng dengan nilai ini
menunjukkan bahwa pada wilayah kajian pernah terjadi longsor. Pada hasil pemodelan
(Gambar 2) dapat terlihat bahwa dominasi terjadinya longsor hanya berada pada 1 titik
dengan lereng yang cukup panjang dan terjal. Secara keseluruhan, model ini tidak
memiliki warna merah. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa longsor yang terjadi pada
daerah tersebut tidak terjadi terlalu sering. Pada hasil perhitungan safety factor yang
ketiga menggunakan model konservasi teras (custom), diketahu faktor bahaya hanya
ditemukan pada 1 lokasi kecil. Secara dominan wilayah kajian lereng berteras (custom)
diprediksi memiliki tingkat displacement yang cukup rendah. Tetapi pada satu titik di
lereng yang terbentuk terdapat bahaya longsor yang terrgolong besar dan
membahayakan karena terdapat warna merah.
Melalui perbandingan ketika jenis lereng, dapat disimpulkan bahwa kemaanan
lereng yang melalui proses konservasi memiliki kemungkinan longsor atau terjadinya
displacement lebih kecil dibandingkan dengan lereng yang tidak dilakukannya
konservasi. Lahan dengan konservasipun masih bisa memiliki safety factor yang minim.
Hal ini seperti kasus konservasi lereng pada model berteras (custom), dengan nilai
0.721 menandakan model tersebut terklasifikasi sebagai wilayah yang sering terjadi
longsor. Longsor terjadi pada titik yang memiliki warna meerah pada gambar model
(gambar 3). Walaupun sudah dilakukan konservasi, tetap saja masih dalam status
bahaya terjadi longsor. Hal ini dikarenakan adanya konservasi yang tidak tepat sehingga
memacu terjadinya longsor dan/atau erosi (Idjudin, 2011). Maka dari itu teknik
konservasi yang tepat sangat diperlukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
terjadinya longsor (Maliangkay, 2019)
I. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat lewat acara IV, adalah :
Bowles, Joseph E. (1991). Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Jakarta :
Erlangga.
Dariah, A., Haryati, U. and Budhyastoro, T., (2004). Teknologi konservasi tanah mekanik.
Buku: Teknologi Konservasi Tanah pada Lahan Kering Berlereng ed Kurnia U, Rachman
A
Idjudin, A.A., (2011). Peranan konservasi lahan dalam pengelolaan perkebunan. Jurnal
sumberdaya lahan, 5(2).
Luthfi, A. and Wijaya, A., (2011). Persepsi masyarakat sekaran tentang konservasi lingkungan.
Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture, 3(1)
Maliangkay, D., (2019). PKM Pengelolaan Lahan Pertanian Hortikultura Dalam Rangka
Konservasi Lahan untuk Meningkat Hasil Pertanain. Daya Sains: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat, 1(2).
Shobari, A.F., Iqbal Jabbari, M., Khoirullah, N., Zakaria, Z., Sophian, R.I. and Mulyo, A.
(2019). Hubungan Nilai Koefisien Gempa Horizontal (Kh) Dengan Nilai Safety Factor
(FS) Daerah Cilengkrang, Jawa Barat. Geoscience Journal, 3(4), pp.243-253
Sutasoma, M., Susilo, A., & Suryo, E. A. (2017). Penyelidikan Zona Longsor dengan Metode
Resistivitas dan Analisis Stabilitas Lereng untuk Mitigasi Bencana Tanah Longsor.
Indonesian Journal of Applied Physics, 7(1), 35. https://doi.org/10.13057/ijap.v7i1.8784.
Wesley, L. D., Pranyoto, S. (2010). Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu.
Yogyakarta : Penerbit Andi
LAMPIRAN
Keterangan Nilai
Lereng tidak Berteras 0.561
Lereng teras 1.029
Lereng Berteras (Custom) 0.721
Gambar 1 Hasil Model Lereng Tidak Berteras
Gambar 2 Hasil Model Lereng Berteras
Gambar 3 Hasil Model Lereng Berteras Custom
TUGAS PRAKTIKUM STEPK
Nama : Clarissa Eleora Arta Gunawan Giri
NIM : 19/438804/GE/08939
Fellenius. Analisis lereng yang dilakukan didasari dengan masifnya pembangunan di Kawasan
Citraland sehingga memiliki penggunaan lahan yang beragam. Jika analsis kestabilan lereng
tidak dilakukan, akan banyak mengancam penduduk maupun hancurnya wilayah dengan
penggunaan lahan yang beragam. Pada penelitian ini bidang kelongsoran diasumsukan
berbentuk lingkaran dengan lereng yang terdiri dari satu lapis dan tidak dipengaruhi oleh faktor
gempa. Penyebab utama terjadinya keruntuhan lereng adalah meningkatnya tegangan geser,
menurunnya kuat geser pada bilang longsor maupun keduanya secara stimulant. Prinsip dasar
perhitungan faktor keamanan dengan Metode Fellensius adalah gaya memiliki sudut
kemiringan parallel dengan dasar irisan faktor keamanan yang dihitung dengan keseimbangan
momen. Asumsi yang dipakai adalah keruntuhan terjadi melalui rotasi dari suatu blok tanah
tanah pasir dengan gradasi buruk. Program yang digunakkan untuk menghitung faktor
keamanan adalah program slide. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan program slide,
diketahui bahwa nilai faktor keamanan lereng di Kawasan Citraland adalah 0.193. Nilai
tersebut menunjukkan kondisi lereng yang sangat tidak stabil. Sehingga metode konservasi
yang digunakkan adalah Soil Nail. Soil nail merupakan teknik perkuatan tanah yang
digunakkan untuk meningkatkan kestabilan dari lereng. Cara kerja metode konservasi ini
adalah dengan memperkecil gaya penggerak ata momen penyebab longsor. Setelah dilakukan
metode konservasi Soil Nail, diketahui nilai faktor keamanan lereng di Kawasan Citraland naik
drastic ke angka 1.925. Nilai keamanan lereng yang lebih dari 1.7 menandakan lereng tersebut
sudah tergolong stabil dan mempunyai kemungkinan kecil untuk terjadi longsor.