Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH
(GKP0202)

Disusun oleh:

Nama : Clarissa Eleora Arta Gunawan Giri


NIM : 19/438804/GE/08939
Hari, Waktu : Kamis, 13.15 – 14.55
Asisten : 1. Difa Nisrina
2. Winanda

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH


DEPARTEMEN SAINS INFORMASI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
Acara I Waktu Praktikum Nilai :
Simulasi Pengenalan Beberapa Unsur 13.15 – 14.55
Interpretasi
Disusun oleh Asisten Praktikum Tanggal Praktikum
Nama : 1. Difs Nisrina
Clarissa Eleora Arta G. 2. Nama asisten
G
NIM :
19/438804/GE/08939
Bahan dan Alat Lampiran
1. Perlengkapan simulasi 1. Tabel 1.1 identifikasi presentase
2. Tabel isian warna gambar 1.3 (Terlampir)
3. Alat Tulis 2. Tabel 1.2 Pendefinisian Rona/Warna,
Tekstur, Pola Pada Gambar 1.8
(Terlampir)
3. Tabel 1.3 Identifikasi Presentase
Warna Gmbar 1.4 (Terlampir)
4. Tabel 1.4 Identifikasi Presentase
Warna Gambar 1.5 (Terlampir)
5. Tabel 1.5 Pendefinisian Tekstur
Gambar 1.6 (Terlampir)
6. Tabel 1.6 Pendefinisian Pola Gambar
1.7a (Terlampir)
7. Tabel 1.7 Pendefinisian Pola Gambar
1.7b (Terlampir)
Langkah Kerja

Perlengkapan
simulasi unsur-
unsur
Interpretasi

Simulasi
Pengenalan unsur
interpretasi

Warna dan Rona Tekstur Pola

Tabel Isian hasil


pengamatan
unsur Interpretasi

Jenis Arti

Input

Proses

Output
Pembahasan

Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni yang digunakan untuk memperoleh
informasi tentang suatu objek,fenomena, atau daerah mmelalui analisis data yang
diperoleh tanpa menggunakkan kontak langsung (Lilesand, 2004). Penginderaan Jauh
sendiri dapat berupa Penginderaan jauh fotografik maupun penginderaan jauh satelit.
Penginderaan jauh fotografik menggunakkan kamera sebagai alat pengambilan
kenampakan muka bumi dari atas sedangkan penginderaan jauh satelit memanfaatkan
satelit dengan menggunakan berbagai panjang gelombang elektromagnetik sebagai
media perekam data penginderaan jauh. Di Indonesia sendiri teknologi penginderaan
jauh dibutuhkan untuk berbagai hal. Jumlah penduduk Indonesia yang besar
menimbulkan banyak masalah lingkungan dan untuk menciptakan lingkungan dengan
sumber daya yang berkelanjutan, teknologi penginderaan jauh dapat digunakan dalam
menunjang perencanaan pembangunan ke depan. Menurut Purwadhi (1998), teknologi
penginderaan jauh merupakan suatu alternatif yang berdayaguna dan berhasilguna
untuk pemetaan, inventarisasi, pemantauan sumberdaya alam dan lingkungan.
Saat menganalisis hasil dari penginderaan jauh, dibutuhkan interpretasi citra
dalam menfsirkan objek yang terekan oleh hasil penginderaan jauh. Interpretas citra
merupakan pengenalan karakteristik objek secara keruangan (spasial) mendasarkan
pada unsurunsur interpretasi citra penginderaan jauh (Purwadhi, 2009). Dalam geografi,
mempelajari interpretasi citra penginderaan jauh dasar dimaksudkan utnuk mempelajari
fenomena geosfer baik menggunakan citra foto udara maupun citra satelit, dalam
berbagai skala baik skala baik, skala tinjau maupun skala detil. Dalam proses interpretasi
citra ada beberapa unsur interpretasi yang dapat digunakan untuk membimbing
penafsir. Unsur pertama ada warna dan rona, rona mengacu pada tingkat kecerahan relif
pada objek yang diamati sedangkan warna merupakan warna dalam sebuah citra seperti
merah, biru, kuning, hijau, dll. Unsur kedua ada bentuk, unsur bentuk merupakan unsur
interpretasiyang mengacu pada bentuk yang membedakan satu kenampakan dengan
kenampakan lainnya seperti, bentuk dari sebuah pabrik akan berbeda dengan bentuk
lapangan bola yang melingkar. Lalu, unsur ketiga ada ukuran. Ukuran pada foto harus
dipertimbangkan dengan skala yang dipakai untuk bisa mengindetifikasi kenampakan
seperti ukuran rumah dan ukuran hotel mewah. Unsur keempat ada pola, pola yang
digunakan atau yang dianalisis dalam foto misalnya, terdapat daerah dengan bentuk
bulat yang menyebar. Pola-pola yang digunakan terdeskripsi dengan menyebar,
berkelompok, jarang, dll. Unsur kelima ada bayangan, bayangan sangat penting untuk
penafsiran karena dapat memberikan efek yang berlawanan. Bayangan mampu
menegaskan objek pada citra tetapi bayangan juga mampu dalam membuat objek yang
diamati menjadi tidak jelas. Unsur keenam ada tekstur, tekstur yang ada dalam citra
dapat menjelaskan banyak hal seperti topografi, vegetasi, dan lain-lain. Unsur ketujuh
ada situs atau letak yang merupakan penjelasan tentang lokasi obyek relatif terhadap
objek atau kenampakan lain. Unsur kedelapan ada asosiasi yang merupakan unsur yang
memperhatikan keterkaitan antara suatu kenampakan maupun objek dengan lingkungan
sekitarnya.
Pada praktikum yang dilakukan terdapat identifikasi presentase warna, dimana
kita harus menentukan warna yang sekiranya mirip dari apa yang kita lihat pada tabel.
Dari percobaan tersebut didapati bahwa dari 14 warna yang digunakan, praktikan
mendapat 7 warna dengan presentase warna yang benar sedangkan 7 lainnya salah. Hal
ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah saraf fotoreseptor yang
sensitif terhadap warna hijau, merah, dan biru dimana setiap saraf manusia memiliki
tingkat sensitifitas sentidiri pada tiap warnanya. Selain itu ada juga manusia dengan
kemampuan melihat warna yang lebih baik dari pada kebanyakan orang, para ahli
menyebut kejadian ini sebagai tetrakromatik dimana jenis warna yang dilihat bisa lebih
banyak dan sensitif pada orang tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
kecerahan yang kita lihat bisa berbeda dengan tingkat kecerahan yang ditampilkan pada
daftar warna. Selain daripada saraf yang dimiliki manusia, pengaruh mesin pencetak
yang kurang mampu mencetak berbagai variasi warna. Selain praktikum mengidentifikasi
14 warna pada tabel, praktikum lainnya yang berkaitan dengan warna ada juga
menentukan presentase warna yang disajikan dalam bentuk menentukan presentasi
warna yang terdapat di tengah sebuah kotak. Praktikum kedua merupakan praktikum
yang berkaitan dengan tekstur dimana salah satunya praktikan diminta untuk
mengklasifikasikan tekstur dari 12 gambar yang diberikan dimana klasifikasinya dibagi
menjadi sangat halus, halus, agak halus, agak kasar, kasar, dan sangat kasar. Pada gabar
pertama terklasifikasi sebagai sangat halus dikarenakan pada gambar 1 tekstur yang
ditunjukan semuanya merata, sedangkan pada gambar 2 terklasifikasikan sebagai agak
halus dikarenakan pada gambar terdapat tekstur yang berbeda dengan jumlah yang
sedikit dan hanya terdapat di beberapa bagian pada gambar. Untuk gambar 11
terklasifikasikan sebagai agak kasar di karenakan tekstur yang berbeda terlihat cukup
jelas tetapi pola yang dimiliki masih menyebar dan tidak membentuk sekelompok tekstur
yang berbeda sedangkan untuk gambar 10 terklasifikasi sebagai sangat kasar karena
terdapa tekstur yang berbeda dan terlihat sepeti membentuk daerah yang baru.
Praktikum selanjutnya dilakukan dengan menentukan pola. Pola yang diberikan
dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan, kerapatan, bentuk dari pola tersebut
(bulat, belah ketupat, garis, dll), arah pola (diagonal, vertikal, horizontal,dll). Sebagai
contoh dalam percobaan untuk mengisi tabel diberikan 9 pola. Pola 1 dideskripsikan
sebagai pola teratur, bergaris putus-putus, dan berarah horizontal. Gambar 6
menunjukkan pola teratur, bulat, rapat, dan berarah diagonal. Praktikum selanjutnya
dilakukan dengan menggabungkan beberapa unsur interpretasi seperti warna/rona,
tekstur, dan pola. Contoh yang bisa diamati adalah pada gambar F, terdapat warna
coklat terang yang bercamput degan wana hitam. Gambar F memiliki pola menyebar dan
bertekstur kasar
Kesimpulan

Unsur-unsur interpretasi terdiri dari 9 unsur, yaitu warna, rona, bentuk, ukuran, pola, bayangan,
tekstur, situs, dan asosiasi. Unsur warna dan rona menjadi satu kesatuan dalam pendeskripsian
saat menganalisisnya (contoh : kuning gelap, merah cerah,dll). Unsur tekstur terbagi menjadi
beberapa klasifikasi seperti sangat halus, halus, agak halus, agak kasar, kasar, dan sangat kasar,
sedangkan untuk pendeskripsian pola bisa dilakukan dengan pengamatan persebaran objek
maupun kenampakan dan bentuk-bentuk yang ada pada citra

Daftar Pustaka

Lilesand. T. M., W. Kiefer., Chipman, J. W. (2004). Remote Sensing and Image Interpretation
(Fifth Edition). New York : John Wiley & Sons, Inc

Purwadhi, Sri H. (1998). Konsep Penginderaan Jauh untuk deteksi perubahan penggunaan lahan
dan sumber daya air. Jakarta, DKI : Fakultas MIPA Universitas Indonesia

Purwadhi, Sri H., Sajonto, T. B. (2009). Pengantar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh.
Semarang : LAPAN dan Jurusan Geografi Universitas Negri Semarang

Wangko, S. (2013). Histofisiologi Retina. Jurnal Biomedik, 5, S1-6. Diakses dari


ejournal.unstrat.ac.id

Anda mungkin juga menyukai