Anda di halaman 1dari 35

EDITING

(Laporan Praktikum Metode Seismik)

Oleh
Risma Anggita Sinaga
2015051014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
2023
Judul Praktikum : Editing
Tanggal Praktikum : 18 April 2022
Tempat Praktikum : Rumah masing-masing (Online)
Nama : Risma Anggita Sinaga
NPM : 2015051014
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Geofisika
Kelompok : 1 (Satu)

Bandar Lampung, 25 April 2022


Mengetahui,
Asisten

Muhamad Syaihsan Isviandani


NPM. 1955051009

ii
EDITING

Oleh
Risma Anggita Sinaga

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum Metode Seismik yang dilaksanakan pada hari kamis
tanggal 18 April 2023 dilaksanakan secara online melalui Google Meet di
kediaman masing-masing mengenai tahapan editing. Editing merupakan proses
yang dilakukan sebagai bagian dari quality control yang dimana pada proses edit
ini trace yang memiliki kualitas data kurang baik akan dihilangkan, disini juga
melakukan muting atau pemotongan data yang kurang baik yang terletak diatas
first break. Seleksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Killing dan Muting.
Killing merupakan proses menghilangkan suatu trace karena trace tersebut kurang
baik atau rusak. Sedangkan muting merupakan proses memotong data seismik
pada batas atas (top), tengah (surgical), dan bawah (bottom) agar data yang tidak
baik tidak terbawa sehingga data seismik menjadi lebih baik. Pada praktikum kali
ini dilakukan pengolahan data pada tahapan Editing menggunakan ProMAX yang
meliputi Killing dan Muting. Dalam pengolahan ini terdapat beberapa parameter
yang perlu diperhatikan yaitu Disk Data Input, Trace Display, Trace Kill/Reverse,
Trace Muting, dan Disk Data Output. Tujuan dari praktikum yang dilakukan kali
ini adalah agar mahasiswa agar mahasiswa dapat mengerti mengenai proses
editing, killing, dan muting.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBARv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Praktikum 1
II. TEORI DASAR
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan 4
B. Diagram Alir 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Praktikum 6
B. Pembahasan 6
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Diagram Alir 4
Gambar 2. Hasil Pengolahan Editing 9

v
I .PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era modern ini, terdapat beberapa metode geofisika yang dapat
digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan bumi salah satunya
adalah metode seismik. Perkembangan teknologi akuisisi dan pengolahan data
seismik saat ini telah memungkinkan untuk mendapatkan citra kondisi bawah
permukaan dengan lebih baik dan akurat. Metode seismik merupakan salah
satu metode yang memanfaatkan gelombang elastik yang dapat merambat
dalam bumi dimana bumi sebagai medium gelombang yang terdiri dari
beberapa lapisan batuan yang mempunyai sifat fisis yang berbeda. Dalam
metode seismik, pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismik
seperti ledakan, vibroseis, airgun, watergun tergantung pada area atau lokasi
pengambilan data. Pada metode seismik, terdapat tiga tahapan untuk akhirnya
mendapatkan hasil yang dalam bentuk peta, model, atau lainnya, tahapan
tersebut antara lain akuisisi data, pengolahan data, dan interpretasi.
Pengolahan data seismik dilakukan melalui serangkaian tahapan-tahapan.
Pada praktikum ini dibahas mengenai tahapan pengolahan data seismik atau
processing yaitu yang disebut sebagai editing. Tahapan editing merupakan
tahapan untuk mengkoreksi amplitudo-amplitudo yang dianggap buruk pada
setiap trace seismiknya. Praktikum ini dilakukan dengan melakukan killing
trace dan muting trace yang dianggap kurang baik dengan menggunakan
Software ProMAX. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa dapat mengerti mengenai proses editing, killing, dan muting.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengerti mengenai proses editing, killing, dan muting.
II. TEORI DASAR

Geofisika memiliki berbagai metode yang dapat digunakan untuk melakukan


berbagai kajian kebumian, diantaranya metode seismik, metode gravitasi, metode
magnet bumi, dan metode geolistrik. Metode seismik merupakan salah satu
metode yang sering digunakan dalam teknik geofisika disebabkan metode seismik
memiliki resolusi akurat dalam menentukan dan memodelkan struktur geologi
bawah permukaan bumi yang heterogen. Metode seismik dibagi dua yakni metode
seismik refleksi (pantul) dan seismik refraksi (bias). Dalam seismik refleksi, dasar
metodanya adalah perambatan gelombang bunyi darisumber getar ke dalam bumi
atau formasi batuan, kemudian gelombang tersebut dipantulkan ke permukaan
oleh bidang pantul yang merupakan bidang batas suatu lapisan yang mempunyai
kontras akustik impedansi. Di permukaan bumi gelombangitu ditangkap oleh
serangkaian instrument penerima ( geophone atau hydrophone) yang disusun
membentuk garis lurus terhadap sumber ledakan atau profil line. Seismik refraksi
biasanya digunakan untuk menentukan struktur geologi dangkal sedangkan
metode seismik refleksi biasa digunakan untuk menentukan struktur geologi
dalam (Agus dkk, 2018).

Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk


mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode
untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang
penelitian lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang
seismik yang menjalar di bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan
pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis
tertentu yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas
yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang
mempunyai kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah
karakteristik waktu tiba gelombang pada masing-masing geophone (Kartika dkk,
2007).

Metode seismik refleksi merupakan metode yang merekam penjalaran gelombang


seismik yang dipantulkan dari batas antara kedua buah medium batuan. Besar
gelombang refleksi seismik berkaitan langsung dengan perubahan impedansi
akustik (AI) pada dua medium batuan tersebut. Semakin kuat gelombang
refleksinya maka semakin besar kontras antara dua medium tersebut. Seismik
3

refleksi menggunakan gelombang elastis yang dipancarkan dari suatu sumber


yang disebut source, umumnya menggunakan dinamit untuk didarat. Sedangkan
air gun, boomer atau sparker umumnya digunakan di laut. Gelombang yang
dihasilkan dari source tersebut menembus sekelompok batuan di bawah
permukaan yang nantinya akan dipantulkan kembali ke atas permukaan melalui
bidang reflektor yang berupa batas lapisan batuan. Gelombang yang dipantulkan
ke permukaan yang akan diterima dan direkam oleh receiver, yaitu geophone
(darat) atau hydrophone (laut) (Akbar, dkk., 2023).

Tahapan pengolahan data meliputi prapemrosesan dan pemrosesan data seismik.


Tahapan prapemrosesan meliputi input data, geometry, trace edit, true amplitude
recovery dan denoising, surface wave attenuation, dan dekonvolusi. Tahapan
pemrosesan meliputi F-K filtering, analisis kecepatan, stacking, Surface Related
Multiple Elimination (SRME) dan migrasi (Winjaniatun dkk, 2021).

Langkah yang sistematis merupakan sebuah keharusan dalam pengolahan data


seismik. Pengolahan data (processing) sebagai langkah dalam pengolahan data
pada tahap selanjudnya, setelah tahap akusisi data, maka dalam hal ini tahap
processing menjadi tahap lanjutan dalam pengolahan data seismik. Software yang
banyak digunakan dalam pengolahan data seismik adalah proMAX. Urutan
pengolahan data seismik secara umum antara lain input data, geometry, Filtering,
editing, analisis kecepatan, stacking, dan migrasi (Manrulu dkk, 2016).

Pra-pengolahan data mengutamakan persiapan data yang akan diproses pada tahap
selanjutnya. Persiapan ini misalnya mengubah data lapangan menjadi format yang
sesuai dengan sistem atau perangkat lunak yang akan digunakan untuk
pengolahan data tersebut. Pemindahan data geometri dari laporan lapangan
menjadi data yang akan dibaca pada tahap selanjutnya. Tahap ini juga meliputi
pengeditan trace seismik, misalnya muting dan kill trace (Mukaddas, 2005).

Editing merupakan salah satu tahapan pada pengolahan data seismik yang
bertujuan untuk menentukan batas-batas yang digunakan dalam proses
autocorrelation dan deconvolution. Proses autocorrelation dan deconvolution
termasuk dalam tahap preprocessing. Pemilihan batas dilakukan untuk
memfokuskan pengolahan data seismik (Wulandari dkk, 2015). Pada tahap trace-
editing dilakukan beberapa tahapan yang diantaranya adalah trace muting, trace
kill, trace length dan bandpass filter. True Amplitude Recovery (TAR) bertujuan
untuk mengembalikan nilai amplitudo sinyal dari sumber getar ke nilai aslinya
akibat adanya atenuasi amplitudo (Pertiwi dkk, 2018).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut.
1. Data Seismik
2. Software ProMAX

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

Mulai

Membuat flow Editing

Add Disk Data Input, Trace Display, Trace Kill/Reverse, 2


Trace Muting, dan Disk Data Output

Input data yang telah


dilakukan filtering sebelumnya

Kill dan mute trace yang dianggap


buruk

Menginput kill dan mute yang telah dilakukan


pada Trace Kill/Reverse dan Trace Muting
5

Membuat output dari editing yang


telah dilakukan

Hasil editing

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Adapun data pada praktikum ini merupakan data seismik yaitu sebagai
berikut.

B. Pembahasan
Praktikum Metode Seismik mengenai Editing telah dilakukan pada hari
Kamis, 18 April 2023. Praktikum ini dilakukan secara online melalui Google
Meet di tempat kediaman masing-masing. Praktikum ini dilakukan dengan
melakukan pengolahan Editing menggunakan ProMAX yang pada tahapan
Editing ini memiliki urutan subflows yang diolah antara lain Disk Data Input,
Trace Display, Trace Kill/Reverse, Trace Muting, dan Disk Data Output.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti mengenai proses
editing, killing, dan muting.

Editing merupakan proses yang dilakukan sebagai bagian dari quality control
yang dimana pada proses edit ini trace yang memiliki kualitas data kurang
baik akan dihilangkan, disini juga melakukan muting atau pemotongan data
yang kurang baik yang terletak diatas first break. Pada flow ini akan dilakukan
seleksi
7

terhadap trace data seismik dengan kualitas yang kurang baik atau rusak yang
terjadi pada saat akuisisi data sehingga tidak dipergunakan dalam proses
selanjutnya. Seleksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu Killing dan
Muting. Killing merupakan proses menghilangkan suatu trace karena trace
tersebut kurang baik atau rusak. Sedangkan muting merupakan proses
memotong data seismik pada batas atas (top), tengah (surgical), dan bawah
(bottom) agar data yang tidak baik tidak terbawa sehingga data seismik
menjadi lebih baik.

Noise sering dijumpai pada saat perekaman data seismik. Noise adalah sesuatu
diluar yang diinginkan (sinyal). Noise bisa dibedakan dalam Noise koheren
dan random atau inkoheren. Noise koheren dalam perekaman di laut yaitu efek
buble, multiple, ghost dan difraksi. Sedangkan yang termasuk Noise koheren
dalam perekaman di darat adalah ground roll. Noise koheren ini dapat
dihilangkan dengan melakukan langkah-langkah khusus dalam metode
pengambilan dan pemrosesan data. Yang termasuk dalam Noise random dalam
perekaman di laut berasal dari aktivitas hewan laut, arus dan gelombang air
laut. Sedangkan noise random dalam perekaman di darat bisa berasal dari
geophone yang tidak tertanam dengan baik, atau dari aktivitas manusia, hewan
dan kendaraan. Noise random kecil pengaruhnya terhadap data karena energi
getarannya jauh lebih dibandingkan dengan energi yang berasal dari sumber.
Noise random ini bisa dihilangkan dengan cara stacking dimana Noise tersebut
akan berkurang (hilang) dan editing (scaling) bisa secara manual atau
automatic. Noise koheren memiliki pola keteraturan dari trace ke trace
sementara Noise inkoheren atau acak atau random terdiri dari noise- Noise
yang tidak memiliki pola teratur. Noise acak biasanya mempunyai frekuensi
yang lebih tinggi dan fasanya tidak sama, sedangkan pada noise koheren
frekuensi dan fasanya sama dengan sinyal seismik. Menurut Yilmaz (1987),
jenis-jenis noise yang biasanya ditemui dalam trace gather antara lain Direct
wave, yaitu gelombang yang langsung merambat dari sumber getar ke
receiver tanpa mengalami peristiwa refleksi. Gelombang bias atau refraksi,
yaitu noise koheren di daerah first arrival. Ground-roll, yaitu noise koheren
berfrekuensi rendah sering dijumpai pada data darat. Noise electro-static,
trace yang mengandung noise ini biasanya berfrekuensi tinggi. Multiple, yaitu
noise koheren dimana event seismik mengalami lebih dari satu kali refleksi
dari posisi reflektor primernya. Noise reverse polarity, yaitu pembalikan
polaritas trace seismik yang disebabkan oleh kesalahan penyambungan
konektor pada kanal detektor. Slash, yaitu gangguan pada trace seismik yang
disebabkan oleh konektor antar kabel yang kurang baik. Dan noise instrumen,
yaitu noise yang muncul karena kerusakan kanal selama akuisisi berlangsung.
7

Selama proses akuisisi dilakukan seringkali hasil rekaman terganggu oleh


beberapa sebab, seperti pembalikan polaritas, trace mati, interferensi,
8

ketidakstabilan perangkat, kegagalan perangkat keras, sumber daya tidak


memadai, gangguan lingkungan, kondisi cuaca, dan kesalahan manusia.
berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan random noise) yang jika tidak
dihilangkan terlebih dahulu akan sangat mengganggu dalam proses
pengolahan data. Interferensi adalah suara yang tidak diinginkan atau noise
yang masuk ke dalam data seismik. Interferensi dapat berasal dari sumber-
sumber seperti lalu lintas, pembangunan, mesin, dan aktivitas manusia
lainnya. Ketidakstabilan perangkat, seperti sensor geofisika atau perekam data
dapat menyebabkan gangguan dalam hasil rekaman data seismik. Hal ini dapat
disebabkan oleh faktor-faktor seperti getaran, suhu ekstrem, atau kelembaban
yang berlebihan. Kegagalan perangkat keras ini meliputi kabel yang rusak
atau koneksi yang lemah dapat menyebabkan data yang terganggu atau bahkan
hilang. Sumber daya yang tidak memadai, meliputi daya baterai yang lemah
atau kekurangan memori pada perangkat perekam dapat menyebabkan
kerusakan pada hasil rekaman data seismik. Gangguan Lingkungan, yang
mana lingkungan sekitar daerah akuisisi yang buruk, seperti lingkungan yang
berdebu atau lembab, dapat memengaruhi kualitas hasil rekaman data seismik.
Kondisi cuaca yang buruk, seperti hujan atau badai petir, dapat menyebabkan
gangguan pada hasil rekaman data seismik. Kesalahan manusia atau human
error, pada saat mengoperasikan perangkat perekam atau dalam mengatur
parameter pengambilan data seismik yang dapat menyebabkan gangguan pada
hasil rekaman data seismik.

Pada praktikum metode seismik mengenai editing, dilakukan pengolahan


editing diantaranya adalah melakukan trace killing dan trace muting.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan area dan line yang telah dibuat
pada praktikum modul 1 mengenai SEG-D Input dan Reformating. Dataset
yang diinput pada langkah pertama adalah data filtering yang telah dibuat
pada praktikum sebelumnya. Langkah-langkah dalam melakukan editing
adalah pertama membuka area dan line yang telah dibuat sebelumnya.
Selanjutnya adalah membuat flow baru dengan format nama "04.
EDITING_RISMA". Setelah itu, tambahkan beberapa subflows yang
digunakan pada tahapan editing ini antara lain Disk Data Input, Trace
Display, Trace Kill/Reserve, Trace Muting, dan Disk Data Output. Subflow
Trace Muting dimasukkan dua kali untuk Top dan Bottom. Setelah
menambahkan subflow yang akan digunakan, matikan parameter Trace
Kill/Reserve, Trace Muting, dan Disk Data Output kemudian klik MB2 pada
Disk Data Input untuk memasukkan dataset yang akan digunakan pada
tahapan editing ini, masukkan dataset yang telah dibuat pada praktikum
sebelumnya yaitu "03. FILTERING_RISMA". Kemudian Klik EXECUTE
untuk menampilan trace. Selanjutnya adalah kill trace yang dianggap
menggangu atau merusak data seismik, pilih pada menu picking kemudian kill
8

trace masukkan nama "Kill Trace" kemudian klik OK lalu pilih CHAN dan
klik OK kemudian matikan trace yang dianggap kurang bagus atau
9

mengganggu data. Setelah itu adalah pilih menu picking lalu Pick Top Mute
untuk melakukan muting pada data bagian atas, berikan nama "TopMute"
kemudian pilih CHAN lalu klik OK kemudian, mute bagian yang ingin dimute
pada data tersebut, lakukan seperti gambar di bawah ini. Lalu selanjutnya
adalah pilih menu picking lalu Pick Bottom Mute untuk melakukan muting
pada data bagian bawah, berikan nama "BottomMute" kemudian pilih CHAN
lalu klik OK kemudian mute bagian yang ingin dihilangkan pada data tersebut
yang dianggap kurang baik kemudian save picking yang telah dilakukan, close
trace display tersebut kemudian lanjut ke langkah selanjutnya. Matikan
parameter Trace Display dan hidupkan kembali parameter lainnya. Klik MB2
pada Trace Kill/Reserve lalu masukkan Trace Kill Parameter File yang telah
dilakukan pada menu picking tadi yang telah diberi nama "Kill Trace".
Selanjutnya adalah klik MB2 pada parameter Trace Muting kemudian
masukkan parameter file "TopMute" yaitu muting yang telah dilakukan pada
saat di Trace Display. Kemudian selanjutnya adalah klik MB2 pada parameter
Trace Muting lainnya untuk memasukkan Bottom Mute yang telah dilakukan
pada Trace Display sebelumnya. Setelah data diinput semua, selanjutnya
adalah membuat filename data output dari seluruh editing yang telah
dilakukan, format nama yang digunakan adalah "04. EDITING_RISMA".
Setelah itu klik EXECUTE untuk memproses tahapan pengolahan yang telah
dilakukan sehingga menghasilkan output pada file "04. EDITING_RISMA"
tersebut. Kemudian selanjutnya adalah mematikan semua parameter selain
dari Disk Data Input dan Trace Display. Masukkan data "04.
EDITING_RISMA" pada Disk Data Input untuk melihat hasil trace yang
telah dilakukan editing tadi. Setelah data dimasukkan kemudian klik
EXECUTE pada Trace Display untuk menampilkan hasil Trace yang telah
dilakukan killing dan muting.

Gambar 2. Hasil Pengolahan Editing


V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Editing merupakan proses yang dilakukan sebagai bagian dari quality control
yang dimana pada proses edit ini trace yang memiliki kualitas data kurang
baik akan dihilangkan, disini juga melakukan muting atau pemotongan data
yang kurang baik yang terletak diatas first break.
2. Killing merupakan proses menghilangkan suatu trace karena trace tersebut
kurang baik atau rusak. Sedangkan muting merupakan proses memotong data
seismik pada batas atas (top), tengah (surgical), dan bawah (bottom) agar data
yang tidak baik tidak terbawa sehingga data seismik menjadi lebih baik.

3.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, R.N., Suardi, I., Sipayung, R. & Sianipar, D. (2018). Local seismicity
pattern around Mt. Pandan, East Java according to February 2016 earthquake
swarms activity. AIP Conference Proceedings 1987, 020034.

Akbar, J., Isniarno, N. F., dan Usman, D. N. 2023. Pemodelan Geologi Pasir Besi
Menggunakan Metode Penampang Berdasarkan Data Seismik Refleksi di
Daerah Kecamatan Loloda Utara, Kabupaten Halmahera Utara Provinsi
Maluku Utara. Bandung Conference Series: Mining Engineering, 3(1), 162-
170.

Kartika, A. U., Yuliyanto, G., dan Harmoko, U. (2007). Penentuan Struktur


Bawah Permukaan dengan menggunakan Metode Seismik Refraksi di Desa
Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Diponegoro University
Institutional Repository.

Makaddas, A. (2005). Analisis Perbedaan Penampang Seismik antara Hasil


Pengolahan Standar dengan Pengolahan Preserved Amplitude. Majalah
Ilmiah Mektek, 7(3).

Manrulu, R. H., Jambonada, N., Ashari, A., dan Suasdin, J. (2016). Studi
Pengolah Data (Processinging) Seismik dengan menggunakan Program
ProMAX, Jurnal Fisika FLUX, 13(2), 126-132.

Pertiwi, R. N., Puspasari, T. J., Namigo, E. L., dan Pujiastuti, D. (2018).


Identifikasi gas hidrat pada Cekungan Simeuleu di Lintasan BGR-135
Menggunakan Analisis AVO (Amplitude Versus Offset). J. Fisika Unand,
7(4), 305- 311.

Winjaniatun, S. N., Manik, H. M., dan Nainggolan, T. B. (2021). Aplikasi Metode


Surface Consistent Deconvolution pada Data Seismik Laut Dangkal 2D di
Perairan Waipoga, Papua. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 13(1),
127-139.
12

Wulandari, I., Manik, H. M., dan Subarsyah. 2015. Penerapan Metode Common
Reflection Surface (Crs) pada Data Seismik Laut 2D di Laut Flores. Jurnal
Teknologi Perikanan dan Kelautan, 6(2), 209-217.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Pretest
Lampiran 2. Tugas

Pada praktikum metode seismik mengenai editing, dilakukan pengolahan editing


diantaranya adalah melakukan trace killing dan trace muting. Praktikum ini
dilakukan dengan menggunakan area dan line yang telah dibuat pada praktikum
modul 1 mengenai SEG-D Input dan Reformating. Dataset yang diinput pada
langkah pertama adalah data filtering yang telah dibuat pada praktikum
sebelumnya. Langkah-langkah dalam melakukan editing adalah pertama
membuka area dan line yang telah dibuat sebelumnya.
Selanjutnya adalah membuat flow baru dengan format nama "04.
EDITING_RISMA"

Setelah itu, tambahkan beberapa subflows yang digunakan pada tahapan editing
ini antara lain Disk Data Input, Trace Display, Trace Kill/Reserve, Trace Muting,
dan Disk Data Output. Subflow Trace Muting dimasukkan dua kali untuk Top dan
Bottom.
Setelah menambahkan subflow yang akan digunakan, matikan parameter Trace
Kill/Reserve, Trace Muting, dan Disk Data Output kemudian klik MB2 pada Disk
Data Input untuk memasukkan dataset yang akan digunakan pada tahapan editing
ini, masukkan dataset yang telah dibuat pada praktikum sebelumnya yaitu "03.
FILTERING_RISMA"

Klik EXECUTE maka akan muncul tampilan trace seperti pada gambar di bawah
ini.
Selanjutnya adalah kill trace yang dianggap menggangu atau merusak data
seismik, pilih pada menu picking kemudian kill trace masukkan nama "Kill
Trace" kemudian klik OK lalu pilih CHAN dan klik OK.
Kemudian matikan trace yang dianggap kurang bagus atau mengganggu data.

Setelah itu adalah pilih menu picking lalu Pick Top Mute untuk melakukan muting
pada data bagian atas, berikan nama "TopMute" kemudian pilih CHAN lalu klik
OK.
Kemudian, mute bagian yang ingin dimute pada data tersebut, lakukan seperti
gambar di bawah ini.
Lalu selanjutnya adalah pilih menu picking lalu Pick Bottom Mute untuk
melakukan muting pada data bagian bawah, berikan nama "BottomMute"
kemudian pilih CHAN lalu klik OK.
Mute bagian yang ingin dihilangkan pada data tersebut yang dianggap kurang baik
kemudian save picking yang telah dilakukan, close trace display tersebut
kemudian lanjut ke langkah selanjutnya.

Matikan parameter Trace Display dan hidupkan kembali parameter lainnya. Klik
MB2 pada Trace Kill/Reserve lalu masukkan Trace Kill Parameter File yang
telah dilakukan pada menu picking tadi yang telah diberi nama "Kill Trace".
Selanjutnya adalah klik MB2 pada parameter Trace Muting kemudian masukkan
parameter file "TopMute" yaitu muting yang telah dilakukan pada saat di Trace
Display.

Kemudian selanjutnya adalah klik MB2 pada parameter Trace Muting lainnya
untuk memasukkan Bottom Mute yang telah dilakukan pada Trace Display
sebelumnya.
Setelah data diinput semua, selanjutnya adalah membuat filename data output dari
seluruh editing yang telah dilakukan, format nama yang digunakan adalah "04.
EDITING_RISMA" dapat dilihat seperti pada gambar di bawah ini.

Setelah itu klik EXECUTE untuk memproses tahapan pengolahan yang telah
dilakukan sehingga menghasilkan output pada file "04. EDITING_RISMA"
tersebut.
Kemudian selanjutnya adalah mematikan semua parameter selain dari Disk Data
Input dan Trace Display. Masukkan data "04. EDITING_RISMA" pada Disk
Data Input untuk melihat hasil trace yang telah dilakukan editing tadi.

Setelah data dimasukkan kemudian klik EXECUTE pada Trace Display untuk
menampilkan hasil Trace yang telah dilakukan killing dan muting.

Anda mungkin juga menyukai