Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

EKSPLORASI SEISMIK
AKUISISI, PENGOLAHAN, DAN INTERPRETASI DATA SEISMIK

Dosen Pengampu :

Ir. Welayaturromadhona, S.Si., M.Sc.

Oleh :

Nafilah Mutiara Qolbi (201910801037)

PROGRAM STUDI TELNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2022
Daftar Isi

Halaman Judul

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

2.1 Akuisisi Data Seismik ....................................................................................... 2


2.2 Pengolahan Data Seismik .................................................................................. 6
2.3 Interpretasi Data Seismik .................................................................................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 13

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13

Daftar Pustaka

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan eksplorasi hidrokarbon tidak dapat terlepas dari adanya metode seismik.
Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak digunakan di
dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan serta
resolusi yang tinggi dalam menentukan struktur geologi. Sumber seismik umumnya adalah
palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa
besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit.
Survei seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data seismik dengan kualitas
yang baik. Penilaian baik tidaknya data seismik adalah dari perbandingan antara banyaknya
sinyal refleksi dengan sinyal gangguan atau noise yang diterima. Semakin banyak sinyal
refleksi serta semakin sedikit noise yang diterima maka kualitas perekaman data seismik
semakin bagus. Keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time) juga mempengaruhi
kualitas perekaman.
Secara garis besar eksplorasi seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal dan
eksplorasi seismik dalam. Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon
(minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam. Sedangkan eksplorasi seismik
dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan untuk eksplorasi batubara dan bahan
tambang lainnya. Kedua jenis eksplorasi seismik tersebut memiliki resolusi dan akurasi yang
berbeda. Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik, proses data
seismik, dan yang terakhir adalah interpretasi data. Akuisisi data adalah untuk memperoleh
data seismik dari area yang disurvey. Dari proses data seismik akan diperoleh penampang
seismik permukaan bawah tanah. Setelah data seismik diproses maka dilakukan interpretasi
untuk menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan dan juga untuk memperkirakan
komposisi material batuan di bawah permukaan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana konsep akuisisi data seismik?
2) Bagaimana proses pengolahan data seismik?
3) Bagaimana konsep dan cara interpretasi data seismik?

1.3 Tujuan
1) Mengetahui konsep dan pengaplikasian akuisisi data seismik.
2) Mengetahui proses dan penerapan pengolahan data seismik.
3) Mengetahui konsep dan cara interpretasi data seismik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuisisi Data Seismik


2.1.1 Pengertian Akuisisi Data Seismik

Akuisisi data seismik merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan yang
disurvey. Akuisisi yang baik sangat penting untuk mendapatkan data yang baik dan benar.
Sebelum pelaksanaan akuisisi data seismik, maka tahapan awal yang perlu dilakukan, yaitu
penentuan desain survei seismik. Desain survei seismik merupakan tahapan dalam pemilihan
parameter akuisisi data seismik dengan mempertimbangkan target yang akan dicapai dan
masalah-masalah yang akan timbul saat proses akuisisi data. Berikut merupakan masalah-
masalah yang kemungkinan akan timbul pada saat survei :

o Kedalaman target
o Kualitas refleksi
o Resolusi vertikal yang diinginkan
o Kemiringan target
o Ciri-ciri jebakan
o Masalah noise yang khusus
o Problem logistik team
o Proses spesial yang diinginkan

Dari permasalahan tersebut, akan menentukan nilai parameter-parameter yang akan


digunakan. Parameter akuisisi seismik dari suatu lapangan biasanya tidak sama dengan
lapangan yang lain. Penentuan parameter akuisisi seismik bertujuan untuk menetapkan
parameter awal dalam suatu rancangan survei seismik yang dipilih sedemikian rupa, sehingga
dalam pelaksanaannya akan memperoleh informasi target selengkap mungkin dan noise
serendah mungkin (S/N ratio tinggi). Secara tidak langsung, parameter akuisisi yang
diterapkan akan sangat berpengaruh terhadap kualitas data seismik yang diperoleh (Chouch
dan Mari, 2006). Parameter akuisisi dalam eksplorasi seismik memiliki pengaruh penting
untuk memperoleh kualitas data seismik yang optimal serta memiliki anggaran survei yang
efisien. Berikut merupakan beberapa parameter akuisisi seismik tersebut :

 Kelipatan liputan (Fold Coverage)


 Ukuran bin
 Migrasi aperture
 Offset minimum dan maksimum
 Panjang perekaman
 Laju pencuplikan
 Konfigurasi bentangan
 Ukuran template
 Ukuran dan kedalaman sumber

2
Akuisisi seismik merupakan perencanaan pengambilan data seismik eksplorasi
khususnya seismik refleksi dalam upaya memperoleh peta bawah permukaan daerah yang di
indikasi memiliki kandungan hidrokarbon. Akuisisi seismik perlu direncanakan dan
diperhitungkan bedasarkan target yang ingin diperoleh. Berdasarkan proses analisa hasil
dibagi menjadi akuisisi seismik 2D dan 3D. Akuisisi Seismik 2D memiliki lintasan berupa
garis dan memiliki sudut pandang titik pantul gelombang berupa titik. Akuisisi seismik 3D
memiliki lintasan yang berupa sebuah bidang (template) yang terdiri dari lebih dari satu
lintasan dan memiliki sudut pandang titik pantul gelombang berupa bidang ilustrasi nya dapat
dilihat pada lampiran terkait konfigurasi akuisisi seismik 2D dan 3D.

2.1.2 Studi Kasus

Judul : Analisa Parameter Desain Akuisisi Seismik 2D dengan Metode Dinamik pada
Lingkungan Vulkanik, Studi Kasus : Cekungan Jawa Barat Bagian Utara

Daerah penelitian merupakan bagian dari Cekungan Jawa Barat bagian utara.
Lokasi terletak di Zona Bogor dan tepatnya di Kabupaten Majalengka. Lokasi ini memiliki
morfologi berupa perbukitan yang terbentuk dari batuan vulkanik membentang dari barat
ke timur. Dalam proses pembentukkannya Cekungan Jawa Barat bagian utara dipengaruhi
oleh tiga aktivitas tektonik.

Metodologi Penelitian

Skema kerja yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 1.
Lokasi penelitian merupakan lokasi lintasan seismik terdahulu yang saling berpotongan
dan lokasi sumur terletak di kaki gunung Ciremai yang lingkungan. Data sumur digunakan
untuk memberikan informasi sifat fisis kecepatan gelombang-P dan jenis litologi pada
model geologi sintetik. Data yang digunakan yakni data sonic log dan hasil laporan
pengeboran sumur eksplorasi. Data seismik terdahulu digunakan untuk mengetahui bentuk
geometri struktur geologi yang dicitrakan pada survei terdahulu dengan melalkukan
picking horizon. Geometri ini digunakan untuk membuat model geologi sintetik daerah
penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Parameter desain akuisisi yang di analisa adalah common depth point interval, fold
coverage, dan far offset. Analisa parameter desain akuisis menggunakan parameter pada
tabel 1. dibawah ini.

Tabel 1. Parameter Desain Akuisisi untuk Analisa

3
Gambar 1. Skema Kerja Penelitian

Dihasilkan penampang seismik untuk setiap variasi desain. Analisa di fokuskan


pada Formasi Jatibarang bagian atas dengan kedalaman 1763 meter. Pada domain waktu di
penampang seismik, Formasi Jatibarang terletak pada domain waktu 1000 ms. Analisa
dilakukan menggunakan penampang seismik untuk setiap variasi parameter desain akuisisi.

a) Analisa Common Depth Point Interval


Gambar 2 menunjukkan perbandingan dua variasi CDP Interval 10 m dan 15 m.
Angka diatas gambar menunjukkan jenis CDP interval. CDP interval 10 meter memberikan
kontinuitas yang lebih detail untuk lapisan target yang ditandai oleh garis berwarna kuning
dibandingkan CDP interval 15 meter. Hal ini terjadi karena semakin rapat titik pantul
gelombang maka akan semakin detail gelombang seismik dalam mencitrakan kondisi
geologi secara lateral. CDP interval 10 meter lebih dapat merepresentasikan kondisi
geologi komplek lingkungan vulkanik yang banyak dijumpai kemiringan lapisan secara
resolusi lateral.

Gambar 2. Analisa CDP Interval Model Geologi Lintasan Seismik Barat- Timur dan Utara-Selatan

4
b) Analisa Fold Coverage

Analisa fold coverage untuk melihat pengaruh S/N rasio dalam merepresentasikan
lapisan target dilingkungan vulkanik yang memiliki kontras kecepatan tinggi dan sifat fisis
yang heterogen di lapisan vulkanik. Hasil perbandingan tiga variasi fold coverage
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 3. a) Analisa Fold Coverage Model Geologi Lintasan Seismik Barat- Timur, b) Analisa Fold
Coverage Model Geologi Lintasan Seismik Utara- Selatan

Gambar 3a dan 3b menunjukkan perbandingan tiga variasi fold coverage 15, 30, dan 45
fold coverage untuk lintasan Barat-Timur dan Utara-Selatan. Dapat dilihat bahwa fold
coverage pada daerah target yang tunjukkan garis kuning menunjukkan respon kejelasan
reflektor yang berbeda untuk setiap variasi fold coverage. Semakin tinggi nilai fold
coverage memberikan nilai S/N yang tinggi ditunjukkan ddengan semakin jelas
kenampakan reflektor. Pada lingkungan vulkanik nilai S/N yang tinggi dapat mengurangi
efek dari anisotropi lapisan vulkanik dan efek difraksi karena struktur geologi komplek.
Berdasarkan hasil tersebut fold coverage 45 memberikan S/N rasio yang lebih baik
daripada variasi 15 dan 30.

c) Analisa Far Offset

Analisa far offset untuk melihat efek parameter far offset terhadap resolusi vertikal
sebuah data seismik. Variasi far offset yang digunakan sebesar 600 m, 1190 m, 1790 m.
Hasil perbandingan untuk semua model geologi ditujukkan oleh gambar berikut.

Gambar 4. a) Analisa Far Offset Model Geologi Lintasan Seismik Barat- Timur, b) Analisa Fold
Coverage Model Geologi Lintasan Seismik Utara- Selatan
5
Dapat dilihat dari perbandingan ketiga far offset, untuk far offset maksimum memberikan
efek resolusi vertikal yang lebih jelas dengan sedikit mengandung adanya efek difraksi.
Pada lingkungan vulkanik efek difraksi akan banyak muncul karena banyak kemiringan
lapisan. dengan target yang dalam dan keberadaan geologi yang komplek menggunakan far
offset besar akan dapat menjelaskan reflektor lapisan target yang lokasi vertikal nya lebih
dalam. Hal ini ditunjukkan dengan kedua penampang seismik hasil dari model geologi
sintetik lintasan Barat-Timur dan Utara-Selatan. Nilai far offset 1790 meter memberikan
hasil yang lebih baik terkait resolusi vertikal pada daerah target.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil analisa parameter akusisi
seismik 2D yang dianalisa secara dinamik sebagai berikut :

a. Nilai parameter common depth point interval yang memberikan resolusi lateral
lebih baik pada analisa desain parameter desain yaitu sebesar 10 meter.
b. Nilai parameter fold coverage yang memberikan S/N rasio lebih baik pada analisa
desain parameter yaitu sebesar 45 fold coverage.
c. Nilai parameter far offset yang memberikan resolusi vertikal lebih baik sebesar
1790 meter.

2.2 Pengolahan Data Seismik


2.2.1 Pengertian Pengolahan Data Seismik

Pengolahan Data Seismik adalah proses pemrosesan data agar mendapatkan


penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk
diinterpretasikan. Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran
yang mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi. Tujuan utama pemrosesan data
seismik menurut Van Der Kruk (2001) adalah :

1. Untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)


2. Untuk memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan bentuk
gelombang sinyal
3. mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari multiple dan
gelombang-gelombang permukaan)
4. Untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri
5. Untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan (kecepatan,
reflektivitas, dll).

Secara garis besar urutan pengolahan data seismik menurut Sanny (2004) sebagai
berikut :

1. Field Tape

Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu.
Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape yang
digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-
6
Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei,
project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu sendiri.

2. Demultiplex

Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetic lapangan
sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun berdasarkan
urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Proses
ini dikenal dengan demultiplexing.

3. Gain Recovery

Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang kurang elastis dan efek
divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang direkam mengalami
penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk menghilangkan efek ini maka perlu
dilakukan pemulihan kembali energi yang hilang sedemikian rupa sehingga pada setiap titik
seolah-olah datang dengan jumlah energi yang sama. Proses ini dikenal dengan istilah
Automatic Gain Control (AGC) sehingga nantinya menghasilkan kenampakan data seismik
yang lebih mudah diinterpretasi.

4. Editing dan Muting

Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan
mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal
gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya yang dapat mengganggu data.

5. Koreksi statik

Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan
receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-olah ditempatkan pada datum yang sama.

6. Dekonvolusi

Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll,


multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat
pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses invers filter karena konvolusi merupakan
suatu filter

7. Analisis Kecepatan

Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk
memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal refleksi yang
dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses
stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga memberikan stack yang
maksimum.

7
8. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO

Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot point
dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common Depth Point). Koreksi ini
menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah
vertikal (normal incident).

9. Stacking

Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang bertujuan
untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya dilakukan berdasarkan
CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian
dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren.

10. Migrasi

Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan reflektor pada posisi dan
waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena
penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya.

2.3 Interpretasi Data Seismik


2.3.1 Pengertian Interpretasi Data Seismik

Interpretasi seismik merupakan salah satu tahapan penting dalam eksplorasi


hidrokarbon dimana dilakukan penafsiran atau interpretasi, evaluasi, pembahasaan terhadap
data seismik hasil akuisisi lapangan dan pemrosesan, diinterpretasikan ke dalam kondisi
geologi yang diharapkan bisa mendekati kondisi geologi bawah permukaan sebenarnya. Pada
awal perkembangannya, kegiatan interpretasi seismik dilakukan dengan cara konvensional,
yaitu dengan menggunakan banyak media kertas yang sebelumnya telah tercetak amplitudo
atau reflektor seismik dari tahapan processing, semakin banyak dan panjang lintasan seismic,
maka semakin banyak pula kertas yang diperlukan untuk interpretasi seismik. Dengan
demikian mengakibatkan tidak efisiennya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan.

Seiring dengan berjalannya waktu, untuk meningkatkan efisiensi dalam


pengerjaannya, banyak dikembangkan perangkat lunak atau software untuk memudahkan
pengerjaannya. Semua media kertas, media analog, media tape dikonversi menjadi media
digital sehingga semua pengerjaan dilakukan menggunakan komputer atau workstation.
Tahapan pemodelan bidang bawah permukaan dilakukan setelah tahapan interpretasi seismik.
Tahapan ini pada prinsipnya menghubungkan titik-titik dari interpretasi horizon menjadi
bidang 2 dimensi atau 3 dimensi. Peran perangkat lunak yang semakin maju sangat membantu
tahapan ini karena sudah diterapkannya perintah-perintah algoritma untuk membentuk bidang
permukaan. Interpretasi data seismik untuk memperkirakan keadaan geologi di bawah

8
permukaan dan bahkan juga untuk memperkirakan material batuan di bawah
permukaan.Interpretasi data seismik meliputi:
1. Indentifikasi Perubahan Amplitudo dan Struktur
2. Garis Kontur
3. Interpretasi Stratigrafi
4. Interpretasi 3D, VSP, AVO
5. Interpretasi Tomografi

Secara umum metode interpretasi dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama,
yaitu intercept time, delay time method, dan wave front method. Metode interpretasi yang
paling mendasar dalam analisis data seismik refraksi adalah intercept time. Kelemahannya
adalah hanya dapat memberikan informasi kedalaman bidang batas di bawah shot point,
dengan asumsi bahwa bidang batas tersebut adalah datar, sehingga metode ini tidak dapat
memberikan gambaran topografi yang sesungguhnya dari bidang batas sepanjang lintasan
geophone. Dalam perkembangannya lebih lanjut, dikenal beberapa metode lain yang
digunakan untuk menginterpretasikan bentuk topografi dari suatu bidang batas, antara lain
metode Reciprocal Hawkins, metode Time Term, metode Time Plus Minus, metode Hagiwara
dan Masuda, metode Split Spread Johnson.

Tahap-tahap interpretasi data seismic adalah sebagai berikut :

1. Lukis kurva waktu jalar gelombang terhadap jarak antar geophone. Sebut sebagai kurva
travel time.
2. Lakukan koreksi pada kurva travel time sehingga waktu tempuh yang diperlukan
gelombang seismic untuk menmpuh jarak yang sama dalam arah yang berlawanan
adalah sama.
3. Lukis kurva velocity travel time yang sesuai.
4. Penentuan kecepatan jalar gelombang pada tiap lapisan didasarkan pada harga seper
kemiringan (seper gradient/slope) dari kurva travel time maupun dari velocity travel
time. Kecepatan jalar gelombang pada lapisan pertama diperoleh dari gelombang
langsung, sedangkan lapisan berikutnya diperoleh dari gelombang bias.

Kecepatan sebenarnya (true velocity) diperoleh dari seperkemiringan kurva velocity


travel time yang dihitung dengan mengkombinasikan dua travel time dari lapisan yang sama.
Apabila velocity travel time yang diperoleh dari kombinasi antara dua buah travel dari
kecepatan semu (apparent velocity). Setelah diketahui harga kecepatan jalar yang sebenarnya,
lalu lukislakan harga kecepatan tersebut dari titik perpotongan kurva velocity travel time
dengan sumbu waktu.

9
2.3.2 Studi Kasus

Judul : Interpretasi Seismik Dan Pemodelan Bawah Permukaan Menggunakan Metode


Konvergensi Multigrid: Studi Kasus Lapangan X

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data seismik 3D dalam domain
waktu, terdiri dari 1327 lintasan seismik yang searah dengan source (inline) dan 708 lintasan
seismik yang berpotongan dengan inline (xline). Data sumur yang dipakai sebanyak tiga
sumur, pada masing-masing sumur terdapat data log-log. Interpretasi seismik dilakukan dalam
window interpretasi dan dalam window tiga dimensi (3D). Dari informasi geologi, log sumur
dan laporan pemboran sumur-sumur, diketahui bahwa reservoir potensial di lapangan X
adalah batupasir (sandstone) berselingan dengan tanah lempung (shale).

Metodologi Penelitian Studi Kasus

Metode tahapan pada penelitian ini yaitu dilakukan interpretasi atau tafsiran dari
pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik atau data SEGY. Tujuan
interpretasi seismik adalah menggali dan mengolah berbagai informasi geologi bawah
permukaan dari penampang seismik. Gambar 5 merupakan contoh dari hasil interpretasi
penampang seismik dalam domain waktu (sejajar sumbu Y), sedangkan yang sejajar dengan
sumbu X menunjukkan lintasan seismik. Berdasarkan pada Gambar 5 hasil interpretasi berupa
interpretasi sesar-sesar atau patahan yang berarah vertikal yang dibedakan dengan warna-
warna, kemudian interpretasi horizon-horizon yang dicirikan dengan konsistensi batuan
dengan arah horizontal atau lateral (berada di 2800-2900 ms). Metode yang digunakan untuk
mempercepat proses interpretasi dalam banyak lintasan seismik, digunakan autotracking.

Gambar 5. Interpretasi Horizon dan Sesar di Satu Lintasan Seismik

Setelah interpretasi data seismik selesai, kemudian dilakukan pemodelan bawah


permukaan (sub surface model). Tujuan untuk mengetahui bentuk dan dimensi dari geometri
bawah permukaan. Salah satu cara untuk menentukan bentuk dan dimensi geometri tersebut
dilakukan dengan menggunakan metode Konvergensi Multigrid. Tahapan Konvergensi
Multigrid Area Permukaan seperti pada Gambar 6.

10
Gambar 6. Tahapan Metode Konvergen Multigrid

Hasil dan Pembahasan Studi Kasus

Gambar 7 menunjukkan proses interpretasi untuk lapisan top formasi, atau bagian
teratas dari reservoir sandstone. Amplitudo-amplitudo lembah (trough) bernilai negatif
berwarna biru adalah horizon yang akan menjadi target interpretasi yang dianggap sebagai top
formasi. Berdasarkan parameter pada Gambar 7, dilakukan pengolahan untuk mendapatkan
interpretasi horizon di lintasan seismic yang lain.

Gambar 7. Window Interpretasi Seismik

Hasil intepretasi horizon secara keseluruhan seperti pada Gambar 8. Selanjutnya


adalah membangun model reservoar dengan mengimplementasikan metode konvergensi
multigrid dari horizon-horizon hasil interpretasi sebelumnya (Gambar 8), metode ini
melakukan interpolasi baik di lintasan seismik yang memiliki horizon, dan interpolasi pada
lintasan seismik yang tidak memiliki horizon. Untuk lintasan-lintasan seismik yang tidak atau
belum terinterpretasi (belum ada horizon), metode konvergensi multigrid melakukan
interpolasi-interpolasi dari titik-titik atau horizon-horizon terdekat, atau dari horizon di
lintasan-lintasan terdekat. Hasil model reservoir berdasarkan Gambar 8 didapatkan model
seperti pada Gambar 9.

11
Gambar 8. Hasil Interpretasi Horizon Secara Keseluruhan

Gambar 9. Model Reservoir Hasil Konvergensi Multigrid

Gambar 9 menunjukkan hasil pemodelan bawah permukaan dalam window tiga dimensi (3D)
dengan metode konvergensi multigrid. Warna-warna pada Gambar 9 menunjukkan ketinggian
bidang permukaan yakni warna merah menunjukkan bidang permukaan paling tinggi dan
seterusnya sampai dengan yang terendah terlihat pada warna ungu.

Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil interpretasi seismik memperlihatkan bahwa model bawah permukaan berupa


bidang antiklin dengan arah barat daya-timur laut.
2. Metode Konvergensi Multigrid berhasil memberikan model bawah permukaan (sub
surface model) dengan jelas.

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak
digunakan di dalam teknik geofisika. Metode seismik dibagi dalam tiga tahapan utama yaitu
akuisisi data, pengolahan data dan interpretasi data. Tahap akuisisi merupakan proses
perekaman data seismik di lapangan. Data seismik hasil akuisisi pada umumnya mengandung
banyak noise yang berasal dari instrumen maupun lingkungan. Noise-noise ini sangat
mengganggu dalam tahap interpretasi data dan pada akhirnya memberikan informasi yang
salah tentang keberadaan hidrokarbon pada suatu lapangan. Tahap pengolahan data seismik
dilakukan untuk menghilangkan noise-noise tersebut sehingga dihasilkan gambaran berupa
penampang seismik yang baik dan siap untuk diinterpretasi.

13
Daftar Pustaka
Adib, dkk. 2017. “Analisa Parameter Desain Akuisisi Seismik 2D dengan Metode Dinamik
pada Lingkungan Vulkanik, Studi Kasus : Cekungan Jawa Barat Bagian Utara”,
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2. Surabaya : ITS.
Ervina, dkk. 2021. Interpretasi Seismik Dan Pemodelan Bawah Permukaan Menggunakan
Metode Konvergensi Multigrid: Studi Kasus Lapangan X. Jakarta : Pascasarjana
Magister Teknologi Informasi STMIK Jakarta STI&K 2 Pacific Well Services.
Munadi, S. 2003. “Pengolahan Data Seismik, Status & Permasalahannya”, makalah pada
Prosiding Semiloka Teknologi Simulasi dan Komputasi serta Aplikasi 2003. Jakarta:
Pusat Pengkajian & Penerapan Teknologi Informasi dan Elektronika.
Prihadi S. 2004. Interpretasi Seismik Geologi. Bandung : ITB.
Priyono, A. 2005. Metoda Seismik I. Bandug : ITB.

14

Anda mungkin juga menyukai