Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL KERJA PRAKTIK

DIAJUKAN KEPADA

PT ELNUSA Tbk.

Oleh:
GABRIO HIKMA JANUARTA
12115012

DILENGKAPI DENGAN:

1. Surat Rekomendasi Kerja Praktik


2. Proposal Kerja Praktik
3. Transkrip Nilai
4. Curriculum Vitae

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
Jl. Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati
Agung , Lampung Selatan 35365
Telp. (+62-721) 8030188, 486188 Fax (+62-721)
8030189
PROPOSAL KERJA PRAKTIK

DIAJUKAN KEPADA

PT ELNUSA Tbk.

Oleh:
GABRIO HIKMA JANUARTA
12115012

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOFISIKA


JURUSAN SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2018
I. Pendahuluan

Metode seismik dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan penggambaran bawah


permukaan. Metode ini dapat memetakan struktur dan memetakan reservoir dari daerah
penelitian berdasarkan pengolahan data seismic. Manfaat yang lain ialah dapat
mengetahui dan menjelaskan arah kemenerusan dan penyebaran reservoir serta
merekomendasikan titik pengeboran baru yang menjadi acuan dalam proses eksplorasi.

Seismik refleksi merupakan metode utama yang sering digunakan dalam


eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon. Metode ini dapat menggambarkan keadaan
geologi bawah permukaan bumi dengan cukup baik, sehingga perangkap-perangkap
hidrokarbon dapat dikenali dengan baik. Seismik refleksi terus mengalami perkembangan
yang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi, salah satunya adalah teknik inversi,
yaitu suatu teknik karakterisasi reservoir dengan cara membuat simulasi model geologi
bawah permukaan bumi yang terekam oleh alat dengan menggunakan data seismik
sebagai input dan data sumur sebagai kontrol. Melalui metode ini suatu reservoir dapat
dikarakterisasi dengan lebih baik.

Dalam dunia oil and gas, khususnya di bidang eksplorasi, metode seismik refleksi
ini tergolong kedalam metode geofisika yang paling banyak digunakan untuk melakukan
eksplorasi. Pada metode seismik refleksi ini, terdapat 3 tahapan, yaitu akuisisi data,
prosesing data, dan interpretasi data. Pengolahan dan interpretasi data seismik dilakukan
dengan analisa inversi serta menggabungkan analisa geologi, diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih jelas mengenai perubahan litologi dan fluida pada
reservoar hidrokarbon sehingga rasio kesuksesan pemboran akan meningkat.

II. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami mengenai aplikasi teori perkuliahan dalam kondisi dunia kerja sesuai dengan
materi yang diberikan dan diajarkan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui kualifikasi seorang sarjana lulusan Teknik Geofisika yang diperlukan
oleh dunia industri
b. Mempermudah penerapan antara teori dan praktek dari metode geofisika dengan cara
melihatnya secara langsung pada dunia kerja.
c. Mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh di jenjang perguruan
tinggi.
d. Menambah pengalaman serta wawasan dan mendapat keterampilan bagi mahasiswa
Teknik Geofisika
e. Dapat mengasah kedisiplinan, kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi serta
profesionalisme kerja sehingga dapat bersaing dalam dunia industri ini dengan
persaingan global

III. Topik Kerja Praktik

Topik kerja praktik ini dapat ditetapkan oleh instansi tempat kerja praktik.
Adapun topik yang saya ajukan pada Kerja Praktik kali ini adalah tahapan pengolahan
data seismik (Seismic data processing).

IV. Lokasi Kerja Praktik

Rencana lokasi kerja praktik yang diajukan akan dilaksanakan di instansi terkait,
yaitu PT Elnusa Tbk.

V. Dasar Teori
1. Pengolahan Data Seismik
Pada dasarnya, pengelolaan data seismik dimaksudkan untuk mengubah data
seismik lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik melalui tahap
pengelolaan data yang kompleks, yang kemudian dapat dilakukan interpretasi dari
penampang tersebut. Tujuan utama pengelolaan data seismik yaitu untuk menghasilkan
penampang seismik yang memiliki kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa
mengubah bentuk bentangan atau kenampakan perlapisan di bawah permukaan sehingga
dapat dilakukan interpretasi sesuai dengan struktur perlapisan bawah permukaan.
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki struktur lapisan bawah permukaan dengan target kedalaman yang
cukup jauh. Metode ini memberikan gambaran yang cukup baik tentang bawah
permukaan. Tiga hal pokok yang menjadi tahapan dalam metode ini adalah acquisition,
processing, dan interpretation. Dari ketiga tahapan tersebut, tahap processing atau
seismic data processing (pengolahan data seismik) merupakan tahap yang sangat
berpengaruh. Karena pada tahapan ini data yang direkam pada field tape (hasil dari
akuisisi seismik multichannel baik pada data darat, data zona transisi, maupun data laut)
akan diproses sehingga menghasilkan suatu penampang seismik yang merepresentasikan
struktur lapisan bawah permukaan bumi. Secara prinsip, tahapan dalam pengelolaan data
seismik dapat dikelompokan dalam:
1. Pre Processing/Editing (Conditional data)
2. Main Processing
3. Post Processing

2. Tahapan Pengolahan Data Seismik


Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran yang
mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi. Tujuan utama pemrosesan data
seismik menurut Van Der Kruk (2001) adalah :
a. Untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N).
b. Untuk memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan mengadaptasikan bentuk
gelombang sinyal.
c. Untuk mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari
multiple dan gelombang-gelombang permukaan).
d. Untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri.
e. Untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan (kecepatan,
reflektivitas, dan lainnya).

Seperti disebutkan diatas, bahwa pengolahan data seismik bertujuan memperbaiki


S/N ratio. Hal ini berarti semua noise yang mengganggu/menyelubungi informasi
refleksi sedapat mungkin diredam dan sebaliknya semua informasi refleksi
dipertahankan dan bahkan diperkaya (spektrum amplitudonya) dan dikoreksi (spektrum
phase), sehingga akan diperoleh penampang seismik yang benar.
Program rutin ini mengerjakan reformating, sorting dan editing. Reformating
termasuk demultiplexing, pelabelan dan trace gathering. Adapun tahapan pengolahan
data, walaupun beberapa langkah pemrosesan merupakan pilihan (option) adalah sebagai
berikut:

2.1. Field Tape


Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu.
Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape
yang digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D,
dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi
mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu
sendiri.

2.2. Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan
sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun
berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau channel
(demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing.
Gelombang seismik yang diterima geophone sebelumnya berupa data sinyal analog,
yang kemudian dilakukan sampling dengan metode on off, dan kemudian dilakukan
digitasi pada interval tertentu yang mempunyai kerapatan data yang tinggi pada saat
perekaman berlangsung. Ketika sampling dimulai dari channel A hingga channel akhir
dan kembali ke channel A dan seterusnya, sampel data 1 channel B, hingga sampel 1
channel terakhir(n), dan kemudian terulang kembali untuk sampel data 2 dengan waktu
sampling ∆t.

2.3. Editing dan Muting


Tahap editing merupakan tahapan untuk menghilangkan semua rekaman yang
dianggap jelek pada setiap trace seismik. Sedangkan muting adalah tahapan
menghapus sinyal-sinyal gelombang langsung (direct wave) yang terekam selama
pengukuran dan gelombang-gelombang refraksi yang tidak dibutuhkan seperti ground
roll, first break, dan yang lainnya yang dainggap menggangu data utama. Jenis noise
yang biasanya diedit yaitu:
a. Trace mati, dikarenakan geophonenya sengaja tidak dipasang, sehingga kanal
akan berisi noise instrumen atau karena adaanya kerusakan kanal.
b. Trace yang merekam getaran langkah orang yang berjalan dekat geophone pada
saat perekaman data berlangsung.
c. Trace yang mengandung noise elektro statik, biasanya ditandai dengan frekuensi
tinggi.
d. Cross Feed
e. Polaritas terbalik (dapat dikoreksi oleh komputer)
f. Daerah first arrival (gelombang bias)
g. Noise di dalam trace yang mengelompokan.

2.4. Gain Recovery


Gain (penguatan) yang dikenakan pada trace seismik di lapangan berbentuk suatu
fungsi yang tidak smooth, karena harganya bisa naik atau turun secara otomatis, maka
mengakibatkan distorsi. Tetapi fungsi gain tersebut ikut terekam di dalam pita magnetik.
Di pusat pengolahan data, fungsi gain tadi ditiadakan dengan cara mengalikan harga-
harga trace seismik dengan kebalikan fungsi gain, kemudian dihitung harga rata-rata
amplitudo trace seismik tersebut menurut fungsi waktu. Dari sini bisa ditentukan
parameter-parameter fungsi gain yang baru sedemikian rupa sehingga fungsi gain yang
dipergunakan menjadi smooth.

Fungsi gain yang benar akan menghasilkan trace seismik dengan perbandingan
amplitudo-amplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-masing koefisien
refleksinya. Perbandingan koefisien refleksi yang benar akan memudahkan interpretasi
sifat-sifat refleksi dan lapisan-lapisan batuan. Secara umum fungsi gain(t) berupa :

Gain (dB) = A.t + B.20 log (t) + C (1)

Dengan t adalah waktu, A faktor atenuasi, B faktor spherical divergensi dan C


tetapan gain. Terdapat beberapa jenis gain :

PGC (Programmed Gain Control) adalah fungsi gain yang sederhana, bekerja
berdasarkan interpolasi antara harga skalar amplitudo sampel pada laju pencuplikan
dengan satu jendela tertentu.
AGC (Automatic Gain Control) adalah gain(t) yang bekerja dengan menggunakan
metode rms (root mean square). Amplitudo masing-masing sampel dikuadratkan, lalu
dihitung rms-nya pada satu jendela tertentu, contoh hasil AGC diberikan oleh gambar 1a.
Sedangkan gambar 1b menunjukkan contoh proses gainrecovery dan sebelumnya

Gambar 1. Contoh Penampang seismik gather (a) sebelum gain, dan (b) setelah
dilakukan gain (Sismanto, 2006).

2.5. Koreksi Statik


Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan
receiver) sehingga shot point dan receiver seolah-oleh ditempatkan pada datum yang
sama.Walaupun koreksi statik telah dilakukan sebelum analisa kecepataan, tetapi koreksi
tersebut tidaklah sempurna. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti :
a. Kesalahan pengukuran elevasi
b. Ketidaktelitian membaca up hole time
c. Ketidaktepatan mengukur kecepatan replacement
d. Adanya manipulasi kedalaman lubang bor
e. Adanya problem surface unconsistent static
2.6. Dekonvolusi
Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground
roll, multiple, reverberation, ghost serta memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks
akibat pengaruh noise. Dekonvolusi merupakan proses invers filter karena konvolusi
merupakan suatu filter. Bumi merupakan low pass filter yang baik sehingga sinyal
impulsif diubah menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu
panjang mengakibatkan turunnya resolusi seismik karena kemampuan untuk
membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang.

2.7. Analisis Kecepatan


Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai
untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal
refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip dasar analisa
kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat sehingga
memberikan stack yang maksimum, seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Stacking Velocity

Pengetahuan mengenai analisis kecepatan sangat penting karena dengan analisis


kecepatan akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menentukan
kedalaman., ketebalan, kemiringan (dip) dari suatu reflektor atau refraktor. Namun
demikian nilai kecepatan dari medium dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lithologi
batuan, tekanan suhu porositas, densitas, ukuran butir, umur batuan, kandungan fluida
dan frekuensi dari rambatan gelombang tersebut. Pada umumnya medium yang relatif
densitasnya tinggi, maka kecepatanya relatif akan tinggi. Kenaikan densitas bisa
disebabkan oleh jenis batuan, tekanan, porositas, ukuran butir, umur batuan dan lainnya.
Didalam proses pengolahan data seismik dikenal beberapa macam kecepatan yang
penggunaanya tergantung kebutuhan. Diantara kecepatan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kecepatan Sesaat (instantaneous velocity)


b. Kecepatan Interval (interval velocity)
c. Kecepatan Rata-Rata
d. Kecepatan RMS (root mean Square) adalah kecepatan total dari system perlapisan
horizontal dalam bentuk akar kuadrat rata-rata.
e. Kecepatan Stack / VNMO
f. Kecepatan Semu (apparent velocity)

2.8. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO


Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot point
dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu CDP (Common Depth Point).
Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul
datang dalam arah vertikal (normal incident), seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Koreksi NMO: (a) sebelum dikoreksi (b) kecepatan yang sesuai (c)
kecepatan yang lebih rendah (d) kecepatan yang lebih tinggi (Van Der Kruk, 2001)

2.9. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang
bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N), karena sinyal yang koheren
akan saling memperkuat dan noise yang inkoheren akan saling menghilangkan. Selain itu
stacking akan mengurangi noise yang bersifat koheren. Stack dapat dilakukan berdasarkan
Common Depth Point (CDP), Common Offset, Common Shot Point tergantung dari tujuan
dari stack itu sendiri. Biasanya proses stack dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace
yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk
mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren, seperti pada gambar 5.

Pada pusat pengolahan data proses stack ini biasanya dilakukan bersamaan dengan proses
CDP gather dan koreksi NMO dalam satu tahapan pekerjaan. Ada beberapa proses
stacking, yaitu initial stack, residual static stack dan final stack. Masing-masing proses
tersebut pada prinsipnya.

Gambar 5. Proses Penjumlahan Trace-trace dalam Satu CDP (Stacking) (Sun, S., dan
Bancroft, J. C., 2001)

2.10. Filtering
Filter digunakan untuk meredam noise dan menjaga sinyal. Ada dua jenis filter :
a. Filter frekuensi (satu dimensi)
Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini berupa
low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di dalam
pengolahan data pada umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak menggeser phase
data.
b. Filter F-K (dua dimensi)
Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi
sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-K, yaitu notch dan
band pass filter.

2.11. Migrasi
Migrasi merupakan proses untuk mereposisi reflektor sehingga berada pada posisi
yang sebenarnya Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan aleh efek difraksi yang
terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu diskontinuitas,
maupun akibat adanya reflektor miring.
Migrasi merupakan tahapan alternatif yang penting dalam pengolahan data sesimik,
dan bertujuan memindahkan reflektor miring ke posisi yang sebenarnya pada penampang
seismik. Migrasi juaga mampu menghilangkan efek difraksi, sehingga dapat memperjelas
gambaran struktur detil bawah permukaan. Migrasi dapat juga dipandang sebagai suatu
proses yang dapat meningkatkan resolusi spasial penampang seismik. Melalui migrasi
didapat sejumlah parameter yang berbeda sebagai koreksi yaitu migrasi memperbesar
sudut kemiringan, memperpendek reflektor dan memindahkan reflektor ke arah up dip
serta memperbaiki resolusi lateral.

2.12. Pengertian Migrasi

Untuk menempatkan data pada posisi spatial yang sebenarnya diperlukan suatu
tahap pengolahan data yang disebut migrasi seismik. Hasil dari proses migrasi diharapkan
dapat menggambarkan geometri struktur geologi yang sesungguhnya sehingga
mempermudah melakukan interpretasi. Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan
kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan
gelombang. Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah
mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu
tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring.
Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul
akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan).
Migrasi bertujuan untuk membuat penampang seismik mirip dengan kondisi geologi
yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Reflektifitas suatu bidang
refleksi yang semula ‘tidak menyambung dan selaras’ satu sama lain serta dipenuhi oleh
efek difraksi bowtie, setelah dimigrasi menjadi lebih jelas dan teratur. Perbedaan
amplitudo yang terlihat antara lapisan yang diatas dengan lapisan dibawahnya, yang
diakibatkan oleh perubahan kontras densitas batuan di bidang batas antar lapisan, setelah
dimigrasi juga menunjukkan reflektifitas yang lebih baik Maka dari itu secara umum
amplitudo refleksi pada bidang-bidang reflektor didalam penampang termigrasi relatif
lebih jelas terlihat dibandingkan sebelum dimigrasi. Dengan kata lain, kontinuitas
amplitudo refleksi pada fasies seismik yang ditampilkan pada migrated section semakin
optimal.
.

Gambar 6. Penampang Seismik: (a) Sebelum Migrasi; (b) Setelah Migrasi (Sun, S.,
dan Bancroft, J. C., 2001)

2.13. Konsep Migrasi Numerik


Tujuan migrasi pada dasarnya ingin memperoleh gelombang fungsi ruang
U(x,y,t=0),yaitu pada saat sumber berada di reflector dan belum meledak (metode
ledakan di reflektor) dari medan gelombang U(x,y=0,t) yang terekam dipermukaan.Cara
yang dilakukan adalah dengan melakukan ekstrapolasi atau interpolasi dari medan
gelombang yang terekamU(x,y=0,t) untuk mendapatkan gelombang di sembarang waktu
t dan sembarang kedalaman y, yaitu U(x,y,t). Sehingga pada akhirnya dapat pula
diperoleh medan gelombang di pusat sumber (reflektor) pada saat sumber belum meledak
U(x,y,t=0.,
Proses ekstrapolasi maupun interpolasi merupakan kontinuasi perambatan medan
gelombang sepanjang koordinat kedalaman y maupun t. Bila terdapat suatu rekaman
medan gelombang U(x,y,t) pada level y = 0 (di permukaan), maka dapat dihitung medan
gelombang yang merambat maju dan maupun mundur U(x,y`,t) pada level y` = nΔy,
dengan n = …,-3,-2,-1 atau n = 1,2,3….
Medan gelombang yang diperoleh merupakan simulasi medan gelombang
rambatan dari atau ke level baru. Di dalam pemodelan maju, gelombang diekstrapolasi
pada arah maju, tetapi pada migrasi pemodelan dilakukan pada arah mundur. Proses
migrasi data seismik saat ini berdasarkan pada berbagai teknik migrasi dengan
menggunakan persamaan gelombang akustik (P) maupun elastik (P dan S) yang
dikerjakan oleh computer. Teknik-teknik tersebut meliputi,

a. Stack difraksi yang dikembangkan oleh Kirchoff, sering disebut dengan metode
sumasi Kirchoff, keuntungan utama metode ini adalah mampu memigrasi reflektor curam
dengan baik apabila kualitas data bagus. Tetapi bila data dengan S/N jelek, maka
hasilnya akan rendah mutunya.

b. Pendekatan numerik dengan metode beda hingga. Di sini persamaan differensial


parsial gerak gelombang dipecahkan secara pendekatan numerik berdasarkan teori beda
hingga, keuntungan metode ini adalah kenampakan yang baik walaupun data seismik
mempunyai S/N rendah. Kelemahannya ialah memerlukan waktu lama dan mempunyai
kesulitan bila terdapat data kemiringan yang cukup tajam.

c. Metode transformasi ke kawasan f-k, pada mana dilakukan transformasi persamaan


gelombang dari koordinat ruang – waktu ke dalam koordiant frekuensi-bilangan
gelombang f-k. Pencitraan selanjutnya dilakukan melalui ekstrapolasi dan interpolasi
melalui pergeseran phase. Kelebihan metode ini, prosesnya relatif cepat, performancenya
masih baik walau S/N data rendah dan mampu memigrasi kemiringan reflektor yang
curam. Kekurangannya ialah, bila terdapat fungsi kecepatan yang sangat luas.

d. Migrasi reverse time yang diajukan oleh Baysal 1983. Serupa dengan metode ke-3
di atas, hanya dengan metode ini, ekstrapolasi dilakukan dalam arah koordinat waktu
negatif, bukan sepanjang koordinat ruang seperti pada metode-metode lainnya. Contoh
hasil migrasi dengan metode ini diberikan pada gambar 7.
Gambar 7. Contoh Sebelum dan Sesudah Migrasi Suatu Penampang Seismik dengan
Metode F-K Stolt.(Sun, S., dan Bancroft, J. C., 2001)

VI. Mata Kuliah Penunjang

Berikut mata kuliah utama dan pilihan yang sudah dan sedang akan diambil hingga waktu
kuliah praktik tiba, sehingga dapat mendukung topik kerja praktik yang diajukan.

TG2205R Gelombang dalam Geofisika


TG3111R Seismologi
TG3121R Seismik Refraksi
TG3102R Instrumentasi Geofisika
TG3101R Analisis Sinyal Geofisika
TG3202R Geostatistika
GL3251R Geologi Migas
TG3231R Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik Refleksi
TG4132R Inversi Geofisika
TG4131R Interpretasi Seismik Refleksi
GL2151R Sedimentologi
GL2111R Geologi Fisik
GL2141R Kristalografi dan Mineralogi
GL2212R Geologi Struktur
GD2001R Pengantar Surveying
TG2902R Elektronika Geofisika
TG2204R Teori Potensial
GL2042R MK Pilihan Petrologi
TG2240R Komputasi Geofisika
TG3222R Geodinamika

VII. Waktu Kerja Praktik


Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, waktu pelaksanaan Kerja Praktik ini
direncanakan selama 4 minggu yaitu pada berkisar pada bulan Desember 2018 - Januari
2019. Rencana kerja yang diusulkan :

Jenis Kegiatan Minggu ke-


1 2 3 4
Studi Literatur
Pengolahan data dan Analisis
Pembuatan Laporan dan Presentasi
VIII. Laporan
Semua hasil pengolahan data selama kerja praktek akan disusun dalam bentuk
laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada instansi terkait yaitu PT Elnusa Tbk. , dan
kemudian diberikan pengesahan sebagai salah satu bukti telah menempuh mata kuliah
Kerja Praktik sebanyak 2 sks. Setelah itu, laporan ini akan dilaporkan dan dipresentasikan
kembali di kampus sebagai penyempurnaan syarat dalam memenuhi mata kuliah Kerja
Praktik ini.

IX. Pembimbing
Saat berada di Instansi terkait diharapkan dapat disediakan oleh instansi tersebut
sedangkan untuk pembimbing di kampus berasal dari salah satu staf pengajar/dosen di
Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera.

X. Penutup
Demikianlah usulan kerja praktik ini kami ajukan. Besar harapan usulan ini dapat
diterima. Semoga hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi PT Elnusa Tbk. agar
dapat memberikan bantuan dan dukungannya. Atas perhatiannya, kami mengucapkan
terima kasih.
Daftar Pustaka

Kruk, V. D. 2001, Reflection Seismic 1, Institut für Geophysic ETH, Zürich : 86 pp.
Telford et al.; Applied Geophysics, Cambridge University Press, 1976
Sismanto, Dr. 2006,Dasar-dasar Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik. Lab.Geofisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UGM : hal. 177.
Sun, S., dan Bancroft, J. C. 2001,The Migration Aperture Actually Contribute To The
Migration Result.
Musgrave, A.; Seismic refraction prospecting, Society of Exploration Geophysics,
Tulsa, 1986.

Anda mungkin juga menyukai