DIAJUKAN KEPADA
PT ELNUSA Tbk.
Oleh:
GABRIO HIKMA JANUARTA
12115012
DILENGKAPI DENGAN:
DIAJUKAN KEPADA
PT ELNUSA Tbk.
Oleh:
GABRIO HIKMA JANUARTA
12115012
Dalam dunia oil and gas, khususnya di bidang eksplorasi, metode seismik refleksi
ini tergolong kedalam metode geofisika yang paling banyak digunakan untuk melakukan
eksplorasi. Pada metode seismik refleksi ini, terdapat 3 tahapan, yaitu akuisisi data,
prosesing data, dan interpretasi data. Pengolahan dan interpretasi data seismik dilakukan
dengan analisa inversi serta menggabungkan analisa geologi, diharapkan dapat
memberikan informasi yang lebih jelas mengenai perubahan litologi dan fluida pada
reservoar hidrokarbon sehingga rasio kesuksesan pemboran akan meningkat.
Maksud dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah agar mahasiswa dapat
memahami mengenai aplikasi teori perkuliahan dalam kondisi dunia kerja sesuai dengan
materi yang diberikan dan diajarkan.
Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui kualifikasi seorang sarjana lulusan Teknik Geofisika yang diperlukan
oleh dunia industri
b. Mempermudah penerapan antara teori dan praktek dari metode geofisika dengan cara
melihatnya secara langsung pada dunia kerja.
c. Mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh di jenjang perguruan
tinggi.
d. Menambah pengalaman serta wawasan dan mendapat keterampilan bagi mahasiswa
Teknik Geofisika
e. Dapat mengasah kedisiplinan, kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi serta
profesionalisme kerja sehingga dapat bersaing dalam dunia industri ini dengan
persaingan global
Topik kerja praktik ini dapat ditetapkan oleh instansi tempat kerja praktik.
Adapun topik yang saya ajukan pada Kerja Praktik kali ini adalah tahapan pengolahan
data seismik (Seismic data processing).
Rencana lokasi kerja praktik yang diajukan akan dilaksanakan di instansi terkait,
yaitu PT Elnusa Tbk.
V. Dasar Teori
1. Pengolahan Data Seismik
Pada dasarnya, pengelolaan data seismik dimaksudkan untuk mengubah data
seismik lapangan yang terekam menjadi suatu penampang seismik melalui tahap
pengelolaan data yang kompleks, yang kemudian dapat dilakukan interpretasi dari
penampang tersebut. Tujuan utama pengelolaan data seismik yaitu untuk menghasilkan
penampang seismik yang memiliki kualitas signal to noise ratio (S/N) yang baik tanpa
mengubah bentuk bentangan atau kenampakan perlapisan di bawah permukaan sehingga
dapat dilakukan interpretasi sesuai dengan struktur perlapisan bawah permukaan.
Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki struktur lapisan bawah permukaan dengan target kedalaman yang
cukup jauh. Metode ini memberikan gambaran yang cukup baik tentang bawah
permukaan. Tiga hal pokok yang menjadi tahapan dalam metode ini adalah acquisition,
processing, dan interpretation. Dari ketiga tahapan tersebut, tahap processing atau
seismic data processing (pengolahan data seismik) merupakan tahap yang sangat
berpengaruh. Karena pada tahapan ini data yang direkam pada field tape (hasil dari
akuisisi seismik multichannel baik pada data darat, data zona transisi, maupun data laut)
akan diproses sehingga menghasilkan suatu penampang seismik yang merepresentasikan
struktur lapisan bawah permukaan bumi. Secara prinsip, tahapan dalam pengelolaan data
seismik dapat dikelompokan dalam:
1. Pre Processing/Editing (Conditional data)
2. Main Processing
3. Post Processing
2.2. Demultiplex
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan
sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun
berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau channel
(demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing.
Gelombang seismik yang diterima geophone sebelumnya berupa data sinyal analog,
yang kemudian dilakukan sampling dengan metode on off, dan kemudian dilakukan
digitasi pada interval tertentu yang mempunyai kerapatan data yang tinggi pada saat
perekaman berlangsung. Ketika sampling dimulai dari channel A hingga channel akhir
dan kembali ke channel A dan seterusnya, sampel data 1 channel B, hingga sampel 1
channel terakhir(n), dan kemudian terulang kembali untuk sampel data 2 dengan waktu
sampling ∆t.
Fungsi gain yang benar akan menghasilkan trace seismik dengan perbandingan
amplitudo-amplitudo sesuai dengan perbandingan dari masing-masing koefisien
refleksinya. Perbandingan koefisien refleksi yang benar akan memudahkan interpretasi
sifat-sifat refleksi dan lapisan-lapisan batuan. Secara umum fungsi gain(t) berupa :
PGC (Programmed Gain Control) adalah fungsi gain yang sederhana, bekerja
berdasarkan interpolasi antara harga skalar amplitudo sampel pada laju pencuplikan
dengan satu jendela tertentu.
AGC (Automatic Gain Control) adalah gain(t) yang bekerja dengan menggunakan
metode rms (root mean square). Amplitudo masing-masing sampel dikuadratkan, lalu
dihitung rms-nya pada satu jendela tertentu, contoh hasil AGC diberikan oleh gambar 1a.
Sedangkan gambar 1b menunjukkan contoh proses gainrecovery dan sebelumnya
Gambar 1. Contoh Penampang seismik gather (a) sebelum gain, dan (b) setelah
dilakukan gain (Sismanto, 2006).
Gambar 4. Koreksi NMO: (a) sebelum dikoreksi (b) kecepatan yang sesuai (c)
kecepatan yang lebih rendah (d) kecepatan yang lebih tinggi (Van Der Kruk, 2001)
2.9. Stacking
Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang
bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N), karena sinyal yang koheren
akan saling memperkuat dan noise yang inkoheren akan saling menghilangkan. Selain itu
stacking akan mengurangi noise yang bersifat koheren. Stack dapat dilakukan berdasarkan
Common Depth Point (CDP), Common Offset, Common Shot Point tergantung dari tujuan
dari stack itu sendiri. Biasanya proses stack dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace
yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk
mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren, seperti pada gambar 5.
Pada pusat pengolahan data proses stack ini biasanya dilakukan bersamaan dengan proses
CDP gather dan koreksi NMO dalam satu tahapan pekerjaan. Ada beberapa proses
stacking, yaitu initial stack, residual static stack dan final stack. Masing-masing proses
tersebut pada prinsipnya.
Gambar 5. Proses Penjumlahan Trace-trace dalam Satu CDP (Stacking) (Sun, S., dan
Bancroft, J. C., 2001)
2.10. Filtering
Filter digunakan untuk meredam noise dan menjaga sinyal. Ada dua jenis filter :
a. Filter frekuensi (satu dimensi)
Hanya meredam frekuensi tertentu yang tidak diinginkan. Tipe filter ini berupa
low pass filter, high pass filter, band pass filter, dan notch filter. Filter di dalam
pengolahan data pada umumnya bersifat zero phase, sehingga tidak menggeser phase
data.
b. Filter F-K (dua dimensi)
Digunakan untuk meredam noise yang memiliki frekuensi sama dengan frekuensi
sinyal tetapi bilangan gelombangnya berbeda. Ada dua jenis filter F-K, yaitu notch dan
band pass filter.
2.11. Migrasi
Migrasi merupakan proses untuk mereposisi reflektor sehingga berada pada posisi
yang sebenarnya Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan aleh efek difraksi yang
terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu diskontinuitas,
maupun akibat adanya reflektor miring.
Migrasi merupakan tahapan alternatif yang penting dalam pengolahan data sesimik,
dan bertujuan memindahkan reflektor miring ke posisi yang sebenarnya pada penampang
seismik. Migrasi juaga mampu menghilangkan efek difraksi, sehingga dapat memperjelas
gambaran struktur detil bawah permukaan. Migrasi dapat juga dipandang sebagai suatu
proses yang dapat meningkatkan resolusi spasial penampang seismik. Melalui migrasi
didapat sejumlah parameter yang berbeda sebagai koreksi yaitu migrasi memperbesar
sudut kemiringan, memperpendek reflektor dan memindahkan reflektor ke arah up dip
serta memperbaiki resolusi lateral.
Untuk menempatkan data pada posisi spatial yang sebenarnya diperlukan suatu
tahap pengolahan data yang disebut migrasi seismik. Hasil dari proses migrasi diharapkan
dapat menggambarkan geometri struktur geologi yang sesungguhnya sehingga
mempermudah melakukan interpretasi. Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan
kedudukan reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan
gelombang. Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah
mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu
tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring.
Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul
akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan).
Migrasi bertujuan untuk membuat penampang seismik mirip dengan kondisi geologi
yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Reflektifitas suatu bidang
refleksi yang semula ‘tidak menyambung dan selaras’ satu sama lain serta dipenuhi oleh
efek difraksi bowtie, setelah dimigrasi menjadi lebih jelas dan teratur. Perbedaan
amplitudo yang terlihat antara lapisan yang diatas dengan lapisan dibawahnya, yang
diakibatkan oleh perubahan kontras densitas batuan di bidang batas antar lapisan, setelah
dimigrasi juga menunjukkan reflektifitas yang lebih baik Maka dari itu secara umum
amplitudo refleksi pada bidang-bidang reflektor didalam penampang termigrasi relatif
lebih jelas terlihat dibandingkan sebelum dimigrasi. Dengan kata lain, kontinuitas
amplitudo refleksi pada fasies seismik yang ditampilkan pada migrated section semakin
optimal.
.
Gambar 6. Penampang Seismik: (a) Sebelum Migrasi; (b) Setelah Migrasi (Sun, S.,
dan Bancroft, J. C., 2001)
a. Stack difraksi yang dikembangkan oleh Kirchoff, sering disebut dengan metode
sumasi Kirchoff, keuntungan utama metode ini adalah mampu memigrasi reflektor curam
dengan baik apabila kualitas data bagus. Tetapi bila data dengan S/N jelek, maka
hasilnya akan rendah mutunya.
d. Migrasi reverse time yang diajukan oleh Baysal 1983. Serupa dengan metode ke-3
di atas, hanya dengan metode ini, ekstrapolasi dilakukan dalam arah koordinat waktu
negatif, bukan sepanjang koordinat ruang seperti pada metode-metode lainnya. Contoh
hasil migrasi dengan metode ini diberikan pada gambar 7.
Gambar 7. Contoh Sebelum dan Sesudah Migrasi Suatu Penampang Seismik dengan
Metode F-K Stolt.(Sun, S., dan Bancroft, J. C., 2001)
Berikut mata kuliah utama dan pilihan yang sudah dan sedang akan diambil hingga waktu
kuliah praktik tiba, sehingga dapat mendukung topik kerja praktik yang diajukan.
IX. Pembimbing
Saat berada di Instansi terkait diharapkan dapat disediakan oleh instansi tersebut
sedangkan untuk pembimbing di kampus berasal dari salah satu staf pengajar/dosen di
Program Studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera.
X. Penutup
Demikianlah usulan kerja praktik ini kami ajukan. Besar harapan usulan ini dapat
diterima. Semoga hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi PT Elnusa Tbk. agar
dapat memberikan bantuan dan dukungannya. Atas perhatiannya, kami mengucapkan
terima kasih.
Daftar Pustaka
Kruk, V. D. 2001, Reflection Seismic 1, Institut für Geophysic ETH, Zürich : 86 pp.
Telford et al.; Applied Geophysics, Cambridge University Press, 1976
Sismanto, Dr. 2006,Dasar-dasar Akuisisi dan Pengolahan Data Seismik. Lab.Geofisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UGM : hal. 177.
Sun, S., dan Bancroft, J. C. 2001,The Migration Aperture Actually Contribute To The
Migration Result.
Musgrave, A.; Seismic refraction prospecting, Society of Exploration Geophysics,
Tulsa, 1986.