Respons Spektra adala Kurva respons maksimum akibat suatu percepatan gempa terhadap struktur
dengan suatu rentang periode waktu getar. Kurva respons spektra ini didapat dari analisis berbagai
data riwayat gempa yang pernah terjadi di sekitar area lokasi yang ditinjau. Hasilnya diberikan
dalam bentuk peta gempa Ss dan S1 yang dapat digunakan untuk menggenerate kurva spektrum
respons rencana.
Analisis Respons Spektrum telah digunakan lebih dari 40 tahun untuk analisis gedung terhadap
beban dinamik gempa.
Dalam analisis modal respons spektrum, mode getaran dari struktur dipecah kedalam beberapa
mode dimana masing2 mode mendapatkan nilai respons maksimumnya dari kurva respons spektra
yang ada. Respons dari tiap mode ini kemudian digabungkan dengan menggunakan kombinasi
SRSS atau CQC untuk mendapatkan respons sebenarnya. Disini ada tiga pendekatan yang
dilakukan sehingga membuat hasil dari analisis modal respons spektrum ini kurang akurat, yaitu :
1. Nilai diatas merupakan nilai maksimum, bukan aktual yang terjadi pada waktu tertentu
2. Nilai maksimum diatas belum tentu terjadi pada waktu yang bersamaan sehingga
sebenarnya tidak boleh dikombinasikan
3. Kombinasi dengan metode SRSS atau CQC atau ABS akan memberikan nilai yang selalu
positif sehingga menyulitkan dalam kombinasi yang dipengaruhi oleh tanda numeriknya
Namun demikian, karena analisis modal respons spektrum tidak memerlukan kecepatan komputer
yang tinggi dan output yang dihasilkan mudah diproses karena tidak begitu banyak (tidak
memberikan hasil pada setiap step waktu), maka metode analisis ini sangat populer sampai
sekarang. Dengan adanya kemajuan dalam teknologi komputer, maka metode analisis time history
yang lebih akurat sudah dapat dilakukan dengan waktu yang lebih cepat.
2. Analisis Time History
Pada analisis time history, beban percepatan gempa yang terukur pada ground diberikan langsung
pada struktur yang ditinjau sebagai beban percepatan dalam riwayat waktu. Dengan menggunakan
analisis direct integration maka akan diperoleh respons struktur (d,v,a) pada setiap waktu t sesuai
rentang waktu yang diinginkan. Tentu saja apabila jumlah node dan elemen besar, maka output
yang dihasilkan akan sangat besar, karena biasanya rentang waktu beban gempa antara 60-300 detik
dan time step yang digunakan biasanya 0.01 detik.
Kesulitan lain dalam analisis time history adalah, dalam analisis modal spektrum respons
digunakan kurva respons spektra yang diturunkan dari banyak data gempa. Untuk mendapat hasil
yang keandalannya sama, maka analisis time history perlu dilakukan untuk minimal 3-5 data gempa
(kondisi linear) dan 11 data gempa (kondisi nonlinear). Data gempa ini sebelum digunakan perlu
diskalakan dulu terhadap potensi gempa yang akan terjadi dilokasi yang ditinjau, dengan
menggunakan amplitude scaling atau spectral matching.
Kesulitan lainnya adalah tidak mudah untuk mendapatkan data Ground motion untuk lokasi di
Indonesia karena data gempa terbatas. Apalagi bila dibutuhkan sampai 11 data gempa misalnya.
Untuk itu sebagai alternatif bisa digunakan artificial ground motion yang disesuaikan dengan target
spektra yang ada. Jadi kurva spektrum respons masih tetap digunakan, tapi fungsinya berbeda,
untuk mencocokan data ground motion sebelum digunakan dalam analisis time history.
1. Sepasang Ground Motion diaplikasikan dan diputar per 1 derajat dari 0 sampai 180 derajat
2. Nilai Sa dihitung sbb:
3. Nilai Sa diatas diurutkan dari kecil sampai terbesar
4. Nilai Sa diambil sbb:
Note : Nilai RotD berapa yang digunakan tergantung pada design code yang ada. Design code ASCE-7
menggunakan RotD100 sedangkan AASHTO menggunakan RotD50.
3. Prosedur Disain untuk LTHA dan NLTHA menggunakan SNI 1726:2019 dan SNI 8899:2020
Berdasarkan : Koordinat, Kelas Situs, To, Peta Gempa (PGA, Ss, S1)
Deaggregasi, T = 6 sec
Mega Thrust : 60%, 8.3M, 200km
Shallow Crustal : 38%, 7.5M, 180km
Benioff : 2%, 6.3M, 30km
LTHA : Match to 0.9 MCEr (Amplitude matching for 100Rot), 2/3 MCEr for each dir
NLTHA : Match to 1.1 MCEr (Spectral Matching for 100Rot)
Near Fault : Amplitude Matching
Data Ground motion yang diperlukan dapat diperoleh dari BMKG, atau dari database ground
motion yang bertebaran di dunia, antara lain PEER Ground Motion Database, Taiwan, Jepang.
Setiap database mungkin menggunakan format data yang berbeda sedikit, namun dapat dengan
mudah diedit dan disesuaikan. Untuk akses PEER Database, perlu membuat akun dulu.
Database Ground Motion PEER dari UC Berkeley berisi 29000 data ground motion yang dapat
diakses pada web: https://peer.berkeley.edu/peer-strong-ground-motion-databases
Harap diperhatikan bahwa data yang ada :
1. Edukasi perencana struktur untuk data ground motion PEER, respons spektra dan persiapan
untuk analisis time history
2. Mempersiapkan perencana struktur menggunakan SNI 1726-2019
3. Memperkenalkan istilah2 dalam analisis time history dan spectral matching
4. Melakukan amplitude scaling dan spectral matching
Program NSPECTRA ini sangat mudah digunakan dan sudah disediakan beberapa data gempa yang
diambil dari PEER Database.
1. Data ground motion digunakan secara individu dan diambil maks nya masing2
2. Data ground motion digunakan berpasangan dan dicari resultant maksimumnya
3. Tersedia pilihan SRSS, RotD00, RotD50, Rot100
Target Spectra
Nilai PGA, Ss, S1, TL dan Kelas Situs dimasukkan untuk menghasilkan target spektra sesuai SNI 1726-
2019
Respons Spektra untuk data individual masing-masing Ground motion
Kurva spektra yang dihasilkan harus disesuaikan dengan memberikan skala yang sesuai (Amplitude
scaling) atau Spectral matching agar memenuhi Target spectra yang diinginkan pada rentang waktu 0.2*T1
s/d 2.0*To.
Bila ingin dilihat respons riwayat waktu yang ada, perlu dipilih nilai Th tertentu. Kalau Th diberikan nilai 0
maka semua respons riwayat waktu pada semua Time Period akan ditampilkan.
Respons Spektra Resultan dari 2 arah gempa orthogonal (RotD100)