Pada usia 25 tahun Johannes Thiessen Dipersiapkan Tuhan untuk belajar Theologia di
seminari St Chrischma di Switzerland. Setelah tamat belajar di seminari, ia melengkapi diri
untuk menjadi utusan Injil dan ia juga belajar ilmu kedokteran di Rotterdam selama 3 tahun.
Selama belajar di Rotterdam, Tuhan mempertemukan dengan seorang yang bernama Anna
Maria Vink, kemudian menjadi isteri yang setia mendampingi pelayanannya.
KEMBALI KE INDONESIA
Tahun 1922, Thiessen sekeluarga kembali ke Indonesia,
bekerja sama dengan pelopor “gerakan pentakosta” Van
klavern Groesbeek Bernard dari Inggris;
Sulawesi Utara
Air Madidi, Langowan, Manado, Remboken, Tonsea, Modoinding
Sulawesi selatan
Makasar, Tanah Toraja
DI BANDUNG
*29 Maret 1923*
Gereja Gerakan Pentakosta ( Pinksterbeweging) didirikan oleh
Rev. Johanes Thiessen S. R. di Bandung. Dimulai dengan kebaktian-kebaktian menyewa
sebuah gedung Pengadilan Negeri di jalan Gereja, sekarang jalan Perintis Kemerdekaan,
pada malam hari dan hari-hari Minggu.
Papa Thiessen pernah berkata: Di siang hari di tempat itu orang-orang yang jahat dan
bersalah menerima pengadilan dan hukuman, namun pada malam hari mereka dapat
Menerima pengampunan dari Tuhan Yesus.
Bila cuaca panas, udara di dalam gudang demikian panasnya dan bila hujan, suara hujan
diatap seng mengganggu pendengaran.Namun demikian kebaktian-kebaktian berjalan
terus dan dalam waktu singkat gudang tersebut penuh dengan jiwa-jiwa yang haus dan
lapar akan Firman Tuhan sampai keluar gudang.
Mulailah terasa untuk mendapatkan satu tempat ibadah yang lebih layak. Melalui satu
permulaan doa yang tak henti-henti dari Jemaat dan Gembala Jemaat saat itu, Tuhan
telah menyatakan kasihNya dalam waktu yang tidak terlalu lama, Tuhan menyediakan
tempat, sebidang tanah yang diperlukan anak-anakNya terletak di jalan Semar 36,
Bandung.
DI BANDUNG
*29 Juni 1961* Dilakukan peletakan batu pertama oleh Tua-Tua Gereja dan Gembala Jemaat
Pdt. JD. Jaquet dimulainya pembangunan gedung Gereja Gerakan Pentakosta berukuran
10 x 20 m. Pembangunan dimulai tanpa adanya dana, begitu pula rencana anggaran dan
para pelaksana terdiri dari tenaga-tenaga sukarelawan Jemaat.
*Tahun 1962* awal, setelah pembangunan memakan waktu kurang lebih 8 bulan
gedung Gereja Gerakan Pentakosta jalan Semar 36, Puji Tuhan dapat diresmikan/
ditahbiskan. Mei 1967 Pdt. J.D. Jaquet sekeluarga pulang ke Negeri Belanda dan
pengembalaan selanjutnya oleh Pdt. Sie Boen Siet dari Tasikmalaya. Jemaat
terus berkembang dan Gereja seluas 10 x 20 m sudah terasa tidak dapat
menampung jiwa-jiwa yang Tuhan kirim. Perluasan Gedung Gereja tidak dapat
ditangguhkan.
Jikalau kita saat ini berada dalam gedung Gereja yang kokoh dan cukup layak itu semata
-mata karena kasihNya yang dinyatakan kepada JemaatNya memberikan sarana ini untuk
dapat lebih mengimbangi perkembangan Jemaat yang bertambah dengan wajar.
Lewat Tim Pelayanan Shalom yang dibentuk tahun 1990-an, Api Pentakosta terus
menyebar ke seluruh Indonesia. TPS turut mendukung dalam pelayanan penginjilan,
kesehatan, dan pembangunan gedung2 gereja di Sumut, Riau, Lampung, Kalbar,
Kalteng, Toraja, NTT, dan daerah2 lainnya di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2010, GGP Shalom membeli sebuah rumah tua di depan lokasi gereja,
Jl. Semar 11 sehingga dapat berdiri Shalom Center, yang telah banyak berperan dalam
Pembinaan jemaat, Pelatihan PI, Kelas SM dan Tunas dan Kebaktian Nuansa Sunda.
Pos Pelayanan GGP Shalom sekarang berada di Ujung Berung, Cinunuk, Pos Pertanian
Terpadu di Cikubang, dan Pemancar Radio Komunitas Kristen Sunda di Palalangon
(Radio Citra Kasih FM 107.9 MHz).
DI BATAVIA / JAKARTA
Pada tahun 1925, Pinksterbeweging meluas ke kota Jakarta.
Awalnya seorang ibu dari Jakarta berkunjung ke rumah keluarga Teffer.
Ibu ini melihat perubahan besar dalam keluarga Teffer dan setelah mendengar
kesaksian mulai terbuka hatinya. Ia datang dalam kebaktian dan kemudian
menerima kebangunan rohani.
Sekembalinya di Jakarta , mulailah ia bersaksi kepada keluarganya mengenai apa
yang dilihat dan dialaminya dalam kebaktian di Pinksterbeweging sambil
memberikan beberapa majalah “Dis is Het”. Waktu Mama Wetters membaca
tersebut ia berkata :”Inilah kebenaran, undanglah Tuan Thiessen datang ke sini”. Dan
mulailah kumpulan Pinkster yang pertama di Jakarta, yaitu di rumah keluarga
wetters di Jalan Kebon sirih Nomor 49.
J. Thiessen berkotbah mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dan
semua yang mendengarkan Firman Tuhan tersentuh hatinya dan kemudian menjadi
saksi-saksi yang hidup. Jemaat Pinkster di Jakarta ini berkembang pesat sehinga
kemudian mereka menyewa sebuah rumah di Jalan Kwitang No 6. Jiwa-jiwa yang
dimenangkan kemudian minta dibaptiskan dalam air termasuk diantaranya putera J.
Thiessen sendiri yaitu Hendrik Thiessen dan istrinya. Sementara itu jemaat di kota
Jakarta berkembang terus, sehinga akhirnya .Thiessen mengambil alih sebuah
gedung bekas Gereja Methodis di Jl Kramat Soka No 4 karena Misi Gereja Methodis
pindah ke Sumatra.
DI DEPOK
DI PADALARANG
“Pinksterbeweging” dirintis oleh Sdr. Tan Siong Som (kemudian
menetap di negeri Belanda). Ia yang membiayai dan membangun gedung
gereja dari hasil hadiah hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 pada
tahun 1955. Pelayanan di Padalarang dilayani oleh Pdt. Toemiran dan
kemudian diteruskan oleh Pdt. Vecky Tambalean dimana pada masanya
dilakukan pembangunan sehingga menjadi gedung gereja yang cukup
besar dan megah.
DI SUKABUMI
“Pinksterbeweging” di kota sukabumi mulai di kalangan orang
Tionghoa yang dipelopori oleh Sdr.Tan Kim Lee. Juga di kota ini banyak
jiwa dimenangkan untuk Tuhan, banyak yang disembuhkan dari segala
macam penyakit, sehingga “Pinksterbeweging” berkembang dengan pesat
DI CIANJUR
Tahun 1929 J.Thiessen mulai merintis ke Cianjur, dengan mula-mula
menyewa sebuah rumah di Jl.Raya milik Ny Picis Kebaktian pertama
dihadiri banyak pengunjung, karena beliau memasang spanduk di depan
gereja dengan huruf-huruf yang besar berbunyi: “Zonder uang bisa
sembuh, zonder obat bisa sembuh”
Namun kebaktian-kebaktian selanjutnya hanya diikuti oleh bangku-
bangku yang kosong, hanya ada 3 hamba Tuhan yang berdoa di tengah-
tengah bangku-bangku yang kosong supaya Tuhan kirim jiwa-jiwa untuk
berbakti. Puji Tuhan, Jumlah anggota jemaat bertambah dari waktu ke
waktu dan mujizat-mujizat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah jemaat.
DI CIANJUR
Seorang ibu menderita penyakit gondok sebesar kelapa di lehernya,
disembuhkan setelah didoakan oleh J .Thiessen, dan mujizat demi
mujizat Tuhan dinyatakan melalui kuasaNya. Gereja di Jl. Raya ini
berlangsung selama 2 tahun (1929-1931) para pelayannya” .
Thiessen dibantu oleh Br. William The, Br.Bronkhorst. Tahun 1931 dari
Jl.Raya, gereja pindah ke Warujajar di rumah bapak Kim Ciok, Jemaat
berkembang menjadi 50 orang, kalau kebaktian ruangan menjadi penuh,
selanjutnya Gereja pindah lagi dari Warujajar ke Bojong herang, Jl.Taifur
Jusuf dan berlangsung selama 10 tahun (1931-1941).
Mulai dirasakan perlunya sebuah Gedung Gereja di mana jemaat
Tuhan beribadah dengan tenang dan nyaman, tahun 1956 atas gerakan
dari 3 ibu-ibu, telah dapat dibeli sebidang tanah di Jl Bojong meron
dengan harga Rp 36.000 dan selanjutnya dapat dibangun sebuah Gedung
Gereja Pinksterbeweging “PNIEL” Cianjur; sekarang bernama Jl.H.Agus
Soleh No. 23
DI MALANGBONG
Sebuah kota terletak 68 Km sebelah Timur Bandung di Kabupaten Garut.
Diawali dengan sebuah mujizat kesembuhan yang dinyatakan kepada seorang
ibu, bernama ibu Wadon Johana. Mengalami sakit tubuh yang parah. Berobat
kepada dokter dan kepercayaan lain, namun penyakit makin menjadi parah.
Dalam keadaan yang kritis , ibu ini diperkenalkan dengan seorang ibu yang
sudah di dalam Tuhan (Zr Thoa Toan Po) anggota gereja “Pinksterbeweging” yang
tinggal di Jl, Cibadak Bandung. Pada suatu saat ibu ini dapat mendengar Injil
yang disampaikan oleh ibu-ibu yang melawat dari Gereja Pinksterbeweging
Litsonlaan, ia berserah dan menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya dan saat itu
kuasa Tuhan dinyatakan setelah didoakan, ia dapat bangun, bahkan dia minta
makan.
Untuk membalas cinta kasih Tuhan, Ibu Wadon Johana pada Tahun 1931
menyerahkan sebuah bangunan/rumah ukuran 4 X10 m2 untuk dipergunakan
sebagai tempat ibadah, terletak di Jl. Raya Malangbong-Kab Garut. Kebaktian-
kebaktian dilayani oleh Bapak Wilian The (The Koei Liang), Bapak. Bronkhorst
dan, Henk Thiessen. Kebaktian terhenti dengan masuknya tentara Jepang.
Keluarga ini berpindah tinggal di Bandung malalui Tasikmalaya, sehingga
sampai saat ini belum ada yang merintis kembali
DI JAWA TENGAH
Perkembangan Gereja Gerakan Pentakosta mulai memasuki wilayah
yang lebih jauh yakni ke Jawa Tengah yang banyak dilayani oleh Theo
Thiessen.
DI SEMARANG
Di kota dagang terbesar di Jawa tengah ini, “Pinksterbeweging”
dimulai dengan pemberitahuan melalui iklan surat kabar. Iklan tersebut
cukup mendapat respon dan cukup banyak yang hadir dalam kebaktian-
kebaktian yang dilayani oleh Br. Maud Rakers dan Br.Van Klaveren.
Karena keluarga Klavern tidak tahan dengan iklim di sini, akhirnya
mereka kembali ke Negeri Belanda. Pelayanan di kota ini tidak ada yang
melanjutkan dan terhenti. Pdt. Abraham Gunawan kemudian
melanjutkan perintisan di Semarang sehingga sekarang berdirilah sebuah
gereja GGP yang sangat indah di Semarang.
DI YOGYAKARTA
Jemaat “Pinksterbeweging” di kota Gudeg ini dilayani oleh Br. Thoepilus
Thiessen (Putera .Thiessen) dan dibantu oleh Br Maud Rakers dan Br. Van
Hugten. Sangat disayangkan setelah Br.Theo Thiessen dipanggil Tuhan, tidak ada
yang melanjutkan pelayanan, sehingga akhirnya ditutup.
GGP di Jogja dan Klaten kemudian dirintis kembali, sehingga sekarang ada 3
GGP : GGP Merapi, GGP Klaten dan GGP di Wates.
Tahun 2018 sebelum gempa Palu telah berdiri juga satu GGP yang baru di
Palu.
DI JAWA TIMUR
Berita adanya mujizat dan “Pinksterbeweging terus meluas ke wilayah
Jawa Timur yang di bawa oleh saudara saudara yang menerima berita ini
di Jawa Barat.
DI LAWANG
Kota kecil di Jawa Timur ini juga menerima berkat Tuhan melalui
Pinnkster Beweging. Tahun 1942 Tentara Jepang masuk ke Indonesia,
banyak Hamba-hamba Tuhan ditangkap, antara lain Br.Maud Rakers, Br.
Arnold Bik, Br. R.Teffer dan banyak anggota jemaat terpaksa mengungsi,
akhirnya semua tercerai berai seperti domba-domba yang kehilangan
Gembalanya.
Namun mereka tetap setia kepada Yesus Kristus. Tahun 1948-1954 ada
seorang hamba Tuhan, Bapak Drio melayani dan memimpin jemaat di
Lawang yang kemudian menyerahkannya kepada Sdr Lie Tjin Boen.
Tempat ibadah di Jl. Anjasmoro N0 6 Lawang
JAWA TIMUR
Setelah kepemimpinan perintis GGP Jawa Timur yg dimulai di Lawang
dengan berbagai tanda mujizat oleh Bapak pdt Drio, maka tahun 1955
kepercayaan pelayanan diserahkan kepada Bapak Lie Tjin Boen (Budi Listiyo
orang tua pdt Grasce Massie dan Pak Jimmy Wahyudi).
Kebaktian mulai di kel Lie Tjin Boen, selamas beberapa saat pelayanan di
bantu oleh Pdt William Pantouw dari Surabaya.
Setelah itu diteruskan oleh Pdt Hendrik Momongan ( pemuda GGP
Ecclesia Christi ) selama kurang lebih 8 tahun, lalu diteruskan oleh beberapa
pendeta lain secara sementara, sampai akhirnya datanglah Pdt Wellem
Sumolang yang kemudian menggembalakan GGP lawang.
Setelah itu, terjadi perkembangan yg luar biasa dengan dibukanya pos
Purwodadi, Pogal, wilayah Banyuwangi, dan terakhir di Surabaya.
Kemudian pada tgl 9 maret 1973, tibalah sepasang suami isteri yang baru
saja menikah diutus oleh Majelis Pusat GGP untuk ke Jawa Timur (Lawang).
Mereka mendapat tugas untuk menyelesaikan urusan di Jawa Timur, dengan
batasan waktu 3 bulan selesai. Karena Anugerah Pertolongan Tuhan semua
dapat diselesaikan dengan baik.
JAWA TIMUR
Sebagai koordinator GGP Jawa Timur dan gembala GGP Lawang, maka
mulailah peningkatan pengembangan menyeluruh di jawa Timur, sementara
gedung GGP Lawang dibongkar diganti dengan bangunan baru, dan dengan
berkat Tuhan dapat diselesaikan dengan baik.
Dilain tempat, oleh sebab satu dua hal maka GGP di Banyuwangi tidak
dapat diteruskan lagi.
Pelayanan dilanjutkan terus-menerus, antara lain dengan dibukanya pos PI
Surabaya dari tempat ibadah di keluarga Ibu Subroto, kemudian pindah di
Karangbulak, lalu kemudian ke Jl. Cempaka 35 yg di gembalakan oleh Pdt Dr
John Massie.
Atas perkembangan GGP “Sola Gratia” Surabaya maka telah dibuka
beberapa pos seperti :
●
GGP “Sola Gratia” Delta sari
●
GGP “Sola Gratia” Kupang Indah
●
GGP “Sola Gratia” Keputih
●
GGP “Sola Gratia” Kertajaya
●
GGP “Sola Gratia” Kedurus
JAWA TIMUR
Beberapa tahun lalu juga telah dibukaGGP Sola Gratia Malang dibawah
penggembalaan pdt Sugeng witono.
Semua ini sedang terus terjadi perkembangan GGP jawa Timur dan Bali.
Sejak beberapa tahun lalu GGP jawa Timur telah menjalin hubungan yg baik
dengan Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia ( LEPKI ) maka GGP telah ikut
mendirikan sebuah Sekolah Theologia yang sekarang bernama STELA di
Ampel Gading, malang selatan.
MAJELIS PUSAT
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial
MAJELIS DAERAH
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial
MAJELIS WILAYAH
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial
MAJELIS JEMAAT
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial
JEMAAT GGP
PENUTUP
Karena anugrah Tuhan Yesus saja, Gereja Gerakan Pentakosta – Pinkster
Beweging telah menyebarkan api Injil dan api Roh Kudus sejak thanun 1923
sampai sekarang. Walaupun pelayanan ini hanya dimulai dengan 1 orang saja
dan tidak didukung oleh lembaga yang besar, bahkan pada awalnya tidak
berbentuk suatu organisasi yang terstruktur.
Kalau dilihat dari sejarahnya, api pentakosta itu selalu diteruskan dari satu
daerah ke daerah lain, sehingga terbuka pelayanan di daerah lain. Sesuai
dengan namanya, Gerakan Pentakosta. Kita berdoa agar api yang telah
menjalar ke seluruh Indonesia tidak berhenti di satu tempat tetapi terus
disalurkan ke tempat lain sehingga seluruh Indonesia penuh kemuliaanNya.