Anda di halaman 1dari 36

SEJARAH PERKEMBANGAN

GEREJA GERAKAN PANTEKOSTA


DI INDONESIA

diambil dari bahan


Pdt. Dr. Hizkia Soewignjo, M.Th.
Gereja Gerakan Pentakosta (GGP)
adalah sebuah lembaga gerejawi yang di
akui sebagai badan hukum dengan no.
17 tahun 1973 dan surat keputusan
Dirjen Bimas (Kristen) Protestan
Departemen Agama Republik Indonesia
nomor 7 tahun 1989 dengan sebutan
singkatan GGP. Dalam hubungan
dengan Gereja Gereja lain di Indonesia ,
GGP sebagai anggota Persekutuan
Gereja Gereja Indonesia dan
Persekutuan Injili Indonesia.
LAHIRNYA
GERAKAN PENTEKOSTA SEDUNIA
Lahirnya “ Gerakan Pentakosta” memiliki dua pendapat tentang waktu
yang berbeda dengan tempat dan tokohnya. Ada yang mengatakan bahwa “
Gerakan Pentakosta” lahir tanggal 1 Januari 1901. Yaitu ketika Agnes Ozman
seorang mahasiswa dari sekolah Alkitab yang didirikan oleh Ch.P.Parham
(sekitar oktober 1900) di Topeka, Kansas mulai berbicara dengan bahasa roh
sesudah Parham menumpangkan tangan ke atasnya.

Ada pula yang berpendapat lain. Yaitu menurut mereka “Gerakan


Pentakosta” lahir pada tanggal 9 April 1906 di Los Angeles ketika tujuh
orang dalam suatu kebaktian yang dipimpin oleh W.J. Seymour, menerima
(dibaptis dengan’) Roh Kudus dan mulai berbicara dalam bahasa roh.
Walaupun berbeda, baik Agnes Ozman maupun Seymour adalah murid-
murid dari Parham.
“Pemenuhan (baptisan) dengan Roh Kudus
dan Berbicara dengan bahasa-roh”

Adalah kejadian yang menyebabkan lahirnya


Gerakan Pentakosta!
BERDIRINYA
GEREJA GERAKAN PENTEKOSTA
DI INDONESIA
TOKOH PENDIRI
Sejarah Gereja Gerakan Pentakosta tidaklah dapat
dipisahkan dari tokoh pendirinya (Perintis) Johannes
Gerhard Thiessen yang kemudian dikenal dengan
panggilan “ Papa Thiessen”. Lahir pada tanggal 22
Nopember 1869 di Kitchkas-UKRAINA dari keluarga
yang mengasihi Tuhan.
Pada suatu hari di Tahun 1888 Tuhan Menyatakan
Firmannya kepada keluarga Thiessen dan berkata
kepada Yohannes:” Kamu akan menjadi utusanKu di
Pulau Sumatera, Aku akan membukakan pintu
gerbang bagimu.”Visi dari Tuhan tersebut terus
menerus mengema dalam hati dan jiwa pemuda
Johannes Thiessen untuk menjadi utusan Tuhan ke
Indonesia.

Pada usia 25 tahun Johannes Thiessen Dipersiapkan Tuhan untuk belajar Theologia di
seminari St Chrischma di Switzerland. Setelah tamat belajar di seminari, ia melengkapi diri
untuk menjadi utusan Injil dan ia juga belajar ilmu kedokteran di Rotterdam selama 3 tahun.
Selama belajar di Rotterdam, Tuhan mempertemukan dengan seorang yang bernama Anna
Maria Vink, kemudian menjadi isteri yang setia mendampingi pelayanannya.
KEMBALI KE INDONESIA
Tahun 1922, Thiessen sekeluarga kembali ke Indonesia,
bekerja sama dengan pelopor “gerakan pentakosta” Van
klavern Groesbeek Bernard dari Inggris;

Kebangunan rohani pertama diadakan di Cepu, Jawa


Tengah yakni tgl 23 Maret 1923. Mujizat kuasa Tuhan
terjadi, banyak orang sakit disembuhkan dan menerima
baptisan Roh Kudus.

Dari Cepu, ke Surabaya tgl 12 April dan ke Bandung tgl 20


mei 1923, Thiessen kemudian mengambil keputusan
untuk memulai dan mendirikan sendiri “Pinkster
Beweging” di Bandung.

Hal ini sesuai dengan kesepakatan dengan parah tokoh


pentakosta lainnya, dimana Papa Thiessen ditugaskan ke
Jawa bagian barat dan yang lainnya ke Jawa bagian timur.

GEREJA GERAKAN PENTAKOSTA TAHUN 1923 – 1953


Masih memakai nama belanda “Pinkster Beweging” dan belum berbentuk suatu
Lembaga atau badan hukum.
TOKOH TOKOH MASA AWAL

Johannes Gerhard Thiessen - Perintis dan pendiri


Jo Thiessen - Anak pendiri membantu pelayanan di Jakarta
Theopilus Thiessen - Membantu pelayanan di jawa Tengah
Hendrik Thiessen - Menjadi penerus pelayanan Thiessen.
Hoogwinkel - Pelayanan di Jakarta, kemudian pindah ke Belanda
H.P. Sinyal - Perintis di Sulawesi Selatan
Lawrence sumaraw - Gembala GGP Langowan
USAHA DAN KARYA PELAYANAN 1923- 1953
Dikeluarkannya izin Gubernur jenderal SK no 28 tertanggal 4 juli 1924.

Melalui kesaksian, dan penginjilan terjadi kumpulan Pinkster beweging di Air


Madidi – Manado, Sulawesi Selatan, Jakarta, dan berkembang di pulau Jawa.

SISTEM KEPEMIMPINAN ORGANISASI


Tidak berorganisasi dan sifat persekutuan/kumpulan, semua langsung diatur
Thiessen.
JEMAAT /KUMPULAN YANG DIRINTIS MASA AWAL
Jawa
Bandung , Jakarta , Depok, Bogor, Cirebon, Cimahi, Padalarang,
Sukabumi, Cianjur, Malangbong, Tasikmalaya, Semarang, Yogyakarta,
Gombong, Lawang.

Sulawesi Utara
Air Madidi, Langowan, Manado, Remboken, Tonsea, Modoinding

Sulawesi selatan
Makasar, Tanah Toraja
DI BANDUNG
*29 Maret 1923*
Gereja Gerakan Pentakosta ( Pinksterbeweging) didirikan oleh
Rev. Johanes Thiessen S. R. di Bandung. Dimulai dengan kebaktian-kebaktian menyewa
sebuah gedung Pengadilan Negeri di jalan Gereja, sekarang jalan Perintis Kemerdekaan,
pada malam hari dan hari-hari Minggu.

Papa Thiessen pernah berkata: Di siang hari di tempat itu orang-orang yang jahat dan
bersalah menerima pengadilan dan hukuman, namun pada malam hari mereka dapat
Menerima pengampunan dari Tuhan Yesus.

Selanjutnya kebaktian-kebaktian berpindah-pindah kerumah-rumah yang disediakan


Jemaat : a.l. Jalan Cibadak kemudian di jalan Marjuk 11 sampai tahun 1959. Karena ada
ketidaksepahaman dalam penterjemahan istilah Pinksterbeweging dan struktur organisasi
Baru yang dibentuk, maka sebagian jemaat tidak mau ikut bergabung dalam organisasi
Gereja Gerakan Pentakosta yang diresmikan tahun 1959, dan memilih menjadi Gereja
Pergerakan Kristus, yang sampai saat ini masih beribadah di Jl. Marjuk 11.
DI BANDUNG
*1 Januari 1959*
Sepulangnya Pdt. Hendrik Thiessen ke Negerinya, sebagian Jemaat kurang lebih 40 orang,
dipimpin oleh Pdt. J. D. Jaquet pindah dari jalan Marjuk 11 dan beribadah disebuah
gudang Tapioka beratap Seng tanpa jendela di jalan Moh. Ishak No. 5.

Bila cuaca panas, udara di dalam gudang demikian panasnya dan bila hujan, suara hujan
diatap seng mengganggu pendengaran.Namun demikian kebaktian-kebaktian berjalan
terus dan dalam waktu singkat gudang tersebut penuh dengan jiwa-jiwa yang haus dan
lapar akan Firman Tuhan sampai keluar gudang.

Mulailah terasa untuk mendapatkan satu tempat ibadah yang lebih layak. Melalui satu
permulaan doa yang tak henti-henti dari Jemaat dan Gembala Jemaat saat itu, Tuhan
telah menyatakan kasihNya dalam waktu yang tidak terlalu lama, Tuhan menyediakan
tempat, sebidang tanah yang diperlukan anak-anakNya terletak di jalan Semar 36,
Bandung.
DI BANDUNG
*29 Juni 1961* Dilakukan peletakan batu pertama oleh Tua-Tua Gereja dan Gembala Jemaat
Pdt. JD. Jaquet dimulainya pembangunan gedung Gereja Gerakan Pentakosta berukuran
10 x 20 m. Pembangunan dimulai tanpa adanya dana, begitu pula rencana anggaran dan
para pelaksana terdiri dari tenaga-tenaga sukarelawan Jemaat.

*Tahun 1962* awal, setelah pembangunan memakan waktu kurang lebih 8 bulan
gedung Gereja Gerakan Pentakosta jalan Semar 36, Puji Tuhan dapat diresmikan/
ditahbiskan. Mei 1967 Pdt. J.D. Jaquet sekeluarga pulang ke Negeri Belanda dan
pengembalaan selanjutnya oleh Pdt. Sie Boen Siet dari Tasikmalaya. Jemaat
terus berkembang dan Gereja seluas 10 x 20 m sudah terasa tidak dapat
menampung jiwa-jiwa yang Tuhan kirim. Perluasan Gedung Gereja tidak dapat
ditangguhkan.

*Tahun 1968* Dimulai perluasan bangunan Gereja dari ukuran 10 x 20 m menjadi


24 x 26 m. Perencanaan dan pelaksanaan dipimpin oleh salah seorang Sarjana
Teknik Sipil : Ir. Paul Retika M.Sc.
DI BANDUNG
*Tahun 1970* Pdt. Sie Boen Siet melayani di Tasikmalaya, dan Tuhan tetapkan sebagai
gantinya Pdt. Jusak Jonathan dari Jakarta sebagai Gembala Jemaat.
Tahun 1971 Dibangun Pastori dan Kantor Sekretariat bertingkat dibahagian belakang
gereja. Tahun 1983 Pdt. Jusak Jonathan dipanggil pulang oleh Tuhan ke sorga. Setelah
memiliki Pejabat Gembala alm. Pdt. Kaolan Abdul Majid selama 2 tahun, maka
pada tahun 1985 Tuhan tetapkan seorang hambaNya dari Jakarta sebagai Gembala
Jemaat yaitu Pdt. Almon M. Retika hingga sekarang.

Jikalau kita saat ini berada dalam gedung Gereja yang kokoh dan cukup layak itu semata
-mata karena kasihNya yang dinyatakan kepada JemaatNya memberikan sarana ini untuk
dapat lebih mengimbangi perkembangan Jemaat yang bertambah dengan wajar.

*26 September 1990*


Pemugaran menyeluruh/total gedung Gereja dimulai untuk memenuhi kekurangan
Sarana /kelas Sekolah Minggu, Remaja dan kebaktian Kaum Muda.

*19 Desember 1992*


Dengan memanjat puji syukur kepada Dia yang memungkinkan segala-galanya ini,
pembangunan gedung bertingkat telah dapat diselesaikan dan siap untuk dipakai.
DI BANDUNG
GGP Shalom Bandung terus melahirkan GGP yang baru antara lain GGP Kiaracondong,
GGP Soli Deo Cikalong dan GGP Shalom Victory Banjaran. Jemaat dan pelayan GGP
Shalom juga membantu dalam pendirian GGP Lampung (Pdt. Jimmy Mihardja),
GGP PSCC Jayapura (Pdt. Dr. James Timothy) dan GGP Shalom Bali (Pdt. Anthony).

Lewat Tim Pelayanan Shalom yang dibentuk tahun 1990-an, Api Pentakosta terus
menyebar ke seluruh Indonesia. TPS turut mendukung dalam pelayanan penginjilan,
kesehatan, dan pembangunan gedung2 gereja di Sumut, Riau, Lampung, Kalbar,
Kalteng, Toraja, NTT, dan daerah2 lainnya di seluruh Indonesia.

Pada tahun 2010, GGP Shalom membeli sebuah rumah tua di depan lokasi gereja,
Jl. Semar 11 sehingga dapat berdiri Shalom Center, yang telah banyak berperan dalam
Pembinaan jemaat, Pelatihan PI, Kelas SM dan Tunas dan Kebaktian Nuansa Sunda.

Pos Pelayanan GGP Shalom sekarang berada di Ujung Berung, Cinunuk, Pos Pertanian
Terpadu di Cikubang, dan Pemancar Radio Komunitas Kristen Sunda di Palalangon
(Radio Citra Kasih FM 107.9 MHz).
DI BATAVIA / JAKARTA
Pada tahun 1925, Pinksterbeweging meluas ke kota Jakarta.
Awalnya seorang ibu dari Jakarta berkunjung ke rumah keluarga Teffer.
Ibu ini melihat perubahan besar dalam keluarga Teffer dan setelah mendengar
kesaksian mulai terbuka hatinya. Ia datang dalam kebaktian dan kemudian
menerima kebangunan rohani.
Sekembalinya di Jakarta , mulailah ia bersaksi kepada keluarganya mengenai apa
yang dilihat dan dialaminya dalam kebaktian di Pinksterbeweging sambil
memberikan beberapa majalah “Dis is Het”. Waktu Mama Wetters membaca
tersebut ia berkata :”Inilah kebenaran, undanglah Tuan Thiessen datang ke sini”. Dan
mulailah kumpulan Pinkster yang pertama di Jakarta, yaitu di rumah keluarga
wetters di Jalan Kebon sirih Nomor 49.
J. Thiessen berkotbah mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali dan
semua yang mendengarkan Firman Tuhan tersentuh hatinya dan kemudian menjadi
saksi-saksi yang hidup. Jemaat Pinkster di Jakarta ini berkembang pesat sehinga
kemudian mereka menyewa sebuah rumah di Jalan Kwitang No 6. Jiwa-jiwa yang
dimenangkan kemudian minta dibaptiskan dalam air termasuk diantaranya putera J.
Thiessen sendiri yaitu Hendrik Thiessen dan istrinya. Sementara itu jemaat di kota
Jakarta berkembang terus, sehinga akhirnya .Thiessen mengambil alih sebuah
gedung bekas Gereja Methodis di Jl Kramat Soka No 4 karena Misi Gereja Methodis
pindah ke Sumatra.
DI DEPOK

Sekelompok orang yang telah menyaksikan kebaktian di Jakarta (waktu


itu masih di Jalan Kwitang No.6) mengundang J. Thiessen ke Depok untuk
mengadakan kebaktian di rumah saudara Silas Jacob. Dalam kebaktian yang
diadakan banyak jiwa bertobat, orang sakit disembuhkan oleh kuasa Tuhan
dan ada pula yang menerima baptisan Roh Kudus.

Meskipun demikian tantangan dan percobaan selalu ada yaitu di mana


orang-orang yang pulang setelah mengikuti kebaktian ada yang dilempari
dengan telur busuk oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Akhirnya di Depok terbentuk satu Sidang Jemaat yang manis dan


dilayani oleh Henk Thiessen dan dibantu oleh beberapa Hamba Tuhan yang
lain. Tetapi sayang karena kekurangan pengerja pada waktu itu, akhirnya
tidak ada yang meneruskan pelayanan di tempat itu.
DI BOGOR
Seorang jemaat “Pinksterbeweging” yang pindah dari Cilacap ke kota
ini bernama sdr Kliwon ia mengundang Jo Thiessen Jr. untuk
mengadakan kebaktian di rumahnya di Jalan Waringin.

Kebaktian dimulai dengan beberapa orang saja, tetapi kemudian


berkembang, sehingga harus dipindahkan ke gedung di depan kantor Pos
( Sekarang Jl Ir.H.Juanda) .

Dahulu gedung tersebut seluruhnya disewa oleh Henk Thiessen dan


Br Maud Rahers yang tinggal di paviliun dan melayani jemaat tersebut.
DI CIREBON
Pada mulanya kebaktian diadakan atas undangan kedua bersaudara
Wetters yang mempunyai usaha jual beli mobil di kota ini. Menurut
rencana keluarga wetters kebaktian akan diadakan dalam showroom
(ruang pamer) yang cukup luas, karena kebetulan stock (persediaan)
mobil yang ada sedang kosong. Waktu J. Thiessen datang memenuhi
undangan ini, ternyata showroom tersebut penuh dengan mobil baru
untuk dijual.

Tetapi kedua bersaudara Wetters telah mengambil keputusan bahwa


showroom tersebut akan disediakan untuk kebaktian pada malam hari
walau dengan resiko apapun. Kemudian terjadi mujizat yang heran,
semua mobil yang ada dalam showroom tersebut terjual habis pada siang
hari itu juga, sehingga kebaktian dapat dilangsungkan pada malam hari
itu dengan banyak pengunjung. Juga di Kota Cirebon ini tidak ada yang
meneruskan pekerjaan yang telah dirintis oleh Thiessen.
DI CIMAHI
Kumpulan di Cimahi dimulai pada tahun 1926 dengan 8 orang di
rumah seorang mengusaha jual beli mobil bernama Br. Hoffnagel di
Cantinweg (sekarang disebut Jalan Gatot Subroto).
Jemaat dengan cepat berkembang oleh karena mendengar injil yang
disertai dengan tanda-tanda heran, sehingga pada akhirnya dibangun
sebuah gedung gereja yang dapat menampung kira-kira 200 orang.
GGP Cimahi sekarang telah berkembang menjadi besar dan sangat aktif.

DI PADALARANG
“Pinksterbeweging” dirintis oleh Sdr. Tan Siong Som (kemudian
menetap di negeri Belanda). Ia yang membiayai dan membangun gedung
gereja dari hasil hadiah hari ulang tahun pernikahannya yang ke-25 pada
tahun 1955. Pelayanan di Padalarang dilayani oleh Pdt. Toemiran dan
kemudian diteruskan oleh Pdt. Vecky Tambalean dimana pada masanya
dilakukan pembangunan sehingga menjadi gedung gereja yang cukup
besar dan megah.
DI SUKABUMI
“Pinksterbeweging” di kota sukabumi mulai di kalangan orang
Tionghoa yang dipelopori oleh Sdr.Tan Kim Lee. Juga di kota ini banyak
jiwa dimenangkan untuk Tuhan, banyak yang disembuhkan dari segala
macam penyakit, sehingga “Pinksterbeweging” berkembang dengan pesat

DI CIANJUR
Tahun 1929 J.Thiessen mulai merintis ke Cianjur, dengan mula-mula
menyewa sebuah rumah di Jl.Raya milik Ny Picis Kebaktian pertama
dihadiri banyak pengunjung, karena beliau memasang spanduk di depan
gereja dengan huruf-huruf yang besar berbunyi: “Zonder uang bisa
sembuh, zonder obat bisa sembuh”
Namun kebaktian-kebaktian selanjutnya hanya diikuti oleh bangku-
bangku yang kosong, hanya ada 3 hamba Tuhan yang berdoa di tengah-
tengah bangku-bangku yang kosong supaya Tuhan kirim jiwa-jiwa untuk
berbakti. Puji Tuhan, Jumlah anggota jemaat bertambah dari waktu ke
waktu dan mujizat-mujizat Tuhan dinyatakan di tengah-tengah jemaat.
DI CIANJUR
Seorang ibu menderita penyakit gondok sebesar kelapa di lehernya,
disembuhkan setelah didoakan oleh J .Thiessen, dan mujizat demi
mujizat Tuhan dinyatakan melalui kuasaNya. Gereja di Jl. Raya ini
berlangsung selama 2 tahun (1929-1931) para pelayannya” .
Thiessen dibantu oleh Br. William The, Br.Bronkhorst. Tahun 1931 dari
Jl.Raya, gereja pindah ke Warujajar di rumah bapak Kim Ciok, Jemaat
berkembang menjadi 50 orang, kalau kebaktian ruangan menjadi penuh,
selanjutnya Gereja pindah lagi dari Warujajar ke Bojong herang, Jl.Taifur
Jusuf dan berlangsung selama 10 tahun (1931-1941).
Mulai dirasakan perlunya sebuah Gedung Gereja di mana jemaat
Tuhan beribadah dengan tenang dan nyaman, tahun 1956 atas gerakan
dari 3 ibu-ibu, telah dapat dibeli sebidang tanah di Jl Bojong meron
dengan harga Rp 36.000 dan selanjutnya dapat dibangun sebuah Gedung
Gereja Pinksterbeweging “PNIEL” Cianjur; sekarang bernama Jl.H.Agus
Soleh No. 23
DI MALANGBONG
Sebuah kota terletak 68 Km sebelah Timur Bandung di Kabupaten Garut.
Diawali dengan sebuah mujizat kesembuhan yang dinyatakan kepada seorang
ibu, bernama ibu Wadon Johana. Mengalami sakit tubuh yang parah. Berobat
kepada dokter dan kepercayaan lain, namun penyakit makin menjadi parah.
Dalam keadaan yang kritis , ibu ini diperkenalkan dengan seorang ibu yang
sudah di dalam Tuhan (Zr Thoa Toan Po) anggota gereja “Pinksterbeweging” yang
tinggal di Jl, Cibadak Bandung. Pada suatu saat ibu ini dapat mendengar Injil
yang disampaikan oleh ibu-ibu yang melawat dari Gereja Pinksterbeweging
Litsonlaan, ia berserah dan menerima Yesus sebagai Juru Selamatnya dan saat itu
kuasa Tuhan dinyatakan setelah didoakan, ia dapat bangun, bahkan dia minta
makan.
Untuk membalas cinta kasih Tuhan, Ibu Wadon Johana pada Tahun 1931
menyerahkan sebuah bangunan/rumah ukuran 4 X10 m2 untuk dipergunakan
sebagai tempat ibadah, terletak di Jl. Raya Malangbong-Kab Garut. Kebaktian-
kebaktian dilayani oleh Bapak Wilian The (The Koei Liang), Bapak. Bronkhorst
dan, Henk Thiessen. Kebaktian terhenti dengan masuknya tentara Jepang.
Keluarga ini berpindah tinggal di Bandung malalui Tasikmalaya, sehingga
sampai saat ini belum ada yang merintis kembali
DI JAWA TENGAH
Perkembangan Gereja Gerakan Pentakosta mulai memasuki wilayah
yang lebih jauh yakni ke Jawa Tengah yang banyak dilayani oleh Theo
Thiessen.

DI SEMARANG
Di kota dagang terbesar di Jawa tengah ini, “Pinksterbeweging”
dimulai dengan pemberitahuan melalui iklan surat kabar. Iklan tersebut
cukup mendapat respon dan cukup banyak yang hadir dalam kebaktian-
kebaktian yang dilayani oleh Br. Maud Rakers dan Br.Van Klaveren.
Karena keluarga Klavern tidak tahan dengan iklim di sini, akhirnya
mereka kembali ke Negeri Belanda. Pelayanan di kota ini tidak ada yang
melanjutkan dan terhenti. Pdt. Abraham Gunawan kemudian
melanjutkan perintisan di Semarang sehingga sekarang berdirilah sebuah
gereja GGP yang sangat indah di Semarang.
DI YOGYAKARTA
Jemaat “Pinksterbeweging” di kota Gudeg ini dilayani oleh Br. Thoepilus
Thiessen (Putera .Thiessen) dan dibantu oleh Br Maud Rakers dan Br. Van
Hugten. Sangat disayangkan setelah Br.Theo Thiessen dipanggil Tuhan, tidak ada
yang melanjutkan pelayanan, sehingga akhirnya ditutup.

GGP di Jogja dan Klaten kemudian dirintis kembali, sehingga sekarang ada 3
GGP : GGP Merapi, GGP Klaten dan GGP di Wates.

Selain di kota-kota tersebut di atas “Pinksterbeweging” juga menjalar ke


Cilacap, Mojosragen, Brasingga sampai ke Cepu (Jawa Tengah).
DI GOMBONG
Di kota kecil inipun “Pinksterbeweging” menjadi alat Tuhan untuk
pemberitaan kabar keselamatan. Tahun 1929 perintis pertama Br. C.J.Hoefnagel
dan Br. Lumeon dan Br. L.B. Huwae.
Tempat kebaktian 1929-1938 disebuah rumah sewa Jl. Dewi Sartika; 1938-1940
di sebuah rumah sewa Jl. Gereja; 1940-1942 kembali ke rumah sewa yang pertama;
1942-1947 berpindah ke desa Sidayu dilayani oleh Br L.B.Huwae. GGP Gombong
selanjutnya dilayani oleh alm Pdt. Sisis dan dilanjutkan oleh mantunya Pdt. Budi.

GGP di Gombong kemudian mengirim beberapa jemaatnya untuk menjadi


transmigran di Lampung. Ketika itu di Lampung ada tetangga mereka yang sakit
jiwa, kemudian mereka menawarkan : apakah mau didoakan dalam Nama Tuhan
Yesus. Keluarga yang sakit kemudian bersedia didoakan dan akhirnya yang sakit
jiwa itu sembuh. Tidak lama kemudian berdirilah GGP di Lampung, yang
sekarang berkembang pesat menjadi 35 GGP di seluruh Lampung Selatan dan
Lampung Tengah.
DI SULAWESI UTARA
Sejak pemberitaan awal ,J. Thiessen melayani banyak tentara tentara
knil yang berasal dari Sulawesi Utara, sehingga ketika mereka pulang,
mereka pun mengadakan kebaktian kebaktian di Sulawesi Utara.

DI AIR MADIDI - TONSEA


Pada tahun 1924, kira-kira bulan Oktober/November, pulang ke Minahasa,
Pantow yang telah menjadi anggota kumpulan Pinksterbeweging di Jawa Barat,
lalu menyaksikan Kasih Tuhan yang telah di alaminya, disertai dengan
mendoakan orang sakit di Airmadidi-Tonsea.
Pekerjaan beliau diiringi Tuhan dengan tanda-tanda mujizat, lalu berhasil
membuatkan suatu kumpulan yang merupakan suatu jemaat. Dalam
perkembangannya beliau dibantu oleh Bolang, yang kemudian meneruskan
pekerjaan memimpin, sekalipun hanya untuk beberapa waktu saja dengan
bantuan pula dengan beberapa saudara, antara lain : Pangemanan, Dayoh,
Tirayoh.
DI LANGOWAN
Pada Tahun 1925 datang di Langowan seorang mantan tentara KNIL
bernama William wangko dari Jawa Barat (Bandung) dan memberitakan
Injil sesuai dengan pengajaran Rasul-rasul pada abad pertama yaitu Injil
yang heran yang penuh dengan kuasa.
Kota Langowan dikejutkan dengan mendengar dan menyaksikan
kuasa Allah yang heran dan ajaib, antara lain orang sakit disembuhkan,
orang mati dibangkitkan kembali. Dengan melihat peristiwa-peristiwa
ajaib ini banyak orang bertobat dan dibaptiskan.Hal ini berjalan dengan
baik sampai tahun 1926.
Pada tahun 1927 ada orang-orang yang tidak setuju dengan pekabaran
Injil ini, sehingga mereka melaporkan kegiatan tersebut kepada
Pemerintah. Laporan ini menyebabkan mereka dikejar-kejar oleh orang-
orang yang tidak setuju tersebut. Tetapi mereka yang telah melihat dan
merasakan akan pekabaran ini (Kuasa Allah yang berlaku) berusaha
mencari jalan untuk dapat berbakti walaupun dengan sembunyi-
sembunyi. Seringkali kebaktian diadakan di kebun, atau sawah pada
waktu malam hari.
DI LANGOWAN
Tahun 1928 L.Sumaraw bersama dengan William Wangko berangkat ke Pulau
Jawa (Bandung) untuk belajar pada. J. Thiessen mengenai Azas
“Pinksterbeweging”, dan kembali ke Langowan Akhir tahun 1928, sebelum
kembali, Pdt L.Sumaraw dibaptis oleh .Thiessen di Jakarta.
Pada tahun 1929 kami mendirikan Gereja di Wolaang, Kecamatan Langowan,
namun sangat disesalkan pada tahun 1930 W.Wangko sebagai pemimpin mulai
tinggi hati sehingga pengajarannya mulai ke luar dari Firman Tuhan dan Kuasa
manusia/roh jahat mulai bekerja. kuasa dalam pelayanan mulai berubah, antara
lain mengajarkan larangan pernikahan. Dalam hal ini Pdt L. Sumaraw tidak dapat
menyetujui ajaran ini, karena tidak sesuai dengan Injil. Peristiwa ini sangat
mengecewakan .
Pada bulan Desember 1932 L. Sumaraw dan istri mendapat ilham dari Tuhan
bahwa mereka akan mengadakan kebaktian sendiri. Hal ini ternyata benar,
karena pada waktu itu datanglah Sdr.L. Schramm dari kota Manado dan
menyatakan bahwa kedatangannya di Langowan berdasarkan Ilham Tuhan.
Pada malam harinya mereka dengan beberapa orang dan Harmen Sumaraw
memulai kebaktian di Wolaang, Kecamatan Langowan terus dan berkembang,
serta jumlah yang hadir semakin bertambah.
DI MANADO
Pelayanan dimulai oleh L. Schramm sekitar tahun 1935, dibantu W
Tintingon , Rompas dari Tanawangko. Tahun 1957 L.Schramm diganti
oleh H.P. Sinyal.
Pekerjaan di Sulawesi Utara berkembang pesat tetapi pada masa
pemerintahan Jepang yaitu lebih kurang pada masa pemerintahan
Jepang, yaitu lebih kurang pada tahun 1942, Bapak M.W Rekers ditahan
dan Bapak L.W Schzaman di non aktifkan oleh sebab kewarganegaraan.
Akhirnya pegawasan pelayanan di seluruh Minahasa- Sulawesi utara
diserahkan kepada Laurens Sumaraw dan pembagian wilayah kerja
ditetapkan sebagai berikut.
1. Wilayah Langowan dipimpin oleh Lawrence Sumaraw
2. Wilayah Manado dipimpin oleh . L.W.Schramen
3. Wilayah Remboken dipimpin oleh H.A Mandias
4. Wilayah Tonsea dipimpin oleh Pangemanan
5. Wilayah Mondoinding dipimpin oleh Abraham Lumangkum.
DI SULAWESI SELATAN DAN TORAJA
GGP juga berkembang pesat di Sulawesi Selatan, khususnya di Toraja
dimana telah ada 80 GGP di sana, tersebar di Kota Makasar, Mamuju,
Rantepao, Poso, dsb.

Tahun 2018 sebelum gempa Palu telah berdiri juga satu GGP yang baru di
Palu.
DI JAWA TIMUR
Berita adanya mujizat dan “Pinksterbeweging terus meluas ke wilayah
Jawa Timur yang di bawa oleh saudara saudara yang menerima berita ini
di Jawa Barat.
DI LAWANG
Kota kecil di Jawa Timur ini juga menerima berkat Tuhan melalui
Pinnkster Beweging. Tahun 1942 Tentara Jepang masuk ke Indonesia,
banyak Hamba-hamba Tuhan ditangkap, antara lain Br.Maud Rakers, Br.
Arnold Bik, Br. R.Teffer dan banyak anggota jemaat terpaksa mengungsi,
akhirnya semua tercerai berai seperti domba-domba yang kehilangan
Gembalanya.
Namun mereka tetap setia kepada Yesus Kristus. Tahun 1948-1954 ada
seorang hamba Tuhan, Bapak Drio melayani dan memimpin jemaat di
Lawang yang kemudian menyerahkannya kepada Sdr Lie Tjin Boen.
Tempat ibadah di Jl. Anjasmoro N0 6 Lawang
JAWA TIMUR
Setelah kepemimpinan perintis GGP Jawa Timur yg dimulai di Lawang
dengan berbagai tanda mujizat oleh Bapak pdt Drio, maka tahun 1955
kepercayaan pelayanan diserahkan kepada Bapak Lie Tjin Boen (Budi Listiyo
orang tua pdt Grasce Massie dan Pak Jimmy Wahyudi).
Kebaktian mulai di kel Lie Tjin Boen, selamas beberapa saat pelayanan di
bantu oleh Pdt William Pantouw dari Surabaya.
Setelah itu diteruskan oleh Pdt Hendrik Momongan ( pemuda GGP
Ecclesia Christi ) selama kurang lebih 8 tahun, lalu diteruskan oleh beberapa
pendeta lain secara sementara, sampai akhirnya datanglah Pdt Wellem
Sumolang yang kemudian menggembalakan GGP lawang.
Setelah itu, terjadi perkembangan yg luar biasa dengan dibukanya pos
Purwodadi, Pogal, wilayah Banyuwangi, dan terakhir di Surabaya.
  Kemudian pada tgl 9 maret 1973, tibalah sepasang suami isteri yang baru
saja menikah diutus oleh Majelis Pusat GGP untuk ke Jawa Timur (Lawang).
Mereka mendapat tugas untuk menyelesaikan urusan di Jawa Timur, dengan
batasan waktu 3 bulan selesai. Karena Anugerah Pertolongan Tuhan semua
dapat diselesaikan dengan baik. 
JAWA TIMUR
Sebagai koordinator GGP Jawa Timur dan gembala GGP Lawang, maka
mulailah peningkatan pengembangan menyeluruh di jawa Timur, sementara
gedung GGP Lawang dibongkar diganti dengan bangunan baru, dan dengan
berkat Tuhan dapat diselesaikan dengan baik. 
Dilain tempat, oleh sebab satu dua hal maka GGP di Banyuwangi tidak
dapat diteruskan lagi.
Pelayanan dilanjutkan terus-menerus, antara lain dengan dibukanya pos PI
Surabaya dari tempat ibadah di keluarga Ibu Subroto, kemudian pindah di
Karangbulak, lalu kemudian ke Jl. Cempaka 35 yg di gembalakan oleh Pdt Dr
John Massie.
Atas perkembangan GGP “Sola Gratia” Surabaya maka telah dibuka
beberapa pos seperti :

GGP “Sola Gratia” Delta sari

GGP “Sola Gratia” Kupang Indah

GGP “Sola Gratia” Keputih

GGP “Sola Gratia” Kertajaya

GGP “Sola Gratia” Kedurus
JAWA TIMUR
Beberapa tahun lalu juga telah dibukaGGP Sola Gratia Malang dibawah
penggembalaan pdt Sugeng witono.

Semua ini sedang terus terjadi perkembangan GGP jawa Timur dan Bali.
Sejak beberapa tahun lalu GGP jawa Timur telah menjalin hubungan yg baik
dengan Lembaga Pelayanan Kristen Indonesia ( LEPKI ) maka GGP telah ikut
mendirikan sebuah Sekolah Theologia yang sekarang bernama STELA di
Ampel Gading, malang selatan.

Juga kerjasama dengan LEPKI telah membantu perkembangan GGP antara


lain GGP Gisik Cimande waktu lalu setiap tahun rombongan dari gereja korea
datang bernatalan bersama disana.
SEGALA
Bersyukur juga akhirnya PUJI
telah HORMAT
bersama SYUKUR
kami GGP jawa Timur Gereja  GGP
Korea. KEPADA TUHAN YESUS
KRISTUS.
STRUKTUR ORGANISASI GGP
Visi : GGP Idaman Kristus
Misi : 151
= 1 gereja dalam 5 tahun melahirkan 1 gereja baru
DEWAN PEMBINA

MAJELIS PUSAT
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial

MAJELIS DAERAH
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial

MAJELIS WILAYAH
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial

MAJELIS JEMAAT
Pembinaan PIPJ Diakonia DDS Kategorial

JEMAAT GGP
PENUTUP
Karena anugrah Tuhan Yesus saja, Gereja Gerakan Pentakosta – Pinkster
Beweging telah menyebarkan api Injil dan api Roh Kudus sejak thanun 1923
sampai sekarang. Walaupun pelayanan ini hanya dimulai dengan 1 orang saja
dan tidak didukung oleh lembaga yang besar, bahkan pada awalnya tidak
berbentuk suatu organisasi yang terstruktur.

Kalau dilihat dari sejarahnya, api pentakosta itu selalu diteruskan dari satu
daerah ke daerah lain, sehingga terbuka pelayanan di daerah lain. Sesuai
dengan namanya, Gerakan Pentakosta. Kita berdoa agar api yang telah
menjalar ke seluruh Indonesia tidak berhenti di satu tempat tetapi terus
disalurkan ke tempat lain sehingga seluruh Indonesia penuh kemuliaanNya.

SEGALA PUJI HORMAT SYUKUR


KEPADA TUHAN YESUS
KRISTUS.

Anda mungkin juga menyukai