Anda di halaman 1dari 13

Nama: Budi atmadi

Nim: 1107045050
Prodi: GeologiGeofisika

1. Metode seismik adalah suatu metode dalam geofisika yang digunakan untuk mempelajari
struktur dan strata bawah permukaan bumi. Metode ini memanfaatkan perambatan, pembiasan,
pemantulan gelombang gempa. Dengan menggunakan metode ini akan memudahkan pekerjaan
eksplorasi hidrokarbon karena dengan metode seismik dapat diselidiki batuan yang diperkirakan
mengandung hidrokarbon atau tidak. Tentu saja metode ini pun harus didukung oleh adanya data
geologi yang lengkap.
Secara umum dalam suatu langkah eksplorasi hidrokarbon, urutan penggunaan metode seismik
adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition )
2. Pengolahan data seismic ( Seismic Data Processing )
3. Interpretasi data Seismik ( Seismic Data Interpretation )
A. Pengambilan data seismik ( Seismic Data Acquisition )
Akuisisi data seismik mempunyai peran penting dalam kegiatan eksplorasi seismik.
Tujuan dari akuisisi data seismik pada prinsipnya adalah untuk mendapatkan kualitas data
seismik yang baik. Kualitas data yang baik akan menghasilkan interpretasi data seismik yang
cukup akurat, yaitu dapat mencerminkan struktur geologi batuan bawah permukaan suatu daerah
prospek hidrokarbon. Dalam desain akuisisi data seismik refleksi, penentuan dan pemilihan
parameter geometri sangat menentukan terhadap kualitas data seismik yang akan diperoleh.
Parameter geometri tersebut meliputi hal sebagai berikut : near offset, far offset, interval
geophone, interval sumber energi (source), jumlah penerima (receiver), jumlah sumber energi,
fold, panjang lintasan, dan sebagainya. Keberhasilan akusisi data bergantung pada jenis sumber
energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan
vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara
sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif
untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun.
Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik. Panjang sinyal
input dapat bervariasi. Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi
resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz







Akuisisi data didaratan

Secara umum kegiatan akuisisi data seismik adalah dimulai dengan membuat sumber
getarbuatan, seperti vibroseis atau dinamit, kemudian mendeteksi dan merekamnya ke suatu
alatpenerima, seperti geophone atau hidrophone. Getaran hasil ledakan akan menembus ke
dalampermukaan bumi dimana sebagian dari sinyal tersebut akan diteruskan dan sebagian
akandipantulkan kembali oleh reflektor. Sinyal yang dipantulkan kembali tersebut akan
direkamoleh alat perekam di permukaan.Sedangkan sinyal yang menembus permukaan bumi
akan dipantulkan kembali oleh bidangrefleksi yang kedua snyalnya akan diterima kembali oleh
alat perekam dan seterusnya hinggake alat perekam yang terakhir. Alat perekam akan
menghasilkan data berupa trace seismik.
Akuisisi data seismik di laut
Akuisisi data seismik laut 2D dilakukan untuk memetakan struktur geologi di bawah laut dengan
menggunakan peralatan yang cukup rumit seperti: streamer, air gun, perlengkapan navigasi dll.
Skema akuisisi marin 2D dapat dilihat pada gambar dibawah



Dalam praktiknya akuisisi seismic marin terdiri atas beberapa komponen:
kapal utama, gun, streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-kadang
perlengkapan gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang biasanya ditempatkan
240 meter di belakang kapal utama (3 meter di dalam air) Didalam kapal utama terdapat
beberapa departemen: departemen perekaman (recording), navigasi, seismic processing, teknisi
peralatan, ahli komputer, departemen yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kesehatan
kerja, departemen lingkungan, dokter, juru masak, dan kadang-kadang di lengkapi dengan
departemen survey gravity dan magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat dalam keseluruhan
operasi berjumlah sekitar 40 orang.Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, selama operasi
ini disertai pula dua buah kapal perintis (chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal utama.
Selain bertanggung jawab membersihkan lintasan yang akan dilewati (membersihkan rumpon,
perangkap ikan, dll) , kapal perintis bertugas untuk menghalau kapal-kapal yang dapat
menghalagi operasi ini. Selain itu di belakang streamer, terdapat juga sebuah kapal
pengawal.Operasi akuisisi data seismik memakan waktu dari mulai beberapa minggu sampai
beberapa bulan, tergantung pada 'kesehatan' perangkat yang digunakan, musim, arus laut, dll.

Urutan Pengolahan data seismic dapat berbeda beda tergantung dari perangkat lunak yang
digunakan. Namun secara garis besar urutan pengerjaan pengolahan data adalah sama. Secara
umum tahap pengolahan data seismik adalah sebagai berikut :


PRE-POCESSING
Sebelum kita melakukan pengolahan data, data lapangan harus kita proses awal dahulu. Pada
dasarnya proses pengolahan awal (preprocessing) ini bertujuan untuk menyiapkan data yang
bagus untuk proses pengolahan data yang belum distack. Pada perangkat lunak ProMAX version
2003, sistem yang digunakan adalah UNIX. Oleh karena itu dalam mempelajarinya, layaknya
perlu sedikit adanya pengenalan terhadap sistem ini.
Loading of the data
Data seismik dalam bentuk digital direkam dalam pita magnetik dengan standar format tertentu.
Standar format ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape yang
digunakan biasanya adalah 9 stack tape dengan format : SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-Y.
Data seismik direkam dalam bentuk multiplex. Dalam bentuk ini susunan kolom matriks
menyatakan urutan data dari masing masing stasion penerima. Sedangkan barisnya menyatakan
urutan data dari perekaman seismik. Untuk itu yang harus pertama kali dilakukan adalah
demultiplexing data, yaitu mengurutkan kembali data seismik untuk masing-masing stasion
penerima sehingga berupa trace seismik.Secara matematis demultiplex dapat dilihat sebagai
transpose matriks yang sangat besar sehingga kolom matriks transpose tadi terbaca sebagai
rekaman trace seismik pada offset yang berbeda untuk setiap common shot point. Pada
pengolahan data seismik 2D yang dilakukan penulis kali ini data yang digunakan sudah diformat
sedemikian rupa sehingga tidak perlu lagi dilakukan formating. Data yang diolah oleh penulis
adalah dalam format SEG-Y.

Data lapangan yang dikerjakan dalam laporan ini memiliki konfigurasi sebagai berikut :
Tipe spread : Single off end Kedalaman airgun : 3 m
Panjang streamer : 700 m Kedalaman streamer : 10 m
Streamer : 28 hydrophone Sail line azimuth : 90
Sumber (source) : airgun Jumlah tembakan : 3741
Receiver : hydrophone Interval tembakan : 25 m
Multichannel : 28 kanal Interval channel : 25 m
2. Demultiplexing
Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan sebelum
diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya. Data yang tersusun berdasarkan urutan
pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Tahapan ini
dimaksudkan untuk mendefinisikan geometri dari data yang telah di-loading agar sesuai dengan
geometri penembakan pada akusisi data di lapangan. sehingga nantinya menghasilkan
kenampakan data seismik yang lebih mudah diinterpretasi.
3.Geometry
Tahapan ini dimaksudkan untuk mendefinisikan geometri dari data yang telah di-loading agar
sesuai dengan geometri penembakan pada akusisi data di lapangan.
Informasi operasional geometri dan spesifikasi konfigurasi dari sampel data Kerja Praktek ialah
sebagaiberikut.
Tipe spread : Single off end Kedalaman airgun : 3 m
Panjang streamer : 700 m Kedalaman streamer : 10 m
Streamer : 28 hydrophone Near offset : 30 m
Sumber (source) : airgun Sail line azimuth : 90
Penerima (receiver) : hydrophone Jumlah tembakan : 3741
Seismik multichannel : 28 kanal Interval tembakan : 25 m
Nomor receiver pertama : 1 Interval channel : 25 m
Nomor receiver terakhir : 28

Flow Geometry :



4. Editing Sinyal
Selama proses akuisisi dilakukan seringkali hasil rekaman terganggu oleh beberapa sebab,
seperti pembalikan polaritas, trace mati, berbagai jenis noise (Ground roll, koheren dan random
noise) yang jika tidak dihilangkan terlebih dahulu akan sangat mengganggu dalam proses
pengolahan data. Noise yang diakibatkan oleh Instrument dan geophone telah direduksi
sebelumnya pada Instrument Dephase.Dalam pengolahan data seismik ini penulis menggunakan
2 subflow utama dalam flow Editing ini yaitu :
Trace Muting
Trace Nuting adalah pengeditan yang dilakukan dengan cara membuang/memotong bagian-bgian
trace pada zona tertentu.Ada tiga jenis mute yang biasa dilakukan yaitu : Top, Bottom dan
Surgical Mute. Data lapangan terdiri dari beberapa jenis gelombang. Gelombang yang tidak
dilibatkan dalam pengolahan data seismik refleksi akan dibuang. Even even yang pertama
direkam adalah Direct Wave yang dapat kita hilangkan dengan melakukan mute, yang dalam
pengolahan data seismic 2D kali ini penulis lakukan. Untuk itu sebelumnya dilakukan pick
terhadap tiap trace.
Trace Kill/Reverse
Trace dengan data yang jelek sekali atau trace yang mati akan sangat sulit sekali untuk dikoreksi,
karena itu akan kita buang (seluruh data dalam trace tersebut dibuat berharga nol).
Pada modul ProMAX, proses editing sinyal dilakukan berdasarkan hasil identifikasi trace pada
keseluruhan data seismik dengan langkah-langkah sebagaiberikut.
Display dataset (disortir dalam format FFID) Picking > Kill Traces / Pick Top Mute
Buat/Pilih nama file, yaitu KILL_trace untuk killing dan TOP_MUTE untuk muting > File
lakukan picking seluruh FFID OK > Save > File > Exit/Continue Flow.
Untuk mengaplikasikan killing trace digunakan subflow Trace Killing/Reverse sedangkan untuk
mengaplikasikan muting trace digunakan subflow Trace Muting. Flow dan spesifikasi parameter
subflow yang digunakan dalam proses editing sinyal ialah sebagaiberikut.

Flow Editing :





PRESTACK
1. Amplitude correction
Tahapan ini diperlukan untuk memulihkan kembali besaran-besaran amplitudo karena
kehilangan energi yang disebabkan oleh hal-hal tersebut di atas agar seolah-olah energi adalah
sama pada setiap titik. Adapun proses pemulihan amplitudo ini adalah dengan cara
mengaplikasikan nilai koreksi amplitudo konstan dengan nilai koreksi sebesar 1,6 dB/sec.
2.Frequence filter
Pada prinsipnya, frekuensi sinyal seismik di lapangan mempunyai bandwith yang cukup lebar.
Pada projek A5.43 ini bandwith frekuensi yang dihasilkan mempunyai range frekuensi 1 250
Hz. Oleh karena itu, dari sekian range bandwith frekuensi yang dihasilkan tersebut, tidak
semuanya merupakan data-data sinyal seismik, sebagian merupakan sinyal-sinyal noise. Untuk
itu diperlukan suatu proses yang dapat memisahkan range frekuensi antara sinyal sesimik dengan
sinyal noise yang biasa dikenal dengan proses Filtering. Band-pass filter adalah metoda yang
mudah untuk menekan noise yang ada di luar spektrum frekuensi dari sinyal yang diinginkan.
Adapun filter digital yang dipakai pada projek ini merupakan filter digital bandpas filter dengan
range nilai frekuensi 8 10 40 50 (Hz). Nilai parameter ini didapat dari hasil try & error tes
parameter di awal pengerjaan.

3.Dekonvolusi
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk menghilangkan wavelet seismik sehingga yang tersisa
hanya estimasi dari reflektifitas lapisan bumi.
Skema proses konvolusi dan dekonvolusi :


Dekonvolusi bertujuan untuk :
- Menghilangkan ringing
- Meningkatkan resolusi vertical
- Memperbaiki penampilan dari stacked section sehingga menjadi lebih mudah untuk
diinterpretasi
- Seismic section menjadi lebih mirip dengan model geologi
- Menghilangkan multipel

Metoda-metoda Dekonvolusi
Secara garis besar metoda dekonvolusi dapat dibagi menjadi dua, yaitu deterministik dan
statistik. Dekonvolusi deterministik adalah dekonvolusi menggunakan operator filter yang sudah
diketahui atau didisain untuk menampilkan suatu bentuk tertentu. Contoh dekonvolusi
deterministik adalah spiking deconvolution. Sementara jika disain filter tidak kita ketahui, kita
dapat memperolehnya secara statistik dari data itu sendiri. Metoda ini disebut dekonvolusi
statistik. Contoh dekonvolusi statistik adalah dekonvolusi prediktif.


Dekonvolusi Prediktif

Dekonvolusi prediktif dilakukan dengan cara mencari bagian-bagian yang bisa diprediksi dari
trace seismik untuk kemudian dihilangkan. Dekonvolusi prediktif biasanya dipergunakan untuk
1. Prediksi dan eliminasi event-event yang berulang secara periodik seperti multipel perioda
panjang maupun pendek.
2. Prediksi dan eliminasi ekor wavelet yang panjang dan kompleks.

Dalam Kerja Praktek ini, metode dekonvolusi yang digunakan ialah metode dekonvolusi
prediktif. Untuk mengaplikasikan proses dekonvolusi, perintah yang digunakan pada modul
ProMAX ialah Spiking/Predictive Deconvolution. Namun sebelumnya perlu dilakukan tes
parameter decon terlebih dahulu untuk mengetahui harga operator decon terbaik. Adapun flow
dan spesifikasi parameter subflow proses dekonvolusi ialah sebagaiberikut.



4.CMP-sorting
Pada awalnya data seismik direkam dalam common-shot gather. Common-shot gather adalah
sekumpulan trace yang mempunyai atau berasal dari satu source point yang sama. Karena pada
umumnya pengolahan data seismik dilakukan pada domain common-midpoint (CMP), maka
data common-shot gather tadi disusun dan di-sort ke bentuk CMP gather. CMP gather adalah
sekumpulan trace yang memiliki titik tengah (midpoint) yang sama.

5.Analisa Kecepatan (velocity analysis)
Kecepatan gelombang seismik dalam formasi bawah permukaan adalah salah satu informasi
penting yang akan digunakan untuk konversi data seismik dari domain waktu ke kedalaman.
Sumber data kecepatan yang paling akurat didapat dari pengukuran check-shot sumur tetapi
metoda tersebut hanya dapat dilakukan pada area yang sangat dekat dengan lokasi sumur,
pada kenyataannya interpretasi dilakukan pada area-area yang jauh dari lokasi sumur. Masalah
lainnya adalah adanya struktur geologi yang kompleks sehingga menimbulkan variasi kecepatan
terhadap kedalaman. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan masalah dalam penentuan posisi
struktur dan masalah pada waktu dilakukan proses migrasi. Oleh karena itu analisa kecepatan
adalah suatu proses yang sangat penting dalam tahapan pemrosesan data seismik.

.




6. NMO (Normal Move Out)
NMO adalah perbedaan antara TWT (Two Way Time) pada offset tertentu dengan TWT pada
zero offset.
Koreksi NMO dilakukan untuk menghilangkan efek jarak (ingat penampang seismic yang anda
interpretasi adalah offset nol (zero offset)).
Untuk model perlapisan horizontal, Koreksi NMO dirumuskan sbb:

Didalam melakukan koreksi NMO, pemilihan model kecepatan (Vrms maupun Vstack)
merupakan hal yang sangat penting.
Gambar berikut menunjukkan efek pemilihan model kecepatan: (a) sebelum koreksi NMO (b)
model kecepatan yang tepat (c) kecepatan terlalu rendah (d) kecepatan terlalu tinggi.

Koreksi NMO akan menghasilkan efek 'stretching' yaitu penurunan frekuensi gelombang
seismik. Oleh karena itu langkah 'muting' dilakukan untuk menghilangkan efek ini.

[Gambar diatas courtesy Yilmaz, 1987]

POST-STACK

1. Stacking
Stacking trace merupakan tahapan pengolahan data seismik dimana seluruh data trace seismik
dikoreksi NMO kemudian di-stack (stacking).
Dalam proses stacking trace kecepatan yang digunakan ialah kecepatan stack. Kecepatan
stacking dapat diperoleh dari hasil analisis kecepatan sebelumnya dengan melihat amplitudo
stack yang paling optimum. Kecepatan ini seringkali disebut juga kecepatan NMO saja. Untuk
jarak offset yang kecil, kecepatan stacking sama dengan kecepatan RMS.


Hasil akhir stacking trace ialah sebuah penampang seismik yang belum termigrasi atau dikenal
dengan nama stacked section. Penampang ini ditampilkan dalam format wiggle trace, yakni
format default display yang disediakan oleh ProMAX.

Gambar Penampang Seismik Hasil Stack (Stacked Section).



2. Migrasi

Migrasi adalah proses yang dilakukan untuk memindahkan data seismik ke posisi yang benar
secara horisontal maupun vertikal. Ketidaktepatan posisi reflektor ini disebabkan oleh efek
difraksi yang terjadi ketika gelombang seismik mengenai ujung/puncak dari suatu diskontinuitas
akibat adanya struktur geologi, seperti lipatan atau sesar. Migrasi dilakukan dengan cara
menggeser reflektor ke arah up-dip sepanjang garis kurva hiperbolik di mana bentuk dari
hiperbola tersebut bergantung pada kecepatan medium tempat gelombang seismik tersebut
merambat.Dalam Kerja Praktek ini, proses migrasi yang dilakukan (secara keseluruhan) adalah
post stack time migration (PSTM), yaitu migrasi dilakukan pada setiap event yang sudah
dikoreksi NMO dan di-stack, serta di dalam domain time. Metode migrasi yang digunakan dalam
penelitian ini ialah metode F-K (frekuensi-bilangan gelombang). Pada modul ProMAX, subflow
yang digunakan ialah Memory Stold F-K Migration. Dalam subflow ini digunakan tabel hasil
picking analisis kecepatan sebelumnya. Output dataset hasil migrasi kemudian ditampilkan, yaitu
berupa penampang seismik 2D yang dikenal dengan nama migrated section.

Gambar Penampang Seismik Hasil Migrasi (Migrated Section).


Gambar Penampang Seismik Stacked Section.


Gambar Penampang Seismik Setelah Migrasi F-K.


3. Post-processing

Koreksi Residual Statik
Dalam flow ini akan dilakukan koreksi statik sisa, yang disebut residual statics correction. Input
dari flow ini pada dasarnya adalah koreksi statik ketinggian dari source dan receiver yang telah
dihasilkan sebelumnya dari subflow apply elevation statics di dalam flow refraction statics.
Sebelum masuk ke residual statics, flow pengolahan data seismik masuk dulu ke trace display,
agar dapat dilakukan static horizon picking yang nantinya akan digunakan sebagai time gate
pada pengaplikasian koreksi statik sisa tersebut.
Static horizon picking dilakukan dengan membuat picks untuk satu ensemble traces pada suatu
time, dimana pada time tersebut diperkirakan akan terdapat event seismik yang utama/dominan.

Setelah dilakukan picking autostatic horizon, kemudian hasil dari koreksi residual static ini
diaplikasikan kembali ke data preprocessing untuk di hitung ulang nilai kecepatannya melalui
analisa kecepatan tahap 2. Sehingga, setelah melalui tahapan proses ini diharapkan data-data
yang dihasilkan benar-benar sudah terkoreksi secara benar dan menghasilkan penampang
seismik yang benar-benar merepresentasikan keadaan bawah permukaan bumi dengan tepat.
Adapun tampilan dari hasil residual static serta analisa kecepatan ke-2 ini dapat ditampilkan / di-
display ke dalam display Final Stack.

Anda mungkin juga menyukai