Anda di halaman 1dari 32

III-1

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Seismic Darat
A. Pendahuluan
Survey seismik dilakukan untuk mendapatkan rekaman data
seismik dengan kualitas yang baik. Penilaian baik tidaknya data seismik
adalah dari perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi dengan sinyal
gangguan atau noise yang diterima. Semakin banyak sinyal refleksi serta
semakin sedikit noise yang diterima maka kualitas perekamandata seismik
semakin bagus. Keakuratan pengukuran waktu tempuh (travel time)
jugamempengaruhi kualitas perekaman. Secara garis besar eksplorasi
seismik dibagi menjadi eksplorasi seismik dangkal daneksplorasi seismik
dalam.










GAMBAR 3.1
SURVEY SEISMIK DARAT
III-2


Eksplorasi seismik yang digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon
(minyak dan gas bumi) adalah eksplorasi seismik dalam. Sedangkan
eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasa digunakan
untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya. Kedua jenis
eksplorasi seismik tersebut memiliki resolusi dan akurasi yang berbeda.
Seismik refleksi terbagi atas tiga bagian yaitu akuisisi data seismik, proses
data seismik,dan yang terakhir adalah interpretasi data. Akuisisi data
adalah untuk memperoleh data seismik dari area yang disurvey. Dari proses
data seismik akan diperoleh penampang seismik permukaan bawah tanah.
Setelah data seismik diproses maka dilakukaninterpretasi untuk
menganalisa keadaan geologi di bawah permukaan dan juga
untuk memperkirakan komposisi material batuan di bawah permukaan
tersebut.Proses akuisisi data sangat penting karena mempengaruhi kualitas
data seismik. Kualitas data seismik yang baik akan menghasilkan
penggambaran penampang seismik bawahtanah yang baik sehingga proses
interpretasi juga dapat dilakukan dengan baik.

B. Konsep Seismic Darat
Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat
adanya gempa bumi.Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena
perambatan gangguan (usikan) dalam medium sekitarnya. Gangguan ini
mula-mula terjadi secara lokal yangmenyebabkan terjadinya osilasi
(pergeseran) kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun
osilasi rapat massa. Karena gangguan merambat dari suatu tempat ketempat
lain, berarti ada transportasi energi. Gelombang seismik disebut juga
gelombang elastik karena osilasi partikel-partikelmedium terjadi akibat
interaksi antara gaya gangguan (gradien stress) malawan gaya-gaya elastik.
Dari interaksi ini muncul gelombang longitudinal, gelombang transversal
III-3

dan kombinasi diantara keduanya. Apabila medium hanya memunculkan
gelombang longitudinal saja (misalnya di dalam fluida) maka dalam
kondisi ini gelombang seismik sering dianggap sabagai gelombang
akustik.Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi, seismik refleksi lebih
lazim digunakan daripada seismik refraksi. Hal tersebut disebabkan karena
siesmik refleksi mempunyai kelebihan dapat memberikan informasi yang
lebih lengkap dan baik mengenai keadaan struktur bawah permukaan.
Penyelidikan seismik dilakukan dengan cara membuat getaran dari suatu
sumber getar.Getaran tersebut akan merambat ke segala arah di bawah
permukaan sebagai gelombang getar.

C. Peralatan
Metode dari pekerjaan seismik sebenarnya cukup sederhana. Energi
yang dihasilkan dari sumber dan dipancarkan ke dalam bumi sebagai
gelombang seismik. Pada saat bertemu dengan bidang perlapisan yang
berfungsi sebagai reflector, akan memantul kembali ke permukaan dan
kemudian akan dideteksi geophone yang terekam di permukaan bumi. Jenis
seismik ada 2 macam yaitu seismik seismik bias (refraction ) dan seismik
pantul ( reflection ).
Alat alat yang dibuthkan untuk survey seismik pada umumnya terdiri
atas source, receiver, seismic cable, dan recorder .
1. Source
Sejak survey pertama pada tahun 1920 an, ledakan memegang
peranan penting sebagai sumber gelombang seismik. Mulanya
digunakan dinamit, kemudian digantikan oleh bahan peledak lain yang
lebih aman seperti ammonium nitrat.
Pada kebanyakan survey bahan peledak diledakkan dalam lubang
dengan kedalaman bervariasi, umumnya di bawah zona pelapukan.
III-4

Ledakkan juga dilakukan di survey marine, tetapi sparker dan air gun
lebih sesuai.
2. Receiver
Survey seismik dilakukan dengan meletakkan beberapa receiver di
lokasi yang berbeda dan menggunakannya untuk mendeteksi getaran
yang dihasilkan oleh source. Receiver ini disebut sebagai geophone atau
seismometer, yang dapat digunakan di darat dan juga di laut. Tetapi
kebanyakan survey di laut menggunakan hydrophone yang peka
terhadap perubahan tekanan air yang disebabkan oleh gelombang
seismik yang melaluinya. Receiver merubah getaran mekanis dari
source menjadi arus listrik yang kemudian dialirkan ke recorder ( alat
perekam ).
3. Seismic cable
Sinyal geophone, yang berupa arus listrik dialirkan dari geophone
ke system alat perekam ( recorder ) oleh seismic cable.
4. Recorder
Recorder menerima sinyal listrik yang bervariasi dari geophone,
dan menyimpan informasi tersebut dalam bentuk seismogram, yaitu
diagram yang menunjukkan variasi amplitudo terhadap waktu. Sejak
tahun 1960-an alat perekam telah menggunakan tekhnologi computer.

D. Akuisisi Data
Gelombang yang datang mengenai lapisan-lapisan batuan akan
mengalami pemantulan, pembiasan, dan penyerapan. Respon batuan
terhadap gelombang yangdatang akan berbeda-beda tergantung sifat fisik
batuan yang meliputi densitas, porositas,umur batuan, kepadatan, dan
kedalama batuan. Galombang yang dipantulkan akanditangkap oleh
III-5

geophone di permukaan dan diteruskan ke instrument untuk direkam.Hasil
rekaman akan mendapatkan penampang seismik.
Pekerjaan yang dilakukan oleh ahli geodesi dalam akuisisi data
seismic di darat:
1. Survei Lokasi :
Awalnya kita hanya diberikan koordinat teoritik dari ahli
geofisika, dari koordinat teoritik tersebut terlebih dahulu kita plotkan
secara manual diatas peta rupa bumi sebagai acuan untuk mempermudah
menemukan lokasi di lapangan. Setelah Lokasi ditemukan, kita
mengecek keadaan di sekitarnya untuk menentukan penempatan titik
titik BM GPS yang tidak terhalang oleh obstraksi untuk mengurangi
kesalahan Multipath.
2. Pengukuran Titik Kontrol GPS:
Pada tahap ini, kita harus mencari Titik Dasar Teknik (TDT)
terdekat milik Bakosurtanal Orde 0 atau Orde 1 yang akan digunakan
sebagai titik ikat koordinat yang teliti ( Datum WGS 84 dan Proyeksi
UTM).








GAMBAR 3.2
PENGUKURAN TITIK KONTROL GPS
Setelah itu kita pasang titik BM GPS di seluruh area yang akan
dilakukan survey seismik, perlu diperhatikan juga bahwa penempatan
III-6

titik BM GPS harus memiliki persebaran yang merata dan tidak
terhalang oleh obstraksi di daerah sekitarnya. Setelah itu baru kemudian
dilakukan pengukuran koordinat pada setiap titik BM GPS
menggunakan alat GPS Geodetik metode differensial.Setiap sesi
pengukuran biasanya dilakukan dalam selang waktu 1,5 jam.
Terkadang hasil dari pengukuran GPS di lapangan masih
mengandung banyak kesalahan, diantara nya kesalahan cycle slip
maupun multipath, karena itu data ukuran harus diedit dengan
menonaktifkan data perekaman satelit yang mengandung kesalahan.
Software yang digunakan bisa bermacam macam tergantung dari
merek alat.








GAMBAR 3.3
HASIL GPS

3. Pengukuran Lintasan Seismik
Setelah dilakukan pengukuran GPS, maka tiap titik BM GPS
sudah memiliki koordinat dalam system koordinat nasional. Kemudian
dilakukan pengukuran lintasan seismic, langkahnya adalah sebagai
berikut:


III-7

a. Pengukuran Azimut Matahari:
Pengukuran Azimut matahari bertujuan supaya didapatkan
azimuth geografis yang menunjukkan arah utara sebenarnya.
Sedangkan jika kita menggunakan kompas, maka azimut yang
didapatkan hanya arah utara magnetis bumi (masih terdapat
deklinasi).

GAMBAR 3.4
PENGUKURAN SUNSHOT
Pada tahap ini dilakukan pengamatan tiap hari pada pagi dan
sore sebagai kontol pengukuran harian. Kemudian datanya diprose
menggunakan software GPSeismik.
b. Pengukuran Polygon Dan Stake Out.
Setelah Azimut didapatkan, maka dilakukan pengukuran
polygon menggunakan metode polygon terbuka terikat sempurna
(diikatkan kepada titik BM GPS), perlu diperhatikan juga bahwa
pengukuran sudut harus dilakukan dalam keadaan Biasa dan Luar
biasa untuk mencapai ketelitian yang tinggi.
III-8


GAMBAR 3.5
PENGUKURAN POLYGON
E. Metode Seismic Darat
1. Drilling
Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk
membuat tempat penanaman dinamit sebagai sumber energi (source)
pada perekaman.

GAMBAR 3.6
DRILLING
III-9

Kedalaman lubang bor biasanya 30 m dengan diameternya
sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan test
percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di
bawah lapisan lapuk (weathering zone).

2. Preloading
Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di
darat, dan airgun digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air.
Dinamit yang digunakan bermerk Power Gel ini terbungkus dalam
tabung plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan berat
yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi
dengan detenator atau cap sebagai sumber ledakan pertama, serta
dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.

GAMBAR 3.7
AKTIVITAS PRELOADING
III-10


GAMBAR 3.8
PRELOADING
Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah
pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek
pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit
dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang
telah mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan
bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari MIGAS.

F. Recording data seismic
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik,
yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya
akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre).
Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan
posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat
perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan memakai
perlengkapan alat recording yang disebut LABO.

III-11



GAMBAR 3.9
PERALATAN RECORDING
Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:
1. Kabel Trace : Kabel penghubung antar trace.
2. Geophone : Penerima getaran dari gelombang sumber yang
berupa sinyal analog.
3. SU (Stasiun Unit) : Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam
digital yang akan ditransfer ke LABO.
4. Power Stasiun Unit : Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A /
16 Volt.

G. Penembakan
Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna,
kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan
baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah
misfire yang sering digunakan di lapangan:
a. Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak
b. Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak
III-12

c. Loss wire : kabel deto tidak ditemukan
d. Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah
e. Line Cut : kabel terputus saat shooting
f. Parity Error : instrumen problem
g. No CTB : no confirmation time break
h. Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan
i. Reverse Polaritty : polaritas terbalik
j. Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor
record atau blaster)
k. Dead Trace : trace mati
l. Noise Trace : terdapat noise pada trace

H. Noise
Merupakan ganggguan yang muncul pada saat perekeman. Noise
secara garis besar dapat dibedakan menjadi :
a. Ambient Noise (Background Noise Atau Random Noise)
Ambient noise adalah trace yang disebabkan oleh segala
sesuatu yang bukan disebabkan dari sumber (source). Penyebabnya
dapat berupa angin, hujan, aliran air, mesin industry, aktivitas manusia.
Ciri : bersifat random, spektrum lebar, dan energi lebih rendah
b. Shot Generated Noise (Koherent Noise)
Adalah noise yang timbul akibat peledakan dari source saat
dilakukan pengambilan data. Shot generated terbagi menjadi :
a). Ground Roll
Merupakan noise yang menjalar melalui permukaan yang
radial (surface Wave). Cirinya sebagai berikut : amplitudo besar,
kecepatan rendah (lebih tinggi dari air blast), energi tinggi, dan
merupakan noise dominan.

III-13

b). Air Blast
Merupakan noise yang diakibatkan penjalaran gelombang
langsung melalui udara, ciri-cirinya dapat berupa amplitudo besar,
kecepatan rendah (lebih rendah dari ground roll), energi tinggi, dan
merupakan noise dominan
Noise yang dapat timbul saat pengambilan perekaman seismik di
darat yaitu berupa ambient noise, ambient noise ini berupa trace yang
disebabkan bukan dari sumber, Penyebabnya dapat berupa angin, hujan,
aliran air, mesin industry, aktivitas manusia.
Untuk memperkecil terjadinya noise maka sebaiknya dilakukan
kegiatan mobilisasi yaitu scouting. Scouting bertujuan untuk memeriksa
keamanan jalur survei dari gangguan aktivitas manusia, mesin, Binatang
dan lain sebagainya agar dapat dijauhkan atau di minimalisirkan pada
daerah survei sehingga pada saat survei tidak menganggu proses
perekaman.

GAMBAR 3.10
PICKING EDITING
Apabila proses perekaman telah dilakukan dan terdapat juga noise
maka langkah yang dapat dilakukan yaitu editing, yaitu dengan cara
killing pada beberapa trace saja yang dianggap kurang baik pola
III-14

gelombangnya. Tujuannya untuk menghilangkanbagian tertentu yang
terdapat noise sehingga pola refleksifitasnya data terlihat dengan baik dan
hasilnya nanti disebut picking killing.

I. Field Processing
Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan sebelum
dilakukan proses selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field processing
adalah pada geometri penembakan dimana jika ada penembakan terdapat
wrong ID, wrong coordinate, wrong spread dsb, dapat diketahui dan
segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan TOPO untuk dilakukan
perbaikan. Proses pengolahan data seismik di lapangan biasanya hanya
dilakukan sampai pada tahapan final stack tergantung dari permintaan
client. Langkah-langkah yang umum dilakukan dalam memproses data
seismic di lapangan adalah sebagai berikut:
1. Loading Tape
Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan dalam
pita magnetik dalam format tertentu. Pita magnetik yang memuat data
lapangan ini disebut field tape. SEG (Society of Ekploration
Geophysics) telah menetukan suatu standar format penulisan data pada
pita magnetic.
2. Geometri Up Date
Adalah proses pendefinisian identitas setiap trace yang
berhubungan dengan shotpoint, koordinat X,Y,Z di permukaan,
kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan sebagainya.
3. Trace Editing
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau
memperbaiki trace atau record dari hal-hal yang tidak diinginkan yang
diperoleh dari perekaman data di lapangan.Editing dapat dilakukan
pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise, terutama
III-15

koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik.
Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pertama
membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut menjadi berharga
nol (EDIT) dan atau membuang / memotong bagian-bagian trace pada
zona yang harus didefinisikan (MUTE).

GAMBAR 3.11
RAW DATA
Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari
catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun dengan
pengamatan dari display raw recordnya.
4. Koreksi Statik
Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival time
bila penembakan dilakukan dengan titik tembak dan group geophone
yang terletak pada bidang horizontal dan tanpa adanya lapisan lapuk.
Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari variasi
III-16

topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi kecepatan pada lapisan lapuk.
Suatu reflector yang datar (flat) akan terganggu oleh adanya kondisi
static yang disebabkan adanya efek permukaan (near surface efects).
Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua
bagian koreksi :
- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)
- Koreksi Ketinggian
5. Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)
Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo yang
berkurang yang hilang akibat perambatan gelombang seismic dari
sumber sampai kepenerima (geophone), sedemikian rupa sehingga
pada setiap trace dikalikan dengan besaran tertentu, sehingga nilai
amplitudo relatif stabil dare time break hingga kedalaman target.
Pengurangan intensitas gelombang seismic ini disebabkan karena hal-
hal sebagai berikut:
- Peredaman karena melewati batuan yang kurang elastik sehingga
mengabsorbsi energi gelombang.
- Adanya penyebaran energi kesegala arah (spherical spreading atau
spherical divergence).
6. Deconvolution
Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami proses
konvolusi (filtering) bumi bersikap sebagai filter terhadap energi
seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk energi seismik
(wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi amplitudonya di dalam
kawasan waktu (time domain). Kalau ditinjau dalam kawasan
frekuensi, tampak bahwa spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit
karena amplitudonya frekuensi tinggi diredam oleh bumi dan spektrum
fasenya berubah tidak rata. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk
kompensasi efek filter bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk
III-17

wavelet dipertajam kembali, atau di dalam kawasan frekuensi
spektrum amplitudonya diratakan dan spektrum fase dinolkan atau
diminimumkan.
7. Analisa Kecepatan
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang
dipakai untuk mendapatkan stacking velocity dari data seismik yang
dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis
diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO
adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat penting, karena dengan
analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat
untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu
reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP gather, harga
kontur semblance analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan
CDP gather stack dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh pada
waktu analisa kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada
offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).
8. Residual Static
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada
weathering layer saat melakukan koreksi statik dan adanya sisa deviasi
static pada data seismik serta Data Uphole dan First break yang sangat
buruk juga apat mempengaruhi kelurusan reflektor pada CDP gather
sehingga saat stacking akan menghasilkan data yang buruk. Pada
prinsipnya perhitungan residual static didasarkan pada korelasi data
seismik yang telah terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana
model ini diperoleh melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang
mendefinisikan besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai
statik sisa yang akan diproses.


III-18

9. Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam
suatu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama
dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah semua trace dikoreksi statik
dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi menjadi
horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal, seperti ground roll dan
multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk
reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian apabila trace-trace
refleksi yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap
CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat
dan noise akan saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan
yang dipakai dalam proses stacking ini adalah stacking velocity.
Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.
10. Migrasi
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan
tahap akhir dalam metode Post Stack Time Migration yang bertujuan
untuk memindahkan event-event data pada section seismic ke posisi
yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi diperlukan karena rumusan
pemantulan pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada
model lapisan datar, apabila lapisannya miring maka letak titik-titik
CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik
reflektor tersebut keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.





III-19

III.2 Seismic Laut
A. Pendahuluan
Seismik laut adalah suatu pekerjaan untuk mencari kandungan
minyak dan gas bumi yang ada di lapisan bawah bumi tepatnya di daerah
laut. Namun karena kita tidak mengetahui dimana kandungan minyak bumi
itu berada, sehingga diperlukan pemetaan terhadap lapisan bawah
bumi.Yang jadi pertanyaan ,Bagaimana cara memetakan lapisan bawah
bumi? jawabannya adalah dengan melakukan Survei Seismik laut dimana
wahana yg digunakan adalah kapal seismik. Syarat untuk dapat memetakan
lapisan bawah bumi ada 2 hal Pertama, perlu adanya sumber getaran (Air
gun) , Kedua, Perlu adanya alat perekam yang dapat menerima sumber
getaran (Hidrophone). Prinsipnya getaran dalam bentuk gelombang udara
(airgun) ditembakkan ke dasar laut, setelah sampai di dasar laut kemudian
getaran tersebut dipantulkan, dan getaran ditangkap kembali oleh
hidrophone sebagai perekam getaran.
Secara umum, tujuan utama dari pengukuran seismik adalah untuk
memperoleh rekaman yang berkualitas baik. Kualitas rekaman seismik
dapat dinilai dari perbandingan sinyal refleksi terhadap sinyal noise (S/N)
yaitu perbandingan antara banyaknya sinyal refleksi yang direkam
dibandingkan dengan sinyal noisenya dan keakuratan pengukuran waktu
tempuh (travel time). Eksplorasi seismik refleksi dapat dikelompokan
menjadi dua, yaitu eksplorasi prospek dangkal dan eksplorasi prospek
dalam. Eksplorasi seismik dangkal (shallow seismic reflection) biasanya
diaplikasikan untuk eksplorasi batubara dan bahan tambang lainnya.
Sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi daerah prospek
hidrokarbon (minyak dan gas bumi). Kedua kelompok ini tentu saja
menuntut resolusi dan akurasi yang berbeda begitu pula dengan teknik
lapangannya. Menurut SANNY (1998), kualitas data seismik sangat
ditentukan oleh kesesuaian antara parameter pengukuran lapangan yang
III-20

digunakan dengan kondisi lapangan yang ada. Kondisi lapangan yang
dimaksud adalah kondisi geologi dan kondisi daerah survei. Sebagai
contoh, parameter lapangan untuk daerah batu gamping masif akan berbeda
dengan parameter untuk daerah dengan litologi selang-seling antara
lempung dan pasir.
Di samping itu parameter lapangan yang harus disesuaikan adalah
target eksplorasi yang ingin dicapai. Secara umum, metode seismik refleksi
terbagi atas tiga bagian penting; pertama adalah akuisisi data seismik yaitu
merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari lapangan yang disurvei,
kedua adalah pemrosesan data seismik sehingga dihasilkan penampang
seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap untuk
diinterpretasikan, dan yang ketiga adalah interpretasi data seismik untuk
memperkirakan keadaan geologi di bawah permukaan dan bahkan juga
untuk memperkirakan material batuan di bawah permukaan.

B. Peralatan Yang Digunakan Dalam Seismic Laut
1. GPS C-Nav ( DGPS method )
Setiap pengukuran yang dilakukan di daerah laut, dapat dipastikan
menggunakan peralatan GPS C-NAV menggunakan metode pengukuran
DGPS. DGPS memiliki kepanjangan Differensial Global Positioning
System. Jadi konsepnya hampir sama seperti GPS CORS. Pada DGPS,
GPS yang dijadikan sebagai base station, tersebar di berbagai kota
diantaranya Singapura, Balikpapan, Australia, dll. Nah GPS C-Nav yang
dibawa kapal berfungsi sebagai Rover dan menerima koreksi dari setiap
base station di kota terdekat. (misal Singapura). Ketelitian bisa sampai
level desimeter.
III-21


GAMBAR 3.12
PENGAMBILAN DATA DENGAN DGPS METHOD
2. Gyro Compass ( Gyroscope )
Alat ini hampir memiliki fungsi yang sama dengan kompas yaitu
menunjukkan arah utara. Hanya saja arah utara yang ditunjukkan oleh
Gyro Compass adalah arah utara Geografis ( arah utara sebenarnya ),
namun kelemahannya, alat ini baru dapat menunjukkan arah utara
setelah 3 jam.

GAMBAR 3.13
GYRO COMPASS
III-22


3. Streamer Dan Bird
Streamer bentuknya seperti kabel yang dibentangkan kemudian
ditarik oleh kapal ( untuk marine seismic), Streamer ini berisi
Hidrophone( alat perekam getaran), ADC (Analog to digital converter),
dan bird (berperan untuk mengatur posisi dan kedalaman streamer).
Total panjang dari streamer biasanya mencapai 3 km. Diameter streamer
sekitar 7 cm dengan panjangnya bisa mencapai 10km. Bagian hitam dari
gambar ini menunjukkan perangkat ADC.


GAMBAR 3.14
STREAMER DAN BIRD

III-23

4. AirGun
Airgun berfungsi sebagai sumber getaran. Air gun memiliki
kekuatan tekanan mencapai 2000 psi atau sekitar 200 kali tekanan ban
motor. Tenaga yang digunakan adalah tekanan dari udara bebas dan
tidak akan merusak karang yang ada di bawah kapal. kuning dan hitam
(seperti roket) hanyalah untuk pelampung. Bagian air gun adalah
selinder logam yang menggantung padanya.

GAMBAR 3,15
AIR GUN
Pada pengukuran seismic laut memiliki beberapa pelaksana teknis,
diantaranya adalah :
1. Navigator
Posisi ini biasanya ditempati oleh orang dengan background
Sarjana Teknik Geodesi. Job Desk yang dilakukan adalah melakukan
Pengukuran Pasang surut ( Untuk keperluan praktis biasanya 30 hari ),
Survei Batimetri, Design rencana awal line seismik, Navigasi arah kapal
dengan memperhatikan arus laut dan cuaca, Processing Line ( untuk
mendapatkan koordinat jalur kapal yang sudah dilakukan Adjustment/
perataan
III-24


GAMBAR 3.16
MONITOR NAVIGATOR
2. Observer
Posisi ini biasanya ditempati oleh orang dengan background
Sarjana Teknik Geofisika/ Geologi. Job desk yang dilakukan adalah
melakukan montoring terhadap kedalaman dari streamer ( biasanya 5
meter ), tekanan air gun ( apakah kurang/ lebih ), Kecepatan kapal (
Perlu dipercepat/ diperlambat ), level ambient noise, dll.
3. Gun Mechanic
Posisi ini biasanya ditempati oleh orang dengan background
Sarjana Teknik Mesin. Jobdesk yang dilakukan adalah memastikan
bahwa Air Gun di setiap tembakannya ( Shooting), harus memiliki
tekanan sebesar 2000 psi. Jika kurang, maka Gun Mechanik harus
menambah kekuatan kompresor untuk menstabilkan tekanan sehingga
besar tekanan tidak kurang ataupun tidak lebih.
4. Geophisic
Posisi ini biasanya ditempati oleh orang dengan background
Sarjana Teknik Geofisika. Jobdesk yang dilakukan adalah setiap kali 1
III-25

garis seismik telah selesai ditembak, maka ahli geophisics ini
melakukan field prosesing untuk memastikan apakah data tersebut
terbilang bagus atau buruk. Jika data penembakan terhadap 1 line
terbilang buruk, maka kapal harus melakukan penembakan ulang di
garis seismik tersebut ( istilahnya : infill/ reshooting )

GAMBAR 3.17
MONITOR INTREPRETASI
C. Metode Dalam Seismic Laut
1. Marine Seismic
Ciri Khasnya:
Survei Seismik berada pada daerah dengan kedalaman > 10 meter.
(Laut dalam )
Kabel streamer yang berisi hidrophone ( perekam getaran ), ditarik
oleh kapal dan posisinyaa melayang ( tidak berada di dasar laut)
Low cost dan waktu pengukuran relatif lebih cepat.

III-26


GAMBAR 3.18
MARINE SEISMIC
2. Transition Zone ( Ocean Bottom Cable/ OBC )
Ciri Khasnya:
Survei Seismik berada pada daerah dengan kedalaman 0-10 meter.
(Daerah dangkal)
Kabel Streamer yang berisi Hidrophone ( perekam getaran ),
dibentangkan di dasar laut.
High Cost dan Waktu Pengukuran relatif lebih lama.
Catatan : Survei seismik baik menggunakan metode Marine Seismik
maupun Transition Zone, dapat dilakukan secara 2 maupun 3 Dimensi

GAMBAR 3.19
TRANSITION ZONE
III-27

D. Noise
Noise yang dapat timbul saat pengambilan perekaman seismik di laut
berupa :
a) Water Bottom Multiple.
Noise jenis ini diakibatkan oleh rambatan pulsa dari air gunke
bawah dimana sebagian energi pulsanya akan dipantulkan ke atas oleh
dasar air dan kemudian dipantulkan lagi ke bawah oleh permukaan air
dan seterusnya (terreverberasi). Bidang batas antara udara-air
merupakan reflektor yang hampir sempurna, sehingga dapat dianggap
koefesien refleksinya -1 (Sismanto, 1996). Hal ini memberi peluang
besar terjadinya multiple di dalam medium air.
b) Ambient Noise
Noise yang dapat terjadi pada pengambilan seismik di laut yaitu
berupa : mesin kapal, aktivitas nelayan dan Biota laut (ikan paus dll).

E. Akuisisi Data Seismik
Untuk memperoleh hasil pengukuranseismik refleksi yang baik,
diperlukan pengetahuan tentang sistem perekaman danparameter lapangan
yang baik pula. Parameter akan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan
yang ada yaitu berupa kondisi geologi daerah survei. Teknik-teknik
pengukuran seismik meliputi:
1. Sistem Perekaman Seismik
Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh
pengukuran travel time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan
akusisi data bisa bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih.
Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif
dan vibrator.
a. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer
energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan
III-28

sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi
data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut
adalah air gun.
b. Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi
beberapa detik. Panjang sinyal input dapat bervariasi. Gelombang
outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi
tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih.
Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang
sangat sensistif serta magnetik tape recorder. Alat untuk menerima
gelombang-gelombang refleksi untuk survei seismik di laut adalah
hidrophone. Hidrophone merespon perubahan tekanan. Hidrophone
terdiri atas kristal piezoelektrik yang terdeformasi oleh perubahan
tekanan air. Hal ini akan menghasilkan beda potensial output Elemen
piezoelektrik ditempatkan dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh
kerosin untuk mengapungkan dan insulasi. Model hidropon seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3.20.

GAMBAR 3.20
PENAMPANG HIDROPON
Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output
dari hidropon sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu
III-29

yang sangat singkat, maka sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa
juga dilengkapi dengan filter untuk meredam frekuensi yang tidak
diinginkan (SANNY, 2004)
2. Prosedur Operasional Seismik Laut
Akuisisi data seismik laut dilakukan untuk memetakan struktur
geologi di bawah laut dengan menggunakan peralatan yang cukup rumit
seperti: streamer, air gun, perlengkapan navigasi dll. Dalam praktiknya
akuisisi seismik laut terdiri atas beberapa komponen: kapal utama, gun,
streamer, GPS, kapal perintis dan kapal pengawal dan kadang-kadang
perlengkapan gravity (ditempatkan di dalam kapal) dan magnetik yang
biasanya ditempatkan 240 meter di belakang kapal utama (3 meter di
dalam air). Kapal operasional seismik dilengkapi dengan bahan peledak,
instrumen perekaman serta hidropon, dan alat untuk penentuan posisi
tempat dilakukannya survei seismik seperti yang diperlihatkan pada
Gambar 2. Menurut KEARN & BOYD (1963), terdapat dua pola
penembakan dalam operasi seismik di laut yaitu:
a. Profil Refleksi, pola ini memberikan informasi gelombang-
gelombang seismik sebagai gelombang yang merambat secara
vertikal melalui lapisan-lapisan di bawah permukaan. Teknik ini
melakukan tembakan disepanjang daerah yang disurvei dengan
kelajuan dan penembakan yang konstan. Jarak penembakan antara
satu titik terhadap lainnya disesuaikan dengan informasi refleksi yang
diperlukan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3,21.
III-30


GAMBAR 3.21
OPERASIONAL SEISMIK DI LAUT
b. Profile Refraksi, pola ini memberikan informasi gelombang-
gelombang seismik yang merambat secara horizontal melalui lapisan-
lapisan di bawah permukaan. Pada teknik ini kapal melakukan
tembakan pada titik-titik tembak yang telah ditentukan (Gambar
3.22).


GAMBAR 3.22
DIAGRAM METODE PENEMBAKAN (a) Refraksi (b) Refleksi
III-31

Di dalam kapal utama terdapat beberapa departemen: departemen
perekaman (recording), navigasi, seismik processing, teknisi peralatan,
ahli komputer, departemen yang bertanggung jawab atas keselamatan
dan kesehatan kerja, departemen lingkungan, dokter, juru masak, dan
kadang-kadang di lengkapi dengan departemen survey gravity dan
magnetik, dll. Jumlah orang yang terlibat dalam keseluruhan operasi
berjumlah sekitar 40 orang. Untuk menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan, selama operasi ini disertai pula dua buah kapal perintis
(chase boat) yakni sekitar 2 mil di depan kapal utama. Selain
bertanggung jawab membersihkan lintasan yang akan dilewati
(membersihkan rumpon, perangkap ikan, dll) , kapal perintis bertugas
untuk menghalau kapal-kapal yang dapat menghalagi operasi ini. Selain
itu di belakang streamer, terdapat juga sebuah kapal pengawal.
Operasi akuisisi data seismik memakan waktu dari mulai beberapa
minggu sampai beberapa bulan, tergantung pada 'kesehatan' perangkat
yang digunakan, musim, arus laut, dll. Quality Control dari operasi ini
harus betul-betul diperhatikan, seperti apakah semua hidrophone bekerja
dengan baik, apakah air gun memiliki tekanan yang cukup, apakah
streamer dan air gun berada pada kedalaman yang dikehendaki, apakah
feather tidak terlalu besar, dll. Hal ini disebabkan karena biaya untuk
akuisisi seismik laut ini sangatlah mahal.
III-32


GAMBAR 3.23
KEGIATAN UMUM SURVEY SEISMIK LAUT


GAMBAR 3.24
OFFSHORE REFLECTION SEISMIC DATA

Anda mungkin juga menyukai