Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH EKPLORASI SEISMIK

AKUISISI DATA SEISMIK, PENGOLAHAN DATA SEISMIK, DAN


INTERPRETASI DATA SEISMIK

Disusun oleh:

Tazkia Ayu Rahmasari (201910801053)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

2022
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2021), eksplorasi adalah penjelajahan
lapangan dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan),
terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan, kegiatan
untuk memperoleh pengalaman baru dari situasi yang baru, penyelidikan dan penjajakan
daerah yang diperkirakan mengandung mineral berharga dengan jalan survei geologi, survei
geofisika, atau pengeboran untuk menemukan deposit dan mengetahui luasi wilayahnya.
Eksplorasi adalah kegiatan penting dalam industri minyak bumi dan gas. Dengan kegiatan ini,
diharapkan dapat ditemukan cadangan-cadangan baru baik pada daerah baru maupun daerah
lama yang sebelumnya pernah dilakukan kegiatan eksplorasi.

Eksplorasi seismik merupakan salah satu istilah yang kerap digunakan dalam bidang
geofisika untuk merepresentasikan mengenai aktivitas pencarian sumber daya alam dan
mineral yang terdapat di bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan gelombang seismik.
Eksplorasi seismik merupakan kegiatan eksplorasi yang menggunakan metode seismik untuk
melakukan pemetaan di bawah permukaan bumi untuk dapat melihat adanya jebakan minyak
bumi dan gas berdasarkan hasil interpretasi seismik.

Metode seismik merupakan salah satu metode geofisika aktif untuk mengidentifikasi
keadaan bawah permukaan menggunakan prinsip perambatan. Konsep dasar teknik seismik
dapat dijelaskan dengan apabila suatu sumber gelombang dibangkitkan di permukaan bumi
akibat material bumi yang bersifat elastic maka gelombang seismik yang terjadi akan dijalarkan
ke dalam bumi dalam berbagai arah. Pada bagian batas antar lapisan, gelombang ini Sebagian
akan dipantulkan dan Sebagian lain akan dibiaskan untuk diteruskan ke permukaan bumi. Di
permukaan bumi, gelombang tersebut akan diterima oleh serangkaian detektor (geophone)
yang umumnya disusun membentuk garis lurus dengan sumber ledakan (profil line),
selanjutnya akan direkam oleh suatu alat seismogram. Dengan didapatkan waktu tempuh
gelombang dan jarak antar geophone dan sumber ledakan, maka struktur lapisan geologi di
bawah permukaan bumi dapat diperkirakan berdasarkan besar kecepatannya. Secara umum,
dalam melakukan eksplorasi seismik terdapat beberapa urutan sebagai berikut:

1. Pengambilan Data Seismik (Seismic Data Acquisition)


Pengambilan data seismik atau akuisisi data seismik merupakan perencanaan
pengambilan data eksplorasi seismik khususnya seismik refleksi. Hal ini bertujuan
untuk memperoleh peta bawah permukaan daerah yang kemungkinan memiliki
cadangan hidrokarbon. Pengambilan data seismik perlu direncanakan dan
diperhitungan berdasarkan target yang ingin diperoleh. Berdasarkan proses analisis
data, pengambilan data seismik dibagi menjadi dua, yaitu:
• Pengambilan data seismik 2D memiliki lintasan berupa garis dan memiliki
sudut pandang titik pantul gelombang berupa titik.
• Pengambilan data seismik 3D memiliki lintasan yang berupa sebuah bidang
(template) yang terdiri lebih dari satu lintasan dan memiliki beberapa sudut
pandang titik pantul gelombang berupa bidang ilustrasinya
Parameter akusisi seismik dari suatu lapangan bertujuan untuk menetapkan
parameter awal sehingga dalam pelaksanaannya akan memperoleh informasi target
secara lengkap serta noise serendah mungkin. Parameter akuisisi data seismik memiliki
pengaruh penting untuk memperoleh kualitas data seismik yang optimal serta memiliki
anggaran survei yang efisien. Berikut merupakan beberapa parameter akuisisi seismik:
• Ukuran bin
• Ukuran template
• Ukuran dan kedalaman source
• Kelipatan dari lipatan (Fold Coverage)
• Migrasi aperture
• Offset minimum dan maksimum
• Panjang perekaman
• Laju cuplikan
• Konfigurasi bentangan
Studi Kasus
Judul Jurnal: Analisis Parameter Desain Akuisisi Seismik 2D dengan Metode Dinamik
pada Lingkungan Vulkanik, Studi Kasus: Cekungan Jawa Barat Bagian Utara

Penelitian ini dilakukan karena metode seismik memiliki permasalahan dalam


perambatannya di lingkungan vulkanik. Hal ini dikarenakan adanya efek kontras
kecepatan antar lapisan vulkanik dengan lapisan sedimen di bawahnya dan struktur
geologi yang kompleks pada lingkungan vulkanik. Gelombang seismik akan susah
dalam menembus lapisan vulkanik yang menutupi lapisan sedimen karena banyaknya
gelombang yang terdifraksikan serta terefleksikan karena adanya efek kontras
kecepatan yang tinggi. Oleh karena itu, dilakukan analisis parameter desain akuisisi
seismik 2D untuk mengetahui parameter ideal yang dapat mengurangi efek atenuasi
pada lingkungan vulkanik karena adanya perbedaan kontras kecepatan antar lapisan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui parameter akuisisi seismik 2D yang dapat
memberikan resolusi lateral, fold coverage, dan resolusi vertikal dengan hasil yang
ideal di lingkungan vulkanik. Kemudian, hasil tersebut dapat digunakan dalam
perencanaan desain akuisisi seismik 3D dengan acuan hasil analisis desain parameter
seismik 2D yang telah dilakukan.

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawab Barat Bagian Utara


Akuisisi seismik merupakan perencanaan pengambilan data seismik eksplorasi
khususnya seismik refleksi dalam upaya untuk memperoleh peta bawah permukaan
daerah yang terindikasi adanya cadangan hidrokarbon. Pada penelitian ini, akusisi
seismik yang akan dibahas adalah akusisi seismik 2D secara dinamik. Akuisisi seismik
2D dinamik adalah akuisisi seismik menggunakan pemodelan penjalaran gelombang
pada objek geologi sesuai dengan akuisisi seismik 2D yang disimulasikan di
permukaan. Desain yang telah dibuat akan mempengaruhi penampang seismik yang
akan diolah sehingga diperlukan perencanaan yang baik dalam melakukan akuisisi
seismik 2D.
Gambar 2. Skema Kerja Akuisisi Seismik 2D
Penelitian dimulai dengan membuat model geologi sintetik daerah penelitian
menggunakan data sumur berupa data kecepatan sonic log dan dua data seismik yang
saling berpotongan pada daerah penelitian.

Gambar 3. Model Geologi Lintasan Seismik Barat-Timur


Gambar 4. Model Geologi Lintasan Seismik Utara-Selatan
Gambar 3. menunjukkan model geologi untuk kondisi bawah permukaan yang
digambarkan dari lintasan seismik arah barat-timur. Gambar 4. menunjukkkan model
geologi untuk kondisi bawah permukaan yang digambarkan dari lintasan seismik arah
utara-selatan. Masing-masing model geologi sintetik mengandung jumlah formasi yang
sesuai dengan hasil pengeboran sumur eksplorasi.
Variasi akuisisi data seisimik 2D yang dianalisis pada penelitian ini adalah
Common Depth Point Interval (CDP Interval), fold coverage, dan far offset. Analisis
parameter desain akuisisi, dapat terlihat pada tabel berikut.

Id Rata-Rata CR*
Jenis Gelombang Akustik
Jenis Charge Size Vibroseis
Frekuensi Sumber 40 Hz
Record Length 3000 ms
Sampling Rate 4 ms
Konfigurasi Survei Symmetrical Split Spread
CDP Interval 10 m & 15 m
Fold Coverage 15,30, dan 45
Far Offset 600 m, 1190 m, dan 1790 m
Tabel 1. Parameter Desain Akuisisi Untuk Analisis
A. Analisis Common Depth Point Interval

Gambar 5. Analisis CDP Interval Model Geologi Lintasan Seismik Barat-Timur

Gambar 6. Analisis CDP Interval Model Geologi Lintasan Seismik Utara-Selatan


Gambar di atas menunjukkan perbandingan dua variasi CDP Interval 10 m dan
15 m. pada CDP Interval 10 m menunjukkan kontinuitas yang lebih detail untuk lapisan
target yang ditandai dengan garis berwarna kuning dibandingkan dengan CDP Interval
15 m. Hal ini dikarenakan semakin rapat titik pantul gelombang maka akan semakin
detail gelombang seismik dalam mencitrakan kondisi geologi secara lateral. CDP
Interval 10 m dapat lebih merepresentasikan kondisi geologi lingkungan vulkanik yang
banyak dijumpai secara resolusi lateral.
B. Analisis Fold Coverage
Analisis fold coverage dilakukan untuk melihat pengaruh S/N rasio dalam
merepresentasikan lapisan target di lingkungan vulkanik yang memiliki kontras
kecepatan yang tinggi dan sifat fisis yang heterogeny di lapisan vulkanik. Hasil
perbanndingan tiga variasi fold coverage dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 7. Analisis Fold Coverage Model Geologi Lintasan Seismik Barat-Timur

Gambar 8. Analisis Fold Coverage Model Geologi Lintasan Seismik Utara-Selatan


Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa full coverage pada daerah target, garis
kuning merupakan respon kejelasan reflector yang berbeda pada setiap variasi fold
coverage. Semakin tinggi nilai fold coverage memberikan nilai S/N yang tinggi
ditunjukkan dengan semakin jelasnya kenampakan reflector. Pada lingkungan
vulkanik, nilai S/N yang tinggi dapat mengurangi efek dari anostropi lapisan vulkanik
dan efek distraksi karena struktur geologi kompleks. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa fold coverage 45 memberikan S/N rasio yang lebih baik daripada
variasi 15 dan 30.
C. Analisis Far Offset
Analisis far offset dilakukan untuk mengetahui efek parameter far offset
terhadap resolusi vertikal sebuah data seismik. Variasi far offset yang digunakan adalah
sebesar 600 m, 1190 m, dan 1790 m. hasil perbandingan untuk ketiga model geologi
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 9. Analisis Far Offset Model Geologi Lintasan Seismik
Barat-Timur

Gambar 10. Analisis Far Offset Model Geologi Lintasan Seismik


Utara-Selatan
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa dari perbandingan ketiga
far offset, untuk far offset maksimum memberikan efek resolusi vertikal yang lebih jelas
dengan sedikit mengandung adanya efek distraksi akan banyak muncul karena banyak
kemiringan lapisan dengan target yang dalam dan keberadaan geologi yang kompleks
menggunakan far offset besar akan dapat menjelaskan reflektor lapisan target yang
lokasi vertikalnya lebih dalam. Hal ini ditunjukkan dengan kedua penampang seismik
hasil dari model geologi sintetik lintasan Barat-Timur dan Utara-Selatan. Nilai far offset
1780 m memberikan hasil yang lebih baik terkait resolusi vertical pada daerah target
dibandingkan dengan far offset 600 m dan 1190 m.
2. Pengolahan Data Seismik
Pengolahan data seismik merupakan proses pemprosesan data agara
memperoleh penampang seismik yang mewakili daerah bawah permukaan yang siap
untuk dilakukan interpretasi. Pengolahan data seismik bertujuan untuk memperoleh
gambaran mewakili lapisan yang ada di bawah permukaan bumi. Berikut merupakan
tujuan utama dari dilakukannya pengolahan data seismik:
• Meningkatkan signal to noise ratio (S/N)
• Memperoleh resolusi yang lebih tinggi dengan melakukan adaptasi bentuk
gelombang sinyal
• Melakukan isolasi sinyal-sinyal yang diinginkan
• Memperoleh gambaran yang realistic dengan koreksi geometri
• Memperoleh informasi-informasi mengenai kondisi di bawah permukaan
(kecepatan, resistivitas, dan lain-lain).
Pemboran eksplorasi adalah pemboran yang dilakukan untuk membuktikan
suatu cekungan ada tidaknya minyak dan gas bumi serta untuk mendapatkan data
bawah permukaan sebanyak mungkin. Pekerjaan ini dimulai dari pembuatan rencana
pemboran : titik koordinat, elevasi, perkiraan litologi dan tekanan formasi, program
lumpur, konstruksi sumur, program coring, analisa cutting, logging dan well testing.
Berikut merupakan langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data seismik:
- Trace Multing merupakan pengeditan yang dilakukan dengan cara membuang
bagian-bagian trace pada zona tertentu.
- Filtering merupakan proses untuk menghilangkan noise.
- Dekonvolusi adalah operasi kebalikan dari konvolusi seperti yang dijelaskan oleh
persamaan berikut:
S(t) = W(t)*R(t)
Keterangan:
S(t): sinyal
W(t): wavelet
R(t): koefisien refleksi
- Analisis kecepatan merupakan upaya untuk memprediksi kecepatan gelombang
seismik sampai kedalaman tertentu. Analisis kecepatan dilakukan di dalam proses
pengolahan data seismik pada data CMP (Common Mid Point). Koreksi Normal
Move Out (NMO) dilakukan untuk menghilangkan efek jarak (offset) pada data
seismik, sehingga sumber peledak dan penerima (receiver) berada bi bawah pada
satu sumbu garis vertikal.
- Stacking merupakan proses penjumlahan trace-trace seismik dalam satu CDP
setelah koreksi NMO.
- Migrasi dilakukan untuk memindahkan energi difraksi ke titik asalnya atau lapisan
yang sangat miring ke posisi aslinya. Proses migrasi dilakukan pada data seismik
dengan tujuan untuk mengembalikan reflector miring ke posisi aslinya serta untuk
menghilangkan efek distraksi akibat sesar, kubah garam, pembajian, dan lain-lain.

Studi Kasus

Judul Jurnal: Analisis Pengolahan Data Seismik Lapangan “R” dengan Metode CRS
(Common Reflection Surface) Stack pada Data Cross Section Marine 2D

Pengolahan data seismik dengan geologi yang kompleks menggunakan metode


konvensional belum dapat menghasilkan hasil yang baik sehingga dalam penelitian ini
menggunakan metode Common Reflection Surface. Metode CRS dianggap memiliki
operasi matematis yang lebih baik dibandingkan dengan metode pengolahan
konvensional. Hal ini dikarenakan bahwa muka gelombang seismik yang mengenai
bidang reflector beda dalam bentuk suatu luasan. Data yang digunakan dalam penelitian
ini merupakan data seismik 2D Marine lapangan “R” terdiri dari dua line (lintasan)
yaitu line 60 dan line 75, dengan parameter akusisi. Data tersebut sudah diolah sampai
tahapan Pre-prosesing dalam bentuk CMP Gather sebagai input untuk dilakukan proses
CRS stack.
Gambar 11. Skema Kerja Pengolahan Data Seismik

Pengolahan data seismik menggunakan software Wave Inversion Technology


(WIT), merupakan software untuk pengolahan metode CRS dengan format perintah
dalam seismik Unix. Serta digunakan juga software Geocluster CGGVERITAS,
merupakan software pada pengolahan data seismik. Software ini menggunakan
command unique dalam pengaplikasiannya karena setiap perintah yang diberikan pada
software ini merupakan perintah dalam bentuk numerik. Beberapa nilai dari parameter
yang ada seperti kecepatan di dekat permukaan, dip reflektor, mean frekuensi, dan
aperture bukan dari observer melainkan dari data itu sendiri, pada midpoint didapat dari
observer, sedangkan untuk nilai parameter yang lain seperti parameter CRS dilakukan
tes untuk menentukan nilai yang paling baik.
Gambar 12. Hasil Stack Line R Menggunakan Metode Konvensional Line 60

Gambar 13. Hasil Stack Line R Menggunakan Metode CRS Line 60

Dari hasil penampang CRS stack Gambar 13 menunjukkan citra yang lebih baik
dibandingkan dengan stack konvensional. Keberadaan reflektor menjadi lebih jelas
terlihat pada penampang CRS stack. Selain itu penampang yang dihasilkan juga lebih
bersih dengan mengurangi sinyal yang memiliki koherensi kecil serta mempertajam
sinyal yang memiliki koherensi tinggi. Resolusi penampang dalam membedakan
lapisan reflektor pada CRS stack juga lebih tinggi dibandingkan dengan stack
konvensional. Reflektor yang memiliki kemiringan karena pada metode konvensional
belum secara baik menunjukkan kemenerusan pada daerah tersebut.

3. Interpretasi Data Seismik


Interpretasi data seismik merupakan salah satu tahapan penting dalam
melakukan eksplorasi hidrokarbon. Hal ini dikarenakan dalam proses interpretasi data
seismik akan dilakukan proses penafsiran atau interpretasi, evaluasi, pembahasan
terhadap data seismik hasil akuisisi lapangan dan pemprosesan, dan dilakukan
interpretasi mendekati kondisi geologi sebenarnya. Seiring dengan berjalannya waktu,
untuk meningkatkan efisiensi dalam pengerjaannya, banyak dikembangkan perangkat
lunak atau software untuk memudahkan pengerjaannya.

Gambar 14. Interpretasi Horizon dan Sesar di Satu Lintasan Seismik


Dari pengolahan data seismik, hasilnya yang berupa penampang seismik atau
data SEGY, kemudian diinterpretasikan atau ditafsirkan. Tujuan interpretasi seismik
adalah menggali dan mengolah berbagai informasi-informasi geologi bawah
permukaan dari penampang seismik. Pada eksplorasi minyak dan gas bumi, interpretasi
ditujukan untuk mengetahui lokasi reservoir hidrokarbon di bawah permukaan. Pada
umumnya, penampang seismik ditampilkan sebagai penampang waktu (time section),
namun dapat juga ditampilkan sebagai penampang kedalaman (depth section) setelah
melalui beberapa tahapan perhitungan tertentu. Gambar 14 merupakan contoh dari
hasil interpretasi penampang seismik dalam domain waktu (sejajar sumbu Y),
sedangkan yang sejajar dengan sumbu X menunjukkan lintasan seismik. Berdasarkan
pada Gambar 14 hasil interpretasi berupa interpretasi sesar-sesar atau patahan yang
berarah vertikal yang dibedakan dengan warna-warna, kemudian interpretasi horizon-
horizon yang dicirikan dengan konsistensi batuan dengan arah horizontal atau lateral
(berada di 2800-2900 ms). Metode yang digunakan untuk mempercepat proses
interpretasi dalam banyak lintasan seismik, digunakan autotracking.
Setelah interpretasi data seismik selesai, kemudian dilakukan pemodelan bawah
permukaan (sub surface model). Tujuan untuk mengetahui bentuk dan dimensi dari
geometri bawah permukaan. Salah satu cara untuk menentukan bentukdan dimensi
geometri tersebut dilakukan dengan menggunakan dengan metode Konvergensi
Multigrid

Studi Kasus

Judul Jurnal: Interpretasi Seismik dan Pemodelan Bawah Permukaan Menggunakan


Metode Konvergensi Multigrid: Studi Kasus Lapangan X.

Seiring dengan berjalannya waktu, untuk meningkatkan efisiensi dalam


pengerjaan permodelan bawah permukaan (sub surface model) banyak dikembangkan
perangkat lunak untuk memudahkan pengerjaannya. Interpretasi seismik merupakan
salah satu tahapan penting dalam eksplorasi hidrokarbon dimana dilakukan penafsiran
atau interpretasi, evaluasi, pembahasaan terhadap data seismik hasil akuisisi lapangan
dan pemrosesan, diinterpretasikan ke dalam kondisi geologi yang diharapkan bisa
mendekati kondisi geologi bawah permukaan sebenarnya. Penelitian ini bertujuan
melakukan interpretasi seismik dengan meng-implementasikan metode konvergensi
multigrid untuk membangun model bawah permukaan di lapangan X.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan data seismik tiga dimensi (3D).


Hasil pengujian menunjukkan bahwa metode konvergensi multigrid berhasil
memberikan model bawah permukaan (sub surface model) dengan jelas, selain itu juga
bisa menampilkan model bawah permukaan dalam bentuk tiga dimensi (3D).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data seismik 3D dalam domain
waktu, terdiri dari 1327 lintasan seismik yang searah dengan source (inline) dan 708
lintasan seismik yang berpotongan dengan inline (xline). Data sumur yang dipakai
sebanyak tiga sumur, pada masing-masing sumur terdapat data log-log. Interpretasi
seismik dilakukan dalam window interpretasi dan dalam window tiga dimensi (3D).
Dari informasi geologi, log sumur dan laporan pemboran sumur-sumur, diketahui
bahwa reservoir potensial di lapangan X adalah batupasir (sandstone) berselingan
dengan tanah lempung (shale).

Gambar 15. Window Interpretasi Seismik

Gambar 15. menunjukkan proses interpretasi untuk lapisan top formasi, atau
bagian teratas dari reservoir sandstone. Amplitudo dan lembah (trough) bernilai negatif
berwarna biru adalah horizon yang akan menjadi target interpretasi yang dianggap
sebagai top formasi. Berdasarkan parameter pada Gambar 15., dilakukan pengolahan
untuk mendapatkan interpretasi horizon di lintasan seismik yang lain. Hasil intepretasi
horizon secara keseluruhan seperti pada Gambar 16.
Gambar 16. Hasil Interpretasi Horizon Secara Keseluruhan

Selanjutnya adalah membangun model reservoir dengan mengimplementasikan


metode konvergensi multigrid dari horizonhorizon hasil interpretasi sebelumnya
(Gambar 16), metode ini melakukan interpolasi baik di lintasan seismik yang memiliki
horizon, dan interpolasi pada lintasan seismik yang tidak memiliki horizon. Untuk
lintasan-lintasan seismik yang tidak atau belum terinterpretasi (belum ada horizon),
metode konvergensi multigrid melakukan interpolasi-interpolasi dari titik-titik atau
horizon-horizon terdekat, atau dari horizon di lintasan-lintasan terdekat. Hasil model
reservoar berdasarkan Gambar 16. didapatkan model seperti pada Gambar 17.

Gambar 17. Model Reservoir Hasil Konvergensi Multigrid

Gambar 17. menunjukkan hasil pemodelan bawah permukaan dalam window tiga
dimensi (3D) dengan metode konvergensi multigrid. Warna-warna pada Gambar 17.
menunjukkan ketinggian bidang permukaan yakni warna merah menunjukkan bidang
permukaan paling tinggi dan seterusnya sampai dengan yang terendah terlihat pada
warna ungu. Pembuktikan keberadaan hidrokarbon di lapangan X diperlukan penelitian
lanjutan untuk memprediksi jenis fluida hidrokarbon dan diperlukan analisa log sumur
(studi petrofisika), inversi seismik, dan seismik atribut.
DAFTAR PUSTAKA

Banuboro, A., dkk. 2017. Analisis Parameter Desain Akuisisi Seismik 2D dengan Metode
Dinamik pada Lingkungan Vulkanik, Studi Kasus: Cekungan Jawa Barat Bagian
Utara. Jurnal Teknik ITS Vol. 6, No.2, 2337-3520 (2301-928x Print).

Permana, U., dkk. 2015. Pengolahan Data Seismik Refleksi 2D untuk Memetakan Struktur
Bawah Permukaan Lapangan X Pramubulih Sumatera Selatan. Journal of Physics,
Vol. 2, No. 1. ISSN 2407-9073.

Nisfiani, E., dkk. Interpretasi Seismik dan Pemodelan Bawah Permukaan Menggunakan
Metode Konvergensi Multigrid: Studi Kasus Lapngan X.
https://doi.org/10.35760/ik.2021.v26i3.5202

Anda mungkin juga menyukai