NIM : 201910801053
Eksplorasi Seismik
1. Model 1 Lapisan
Model pertama atau model satu lapisan yang digunakan adalah lapisan batupasir.
Batupasir merupakan batuan sedimen utama yang terdiri dari mineral yang berukuran
butir-butir. Batuan ini terbentuk akibat adanya sedimentasi yang terjadi ketika pasir
terlepas dari suspensi sehingga batuan terseret hingga terakumulasi. Ketika terakumulasi,
pasir berubah menjadi batupasir yang kompaksi oleh tekanan dan endapan di atasnya serta
disementasi oleh presipitasi mineral di dalam pori-pori antar batuan.
Lapisan 1, “Sand”
Lapisan batupasir yang dibuat pada percobaan kali ini adalah dengan interval 100
meter ke kanan dan 100 meter ke bawah serta dengan 2 source, jenis wavelet ricker
dengan frekuensi 25 Hz. Resolusi yang digunakan adalah resolusi vertikal. Resolusi
vertikal ini bergantung pada frekuensi dominan sinyal yang dipakai sehingga semakin
tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi pula resolusinya. Namun, tingginya
frekuensi yang digunakan dibatasi oleh adanya efek serap medium sehingga mengurangi
daya tembus sinyal. Resolusi ini biasa digunakan apabila ketebalan suatu lapisan batuan
lebih besar dari ketebalan tunning-nya maka, batas antar lapisannya dapat dibedakan,
sehingga kedua gelombang ini akan berinterferensi positif yang dapat menyebabkan
peningkatan amplitudo. Apabila ketebalan suatu lapisan batuan lebih kecil dari tunning-
nya maka, gelombang akan berinterferensi negatif yang dapat mengurangi amplitudo
refleksi gelombang.
2. Model 2 Lapisan
Shale merupakan batuan sedimen yang yang mempunyai ukuran butir halus yang
didominasi oleh susunan mineral lempung dan berstruktur laminasi. Formasi Shale
terendapkan di lingkungan yang memiliki low energy seperti tidal flats dan deepwater
basin. Shale dapat mengandung unsur material organik yang melimpah, yang disebut
organic rich shale sehingga menghasilkan hydrocarbon shale. Selama proses
pengendapan, sedimen halus terakumulasi oleh material organik seperti algae, tumbuhan,
dan fosil hewan laut
Lapisan 1, “Sand”
Lapisan 2, “Shale”
Lapisan batupasir dan shale yang dibuat pada percobaan kali ini adalah dengan
interval 100 meter ke kanan dan 100 meter ke bawah serta dengan 2 source, jenis wavelet
ricker dengan frekuensi 25 Hz. Resolusi yang digunakan adalah resolusi vertikal. Resolusi
vertikal ini bergantung pada frekuensi dominan sinyal yang dipakai sehingga semakin
tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi pula resolusinya. Namun, tingginya
frekuensi yang digunakan dibatasi oleh adanya efek serap medium sehingga mengurangi
daya tembus sinyal. Resolusi ini biasa digunakan apabila ketebalan suatu lapisan batuan
lebih besar dari ketebalan tunning-nya maka, batas antar lapisannya dapat dibedakan,
sehingga kedua gelombang ini akan berinterferensi positif yang dapat menyebabkan
peningkatan amplitudo. Apabila ketebalan suatu lapisan batuan lebih kecil dari tunning-
nya maka, gelombang akan berinterferensi negatif yang dapat mengurangi amplitudo
refleksi gelombang.
Gambar 1.6 Hasil Running Sandstone dan Shale Layer Acoustic Equation Modeling
3. Model Bebas
Lapisan pada model ketiga yang dibuat pada percobaan kali ini adalah dengan
interval 1000 meter ke kanan dan 1000 meter ke bawah serta dengan 2 source, jenis
wavelet ricker dengan frekuensi 25 Hz. Resolusi yang digunakan adalah resolusi vertikal.
Resolusi vertikal ini bergantung pada frekuensi dominan sinyal yang dipakai sehingga
semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin tinggi pula resolusinya. Apabila
ketebalan suatu lapisan batuan lebih kecil dari tunning-nya maka, gelombang akan
berinterferensi negatif yang dapat mengurangi amplitudo refleksi gelombang.